• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Rumini Fajar NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Rumini Fajar NIM"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

KESADARAN REMAJA AKAN AKIBAT PERGAULAN BEBAS (SURVEY PADA SISWA SISWI SMA

MUHAMMADIYAH 25 PAMULANG)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Rumini Fajar NIM. 11160510000022

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H/2021 M

(2)

i

PENGARUH FILM DUA GARIS BIRU (EFEK KOGNITIF, AFEKTIF, DAN BEHAVIORAL) TERHADAP

KESADARAN REMAJA AKAN AKIBAT PERGAULAN BEBAS (SURVEY PADA SISWA SISWI SMA

MUHAMMADIYAH 25 PAMULANG)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Rumini Fajar NIM. 11160510000022

Pembimbing,

Dr. Yopi Kusmiati, S.Sos.I., M.Si NIP. 198012172003122002

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN 1442 H/2021 M

(3)

ii

(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul “PENGARUH FILM DUA GARIS BIRU (EFEK KOGNITIF, AFEKTIF, DAN BEHAVIORAL) TERHADAP KESADARAN REMAJA AKAN AKIBAT PERGAULAN BEBAS (SURVEY PADA SISWA SISWI SMA MUHAMMADIYAH 25 PAMULANG)” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 27 Mei 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana sosial (S. Sos) pada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

Jakarta, 27 Mei 2021 Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Dr. Armawati Arbi, M.Si.

NIP. 19652071991032002

H. Edi Amin, S.Ag., MA NIP. 197609082009011010 Anggota:

Penguji I Penguji II

Prof. Andi M. Faisal Bakti M.A, Ph.D NIP. 196212311988031032

Fita Fathurokhmah, M.Si.

NIP.198306102009122001

Pembimbing,

Dr. Yopi Kusmiati, S.Sos.I., M.Si NIP.198012172003122002

(5)

iv ABSTRAK Rumini Fajar

Pengaruh Film Dua Garis Biru (Efek Kognitif, Afektif, dan Behavioral) terhadap Kesadaran Remaja akan Akibat Pergaulan Bebas (Survey pada Siswa Siswi SMA Muhammadiyah 25 Pamulang)

Film merupakan salah satu media komunikasi yang bersifat massal, heterogen dan dapat menimbulkan atau memberikan efek tertentu kepada khalayak. Film tidak hanya berfungsi sebagai media hiburan saja, tetapi juga sebagai sarana informasi dan edukasi. Oleh karena itu disaat sekarang ini, zaman sudah semakin medoren kita harus bijak dalam memilih tontonan karena salah-salah dalam memilih tontonan dapat memberikan pengaruh yang buruk terumatama bagi anak-anak dan remaja yang masih dalam pencarian jati dirinya. Film yang menjadi fokus penelitian adalah film Dua Garis Biru.

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagaimana kesadaran remaja kelas XII SMA Muhammadiyah 25 Pamulang akan dampak pergaulan bebas setelah menonton film Dua Garis Biru dan seberapa besar pengaruhnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan angket melalui google form kepada 62 responden. Teknik pengambilan sampelnya menggunakan teknik purpose sampling.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Stimulus Organism Respon (S-O-R). Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Film Dua Garis Biru (S) yang mendapat respon dari remaja siswa kelas XII SMA M 25 Pamulang (O) yang aktif mengolah pesan dari film sehingga menimbulkan pengaruh (R) tertentu.

Hasil peneltian ini menunjukkan adanya pengaruh efek kognitif, afektif dan behavioral terhadap kesadaran remaja akan akibat pergaulan bebas setelah menonton film Dua garis Biru dengan tingakat korelasi sedang yaitu 0,409, dan efek kognitif, afektif, dan behavioral dari film Dua Garis Biru berpengaruh sebesar 16,7% terhadap kesadaran remaja akan akibat pergaulan bebas.

Kata Kunci : Film, Pergaulan Bebas, Siswa, Remaja, Kesadaran.

(6)

v

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Alhamdulillahirobbil ‘Alamin, puji dan syukur penulis haturkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmatnya, baik nikmat iman, nikmat islam, serta nikmat sehat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Film Dua Garis Biru (Efek Kognitif, Afektif, dan Behavioral) terhadap Kesadaran Remaja akan Akibat Pergaulan Bebas (Survey pada Siswa Siswi SMA Muhammadiyah 25 Pamulang)”. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi besar Nabi Muhammad SAW, semoga kita semua senantiasa mendapatkan syafaat-Nya hingga akhir kelak.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dari Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama proses penyusunan skripsi, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Selama penyusunan skripsi ini tentu banyak kendala dan permasalahan yang penulis lalui, namun atas izin dan rencana Allah SWT akhirnya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

Tentu saja dalam penyelesaian skripsi ini penulis tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik selama perkuliahan, hingga pada tahap proses penyelesaian

(7)

vi

skripsi. Oleh sebab itu, pada kesempatan baik ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Suparto, M.Ed, Ph.D., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Dr. Siti Napsiyah, S.Ag, MSW., sebagai Wakil Dekan I Bidang Akademik. Dr.

Sihabudin Noor, M.Ag., sebagai Wakil Dekan II Bidang Adminitrasi Umum. Drs. Cecep Castrawijaya, M.A., sebagai Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.

2. Dr. Armawati Arbi, M.Si., sebagai Ketua Jurusan Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) dan Dr.

H. Edi Amin, S.Ag., M.A., sebagi Sekretaris Program Studi Komuniasi Penyiaran Islam (KPI).

3. Dr. Yopi Kusmiati, S.Sos.I., M.Si., sebagai Dosen Pembimbing, yang telah bersedia membimbing serta selalu sabar memberikan masukan, saran dan waktunya kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga beliau dan keluarga selalu sehat dan dalam lindungan Allah. Amiin.

4. Prof. Dr. Andi Faisal M. Bakti, M.A. dan Fita Fathurokhmah, M.Si. selaku dosen penguji dalam sidang skripsi, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menguji, mengoreksi dan memberi masukan, demi memaksimalkan penelitian ini.

