• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh: TIKA LARASWATI NIM:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh: TIKA LARASWATI NIM:"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

ASPEK LEGAL PERKAWINAN BAGI ODHA (ORANG DENGAN HIV/AIDS) MENURUT PANDANGAN FIKIH & ILMU KEDOKTERAN

(STUDI KASUS YAYASAN KELIMA PELAYANAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA&HIV/AIDS)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

TIKA LARASWATI NIM: 106044201476

KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM PROGRAM STUDI AHWAL AL SYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A 1431 H / 2010 M

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Kerangka Teori ... 8

E. Metodologi Penelitian ... 10

F. Review Studi Terdahulu ... 13

G. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERKAWINAN DAN HIV/AIDS A. Pengertian dan Dasar Hukum Perkawinan ... 16

B. Rukun dan Syarat Perkawinan ... 25

C. Tujuan dan Hikmah perkawinan ... 27

D. Pengertian HIV/AIDS ... 33

E. Faktor Penyebab, Penularan HIV/AIDS ... 38

F. Faktor Pencegahan HIV/AIDS ... 40

BAB III PROFIL KESATUAN PEDULI MASYARAKAT (KELIMA) PELAYANAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA&HIV/AIDS

(3)

A. Sejarah Singkat ... 44

B. Visi dan Misi ... 50

C. Struktur Organisasi ... 51

BAB IV PANDANAGAN FIKIH DAN ILMU KEDOKTERAN DALAM MELIHAT PERKAWINAN ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) A. Pandangan Fikih dalam Melihat Perkawinan ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) ... 54

B. Pandangan Ilmu Kedokteran dalam Melihat Perkawinan ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) ... 65

C. Pengaruh dan Dampak Perkawinan yang Dilakukan ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) Bagi Kelangsungan Perkawinannya ... 70

D. Analisis Penulis……….. 73

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 77

B. Saran-Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80

LAMPIRAN ... 84

(4)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Untuk membangun sebuah k ia, sejahtera dan damai sejatinya lai sejak pranikah. Sebelum melangsungkan sebuah pernikahan, seseorang harus m

etapi ada pul

irumuskan dalam ujud aturan-aturan. Dari makhluk yang diciptak

eluarga yang bahag harus sudah dimu

elakukan persiapan yang matang dalam berbagai hal. Selain mempersiapkan fisik dan materi, sebelum menikah, seseorang juga harus mempersiapkan mental. Tidak hanya itu, yang bersangkutan juga diharapkan dapat mengatur strategi memilih pilihan hidupnya.1

Perkawinan merupakan proses penyesuaian diri (adaptasi) dari masing-masing pasangan. Proses penyesuaian diri ini dapat berlangsung dalam waktu relatif singkat, t

a yang berlangsung dalam waktu berlarut-larut tergantung dari faktor kepribadian dan latar belakang sosial masing-masing. Penyesuaian diri ini penting agar masing-masing dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan serta saling toleransi (tidak egois) untuk kemudian saling mengisi dan melengkapi.2

Islam mengatur manusia dalam hidup berjodoh-jodohan itu melalui jenjang perkawinan yang ketentuannya d

an oleh Allah SWT berpasang-pasangan inilah Allah SWT menciptakan manusia menjadi berkembangbiak dan berlangsung dari generasi ke generasi.3 Hal ini telihat dengan banyaknya nash yang menjelaskan tentang perkawinan, diantaranya dijelaskan di dalam QS.

Ar-ruum (30): 21

1 Sutarmadi, Mesraini, Administrasi Pernikahan Dan Manajemen Keluarga, (UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta,

dang Hawari,Psikiater, Love Affair (perselingkuhan), (Jakarta,FKUI, 2002), cet. Ke-2, h. 20.

hman Ghazaly, Fikih Munakahat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2003), h. 13.

2006), h. 87.

2 Da

3 Abd. Ra

(5)

َأ ْﻦِﻣ ْﻢُﻜَﻟ َﻖَﻠَﺧ ْنَأ ِﻪِﺗﺎَﻳﺁ ْﻦِﻣَو ًةَّدَﻮَﻣ َﻨْﻴَﺑ َﻞَﻌَﺟَو ﺎَﻬْﻴَﻟِإ اﻮُﻨُﻜْﺴَﺘِﻟ ﺎًﺟاَوْزَأ ْﻢُﻜِﺴُﻔْﻧ

: Dan di antara tanda-tanda lah Dia menciptakan untukmu isteri- cenderung dan merasa tenteram pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

Juga diny

َﺒَﺷ ُﻦْﺤَﻧَو ُﻪﱠﻧِﺈَﻓ ِةَء ْﻟﺎِﺑ ْﻢُﻜْﻴَﻠَﻋ ِبﺎَﺒﱠﺸﻟا َﺮَﺸْﻌَﻣ ﺎَﻳ َلﺎَﻘَﻓ ٍءْﻲَﺷ ﻰَﻠَﻋ ُرِﺪْﻘَﻧ ﺎَﻟ ٌبﺎ

ْﻦَﻤَﻓ ِجْﺮَﻔْﻠِﻟ ُﻦَﺼْﺣَأَو ِﺮَﺼَﺒْﻠِﻟ ﱡﺾَﻏَأ

mpu dalam masalah biaya nikah, maka berpuasalah, karena pauasa itu menjaga

B

pertama adalah Adam AS yang terbuat dari tanah. Kemudian Allah SWT menciptakan Siti Hawa

ْﻢُﻜ

َنوُﺮَّﻜَﻔَﺘَﻳ ٍمْﻮَﻘِﻟ ٍتﺎَﻳﻵ َﻚِﻟَذ ﻲِﻓ َّنِإ ًﺔَﻤْﺣَرَو

Artinya kekuasaan-Nya ia

isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu

kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya

atakan dalam hadis Rasulullah SAW:

ﺎَﺒ

ِمْﻮﱠﺼﻟﺎِﺑ ِﻪْﻴَﻠَﻌَﻓ َةَءﺎَﺒْﻟا ْﻢُﻜْﻨِﻣ ْﻊِﻄَﺘْﺴَﻳ ْﻢَﻟ ءﺎَﺟِو ُﻪَﻟ َمْﻮﱠﺼﻟا ﱠنِﺈَﻓ )

يﺬﻣﺮﺘﻟا ﻩاور (

Artinya: Kami para pemuda yang tak punya harta benda yang keluar bersama rasulullah SAW, lalu beliau bersabda, ‘wahai para pemuda, kalian hendaknya menikah, sebab pernikahan lebih menjaga pandangan mata dan kemaluan. Barang siapa tidak ma

penagkal atau tameng (dari syahwat).(Diriwayatkan oleh Tarmizi).4

ila ditarik ke belakang yaitu pada waktu Allah swt menciptakan manusia, manusia

sebagai pasangan Adam AS yang berasal dari tulang rusuknya. Dan seterusnya manusia berkembang beranak-pinak berasal dari perkawinan Adam AS dengan Siti Hawa.

Dari riwayat ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pada awalnya manusia itu satu (Adam AS) dan pasangannya berasal dari bahagian tubuh manusia yang satu itu (tulang iga). Oleh karena

4 Abu Isa Muhammad Ibn, Shahih Sunan At-Tirmidzi, Muhammad Jamil Al-A’thar, Juz 5, (Beirut- Lebanon: Dar Al-Fikr, t.t.,), h. 392. Dan Terjemahan shahih tirmizi, Cet. Ke-2, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007),hadist 1081, h. 827.

(6)

itu perkawinan antara pria dan wanita yang semula merupakan dua individu pada hakekatnya akan kembali menyatu.5

Sebelum dikaji lebih lanjut ada beberapa definisi mengenai perkawinan. Perkawinan adalah suatu ikatan antara pria dan wanita dewasa yang berdasarkan hukum, adat-istiadat, agama

olehkan dinikahi. Ada beberapa orang yang haram untuk dinikah

ki-laki lain, saudara perempuan istri atau bib

it menula

atau Undang-Undang.6

Dalam ajaran Islam dan Undang-undang Perkawinan yang berlaku di Indonesia, tidak semua orang dapat atau diperb

i selamanya (mahram muabbad), yaitu orang yang memiliki hubungan darah, hubungan kerabat semenda, atau hubungan sepersusuan.

Ada pula orang-orang yang haram dinikahi untuk sementara yaitu perempuan yang masih berstatus istri atau masih dalam masa iddah dari la

i istri apabila antara laki-laki dan istri terdahulunya masih dalam masa pernikahan7 Lalu bagaimana pernikahan bagi orang yang terjangkit suatu penyakit menular, perlu dikaji lebih dalam mengenai hukum pernikahan bagi orang yang terjangkit suatu penyak

r, yang dimaksud menular disini diantaranya penyakit HIV/AIDS biasa disebut ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) atau OHIDHA (Orang Hidup dengan HIV/AIDS), dalam kenyatanya ODHA banyak mengalami deskriminasi dalam kehidupannya, bagaimana Islam melihat kenyataan ini, dalam Islam tidaklah mengajarkan untuk membeda-bedakan kaumnya dimata Allah, dimata Allah kita semua sama, hanya amal dan ibadah saja yang membedakannya.