5. Kalsum Minangsih, M.A., sebagai Dosen Penasehat Akdemik, yang selalu memberikan motivasi, masukan dan saran selama perkuliahan.

(8)

vii

6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat.

7. Seluruh Staf Perpustakaan Umum dan Fakultas, yang telah membantu penulis dalam mencari dan menggunakan buku-buku yang dibutuhkan sebagai referensi. Bagian Tata Usaha yang selalu sabar dan telaten dalam pembuatan surat.

8. Kedua orang tua tercinta dan terkasih, Bapak Afrizal dan Ibu Elfi Elfina, S.Pd.I, yang selalu memberikan dukungan baik berupa moril maupun material, motivasi, saran, kasih sayang, perhatian dan do’a yang tak henti-hentinya terucap. Selalu sabar menyemangati penulis dari jauh, dan sabar menunggu penulis menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar sarjana,

9. Kakak peremepuan Dian Prima Sari dan adik perempuan Siti Aisyah, yang selalu memberi semangat, motivasi, dan menjadi penghibur dikala penulis merasa jenuh, bahkan membantu mengoreksi kesalahan pengetikan.

10. Irbithul Fikriyah Alauhi, dan Sri Prihatiningrum yang menjadi tempat bertanya penulis dikala kebingungan, dan dengan sabar menjelaskan hal-hal yang tidak penulis tau.

M. Sayid Furqon yang selalu meyemangati, membantu dan menemani penulis selama menyelesaikan skripsi.

Terimakasih atas kebaikannya tanpa kalian penulis tidak tau bertanya ke siapa lagi.

(9)

viii

11. Teman-teman Malaykats Fam. Dewo, Fadli, Ijuy, Isrok, Kadafi, Reza, Azkia, Dinda, Indah, Oki, Putri dan Rifa yang sudah menemani 4 tahun perkuliahan. Terimakasih sudah menjadi teman bertukar fikiran dan bertukar cerita, memotivasi dan menghibur penulis dengan tingkah aneh dan candaan receh. Semoga kita selalu dalam lindangan Allah dan tetap berteman meski terpisah jarak dan waktu.

12. Seluruh Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam angkatan 2016, terkhusus KPI A serta teman-teman organisasi yang telah menjadi bagian cerita selama perkuliahan.

13. Teman-teman seasrama dan sekosan Iki, Nurul, Eka, Karmila, kak Sofi, mbak Uswah yang sudah menjadi teman seatap selama 5 tahun belakangan ini.

14. Civitas akademik SMA Muhammadiya 25 Pamulang yang telah mempermudah penulis dalam proses pengambilan data. Serta memberi arahan dan masukan kepada penulis guna memperoleh hasil yang lebih baik dalam proses pengambilan data. Kepada seluruh pihak SMA Muhammadiyah 25 Pamulang saya ucapkan terima kasih banyak.

15. Seluruh Siswa dan Siswi SMA Muhammadiyah 25 Pamulang, terutama kelas XII yang sudah bersedia meluangkan waktunya menjadi responden dalam penelitian ini. Terima kasih atas bantuan dan dukungannya untuk kelancaran skripsi ini semoga Allah membalas kebaikan kalian.

(10)

ix

Akhir kata terima kasih banyak dan mohon maaf atas segala salah dan khilaf yang terjadi selama proses penyelesaian skripsi ini. Segala budi baik semua pihak yang disebutkan maupun tidak semoga mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Besar harapan penulis agar apa yang telah penulis usahakan ini bermanfaat, baik bagi penulis maupun bagi orang lain.

Tangerang Selatan, 29 April 2020

Rumini Fajar

(11)

x DAFTAR ISI

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Review Kajian Terdahulu ... 9

G. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. LANDASAN TEORI ... 13

1. Teori S-O-R ... 13

2. Teori Efek Media ... 16

3. Efektiitas Dakwah melalui Film ... 26

4. Pengetahuan ... 29

5. Sikap ... 32

6. Pergaulan Bebas ... 34

(12)

xi

7. Remaja ... 54

B. KERANGKA PEMIKIRAN ... 57

C. HIPOTESIS ... 58

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 59

A. Paradigma Penelitian ... 59

B. Pendekatan Penelitian ... 60

C. Metode Penelitian ... 60

D. Objek Penelitian ... 61

E. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian ... 61

F. Populasi dan Sampel ... 64

G. Waktu dan Tempat Penelitian ... 70

H. Sumber Data ... 70

J. Teknik Pengumpulan Data ... 73

K. Teknik Pengolahan Data ... 74

L. Validitas dan Reliabilitas ... 75

M. Teknik Analisis Data ... 77

BAB IV TEMUAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 80

1. TEMUAN HASIL PENELITIAN ... 80

A. Deskripsi Data Responden ... 80

B. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 82

2. PEMBAHASAN ... 100

(13)

xii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 110

A. Kesimpulan ... 110

B. Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 112

LAMPIRAN ... 120

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Jumlah Siswa... 68

Tabel 3. 2 Skala Likert ... 71

Tabel 3. 3 Kisi-Kisi Instrumen Variabel ... 73

Tabel 3. 4 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Tingkat Alpha ... 77

Tabel 4. 1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 80

Tabel 4. 2 Data Responden Berdasarkan Usia ... 81

Tabel 4. 3 Data Responden Berdasarkan Jurusan ... 81

Tabel 4. 4 Hasil Uji Validitas Variabel X (Film Dua Garis Biru) ... 83

Tabel 4. 5 Hasil Uji Validitas Variabel Y (Kesadaran Remaja akan Akibat Pergaulan Bebas) ... 83