5 Dadang Hawari,Psikiater, Love Affair (perselingkuhan), (Jakarta,FKUI, 2002), Cet. Ke-2, h. 20.

6 Ibid, h. 19.

7 Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan Dan Keluarga, (Jakarta, Elsas, 2008), Cet.

Ke-2, h. 4.

(7)

Dalam Islam mencegah dan memerangi HIV-AIDS sebagai akibat segala perbuatan yang dilarang Allah termasuk dalam jihad dalam rangka menjalankan amar ma”ruf nahi munkar

ketentu

an tuntunan agar manusia sehat seutuhnya, baik dari segi fisik, kejiwaa

ang diiberi judul “ ASPEK LEGAL PERKAWINAN BAGI

. Tetapi bagi orang yang tidak melakukan hal-hal yang dilarang Allah bisa tertular melalui transfusi darah, jarum suntik yang tercemar demikian pula dengan bayi yang lahir dalam keadaan suci dapat tertular melalui tali pusar dari ibunya yang mengidap HIV-AIDS.8

Seperti yang kita ketahui hukum Islam mengatakan haramnya hukum nikah bagi seseorang tertentu manakala, haram bagi orang-orang yang tidak akan dapat memenuhi

an syara untuk melakukan perkawinan atau ia yakin perkawinan itu tidak akan mencapai tujuan syara. Sedangkan dia meyakini perkawinan itu akan merusak kehidupan pasangannya.9 Dan dia yakin perempuan yang ia nikahi akan menderita dan teraniaya di karenakan dia terjangkit suatu penyakit menular. Yang dimaksud penyakit menular diantaranya HIV/AIDS dan sejenisnya, lalu apakah orang yang terkena dan dapat menularkan penyakit yang belum ada obatnya dan mematikan tidak dapat menjalankan perkawianan seperti orang normal lainnya.

Bila dikaji lebih dalam, maka sesungguhnya dalam agama (Islam) banyak ayat maupun hadits yang memberik

n, sosial maupun kerohanian.

Berdasarkan uraian dari latarbelakang diatas, maka penulis akan mengangkat permasalahannya dalam skripsi ini y

ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) MENURUT PERSPEKTIF FIKIH DAN ILMU

8 Ibid., 4

9 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta, Prenada Media, 2006, Cet. Ke-2, h.

47.

(8)

KEDOKTERAN” (Studi Kasus Yayasan KELIMA Pelayanan Penyalahgunaan Narkoba &

HIV/AIDS).

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

asan mengenai pernikahan yang dilakukan ODHA sangat berkait

2.

lah pada skripsi ini, semestinya seorang ODHA (Orang dengan HIV/A

A (Orang dengan

usan masalah tersebut di atas penulis rinci dalam bentuk beberapa pertanyaan sebagai berikut :

1. Pembatasan Masalah Karena pembah

an dengan hukum pernikahan ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) menurut pandangan fikih, dan ilmu kedokteran dengan demikian luasnya, maka perlu kiranya penulis memberikan batasan masalah agar tidak melebar dan terarah, penulis membatasi pembahasan masalah yaitu bagaimana fikih dan ilmu kedokteran melihat perkawinan yang dilakukan ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) dan bagaimana dampak dan pengaruh kelangsungan perkawinannya.

Perumusan Masalah Rumusan masa

IDS) tidak diperkenankan untuk menikah karena menikah bagi ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) berarti menjatuhkan diri kedalam kebinasaan dan berarti juga akan menimbulkan kerusakan bagi pasangan dan keturunannya, dikrenakan penyakit tersebut adalah penyakit menular dan mematikan yang hingga kini belum ada obatnya.

Tetapi pada kenyataanya perkawinan yang didilakukan oleh ODH

HIV/AIDS) dengan pasangan yang negatif HIV/AIDS dalam prakteknya masih banyak terjadi.

Dari rum

(9)

a. Bag

ilmu kedokteran?

C.

1. Tujuan Penelitian

ndak dicapai dari penelitian ini adalah terjawabnya semua irumuskan, yaitu :

a. Unt

b. Untuk mengetahui aspek apa saja yang dapat melegalkan perkawianan ODHA (Orang

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

salah satu syarat guna memperoleh S1 hukum dalam bidang hukum aimana pandangan fikih, dan ilmu kedokteran dalam melihat perkawinan yang dilakukan ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS)?

b. Faktor apa saja yang dapat melegalkan suatu perkawinan yang dilakukan ODHA (Orang HIV/AIDS) menurut pandangan fikih dan

c. Pengaruh dan Dampak apa yang ditimbulkan dari perkawinan ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) bagi kelangsungan perkawinannya?

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan yang he permasalahan yang d

uk mengetahui lebih banyak mengenai HIV/AIDS serta bahaya yang ditimbulkan

dengan HIV/AIDS) menurut pandangaan fikih, dan ilmu kedokteran

c. Untuk mengetahui pengaruh dan dampak perkawinan yang dilakukan ODHA terhadap kelngsungan perkawinannya

a. Untuk memenuhi Islam

(10)

b. Mampu memahami lebih dalam mengenai pandangan fikih, dan ilmu kedokteran mengenai perkawinan yang dilakukan ODHA (Orang dengan HIV/AIDS)

IV/AIDS

Perkawinan berasal dari kata “kawin” yang menurut bahasa artinya membentuk elakukan hubungan kelamin atau bersetubuh.10 Perkawinan disebut

hukum yang terdapat didalam Undang-Undang (UU), hukum agama dan istiadat yang berlaku

dan wanita. Keduanya saling membutuhkan guna saling m

c. Mampu memahami lebih dalam mengenai HIV/AIDS dan bahaya yang ditimbulkan d. Mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai bahaya serta pencegahan H

e. Meningkatkan kualitas penulis dalam membuat karya tulis

D. KERANGKA TEORI

keluarga dengan lawan jenis m

juga “pernikahan”, bersal dari kata nikah yang menurut bahsa artinya mengumpulkan, saling memasukan, dan digunakan dalam arti bersetubuh (wathi). Kata

“nikah” sendiri sering dipergunakan untuk arti persetubuhan, juga untuk arti akad nikah.11

Pernikahan yaitu suatu ikatan antara pria dan wanita sebagai suami istri berdasarkan

.12

Pernikahan pun merupakan hal yang fitrah bagi manusia yang sudah tertanam dan terpatri dalam hati dan perasaan laki-laki

engisi dan membagi perasaan suka maupun duka hidup ini kurang sempurna tanpa

10 Dep Dikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 1994), cet. Ke-3, edisi kedua, h.456.

11 Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta, Prenada Media, 2003), h. 7.

12 Departemen Agama RI, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, Direktorat Urusan Agama Islam, Koprs Penasehat Perkawinan dan Keluarga Sakinah, (Jakarta:2007),h. 59.

(11)

kehadiran orang lain disisinya, menjalin kasih sayang bersamanya, membangun rumah tangga yang bahagia dan lestari13

Seperti yang kita ketahui hukum Islam mengatakan haramnya hukum nikah bagi seseora

unodeficiency virus. Seseorang yang t

F.

penelitian ini diaplikasikan model penelitian empiris sosiologis yaitu peneliti

ng tertentu manakala, haram bagi orang-orang yang tidak akan dapat memenuhi ketentuan syara untuk melakukan perkawinan atau ia yakin perkawinan itu tidak akan mencapai tujuan syara. Sedangkan dia meyakini perkawinan itu akan merusak kehidupan pasangannya.14 Dan dia yakin perempuan yang ia nikahi akan menderita dan teraniaya di karenakan dia terjangkit suatu penyakit menular. Perlu dijelaskan disini penyakit menular itu seperti penyakit HIV/AIDS atau penyakit kelamin lainnya.

HIV/AIDS, HIV adalah singkatan dari Human Imm

erinfeksi virus HIV untuk jangka wahtu tertentu (5-10 th) masih nampak sehat walafiat, namun kemudian barulah penyakit AIDS yang sesungguhnya muncul. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrom, yaitu sekumpulan gejala-gajala yang didapat dikarenakan menurunnya kekebalan tubuh seseorang.15

Metode Penelitian Pendekatan

an terhadap pengalaman yang terjadi dalam masyarakat, dimana yang menjadi sumber adalah kitab-kitab fiqh dan ilmu kedokteran. Dilihat dari sudut pandang sifat yang

13 Syaikh Abdul Aziz bin Abdurrahman Al-Musna Khalid bin Ali Al-anbari, Perkawinan dan Masalahnya, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1993), Cet Ke-3, h.18.

14 Amir Syarifuddin, Hukum perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta, Prenada Media, 2006), Cet. Ke-2, h.