Tabel 4. 6 Uji Reliabilitas Variabel X ... 84

Tabel 4. 7 Uji Reliabilitas Variabel Y ... 84

Tabel 4. 8 Variabel X ... 87

Tabel 4. 9 Efek Kognitif dalam Variabel X ... 89

Tabel 4. 10 Efek Afektif dalam Variabel X ... 90

Tabel 4. 11 Efek Behavioral dalam Variabel X ... 91

Tabel 4. 12 Akumulasi Mean Variabel X ... 94

Tabel 4. 13 Tingkat Hubungan... 95

Tabel 4. 14 Variabel Y ... 96

Tabel 4. 15 Faktor Internal dalam Variabel Y ... 97

Tabel 4. 16 Vaktor Eksternal dalam Variabel Y ... 98

Tabel 4. 17 Akumulasi Mean Variabel Y ... 99

Tabel 4. 18 Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov ... 103

Tabel 4. 19 Uji Koefisien Korelasi Berganda ... 104

Tabel 4. 20 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 105

(15)

xiv

Tabel 4. 21 Uji Koefisien Determinasi ... 106 Tabel 4. 22 Uji Regresi Linear Berganda... 107 Tabel 4. 23 Uji F ... 108

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai makhluk sosial kita tidak bisa terlepas dengan yang namanya komunikasi. Dalam menjalankan kehidupan sehari hari kita berkomunikasi dengan semua orang yang berada di sekitar kita misalnya keluarga, teman, tetangga, dan bahkan sendiripun kita bisa melakukan komunikasi, yaitu disebut dengan komunikasi personal. Komunikasi tidak selalu terjadi secara langsung, melalui perantara mediapun bisa, seperti internet, tv, radio dan lain-lain.

Komunikasi merupakan suatu proses yang berhubungan antara manusia dengan lingkungannya. Jika tidak ada komunikasi, maka manusia akan terisolir dari lingkungannya.

Tetapi jika tidak ada lingkungan maka komunikasi menjadi sebuah kegiatan yang tidak penting. Dengan kata lain manusia berkomunikasi untuk melakukan hubungan dengan lingkungannya. Saat berkomunikasi memerlukan media komunikasi.

Media komunikasi adalah seluruh sarana yang digunakan untuk memproduksi, mereproduksi, menyalurkan atau menyebarkan dan juga menyajikan informasi. Dewasa ini media komunikasi memiliki peran yang sangat penting, karena dengan kemajuan teknologi kita bisa memperoleh informasi dengan cepat, tepat, mudah, murah dan efisien.

(17)

Secara sederhana media komunikasi merupakan sebuah perantara dalam menyampaikan sebuah informasi dari komunikator kepada komunikan yang memiliki tujuan agar efisien dalam menyebarkan pesan atau informasi.1

Media komunikasi berdasarkan bentuknya dapat dibagi menjadi empat, yaitu: media cetak, contohya tabloid, koran, dan lain-lain, media audio, contohnya radio, media visual, contohnya: foto, dan media audio visual, contohnya: televisi, film, dan lain-lain.

Film merupakan bentuk dari media massa dan media massa sendiri merupakan bentuk komunikasi yang bersifat massal, heterogen dan dapat menimbulkan atau memberikan efek tertentu kepada khalayak. Dalam UU nomor 33 tahun 2009 tentang perfileman, yaitu pengertian film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan. Sebagai salah satu bentuk media komunikasi massa, film digunakan tidak hanya sebagi media yang merefleksikan realitas, namun juga bahkan membentuk realitas. Dalam hal ini, film memiliki kapasitas untuk memuat pesan yang sama secara serempak dan mempunyai

1 SINAU, “Pengertian Media Komunikasi, Fungsi, serta

Jenisnya”,https://sinau.info/pengertian-media-komunikasi/, diakses pada 06 Januari 2020.

(18)

sasaran yang beragam dari agama, etnis, status, umur, dan tempat tinggal.2

Film dengan cerita yang bagus tentu akan berpengaruh baik kepada masyarakat. Film mampu memberikan pengaruh yang besar terhadap jiwa manusia. Onong Uchjana Effendy menegaskan bahwa film merukapan salah satu media massa yang sangat ampuh, bukan hanya sebagai media hiburan saja, tetapi juga sebagai media penerangan atau pendidikan dan juga media dakwah. 3

Saat ini industri perfilman Indonesia sedang mengalami peningkatan, ditandai dengan banyaknya film-film Indonesia yang kualitasnya tak kalah dibandingkan film luar negeri, selain itu jumlah penonton yang semakin meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Beberapa film dengan jumlah penonton terbanyak selama tahun 2019 diantaranya: Dilan 1991, dengan jumlah penonton mencapai 5,3 juta. Kemudian disusul Dua Garis Biru, dengan jumlah penonton 2,5 juta.

Selanjutnya Danur 3; Sunyaruri, dengan jumlah penonto 2,4 juta. Setelah itu ada My Stupid Boss 2, dengan jumlah penonton 1,9 juta. Dan yang terakhir Perempuan Tanah

2 Sri Wahyuningsih, Film dan Dakwah: Memahami Representasi Pesan - Pesan Dakwah dalm Film melalui Analisis Semiotik, (Surabaya: Penerbit Media Sahabat Cendikia, 2019), h.6

3 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung:

PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h.209.

(19)

Jahannam, dengan jumlah penonton 1,8 juta. Data ini diperoleh dari hasil survey filmindonesia.or.id. 4

Dari lima film dengan jumlah penonton terbanyak di atas, penulis tertarik untuk meneliti film Dua Garis Biru. Sebelum ditayangkan di bioskop film Dua Garis Biru ini menuai pro dan kontra, bahkan sampai ada petisi untuk memboikot film ini. Film Dua Garis Biru dianggap tidak layak tayang, karena mengandung konten dewasa, yang takutnya berdampak buruk terhadap remaja, ditambah lagi film ini diperankan oleh dua orang remaja SMA yang melakukan pergaulan bebas.