47.

15 Dadang Hawari, Psikiater, Konsep Agama (Islam) Menanggulangi HIV-AIDS, (Jakarta, Dana Bhakti Prima Yasa, 2002), cet. Pertama, h.2.

(12)

dihimpunnya, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode ini digunakan dalam rangka memperoleh informasi dari narasumber yang berkualitas melalui wawancara terarah untuk mendapatkan informasi akurat. Sementara metode penulisan yang digunakan adalah deskriptif analisis, penelitian ini bertujan untuk memberikan gambaran suatu gejala suatu masyarakat tertentu.16 Dengan cara penulisan yang mengambarkan permasalahan yang didasari pada data-data yang ada. Lazimnya sebuah karya tulis ilmiah dibahas secara metodologis sesuai dengan konteks kajian dan data pendukungnya agar supaya memuaskan siapapun yang membacanya. Penulis memilih penelitian lapangan sebagai metode dalam penelitian ini lalu dianalisia lebih lanjut.

1. Data dan Sumber Data

Berdasarkan jenis dan bentuknya, data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

: Yang diperoleh dari observasi lapangan dan wawancara langsung

: Namun demikian untuk melengkapi atau mendukung analisis, tetap

a. Data Primer

dengan beberapa nara sumber yang dinilai memahami konsep atau pemikiran yang ada.

b. Data Skunder

diperlukan analisis data skunder yaitu melalui studi kepustakaan. Dengan cara membaca dan mempelajari buku literatur dan teori dibangku kuliah serta sumber lainnya seperti fiqh sunnah, buku kedokteran, jurnal yang terkait dengan penelitian, surat kabar, majalah dan sumber tertulis lainnya. yang relevan dengan penelitian ini.

2. Teknik Pengumpulan Data

16 Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian, (Jakarta, Gadjah Mada University Press, 2004), h. 104.

(13)

Agar didalam penelitian ini penulis mendapatkan hasil yang sesuai dengan variable yang akan diteliti, m

peran antar pribadi bertatap muka (face to

17

stakaan, yaitu meliputi dari referensi kepustakaan, baik berupa buku,

asi hasil penilitian dianalisis dan diolah secara kualitatif untuk menemukan jawaban yang dapat diperta

4.

aka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah : Melalui wawancara dan studi kepustakaan.

a. Wawancara (interview), yaitu situasi

face), ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada seseorang responden. Wawancara dilakukan terhadap narasumber yang dipilih untuk memperoleh beberapa hal mengenai tema yang diambil dalam skripsi ini.

b. Studi Kepu

majalah, surat kabar atau mengakses internet. Data-data yang telah terkumpul diperiksa kembali mengenai kelengkapan jawaban yang diterima, kejelasannya, konsistensi jawaban atau informasi yang biasa disebut editing

3. Teknik Analisis Data

Data dan inform

nggungjawabkan secara ilmiah. Data dan informasi yang beragam dari hasil penilitian baik berupa data wawancara maupun kepustakaan diseleksi dan disusun, setelah itu penulis melakukan klasifikasi data, yaitu mengolong-golongkan data berdasarkan katagori tertentu.

Teknik Penulisan Skripsi

17 Amiruddin, Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), 2004, Cet. Ke-1, h. 82.

(14)

Penulisan yang digunakan penulis adalah deskripsi analisa yaitu dengan cara penulis

F. Rev

review terdahulu sebelum menentukan judul proposal. Dalam review

AGA ALTERNATIF PRILAKU SEKS BEBAS REMAJA MENURUT

122119)

bahwa perkawinan bertujuan sebagai salah satu jalan a

DONESIA PERSPEKTIF HUKUM

ai Proses perkawinan kaum Alawiyyin di Indonesia. Di Indonesia ini perkawinan kaum Alawiyyin sesuai dengan syariat pernikahan

an yang mengambarkan permasalahan yang didasari pada data-data yang ada, lalu dianalisa lebih lanjut untuk kemudian diambil kesimpulan. Teknik penyusunan dan penulisan juga berdasarkan buku pedoman penulisan skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Syariah dan Hukum, Cet Ke-1 tahun 2007.

iew Studi Terdahulu Penulis melakukan

skripsi terdahulu, penulis meringkas skripsi yang ada kaitannya dengan perkawinan.

Diantaranya adalah:

PERKAWINAN SEB I PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Oleh : SITI KHADIJAH (101044

Di dalam skripsi ini menerangkan

gar terhindar dari perbuatan zina. Menikah dengan cara tidak memikirkan segala konsekuensinya, hanya terdorong oleh hawa nafsu saja, yaitu adanya seksualitas. Tentunya hal ini dilakukan agar dalam melakukan hubungan badan tidak terbebani dengan adanya dosa yang mereka tanggung terlepas dari mengingat adanya hubungan yang telah berlangsung seperti hal nya yang dilakukan oleh sepasang suami istri.

MENYINGKAP PERKAWINAN KAUM ALAWIYYIN IN ISLAM (Studi yayasan Rabiathah”Alawiyah Jakarta) Oleh : ABDULLAH ZAHIR (101044222171)

Dalam skripsi ini membahas mengen

(15)

dalam

ang ditujuk

K LEGAL PERKAWINAN BAGI ODHA (Orang Dengan HIV/A

G.

atika penulisan disusun dengan kerangka Outline dalam bentuk bab per bab, :

BAB P

penelitian, studi pendahuluan, metode penelitian serta sistematika penulisan.

hukum Islam, hanya saja adatnya yang berbeda. Dimana para ‘Alawiyyin itu bermukim disalah satu daerah di Indonesia, maka adat pernikahan daerah tersebut yang digunakan. Bahwa asimilasi budaya telah terjalin didalam pernikahan kaum ‘Alawiyyin dengan tetap menjaga norma-norma atau hukum syari’at pernikahan dalam agama Islam.

Bahwa yang menjadi landasan dasar dalam perkawinan kaum ‘Alawiyyin adalah nash-nash atau hadits Rasulullah SAW tentang keutamaan Ahlul Bait keturunannya y

an demi menjaga kebutuhan silsilah keturunan ‘Alawiyyin agar tetap menyambung sampai ke Rasulullah SAW.

Dari review yang saya lakukan, jelas sekali perbedaannya dengan skripsi yang saya teliti yaitu mengenai “ASPE

IDS) MENURUT PANDANGAN FIKIH, DAN ILMU KEDOKTERAN” (Studi Kasus Yayasan KELIMA Pelayanan Penyalahgunaan Narkoba & HIV/AIDS). Yang menarik pada skripsi saya yaitu mengenai bagaimana pandangan fiqh, dan ilmu kedokteran memandang aspek legal suatu perkawinan yang dilakukan ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS), Jadi sangat berbeda dengan skipsi-skripsi yang sudah ada yang berkaitan dengan perkawinan.

SISTEMATIKA PENULISAN Sistem

dengan penjelasan sebagai berikut

ertama Berisi pendahuluan yang memuat sub latarbelakang masalah,pembatasan- perumusan masalah, tujuan-manfaat

(16)

BAB Kedua Berisi mengenai tinjauan teoritis tentang perkawinan dan HIV/AIDS yang meliputi pengertian, dasar hukum perkawinan, rukun dan syarat perkawinan, tujuan dan hikmah perkawinan, perngertian HIV/AIDS, faktor penyebab dan penularan HIV/AIDS.

gan

teran, pengaruh dan dampak perkawinan yang

BAB II

TUNJAUAN TEORITIS TENTANG PERKAWINAN DAN HIV/AIDS A. engertian Perkawinan dan Dasar Hukum Perkawinan

. Pengertian Perkawinan

BAB Ketiga Penulis memaparkan profil Yayasan KELIMA yaitu sejarah singkat berdirinya, visi, misi dan tujuan dan struktur organisasi.

BAB Keempat Berisikan Uraian tentang aspek legal perkawinan ODHA (Orang den HIV/AIDS) menurut pandangan fiqh, aspek legal perkawinan ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) menurut pandangan ilmu kedok

dilakukan ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) bagi kelangsungan perkawinannya.

BAB Kelima Merupakan inti kajian penelitian ini yaitu penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.

P 1

(17)

Devisi nikah dalam perspektif fikih, secara etimologi nikah mempunyai arti a (wath’i). Dalam , ada ulama yang menyatakan bahwa pengertian hakiki dari nikah adalah bersengg

18

19

engisi dan membagi perasaan suka maupun duka hidup ini terasa kurang sem

20

21

Perkawianan merupakan salah satu perintah agama kepada yang mampu untuk segera melaksanakannya. Karena perkawinan dapat mengurangi kemaksiatan, baik dalam

mengumpulkan, mengabungkan, menjodohkan, atau bersenggam memaknai hakekat nikah

ama atau (wath’i) sedang pengertian nikah sebagai akad merupakan pengertian yang bersifat majazy.