Setelah beberapa waktu mendapat petisi dan kecaman akhirnya petisi itu dihapuskan dan film Dua Garis Biru bisa tayang serentak diseluruh bioskop Indonesia pada tanggal 11 Juli 2019. Film yang disutradarai Gita S Noer ini berani menceritakan tentang hal yang tabu di masyarakat Indonesia, yaitu tentang sexs education. Meski menceritakan tentang hal tabu dan sensitif, di sini Gina S Noer berhasil menyuguhkan adegan-adegan yang epic, tanpa penonton merasa digurui, selain itu komposisi gambar yang bagus dan syarat akan makna. Meski awalnya mendapat banyak kecaman, film ini berhasil memperoleh beberapa penghargaan, diantaranya:

film Bioskop terpuji, penulis skenario terpuji, penata artistik

4 Andrea Lidwina, “10 Film Indonesia Terlaris Sepanjang 2019”

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/01/03/10-film-indonesia- paling-laris-sepanjang-2019, diakses pada 10 Januari 2020

(20)

terpuji di Festival Film Bandung (FFB) 2019, dan masuk 12 nominasi di Festival Film Indonesia (FFI). 5

Film ini mengandung banyak pesan, diantaranya dampak dari pergaulan bebas, baik dampak terhadap mental pelaku juga dampak sosial yang ia dapatkan. Film Dua Garis Biru juga sedikit menyentil pendidikan Indonesia, karena pendidikan seks di Indonesia hanya sebatas pajangan di UKS saja, belum diajarkan dengan baik.

Pergaulan bebas merupakan pergaulan atau pertemanan dengan lawan jenis yang terlalu bebas dan tanpa batas, sehingga melanggar nilai dan norma agama. Pergaulan bebas dapat terjadi bukan hanya adanya dorongan nafsu dari dalam diri saja tetapi juga bisa terjadi karena adanya peluang.

Dengan perkembangan teknologi dan zaman semakin modern membuat peluang untuk melakukan pergaulan bebas itu semakin besar. Realitas pada saat sekarang ini para remaja menganggap pergaulan bebas itu merupakan suatu perbuatan yang wajar-wajar saja, sehingga batasan-batasan dalam bergaul sudah tidak berlaku lagi.

Pergaulan anatar sesama manusia, khususnya dengan lawan jenis dalam pandangan Islam merupakan suatu kewajaran, dan merupakan hal yang fitrah, karena Allah SWT menciptakan manusia berpasang-pasangan. Akan tetapi pergaulan dengan lawan jenis yang dihalalkan Allah adalah atas dasar pernikahan bukan pergaulan bebas. Jangankan

5 https://www.viva.co.id/showbiz/film/1189204-dignitate-film-remaja-yang- bakal-jadi-saingan-dilan?medium=autonext, diakses pada 13 Januari 2020.

(21)

melakukan zinah, mendekati zinah saja sudah dilarang dalam islam, sesuai dengan Firman Allah dalam Qur’an Surat Al- Isra ayat 32, yang berbunyi:

ٗليِّبَس َءٓاَس َو ٗةَش ِّحََٰف َناَك ۥُهَّنِّإ َٰٰٓۖٓىَن ِّ زلٱ ْاوُب َرۡقَت َلَ َو

٣٢

6

Arti: “Dan janganlah kamu mendekati zina;

sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”7

Film ini menceritakan kisah cinta sepasang remaja yaitu Dara dan Bima. Kisah percintaan yang penuh dengan canda tawa dan romansa khas anak sekolahan, juga menadapat dukungan dari keluarga dan teman-teman mereka. Namun karena kebebasan tersebutlah pada suatu hari mereka melakukan hal terlarang. Seketika tawa itu mulai hilang berganti dengan kecemasan setelah mengetahui Dara hamil, semua dukungan yang mereka dapatkan dari keluarga dan teman turut menghilang. Mereka harus dihadapkan dengan hal yang tidak pernah terbayangkan anak berumur 17 tahun, mereka harus memikul tanggung jawab dan resiko yang besar atas perbuatan yang telah mereka perbuat.

Siswa SMA Muhammadiyah 25 Pamulang dipilih sebagai responden penelitian karena dianggap sebagai bagian remaja yang lebih memahami tentang bagaimana romansa anak sekolahan yang belum terlalu memikirkan tentang hal yang serius, selain itu SMA Muhammadiyah 25 Pamulang pernah

6 Al-Qur’an, 17:32.

7 Al-Qur’an, 17:32.

(22)

mengadakan seks edukasi tentang kesehatan reproduksi dan cara membersihkan organ kewanitaan. Film yang diperankan oleh remaja SMA ini memiliki pengaruh yang besar terhadap remaja, karena memiliki nilai proximity atau kedekatan dengan remaja karena merasa senasib.

Oleh karena itulah peneliti tertarik untuk meneliti apakah film Dua Garis Biru ini memiliki pengaruh terhadap kesadaran remaja tentang dampak dari pergaulan bebas.

Adanya penelitian ini diharapkan para remaja lebih bijak lagi dalam bergaul, tumbuhnya kesadaran bahwa pendidikan seks itu penting agar masyarakat khususnya remaja sadar bagaimana dampak dan akibatnya dari pergaulan bebas, dan juga kepada media agar menyajikan tayangan-tayangan yang memiliki pesan moral yang baik sehingga mampu memperbaiki moral masyarakat, khususnya remaja.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengidentifikiasi beberapa masalah yang akan dijadikan penelitian.

1. Kurangnya kesadaran remaja tentang dampak dari pergaulan bebas.

2. Pendidikan seks yang kurang disosialisasikan di Indonesia.

3. Pergaulan remaja saat sekarang ini yang terlalu bebas.

(23)

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Penelitian ini hanya membatasi pada lingkup kesadaran remaja tentang dampak pergaulan bebas setelah menonton film Dua Garis biru.