Secara terminologi, nikah didefinisikan sebagai ikatan lahir batin antara pria dan wanita sebagai suami istri, dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal.

Pernikahan pun merupakan hal yang fitrah bagi manusia yang sudah tertanam dan terpatri dalam hati dan perasaan laki-laki dan wanita. Keduanya saling saling membutuhkan guna saling m

purna tanpa kehadiran orrang lain disisinya, menjalin kasih saying bersamanya, membangun rumah tangga yang bahagia dan lestari.

Sebelum dikaji lebih lanjut ada beberapa definisi mengenai perkawinan.

Perkawinan adalah suatu ikatan antara pria dan wanita dewasa yang berdasarkan hukum, adat-istiadat, agama atau Undang-Undang.

18 Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan Dan Keluarga, (Jakarta, Elsas, 2008), Cet.

Ke-2, h. 3.

Syaikh Abdul Aziz bin Abdurrahman Al-Musna Khalid bin Ali Al-Anbari, Perkawinan dan Masalahnya, (Jakarta, hautsar, 1993), Cet. Ke-3, h. 18.

19 Ibid., h. 3

20

Pustaka Al-K

21 Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan Dan Keluarga, (Jakarta, Elsas, 2008), Cet.

Ke-2, h. 19

(18)

bentuk

berpuasa.22

،ِبﺎَﺒﱠﺸ

Artinya: “Dari Abdullah bin Mas’ud. Ia berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW.

mampu berkahwin, hendaklah ia berkawin, karena yang demikian lebih ihara kemaluan; dan barang siapa tidak mampu, mka hendaklah ia bershaum, karena ia itu pengebiri

k

merupaka Pe berdasa

nan, dan harus dilangsungkan rukun dan syaratnya dalam

penglihatan maupun bentuk perzinaan. Orang yang yang berkeinginan untuk melakukan pernikahan, tetapi belum mempunyai persiapan bekal (fisik maupun non fisik) dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW untuk

ْنَ ع

ِﺪْﺒَﻋ

ِﷲا

ِﻦْﺑ

ٍدْﻮُﻌْﺴَﻣ

َلﺎَﻗ :

َلﺎَﻗ ﺎَﻨَﻟ

ُلْﻮُﺳَر

ِﷲا ص )

َﺮَﺸْﻌَﻣﺎَﻳ ﻟا

ِﻦَﻣ

َعﺎَﻄَﺘْﺳا

ُﻢُﻜْﻨِﻣ

َﺒْﻟا

َةَءﺎ

،ْجﱠوَﺰَﺘَﻴْﻠَﻓ

ُﻪﱠﻧِﺎَﻓ ﱡﺾَﻏَا

،ِﺮَﺼَﺒْﻠِﻟ

ُﻦَﺼْﺣَاَو

،ِجْﺮَﻔْﻠِﻟ

ْﻦَﻣَو

ْﻢَﻟ

ْﻊِﻄَﺘْﺴَﻳ

ِﻪْﻴَﻠَﻌَﻓ

،ِمﺎَﻴﱢﺼﻟﺎِﺑ

ُﻪﱠﻧِﺎَﻓ

ُﻪَﻟ

ٌءﺎَﺟِو ( ﻖﻔﺘﻣ ﻪﻴﻠﻋ

.

23

Kepada kami: Hai golongan orang-orang muda, siapa-siapa dari kamu menndunkan pandangan mata dan lebih memel

bagimu

Untuk masyarakat Indonesia berlaku Undang-undang Perkawinan No 1 Th 1974 tentang per awinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat miitsaaqon gholiidhan untuk menaati perintah Allah dan melaksanankannya

n ibadah.24

rnikahan yaitu suatu ikatan antara pria dan wanita sebagai suami istri rkan hukum yang terdapat didalam Undang-Undang (UU), hukum agama dan adat istiadat yang berlaku.25 Nikah itu merupakan perjanjian dan ikatan lahir batin antara laki-laki dengan perempuan yang bermaksud untuk berumah tangga dan untuk menghasilkan keturu

A. Hassan, Terjemahan Bulughul Maram, (Bandung, Diponegoro, 2006), Cet. Ke- 27, hadist 993, h.

431.

Departemen Agama RI, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, Direktorat Urusan Agama Islam, K

5 Zainuddin ali, Hukum Perdata Islam Di Indonesia. (Jakarta, Sinar Grafika, 2006), h. 7.

23

24 Kompilasi Hukum Islam, (Bandung Fokus Media, 2007), Cet. Ke-2, h. 7.

25

orps Penasehat Perkawinan dan Keluerga Sakinah, (Jakarta, 2007), h. 59.

(19)

perkaw

2.

tu daerah dengan daerah lainnya. Dalam usaha untuk menghilangkan dakan kesengsaraan dalam hukum perkawinan tersebut, maka d

lebih r

m nikah berdasarkan kondisi , yaitu hukum wajib untuk sebagian orang dan sunnah untuk sebagian yang lainnya dan

inan menurut Islam dan Negara menurut UU No 1 Tahun 1974 tentang perkawinan.26

Dasar Hukum Perkawinan

Hukum perkawinan di Indonesia masih berbhineka atau beraneka ragam. Cara melangsungkan perkawinan saja ada yang menurut agama Islam, menurut agama Kristen, menurut agama Budha, menurut agama Hindu dan menurut Hukum adat yang berbeda- beda antara sa

keanekaragaman dan menga

alam Undang-undang Repubik Indonesia No. 1 tahun 1974 sudah diciptakan suatu peraturan baru tentang perkawinan, yang dikenal sebagai Undang-undang Perkawinan.27

Namun jelas bahwa segala apa yang sudah diatur atau ditetapkan dalam Undang- undang Perkawinan itu berlaku untuk semua macam perkawinan di Indonesia, baik perkwaninan itu menurut agama Islam, menurut agama Kristen, menurut agama Buhda, menurut agama Hindu, maupun menurut Hukum adat.28

Tentang hukum melakukan perkawinan menurut agama Islam dapat dijelaskan inci, yaitu hukum asal suatu pernikahan adalah mubah, namun bisa berubah menjadi sunnah, wajib, makruh, dan haram. Secara umum ada pendapat hukum nikah seperti sunnah menurut kelompok Jumhur dan wajib menurut Zahiriyah. Kelompok pengikut mazhab malik yang belakangan merinci huku

26 Nashrudin Thaha, Pedoman Perkawinan Umat Islam. (Jakarta, Bulan Bintang, 1960), Cet. Ke-3, h. 9.

27 Subekti, Ringkasan Tentang Hukum Keluarga dan Hukum Waris, (Jakarta, PT.Intermasa, 2004), h. 1.

28 Ibid., h. 3.

(20)

dapat j

n bagi orang tersebut adalah sun

i yang apabila tidak menikah, sanggup menjaga tidak melakukan perbuatan haram dan, apabila ia menikah, ia yakin tidak akan menzalimi dan membawa mudarat kepada istrinya, ini didasarkan pada firman Allah s

Artinya

uga berhukum mubbah bahkan haram, tergantung keadaan masing-masing sesuai kemampuan menghidarkan diri dari perbuatan tercela.29

Untuk mengetahui kedudukan nikah dilihat dari sudut pandang hukum perlu dikemukakan beberapa hukum nikah :

a) Sunnah

Orang yang telah mempunyai kemauan dan kemampuan untuk melangsungkan perkawinan, tetapi kalau tidak kawin tidak dikhawatirkan akan berbuat zina, maka hukum melakukan perkawina

nah.30

Menurut jumhur ulama bag diri untuk

wt.31 Dasar hukum yang digunakan yaitu Firman Allah SWT:

:“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang- orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui. ( Q.S. An-Nur (24):32)

29 Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh AL-Islami Wa Adillatuhu, (Beirut, Dar El Fikr, Juz VII), h. 29.

30 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta, Prenada Media), 2003, h. 19.

31 Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan Dan Keluarga, (Jakarta, Elsas, 2008), cet.

Ke-2, h. 5.

(21)

Sunnah bagi orang-o ng yang t ah b

untuk kawin dan dia telah untuk kawin dan dia telah mempunyai perlengkapan untuk ra el erkeinginan untuk kawin, telah pantas

b) Wajib

engkapan untuk kawin, ia takut terjerumus berbuat lau tidak kawin.33 Menurut jumhur ulama bagi orang yang mampu untuk menika

menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu yang mereka perbuat". (Q.S. An-Nur (24):30).

u

an

bagi ora

melangsungkan perkawinan.32

Ulama Hanafiyah menambahkan hukum secara khusus bagi keadaan dan orang tertentu, wajib bagi orang-orang yang telah pantas untuk kawin, berkeinginan untuk kawin dan memiliki perl

zina ka

h dan khawatir akan melakukan perbuatan zina. Alasannya, dia wajib menjaga dirinya agar terhindar dari perbuatan haram34

Artinya:“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa c) M bah

Bagi orang-orang yang pada dasarnya belum ada dorongan untuk kawin d perkawinan itu tidak mendatangkan kemudaratan apa-apa kepada siapa pun. Dan

ng yang mempunyai kemampuan untuk melakukannya, tetapi apabila tidak

35

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta, Prenada Media, 2007), cet. Ke-2, h.