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;

Apakah film Dua Garis Biru berpengaruh terhadap kesadaran remaja kelas XII Angkatan 2021 SMA Muhammadiyah 25 Pamulang akan dampak pergaulan bebas?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Untuk mengetahui apakah film Dua Garis Biru (Efek Kognititf, Afektif, dan Behavioral) berpengaruh terhadap kesadaran siswa siswi SMA Muhammadiyah 25 Pamulang akan akibat dari pergaulan bebas;

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan Ilmu Pengetahuan khususnya Ilmu Komunikasi, serta mengetahui tingkat kesadaran remaja terhadap dampak dari pergaulan bebas.

Selain itu penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya dan diharapkan penelitian selanjutnya mampu memperbaiki dan menyempurnakan kelemahan dalam penelitian ini.

(24)

Karena dalam penelitian ini masih banyak kekurangan, hal tersebut disebabkan karena keterbatasan dalam penelitian yang sedang dilakukan saat ini.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi, pengetahuan, serta gambaran bagaimana film dapat memberikan informasi dan mempengaruhi sikap penontonnya.

F. Review Kajian Terdahulu

Berdasarkan penelusuran data pustaka, peneliti menemukan beberapa skripsi terdahulu yang relevan dan mendukung terhadap penelitian ini, diantaranya sebagai berikut:

1. Skripsi “Pengaruh Menonton Film Dua Garis Biru terhadap Sikap Siswa/I kelas XII Jurusan IPS angkatan 2017 di SMAN 7 Tangerang Selatan tentang Seks Bebas.” Oleh Revy Aditiawan Setia Budhi mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Esa Unggul Jakarta tahun 2020. Skripsi ini meneliti tentang pengaruh menonton film Dua Garis Biru terhadap sikap siswa SMA tentang seks bebas. Hasilnya menunjukkan adanya pengaruh menonton film Dua Garis Biru terhadap sikap siswa/I kelas XII jurusan IPS Angkatan 2017 SMAN 7 Tangerang Selatan tentang seks bebas. Dengan pengaruh sebesar 24,3%. Persamaannya dengan

(25)

penelitian ini adalah pada pengaruh film Dua Garis Biru dengan responden remaja SMA. Sedangkan perbedaannya adalah pada variabel terikat yang membahas sikap remaja tentang seks bebas.

2. Skripsi “Pengaruh Menonton Film Dua Garis Biru terhadap Perilaku Pergaulan Bebas pada Remaja (Survey terhadap Siswa/I SMK Muhammadiyah 9).”

Skripsi oleh Bilqha Hanifa mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercubuana Jakarta Barat 2020. Skripsi ini meneliti tentang pengaruh menonton film Dua Garis Biru terhadap perilaku pergaulan bebas remaja. Hasilnya menunjukkan bahwa adanya pengaruh film Dua Garis Biru terhadap perilaku pergaulan bebas remaja, dengan hubungan sedang dengan nilai 0,420.

Persamaan dengan penelitian ini adalah pada variabel bebas membahas pengaruh film Dua Garis Biru dengan resonden remaja SMA sederajat dengan menggunakan metode kuantitatif. Sedangkan perbedaannya adalah pada variabel terikat yang membahas tentang perilaku pergaulan bebas pada remaja.

3. Jurnal “Pengaruh Terpaan Film Dua Garis Biru terhadap Sikap Remaja tentang Perkawinan Usia Dini.” Jurnal oleh Ni Made Sri Pradnya Wati, Ade Devia Pradipta, dan I Dewi Ayu Sugiarica Joni mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(26)

Universitas Udayana. Jurnal ini membahas tentang pengaruh film Dua Garis Biru terhadap sikap remaja tentang perkawinan usia dini. Hasilnya menunjukkan adanya pengaruh film Dua Garis Biru terhadap sikap remaja tentang perkawinan usia dini, dengan bentuk pengaruh positif sebesar 5,6%. Persamaan dengan penelitian ini adalah membahas film Dua Garis Biru dengan metode kuantitatif. Sedangkan perbedaannya pada variabel terikat membahas tentang sikap remaja terhadap pernikahan usia dini.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran sederhana yang bertujuan guna mempermudah penulisan, skripsi ini secara garis besar terdiri dari lima bab yang dibagi dalam sub bab dan setiap bab memiliki batasan masing-masing yang akan saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Dimulai dari bab satu, yaitu pendahuluan. Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tinjauan dan manfaat penelitian, tinjauan kajian terdahulu, manfaat penulisan, serta sistematika penulisan.

Selanjutnya bab dua yang menjelaskan tentang teori yang digunakan sebagai landasan penelitian. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teori S-O-R, teori Efek Media, pengertian pergaulan bebas dan juga faktor-faktor terjadinya pergaulan bebas. Selain itu pada bab ini juga menjelaskan kerangka pemikiran serta hipotesis penelitian.

(27)

Bab metodologi penelitian, penulis menjelaskan paradigma penelitian, pendekatan penelitian, metode penelitian, objek penelitian, populasi dan sampel, tempat dan waktu penelitian, sumber data, instrument penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik pengolahan data. Pada bab metodologi ini atau bab tiga peneliti juga mejelaskan gambaran umum dari objek penelitian, yang berisikan profil SMA Muhammadiyah 25 Pamulang, Visi dan Misi, serta jumlah siswa SMA Muhammadiyah 25 Pamulang.

Bab berikutnya adalah bab empat, pada bab ini penulis membahas temuan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh dari hasil penyebaran angket yang kemudian dianalisis dan diolah menggunakan software SPSS. Skripsi ini diakhiri dengan penutup pada bab lima. Bab terkahir ini menjelaskan kesimpulan dari penelitian serta merumuskan saran berdasarkan pengamatan penulis.

(28)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI

1. Teori S-O-R

Teori S-O-R yang diperkenalkan Hovland at al.1“behaviour change process is essentially the same as the process of learning. It illustrates the process of behaviour change at the individual learning process consisting of the stimulus were given to the organism can be accepted or rejected.” S-O-R merupakan singkatan dari Stimulus-Organisme-Response. Teori ini memiliki tiga elemen yakni: pesan (stimulus), penerima (organisme), efek (response). Stimulus adalah sumber rangsangan, organisme adalah penerima rangsangan, dan response adalah umpan balik yang dihasilkan.

S-O-R pada mulanya berasal dari psikologi, yang kemudian menjadi teori dalam komunikasi. Hal ini terjadi karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen: pengetahuan, sikap/opini, perilaku, (kognisi, afeksi, dan konasi).2

1 Hovland, C.I, Janis, I.L., Kelley, H.H, Communication and Persuasion:

Psychological Studies of Opinion Change, (New Haven: Yale University Press, 1953), h. 174-175.

2 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung:

Citra Aditya Bakti, 2003), h. 254.

(29)

Menurut teori ini efek merupakan reaksi tertentu terhadap stimulasi (rangsangan) tertentu, sehingga orang dapat menduga atau memperkirakan adanya hubungan erat antara isi pernyataan dengan reaksi audiens. “Asumsi dasar dari model ini adalah media massa menimbulkan efek yang terarah segera dan langsung terhadap komunikan.” 3

Perubahan sikap dalam proses komunikasi menurut teori S-O-R adalah “aspek “how” bukan “what” dan

“why.” Jelasnya how to communicate dalam hal ini how to change the attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan.” Dalam proses perubahan sikap, tampak bahwa sikap dapat berubah, jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula.4

Menurut Hovland, Janis dan Kelley5 “dalam menelaah sikap ada tiga variabel penting yaitu: perhatian, pengertian dan penerimaan.” Mar’at juga menerangkan bagaimana cara-cara yang efektif agar komponen konasi bisa tepat sasaran, kemudian komponen kognisi dapat diubah dengan adanya pemberian informasi.6

3 Denis McQuail dan Seven Windahl. Model-model Komunikasi. Terj. Putu Laxman S. Pendit, (Jakarta: Uni Primas, 1985), h. 48.

4 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung:

Citra Aditya Bakti, 2003), h. 255.

5 Mar’at, Sikap Manusia Perubahan serta Pengukurannya, (Bandung: Ghalia Indonesia, 1981), h. 27.

6 Mar’at, Sikap Manusia Perubahan serta Pengukurannya, (Bandung: Ghalia Indonesia, 1981), h. 28.

(30)

Onong Uchajana7 menjelaskan “unsur penting dalam model komunikasi S-O-R itu ada tiga yaitu: Pesan (Stimulus, S), Komunikan (Organisms, O), dan Efek (Response, R).” Skema komunikasi model S O R dapat di rumuskan sebagai berikut:

Model S-O-R menuru Hovland, Janis dan Kelly, diterjemahkan Onong Uchjana Effendy8

Dari skema di atas, dapat dijelaskan bahwa suatu stimulus atau pesan bisa memberikan perubahan perilaku kepada khalayak tergantung kepada individunya.

Komunikasi bisa berlangsung jika ada perhatian yang diberikan oleh komunikan, sehingga komunikan mampu memahami pesan yang disampaikan, hingga akhirnya tumbuh kesadaran dari komunikan untuk mengubah sikapnya. Singkatnnya setiap aksi pasti ada reaksi begitu juga dalam komunikasi.

7 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung:

Citra Aditya Bakti, 2003), h. 254.

8 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung:

Citra Aditya Bakti, 2003), h. 255.

Pesan (S) Penerima (O):

1. Perhatian 2. Pengertian 3. Penerimaan

Efek (R)

(31)

Penerapan dalam penelitian ini yaitu mengenai pengaruh menonton film Dua Garis Biru (Efek Kognitif, Afektif, dan Behavioral) terhadap kesadaran remaja akan akibat dari pergaulan bebas, maka dapat dijelaskan bahwa film Dua Garis Biru (Efek Kognitif, Afektif, dan Behavioral) adalah stimulus (S) yang mendapat respons (R) dari organisme (O) yaitu siswa SMAM 25 Pamulang yang aktif mengolah pesan dari stimulus sehingga menyebabkan respons yang kuat terhadap kesadaran remaja. Dapat disimpulkan bahwa siswa dalam menonton film Dua Garis Biru memperhatikan, mengerti, dan menerima dengan pesan atau isi yang disampaikan dalam film tersebut dengan kadar yang kuat sehingga teori S-O- R dapat terbukti dan teruji.

2. Teori Efek Media

Joseph D. Straubhaar9 “media effects are changes in knowledge, attitude, or behaviour that result from exposure to the mass media.” Efek media adalah perubahan pengetahuan, tingkah laku, atau kebiasaan seseorang karena terkena paparan media massa secara terus-menerus.

Media massa mampu memberikan efek kepada khalayak. Definisi efek adalah “semua jenis perubahan

9 Joseph D. Straubhaar, Robert LaRose, Media Now: Understanding Media, Culture, and Technology, (Boston: Wadsworth, 2017), h. 412.

(32)

yang terjadi dalam diri penerima, setelah menerima pesan dari suatu sumber.”10

Perubahan perilaku biasanya didahului oleh perubahan sikap, dan perubahan sikap biasanya didahului oleh perubahan pengetahuan. “Efek diketahui melalui tanggapan khalayak (response audience) yang digunakan sebagai umpan balik (feed back). Jadi, umpan balik merupakan sarana untuk mengetahui efek.”11

Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, efek media massa adalah perubahan yang terjadi pada diri penerima atau khalayak, setelah menggunakan dan menerima pesan dari media massa.

Dari tahun 1930-an, sejarah mencatat ada tiga efek terkenal dalam riset komunikasi massa berdasarkan rentang waktunya, yang dijelaskan oleh Keith R Stamm dan John E. Bowes12 “media effects are devived into three periods: unlimited effects (1930-1950), limited effects (1950-1970), and not-so-limited effects (1970-80s).” Tiga efek tersebut adalah sebagai berikut:13

a. Efek Tidak Terbatas (1930-1950)

Pada periode ini sedang terjadi perang dunia pertama dan kedua. Pada masa ini media dianggap

10 Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Grasindo, 2000), h. 39.