45.

Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan Dan Keluarga, (Jakarta, Elsas, 2008), cet.

Ke-2, h.

32

33 Ibid., hal. 46

34

6

35 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta, Prenada Media, 2007), cet. Ke-2, h.

46.

(22)

melaku

d) Makru

enghindari hal itu jika ia menikah, misalnya dak mampu memberi nafkah, memberi perlakuan tidak baik kepada istri serta m

e)

n kewajiban-kewajiban dalam ngga sehingga apabila melangsungkan perkawinan akan terlantarlah dirinya dan istr

kannya tidak khawatir akan berbuat zina dan apabila melakukannya juga tidak akan menelantarkan istrinya.36

Dan bagi laki-laki yang tidak terdesak oleh alasan-alasan yang mewajibkan segera menikah atau karena alasan-alasan yang mengharamkan untuk menikah, maka hukumnya mubah.37

h

Bagi orang yang khawatir akan berbuat nista dan membawa mudarat kepada istrinya dan tidak merasa yakin dapat m

merasa ti

erasa tidak terlalu berminat terhadap perempuan.38

Juga bertambah makruh hukumnya jika karena lemah syahwat itu ia berhenti dari melakukan sesuatu ibadah atau menuntut ilmu.39

Haram

Bagi orang tang tidak mempunyai keinginan dan tidak mempunyai kemampuan serta tanggung jawab untuk melakuka

rumah ta inya.40

36 Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta, Prenada Media, 2003), h. 21.

arta, Elsas, 2008), cet.

Ke-2, h. .

ayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Jakarta, Pena Pundi Aksara, 2006), cet. I, h.493 .

37 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Jakarta, Pena Pundi Aksara, 2006), cet. I, h. 493.

38 Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan Dan Keluarga, (Jak 9

39 S

40 Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta, Prenada Media, 2003), h. 20

(23)

Bagi orang-orang yang tidak dapat memenuhi ketentuan syara’ untuk melakukan perkawianan atau ia yakin perkawinan itu tidak akan mencapai tujuan syara,

s

huk yang

mengat B. Ru

tan tersebut dari segi hukum.43 Syarat-syarat pernikahan merupa

sedangkan dia meyakini perkawinan itu akan merusak kehidupan pasangannya.41 Bagi seseorang yang tidak mampu memenuhi nafkah batin dan lahir kepada istrinya serta nafsunya pun tidak bergejolak, maka baginya haram untuk menikah.42 Al-quran dalam surat Al-Baqarah ayat 195 melarang orang melakukan hal yang akan mendatangkan kerusakan:

Artinya: “Dan jaganlah kamu mejatuhkan dirimu endiri kedalam kebinasaan.

Dilihat dari hukum-hukum yang sudah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa um menikah beraneka ragam. Ada yang mengatakan wajib, sunnah dan ada pula

akan mubah, serta haram. Disandarkan kepada situasi dan kondisi seseorang.

kun dan Syarat Perkawinan

Rukun dan syarat menentukan suatu perbuatan hukum, terutama yang menyangkut dengan sah atau tidaknya perbua

kan dasar bagi sahnya pernikahan. Jika syaratnya terpenuhi, pernikahannya sah dan menimbulkan segala kewajiban dan hak-hak pernikahan.44

dia), 2007, Cet. Ke-2, h.

47.

42 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Jakarta, Pena Pundi Aksara, 2006), Cet. I, h.492.

edia), 2007, Cet. Ke-2, h.59

44 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Jakarta, Pena Pundi Aksara, 2006), cet. I, h.541.

41 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta, Prenada Me

43 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta, Prenada M

(24)

Menurut Jumhur Ulama rukun perkawinan ada lima dan masing-masing rukun itu memiliki syarat-syarat tertentu. Untuk memudahkan pembahasan maka uraian rukun perkaw

kad dengan si suami,

c. Wali dan mempelai perempuan yang akan mengakadkan perkawinan.

d. Dua orang saksi.

Rukun dan syarat perkawianan pada dasarnya banyak berbeda pandangan antara seorang ulama atau mahzab dengan mahzab lain. Mahzab Hanafi berpendapat bahwa rukun perkaw

Salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh pihak yang hendak melangsungkan perkawinan itu ialah ikhtiyar (tidak dipaksa). Pihak yang melangsungkan perkawin itu

inan akan disamakan dengan uraian syarat-syarat dari rukun tersebut.45

Unsur pokok suatu perkawinan adalah laki-laki dan perempuan yang akan kawin, akad perkawinan itu sendiri, wali yang melangsungkan akan melangsungkan a

dua orang saksi yang menyaksikan telah berlangsungnya akad perkawinan itu.

Berdasarkan pendapat ini rukun perkawinan itu secara lengkap adalah sebagai berikut:

a. Calon mempelai laki-laki.

b. Calon mempelai wanita.

e. Ijab yang dilakukan oleh wali dan qabul yang dilakukan oleh suami.46

inan hanya ijab dan qobul. Sedangkan syarat perkawinan adalah rida ( persetujuan ) dari kedua calon suami dan istri.47

udi Kritis Perkembangan Hukum I m Dari Fikih, UU NO.1/1974 Sampai KHI, (Jakarta, Prenada Media, 2006), Cet.Ke-3, h. 78.

t. Ke-2, h.61.

47 Wahbah Az-Zuhaili. Al-Fiqh al-islam Wa-Adillatuhu. (Beirut. Dar al-Fikr. Tth juz ke-7). Hal 36

45 Amiur Nurdin&Azhari Akmal Tarigan. Hukum Perdata Islam Di Indonesia: St sla

46 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta, Prenada Media, 2007), Ce

(25)

dirumuskan dengan kata-kata kerelaan calon istri dan suami atau perserujuan mereka.

Kerelaan calon suami dan wali jelas dapat dilihat dan didengar dari tindakan dan ucapannya, sedang

n calon mempelai wanita, dapat berupa per

C. Tujuan dan Hikmah Perkawianan

aksana akad perkawinan yang sah, maka saat itu juga berarti antara kedua calon mempelai sudah terikat dalam ikatan

hinya keperluan hidup lahir dan batinnya, sehingga timbullah kebahagian, yakni kasih sayang antar anggota keluarg Manusia diciptakan Allah SWT

mem anusia

kan kerelaan calon isrti, mengingat wanita mempunyai ekspresi kejiwaan yang berbeda dengan pria, dapat dilihat dari sikapnya.48

Membicarakan rukun dan syarat perkawinan tentang persetujuan calon mempelai KHI juga mengaturnya yaitu pada pasal 16 ayat 1 dan 2 yang diantaranya:

a. Pasal 16 Ayat 1 berbunyi: Perkawinan didasarkan atas persetujuan calon mempelai.

b. Pasal 16 Ayat 2 berbunyi: Bentuk persetujua

nyataan tegas dan nyata dengan tulisan, lisan atau isyarat tapi dapat juga berupa diam dalam arti selama tidak ada penolakan yang tegas.49

Tujuan dan hikmah dari pada perkawinan ini adalah suatu kepastian dalam menjalankan syari’at islam yang berlaku. Apabila terl

perkawinan dan telah resmi.

Tujuan perkawinan menurut agama islam ialah untuk memenuhi petunjuk dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia. Harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban anggota keluarga, sejahtera artinya tecipta ketenangan lahir dan batin disebabkan terpenu

punyai naluri manusiawi yang perlu mendapat pemenuhan. Dalam pada itu m

48 Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta, Prenada Media Grup, 2006), Cet. Ke-2, h. 32.

49 Kompilasi Hukum Islam, (Bandung Fokus Media, 2007), Cet. Ke-2, h. 10-11

(26)

diciptak

nan menurut Islam merupakan tuntutan agama yang perlu mendap

ng sah kehidupan keluarga bahagia, umumnya antara lain dite

i, dan

2. Penyaluran Syahwat dan Penumpahan Kasih Sayang Berdasarkan Tanggung Jawab.

an oleh Allah SWT untuk mengabdikan dirinya kepada Khliq penciptanya dengan segala aktivitas hidupnya.50

Islam mengajurkan dan menggembirakan pernikahan sebagaimana tersebut karena ia mempunyai pengaruh yang baik bagi pelakunya sendiri, masyarakat, dan seluruh umat manusia. Menikah merupakan jalan terbaik untuk membuat anak-anak menjadi mulia, memperbanyak keturunan, melestarikan hidup manusia serta memelihara nasab yang oleh islam sangat diperhatikan sekali.51

Jadi aturan perkawi

at perhatian, sehingga tujuan melangsungkan perkawinan pun hendaknya ditujukan untuk memenuhi petunjuk agama. Adapun tujuan dari perkawinan antara lain yaitu :52

1. Mendapatkan dan Melangsungkan Keturunan

Seperti telah diungkapkan di muka naluri manusia mempunyai kecendrungan untuk mempunyai keturunan ya

ntukan oleh kehadiran anak-anak. Anak merupakan buah hati dan belahan jiwa.53 Keturunan merupan generasi yang akan terus melanjutkan keluarga ke generasi-genersi berikutnya, dengan keturunan, kehidupan rumah tangga menjadi terasa hidup, dama tenang.54

51 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Jakarta, Pena Pundi Aksara, 2006), Cet. Pertama, h 488.