11 Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Grasindo, 2000), h. 39.

12 Keith R, Stamm, John E. Bowes, The Mass Communication Process: A Behavioral and Social Perspective, (Indiana University: Kendal/ Hunt Publishing Company, 1990), h. 114.

13 Nurdin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 214.

(33)

memiliki efek tidak terbatas, karena memiliki efek yang besar tehadap masyarakat, dikenal juga dengan teori masyarakat massa.14

Efek tidak terbatas ini didasarkan pada teori model peluru (bullet) atau jarum hipodermik (hypodermic needle).15 “Media massa diibaratkan seperti peluru komunikasi yang ditembakkan kepada khalayak yang pasif dan tidak berdaya. Teori ini menganggap bahwa media massa memiliki kekuatan yang luar biasa.”16

Ada dua hal yang mendasari asumsi efek tidak terbatas ini, yaitu sebagai berikut:17

• “Ada hubungan yang langsung antra isi pesan dengan efek yang ditimbulkan;

• Penerima pesan tidak mempunyai sumber sosial dan psikologis untuk menolak upaya persuasif yang dilakukan media massa.”

Nurudin menjelaskan bahwa ada bukti mengenai efek tidak terbatas ini, yaitu “munculnya efek tidak terbatas sangat kelihatan dengan penggunaan radio sebagai alat kampanye. Kampanye ini

14 Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013), h. 504.

15 Nurdin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 215.

16 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung:

PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h. 84.

17 Nurdin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 216.

(34)

sifatnya sangat persuasif untuk mengubah sikap, opini dan perilaku masyarakat agar sesuai dengan pesan yang disiarkan. Mengapa semua ini terjadi?

Sebab, audiens menurut asumsi efek ini seperti seorang tawanan perang dan mudah tertipu.”18 b. Efek Terbatas (1950-1970)

Efek terbatas ini sangat berbeda dengan efek tidak terbatas. Jika di dalam efek tidak terbatas media massa memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap audiens, yakni pesan yang disampaikan menggunakan media massa sangat memengaruhi audiens atau komunikannya. Namun dalam efek terbatas ini pesan yang disampaikan oleh komunikator menggunakan media massa sedikit sekali mengubah perilaku audiens.

Efek terbatas ini pertama kali ditemukan oleh Joseph Klaper,19 “komunikasi massa tidak selalu muncul sebagai penyebab yang cukup dan perlu dari efek terhadap khalayak, tetapi lebih berfungsi sebagai faktor hubungan yang termediasi.” Ia pernah menulis disertasi tentang efek terbatas media massa yang dipubilkasikannya dengan judul

“Pengaruh Media Massa” pada tahun 1960.

18 Nurdin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 216.

19 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa, Edisi 6, Buku 2, Terj. Putri Iva Izzati, S. Sos, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), h. 213.

(35)

Efek terbatas ini didapatkan oleh Joseph Klaper setelah ia meneliti kampanye publik, kampanye politik dan percobaan pada desain pesan yang bersifat persuasif. Dari hasil penelitiannya ia menyimpulkan, “ketika media menawarkan isi yang diberitakan ternyata sedikit yang mengubah pandangan dan perilaku audiens.”20

Faktor psikologi, sosial, dan kultural audiens menjadi penyebab adanya efek terbatas ini.

“Faktor psikologis dan sosial ikut berpengaruh dalam proses penerimaan pesan dari media massa.

Faktor-faktor tersebut antara lain proses seleksi, proses kelompok, norma kelompok dan keberadaan pemimpin opini.”21

c. Efek Moderat (1970-1980)

Pada masa ini media cenderung menawarkan

“pilihannya” dalam pandangan pada realitas sosial.

Khalayaklah yang akan memutuskan apakah akan menerima pandangan yang ditawarkan media atau menolaknya. Dengan demikian tidak ada perpindahan makna secara langsung dari media kepada khalayak, yang ada hanyalah negosiasi

20 Nurdin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 220.

21 Nurdin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 222.

(36)

antara apa yang ditawarkan dan apa yang diterima.22

“Thus there is no automatic or direct transfer of meaning but a negotiation between what is offered and what a receiver is inclined to accept.”23 Hal ini sesuai dengan pendapat Bakti bahwa khalayak atau komunikan tidak serta merta menerima pesan dari komunikator, tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor: 1) Komunikator: terdiri dari hubungan, niat, tujuan, dll; 2) Situasi: besar, kecil, kaya, miskin, pendidikan, dan pedesaan/perkotaan; 3) Kelompok referensi: keluarga, ayah, guru, pemuka agama, ulama, dan aktivis LSM; 4) Konsekuensi yang diantisipasi oleh penerima: kode oposisi, negosiasi, dan dominan; 5) Metakomunikasi lain:

pidato, ceramah, retorika atau peristiwa komunikasi; 6) Komunikan/ individu: kebutuhan, selera, dan keyakinan.24

Manusia akan memberikan respons yang berbeda- beda dalam menerima pesan yang disuguhkan oleh media massa. Ada beberapa hal yang ikut

22 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa, Edisi 6, Buku 2, Terj. Putri Iva Izzati, S. Sos, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), h. 215.

23 Denis McQuail, Mass Communication Theory, 6th Edition, (London: SAGE Publition Ltd, 2010), h. 459.

24 Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South Sulawesi Muslim Perceptions of a Global Development Program, (Leiden: INIS, 2004), h. 14.

(37)

memengaruhi proses penerimaan pesan seseorang, misalnya selective exposure. “Selective exposure adalah gejala kunci yang sering dikaitkan dengan model efek terbatas, tetapi bukti yang ada di lapangan justru bertolak belakang.”25

Pada efek moderat ini ditandai dengan adanya paradigma pencarian informasi yang dikemukakan oleh Severin dan Tankard “paradigma ini mencerminkan perubahan secara tajam dari penekanan pada komunikator massa atau pesan yang terdapat pada riset terdahulu menjadi penekanan pada penerima.” Paradigma ini mencoba mencari hubungan antara khayalak dengan variabel-variabel yang mempengaruhinya.