Jakarta, 2006), h. 145.

50 Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta, Prenada Media Grup, 2006), Cet. Ke-2, h. 22.

52 Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta, Prenada Media Grup, 2006), Cet. Ke-2, h. 23.

53 Ibid., h, 24

54 Sutarmadi, Mesraini, Administrasi Pernikahan Dan Manajemen Keluarga, (UIN Syarif Hidayatullah,

(27)

Sesungguhnya naluri seks merupakan naluri yang paling kuat dan keras yang selamanya menuntut adanya jalan keluar.55 Sudah menjadi kodrat iradah Allah SWT, manusia diciptakan berjodoh jodoh dan diciptakan oleh Allah SWT mempunyai keinginan untuk berhubungan antara pria dan wanita. Disamping perkawinan untuk mengatur naluri seksual juga untuk menyalurkan cinta dan kasih sayang dikalangan pria dan wa

i

3.

Ketenangan hidup dan cinta serta kasih sayang keluarga dapat ditunjukan melalui perkawinan. Orang-orang yang tidak melakukan penyalurannya dengan perkawinan akan mengalami ketidak wajaran dan dapat menimbulakan kerusakan, entah kerusakan dirinya hkan masyarakat, karna manusia mempunyai nafsu, sedangkan nafsu itu condong untuk mengajak kepada perbuatan yang tidak baik.57

4. Menim

d umah.

mi istri yang perkawinannya didasarkan pada pengalaman agama. Jerih payah dalam at

nita secara harmonis dan bertanggung jawab. Penyaluran cinta dan kasih saying yang diluar perkawnan tidak akan menghas lkan keharmonisan dan tanggung jawab yang layak, karena didasarkan atas kebebasan yang tidak terikat oleh satu norma.56

Memelihara Diri dari Kerusakan

sendiri ataupun orang lain ba

bulakan Kesungguhan Bertanggung Jawab dan Mencari Harta yang Halal

Hidup sehari-hari menunjukan bahwa orang-orang yang belum berkeluarga tindakannya sering masih dipengaruhi oleh emosinya sehingga kurang mantap dan kurang bertanggung jawab. Demikian pula dalam menggunakan hartanya, orang-orang berkeluarga lebih efektif dan hemat, karena mengingat kebutuhan keluarga ir

Sua

usahanya dan upaya mencari keperluan hidupnya dan keluarga yang dibinanya dap

55 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Jakarta, Pena Pundi Aksara, 2006), Cet. Pertama, h 487.

56 Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta, Prenada Media Grup, 2006), Cet. Ke-2, h. 27.

57 Ibid., h. 28.

(28)

digolongkan ibadah dalam arti luas. Dengan demikian, melalui rumah tangga dapat ditimbu

5.

Dalam hidupnya manusia memerlukan ketenangan dan ketentraman hidup.

keluarganya.60 id Sabiq menyebutkan pula hikmah menikah sebagai berikut 61: 1. Ses

goncangan, kacau dan merobos jalan yan

ang men

lkan gairah berkerja dan bertanggung jawab dapat ditimbulkan gairah bekerja dan bertanggung jawab serta berusaha mencari harta yang halal.58

Menentramkan Jiwa.

Allah SWT menciptakan hambanya hidup berpasang-pasangan dan tidak hanya manusia saja, tetapi juga hewan dan tumbuh-tumbuhan, hal ini sasuatu yang alami, yaitu pria tertarik kepada wanita dan juga sebaliknya.59

Ketenangan dan ketentraman untuk mencapai kebahagian. Kebahagian dapat dicapai dengan adanya ketenangan dan ketentraman anggota keluarga dalam

Menurut Sayy

ungguhnya naluri seks merupakan naluri yang paling kuat, yang selamanya menuntut adanya jalan keluar. Bilamana jalan keluartidak dapat memuaskannya, maka banyaklah manusia yang mengalami ke

g jahat. Kawin merupakan jalan alami dan biologis yang paling baik dan sesuai untuk menyalurkan dan memuaskan naluri seks ini. Dengan kawin, badan jadi segar jiwa jadi tenang, mata terpelihara dari melihat yang haram perasaan ten

ikamati barang yang halal.62

58 Ibid., h. 29.

, Pedoman Hidup : Berumah Tangga dalam Islam, (Jakarta, PT. Siroja, 2003), Cet.

Pertama, h. 15.

Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta, Prenada Media Grup, 2006), Cet. Ke-2, h. 31.

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Jakarta, Pena Pundi Aksara, 2006), Cet. Pertama, h 487.

59 M. Ali Hasan

60 Abd

61 Ibid., h. 69.

62

(29)

2. Menikah merupakan jalan yang terbaik untuk membuat anak-anak menjadi mulia, memperbanyak keturunan, melestarikan hidup manusia serta memelihara nasab yang oleh Islam sangat diperhatikan sekali.

3. Naluri kebapaan dan keibuan akan tumbuh saling melengkapi dalam suasana hidup dengan anak-anak dan akan tumbuh pula perasaan-perasaan ramah, cinta dan saying yang merupakan sifat-sifat baik yang menyempurnakan kemanusiaan seseorang. 63

4. Menyadari tanggung jawab beristri dan menanggung anak-anak akan menimbulkan

kewajibannya, sehingga ia akan banyak berkerja dan mencari penghasilan yang dapat

5. Adanya pembagian tugas, dimana mengurusi dan mengatur rumah tangga, sedangkan i istri

6. Dengan perkawinan, diantaranya dapat membuahkan tali kekeluargaan, memperteguh kelanggengan rasa cinta antara keluarga, dan memperkuat hubungan kemasyarakatan

menyayangi akan berbentuk masyarakat yang kuat dan bahagia.66

sikap rajin dan sungguh-sungguh dalam memperkuat bakat dan pembawaan seseorang. Ia akan cekatan bekerja karena dorongan tanggung jawab dan memikul

memperbesr jumlah kekayaan dan memperbanyak produksi.64

yang lain berkerja diluar, sesuai dengan batas-batas tanggung jawab antara suam dalam menangani tugas-tugasnya.65

yang oleh islam direstui, ditopang dan ditunjang. Karena masyarakat yang saling

63 Ibid., h. 488.

Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta, Prenada Media Grup, 2006), Cet. Ke-2, h. 71.

Ibid., h. 71

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Jakarta, Pena Pundi Aksara, 2006), Cet. Pertama, h. 488

64 65

66

(30)

Jadi secara singkat dapat disebutkan bahwa hikmah perkawinan itu antara lain menyalurkan naluri seks, jalan mendapatkan keturunan yang sah, penyaluran naluri kebapaan dan keibuan, dorongan untuk berkerja keras, pengaturan hak dan kewajiban dalam.67

D. Pengertian HIV/AIDS

Perlu di jelaskan disini apa itu HIV-AIDS, HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Seseorang yang terinfeksi virus HIV untuk jangka wahtu tertentu(5- 10 th) masih nampak sehat walafiat, namun kemudian barulah penyakit AIDS yang sesungguhnya muncul. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrom, yaitu s

a a gejala unnya system kekebalan tubuh dan menyerang CD4 69 yang disebab

ekumpulan gejala-gajala yang didapat dikarenakan menurunnya kekebalan tubuh seseorang.68

HIV adalah virus penyebab Penyakit AIDS, AIDS adalah kumpulan beber p penyakit akibat menur

kan oleh virus HIV, sistem kekebalan tubuh (antibodi) adalah system yang melindungi tubuh dari benda asing seperti bakteri, jamur, dll.70 HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik 71 ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang

67 Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta, Prenada Media Grup, 2006), Cet. Ke-2, h. 72.

68 Dadang Hawari, Konsep Agama (Islam) Menanggulangi HIV-AIDS, (Jakarta, Dana Bhakti Prima Yasa, 2002), Cet. Pertama, h.2.

4 adalah : sel darah putih yang mengaktifkan system kekebalan tubuh untuk melawan penyakit.

Batius, Info Dasar HIV?AIDS, Seminar Aksi Stop HIV/AIDS, Puskesmas Halimun, 13 Januari 2010, h.

1.

69 CD

70

71 Infeksi Oportunistik ialah : infeksi oleh virus, jamur, bakteri yang sebenarnya tak berbahaya bila kondisi imun normal

(31)

telah a

an tidak langsung, padahal sel T CD4 dibutuhkan agar system kekeba

da dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum bisa benar-benar disembuhkan.72

Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat infeksi oleh bakteri, virus, parasit, yang biasanya dikendalikan oleh unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak virus HIV. AIDS merupakan bentuk terparah atas akibat infeksi HIV.73 HIV adalah virus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan manusia,74 HIV merusak sel T CD4 secara langsung d

lan tubuh dapat berfungsi dengan baik. Bila HIV telah membunuh sel T CD4 hingga jumlahnya menyusut hingga kurang dari 200 per mikroliter darah, maka kekebalan ditingkat sel akan hilang.75

AIDS merupakan penyakit yang menyengsarakan baik fisik, mental maupun sosial karena ulah perilaku manusia yang melampaui batas, maka benarlah apa yang difirmankan Allah SWT: dalam surat Yunus ayat 44, yaitu76:

72 Pencarian lewat internet www.google,com kata pencarian : Pengertian AIDS Artikel diakses pada 27 Juni 2010.

Batius, Info Dasar HIV/AIDS, Seminar Aksi Stop HIV/AIDS, Puskesmas Halimun, 13 Januari 2010 encarian lewat internet www.google,com

73 Ibid.,

74

75 P kata pencarian : HIV/AIDS Menurut Ilmu kedokteran Artikel

diakses pada 23 mei 2010.

Dadang Hawari, Konsep Islam Memerangi AIDS&NAZA, (Jakarta, Dana Bhakti Wakaf, 1996), Cet. Ke- 6, h. 3.

76

(32)

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia Itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri”.

Sejak ditemukan tahun 1980, hingga sekarang penyakit AIDS belum nampak tanda- tanda akan ditemukan penawarnya, bahkan para pakar menyatakan belum bisa menjamin dalam 10 tahun mendatang mereka mampu berhasil menemukan vaksin pencegahanya.

Apa yang telah terjadi yaitu ketakutan akan bahaya penyakit HIV/AIDS dan ancaman kematian sebagai kelanjutannya, penyakit HIV-AIDS ini sebagai suatu peringatan, cobaan,

ujian sekaligus musibah agar manusia menyadariny islam

termasuk ar.79 Tetapi bagi

orang yang tidak melakukan hal-hal yang dilarang Allah bisa tertular melalui transfusi darah, jarum suntik yang tercemar demikian pula dengan bayi yang lahir dalam keadaan suci dapat tertular melalui tali pusar dari ibunya yang mengidap HIV-AIDS.

Seseorang yang menderita AIDS pertama kali akan mengalami gejala-gejala umum seperti influenza. Kemudian penyakit akan menjadi variasi dalam kurun waktu 6 bulan sampai 7 tahun, atau rata-rata 21 bulan pada anak-anak dan 60 bulan pada orang dewasa.

Disamping itu perlu diperhatikan gejala-gejala non spesifik dari AIDS yaitu ARC (AIDS Related Complex). Yang berlangsung lebih dari 3 bulan :

77

a atas perilakunya.78 Dalam

mencegah dan memerangi HIV-AIDS sebagai akibat segala perbuatan yang dilarang Allah dalam jihad dalam rangka menjalankan amar maruf nahi munk

80

81

77 Ibid., 6

78 Dadang Hawari, Psikiater, Konsep Agama (Islam) Menanggulangi HIV-AIDS, (Jakarta, Dana Bhakti Prima Yasa, 2002), Cet. Pertama, h. 4.

Dadang Hawari, Konsep Islam Memerangi AIDS&NAZA, (Jakarta, Dana Bhakti Wakaf, 1996), Cet. Ke- 6, h. 38

79 Ibid., h. 10

80 Ibid., h. 11.

81

(33)

1. Berat badan turun lebih dari 10%

2. Demam lebih dari 38 derajat celsius 3. Berkeringat dimalam hari tanpa sebab

4. Diare kronis tanpa sebab yang jelas lebih dari 1 bulan 5. Rasa lelah berkepanjangan

ada lidah

copenia

HIV/AIDS, mereka skeptis terhadap pandangan-pandangan moral etika agama khususnya agama Islam. Mereka menyatakan bahwa penyakit HIV/AIDS idak ada hubungannya dengan agama, bukan peringatan Tuhan dan bukan pula azab Tuhan.

nyebab penyakit AIDS adalah virus HIV dan bukan merupakan ciptaan Tuhan sebagaimana halnya manusia.83

garan HAM kalau kita menganggap mereka pengidap HIV/AIDS sebagai seorang yang tidak bermoral apalagi

6. Hairy leukoplakia (bercak putih) p

7. Herpes zoster dan kandidiasis mulut 8. Pembesaran kelenjar limfa, anemia, leu

9. Diketemukan anti gen HIV atau antibodi terhadap HIV82

Khusus dalam penyakit

t

Lebih jauh mereka mengatakan bahwa pe

karena melangar larangan Tuhan. Mereka lupa bukankah virus HIV juga

Lebih jauh mereka mengatakan bahwa adalah pelan

82 Ibid., h.., 39

83 Ibid., 10.

(34)

sebagai

E.

lut, sering diterapkan orang pada kebebasan bergaul antara

n HIV terbanyak lewat hubungan seks baik homose

orang yang bersalah dan berdosa84. Pengidap HIV/AIDS tidak boleh dikucilkan dan dideskriminasikan begitupula dengan dengan hal perkawinan, mereka berhak untuk menjalani perkawinan seperti orang normal yang lainnya sehingga tidak ada deskriminasi.

Faktor Penyebab, Penularan HIV/AIDS

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat menghindari pergaulan sesama.

Kebebasan yang dilakukan secara abso

lelaki dan wanita. Memang pada komunitas tertentu, hal itu masih bernilai positif.

Akan tetapi bila sudah meningkat pada kebebasan hubungan seks, sadar atau tidak hal itu mengakibatkan perilaku yang abnormal dari pandangan sosial maupun agama.85 Akibat lebih jauh adalah timbulnya kerusakan jasmani. Berjangkitnya penyakit kelamin seperti AIDS, lahir dari kebebasan seksual tanpa kontrol terhadap kebersihan lawan seks.86

bila 10 tahun yang lalu penulara

ksual maupun hoteroseksual, maka sekarang 80% penularan adalah lewat jarum suntik narkoba atau IDU (Intravena Drug User). Hampir semua pecandu yang menyadari bahwa dirinya HIV positif akan mengalami shock hebat, stres dan depresi.87

HIV dan virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung virus HIV/AIDS, seperi darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan

84 Dadang Hawari, Psikiater, Konsep Agama (Islam) Menanggulangi HIV-AIDS, (Jakarta, Dana Bhakti Prima Yasa, 2002), Cet. Pertama, h. 17.

Pencarian lewat internet www.google,com

85 kata pencarian : Perkawinan ODHA Menurut Pandangan

Islam Ar

Ibid.,

esehatan Jiwa.” Kedaulatan Rakyat, 15 September 2005, h. 6

tikel diakses pada 25 mei 2010

86

87 Inu Wicaksana. “Konsultasi K

(35)

air susu

lalui hubungan seksual

F.

gi agama

ama Islam munculnya penyakit HIV/AIDS dapat dipandang sebagai

ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.88

Tiga jalur utama masuknya virus HIV ke dalam tubuh ialah me

, persentuhan (paparan) dengan cairan atau jaringan tubuh yang terinfeksi, serta dari ibu ke janin atau bayi. Walaupun HIV dapat terdeteksi pada ari liur, air mata dan urin orang yang teinfeksi, namun tidak tedapat catatan kasus infeksi dikarenakan cairan-cairan tersebut, denagan demikan resiko infeksinya secara umum dapat diabaikan.89

Faktor Pencegah HIV/AIDS

Upaya pokok pencegahan (preventif) dalam menanggulangi penyakit AIDS dari se islam adalah membina mental rohani secara teratur dan sedini mungkin, sehingga mental rohani itu akan tetap sehat. Dengan sehatnya rohani tersebut lebih dapat diharapkan tidak akan ada terjadinya penyimpangan seksual, prostitusi, pergaulan bebas, mabuk, penyalahgunaan narkoba, dan sebagainya. Sehingga dengan rohani yang sehat itu akan terwujud jasmani yang sehat pula.90

Dari sudut pandang ag

peringatan Tuhan agar manusia kembali bertobat dan kembali ke jalan yang benar,

88 Pencarian lewat internet www.google,com kata pencarian : HIV/AIDS Menurut Ilmu kedokteran Artikel es pada 23 mei 2010.

Pencarian lewat internet www.google,com diaks

89 Ibid.,

90 kata pencarian : Perkawinan ODHA Menurut Pandangan

Islam Artikel diakses pada 25 mei 2010

(36)

yaitu tidak lagi melakukan perzinaan (seks bebas dan pelacur), berhenti menggunakan narkoba.91

Ada tehnik-tehnik yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan HIV pada pasang

dengan variasi apapun. Kondom cukup aman untuk menghindari penularan virus HIV

makaian jarum suntik yang sudah terkontaminasi HIV secara bergantian.

kepada masyarakat luas yang dibagi dalam 4 tahap yaitu95:

uan erta penyebaran, bahaya dan cara pencegahannya.

Upaya ini dapat dilakukan melalui pendidikan masyarakat dengan mengikut sertakan para

an yang salah satu atau dua-duanya HIV-positif. Hal ini sudah dilakukan di Indonesia antara lain92 :

1. Penularan virus dapat dihindari dengan penggunaan kondom setiap kali berhubungan seksual

.

2. Hindari kontak darah dengan penderita HIV/AIDS.93 3. Hindari pee

4. Dan jangan bergonta-ganti pasangan94

Selain hal yang diatas salah satu upaya pencegahan HIV/AIDS adalah memberikan informasi

1. Pengetahuan (knowledge)

Upaya ini dengan cara memberi penyuluhan kepada masyarakat luas pengetah tentang HIV/AIDS dan cara penularan s

91 Dadang Hawari, Psikiater, Konsep Agama (Islam) Menanggulangi HIV-AIDS, (Jakarta, Dana Bhakti Prima Yasa, 2002), Cet. Pertama, h. 57.

92 Pencarian lewat internet www.google,com kata pencarian : HIV/AIDS Menurut Ilmu kedokteran Artik diakses pada 23 mei 2010.

el

/artikel/2007/06/hidup-dengan-penderita-aids-kenapa-tidak

93 Pencarian Lewat Internet artikel diakses pada 30 Mei 2010 dari

http://www.tanyadokter.com .

sa), 2002, Cet. Pertama, h. 57.

94 Dadang Hawari, Konsep Islam Memerangi AIDS&NAZA, (Jakarta, Dana Bhakti Wakaf, 1996), Cet. Ke- 6, h. 41.

95 Dadang Hawari, Psikiater, Konsep Agama (Islam) Menanggulangi HIV-AIDS, (Jakarta, Dana Bhakti Prima Ya

(37)

tena

3. / Pendirian/ Keyakinan (conviction)

emperoleh pengetahuan dan keyakinan, diharapkan mereka terguga

otivasi pada diri mereka untuk merubah ab.98

4. Pengua

menjadi prilaku yang sehat dan lebih bertanggung jawab.99

ga medis, agamawan, lembaga-lembaga yang terkait (LSM) dan partisipasi mass media.96

2. Keyakinan (belief)

Upaya ini dimaksudkan untuk menanamkan keyakinan tentang bahaya HIV/AIDS. Hingga sekarang banyak orang khususnya dikalangan remaja belum percaya dan tidak yakin bahwa dirinya dapat terinfeksi virus HIV/AIDS kalau melakukan seks bebas dan memakai jarum suntik bergantian.97

Kesadaran

Setelah mereka m

h hati nuraninya betapa bahayanya melakukan perzinaan dan pemakaian jarum suntik yang sudah terkontaminasi yang dipakai secara bergatian yang berakibat pada penularan dan penyebaran HIV/AIDS. Atas kesadaran, serta pendirian yang ada pada diri mereka, diharapakan timbul keyakinan serta m

prilaku kea rah yang sehat dan bertanggung jaw saan (mastery)

Setelah mereka memperoleh pengetahuan, menyadari dan termotivasi, pada gilirannya kini mereka mempraktekan atau mengamalkan pengetahuan dan keyakinannya yaitu dengan cara merubah pola kehidupan yang buruk yang selama ini dianutnya

Ibid., h. 64.

Ibid., h. 65.

Ibid., h. 66.

96 Ibid., h. 63.

97 98 99

(38)

BAB III

PROFIL YAYASAN KESATUAN PEDULI MASYARAKAT (KELIMA) PELAYANAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA & HIV/AIDS . Sejarah Singkat Yayasan Kesatuan Peduli Masyarakat (KELIMA)

KELIMA singkatan dari Kesatuan Peduli Masyarakat, berawal dari sebuah organisasi masyarakat yang yang dibentuk tahun 2003 oleh Badan Narkotika Propinsi DKI Jakarta Bidang Prevensi dan didukung oleh Instalasi NAPZA Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Bogor.100

A

Hasil Wawancara Pribadi dengan Ketua Umum Batius dikantor KELIMA, Rabu 23 Juni 2010.

100

(39)

Yayasan KELIMA terdiri dar ggota yang masing-masing anggotanya

berlatarbe yoritas dari

anggotanya mantan pecandu narkotika jenis opiat (Heroin / Putaw).

Yayasan KELIMA terletak di Jl. Jagur 1 No. 25 Cipinang Melayu Jakarta Timur.

Yang terdiri dari rumah singgah dan kantor untuk menjalankan oprasionalnya, dimana rumah singgah dipergunakan untuk menjalankan program-programnya, ruang lingkup program KELIMA meliputi upaya :

1. Prevensi Primer

Dengan sasaran masyarakat yang tidak/ belum pernah memakai narkoba, terutama kelompok resiko tinggi, agar tidak memakai narkoba serta mengembangkan pola hidup sehat, produktif dan kreatif.

kelompok pemakai pemula, agar berhenti memakai dan memiliki i terhadap keterlibatan dengan narkoba dan kekerasaan.

3. Preven

uruknya sehingga dapat pulih dan dapat hidup sehat serta akat.

Dan ada 3 1.

i 120 an

lakang ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) yang dikarenakan ma

101

2. Prevensi Skunder Dengan sasaran daya tanggal tingg

si Tersier

Dengan sasaran kelompok pecandu, agar berhenti memakai narkoba, mencegah kekambuhan serta dampak b

produktif dimasyar

program oprasional yang diantaranya : Program Berbasis Sekolah

101 Hasil Wawancara Pribadi dengan Sekertaris Samawati dikantor KELIMA, Minggu 20 Juni 2010,

(40)

Program pencegahan dan penanggulangan barbasis sekolah dikembangkan secara kompre

as Narkoba” yang bersifat komprehensif

b. Pelatihan S

nyediaan sarana konseling dan pelayanan rujukan.

2. Program Berbasis Komunitas

Program dikembangkan secara bottom up ditengah masyarakat sesuai dengan

an bebas narkoba, dengan menggerakan partisipasi ukum setempat maupun aparat lain:

asyarakat setempat b. Deteksi dini dan intervensi

hensif dan terpadu, dengan melibatkan setiap komponen sekolah yang didukung oleh lembaga pelayanan kesehatan, sosial, agama dan kepolisian. Kegiatannya antara lain:

a. Mensosialisasikan tentang “Sekolah Beb terpadu.

DM.

c. Pendidikan pencegahan bagi siswa dengan sistem dengan system modul dan pendekatan kelompok sebaya.

d. Pe

e. Pengembangan sistem informasi.102

kebutuhan, meliputi pencegahan, terapi dan rehabilitasi berbasis masyarakat, serta membantu menciptakan lingkung

masyarakat dan berkoordinasi dengan aparat penegak h pemerintah setempat. Kegiatanya antara

a. Pelatihan SDM yang berasal dari unsur m

dini dengan penjangkauan (outreach)

c. Asesmen (masyarakat, klien dan keluarganya), termasuk pemeriksaan kesehatan bagi klien

102 Yayasan Kesatuan Peduli Masyarakat, Organization Profile Yayasan KELIMA Pelayanan Penyalahgunaan Narkoba & HIV/AIDS, (Jakarta, Yayasan Kesatuan Peduli Masyarakat, 2010), h. 5.

Referensi

Dokumen terkait

Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis dalam aspek merumuskan masalah antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi pembelajaran peningkatan

Segmentasi atau pengelompokan tersebut telah dilakukan oleh tim pemenangan pasangan Kena Ukur Surbakti – Terkelin Brahmana sebelum melakukan strategi marketing

peneliti terdahulu dan peneliti sekarang menggunakan teknik analisis deskriptif.. Bab 1 Pasal 1 dari UU terebut, dinyatakan bahwa Usaha mikro adalah usaha produktif

Penerapan dalam penelitian ini yaitu mengenai pengaruh menonton film Dua Garis Biru (Efek Kognitif, Afektif, dan Behavioral) terhadap kesadaran remaja akan

Dari hasil penelitian mengenai analisis perbandingan harga poko produksi industri sanitair dengan menggunakan metode full cossting, dalam metode ini mengakui

Bila dilihat dari fungsi pemakaian dan nilai value dimasyarakat, kebaya ditiap zaman mengalami terus pergeseran berawal hanya bisa dipakai oleh para bangsawan

Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di Ibukota Pekanbaru yang memiliki potensi cukup besar, letaknya yang strategis dilalui jalur transportasi darat dan

Untuk petani kecil yang tidak memiliki potensi pertanian yang menguntungkan, dalam jangka pendek memerlukan jaring pengaman sosial dan dalam jangka panjang