Paradigma ini hamper mirip dengan teori uses and gratifications.26

Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung di mana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar dan film.27

Menurut Steven M Chaffee “jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa, penerimaan

25 Nurdin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 226.

26 Tommy Suprapto, Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi, (Yogyakarta: PT Buku Kita, 2009), h. 42.

27Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2012), h. 41.

(38)

informasi, perubahan perasaan atau sikap, dan perubahan perilaku; atau dengan istilah lain, perubahan kognitif, afektif dan behavioral.”28

Efek kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar dan tambahan pengetahuan. Efek afektif berhubungan dengan emosi, perasaan dan attitude (sikap). Sedangkan behavioral atau konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu menurut cara tertentu.29

1) Efek Kognitif

Efek kognitif berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, tidak mengerti, bingung menjadi merasa tahu dan jelas.30

“Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi.”31

Menurut Mc Luhan32, media massa merupakan perpanjangan alat indera kita, “Sense extension of man theory.” Dengan media massa kita

28 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2011), h. 216.

29 Markus Utomo Sukendra, Psikologi Komunikasi: Teori dan Praktik, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2017), h. 68.

30 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung:

PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h. 318.

31 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991), h.217.

32 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), h.174.

(39)

memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita lihat atau belum pernah kita kunjungi secara langsung. Kita cenderung memperoleh informasi tersebut semata- mata bersandarkan pada apa yang dilaporkan media massa.33

2) Efek Afektif

Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. “Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak.” Efek ini berhubungan dengan emosi, sikap atau nilai.34

Tujuan dari komunikasi massa tidak hanya memberi tahu khalayak tentang sesuatu, tetapi khalayak juga diharapkan dapat ikut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya.35

3) Efek Behavioral (Konasi)

“Efek behavioral atau yang sering disebut juga efek konatif, bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha, yang cenderung menjadi suatu

33 Elvinaro Ardianto dkk, Komunkasi Massa Suatu Pengantar edisi revisi, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2014), h. 50.

34 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991), h.217.

35 Elvinaro Ardianto dkk, Komunkasi Massa Suatu Pengantar edisi revisi, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2014), h. 55.

(40)

kegiatan atau tindakan.” Efek konatif timbul setelah muncul efek kognitif dan afektif.36

Efek ini menjelaskan efek komunikasi massa terhadap perilaku, tindakan dan gerakan khalayak dalam kehidupan sehari-hari. 37

Perilaku manusia dapat dilihat dari dua sudut pandang, yakni; perilaku dasar atau umum sebagai makhluk hidup dan perilaku makhluk sosial.

Perilaku dasar atau umum, memiliki arti yang berbeda dengan perilaku sosial. Perilaku dasar atau umum merupakan suatu respons atau tindakan biologis dalam menanggapi rangsangan baik internal maupun eksternal yang didorong oleh aktivitas dari sistem organisme terhadap stimulus atau rangsangan. Perilaku sosial adalah perilaku sesorang kepada orang lain. Penerimaan perilaku sangat tergantung pada norma-norma sosial dan diatur oleh berbagai sarana kontrol sosial. Selain itu, perilaku manusia tidak terlepas dari faktor- faktor yang memengaruhinya, seperti genetika, intelektual, emosi, sikap, budaya, etika, wewenang, hubungan, dan persuasi.38

36 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung:

PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h. 319.

37 Elvinaro Ardianto dkk, Komunkasi Massa Suatu Pengantar edisi revisi, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2014), h. 5.

38 Wowo Sunaryo Kuswana, Biopsikologi Pembelajaran Prilaku, (Bandung:

Alfabeta, 2014), h. 42.

(41)

3. Efektiitas Dakwah melalui Film

Berbicara tentang media sebagai sebuah sarana komunikasi dakwah, maka lebih awal harus mengetahui apa saja fungsi dari media massa tersebut.

Menurut MacBride39 “If communication is considered in its broadest sense, not only as the exchange of news and massages, but as an individual and collective activity embracing all transmission and sharing of ideas, facts and data.” Komunikasi tidak bisa diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan, tetapi juga sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai pertukaran ide, fakta dan data, oleh karena itu komunikasi massa dapat berfungsi sebagai berikut:40

a. “Sebagai pemberi informasi (to inform).

Artinya media memberikan suatu suguhan informasi dalam berbagai hal terhadap masyarakat mulai dari hal yang paling kecil hingga masalah-masalah yang besar.

b. Sebagai sarana sosialisasi (to sosialisation).

Sarana sosialisasi dari pemerintah kepada rakyatnya, dari suatu lembaga kepada lembaga lainnya.

c. Sebagai sarana pendidikan (to education).

Media massa di samping sebagai sarana informasi, dan sosialisasi juga memberikan pendidikan terhadap masyarakat.

d. Sebagai sarana hiburan (to fun).

39 MacBride, Many Voices, One World: Towards a New, More Just, and More Efficient World Information and Communication Order, (Amerika: Rowman

& Little Field Publishers, Inc, 1980), h.14.

40 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktik cetakan ke 10, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1997), h. 36.

(42)

Hiburan dalam pengertian bahwa satu hiburan yang bersifat positif yang tidak melanggar hukum, baik hukum pemerintah, adat istiadat maupun norma agama yang dianut oleh masyarakat tertentu.”

Dari beberapa fungsi media yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa media massa merupakan salah satu media komunikasi yang sangat efektif dan memiliki jangkauan yang sangat luas dan cepat diterima oleh masyarakat, karena saat sekarang ini hampir semua lapisan masyarakat menggunakan media komunikasi, baik itu masyarakat perkotaan, maupun masyarakat pedesaan sekalipun. Tetapi pada efek moderat media tidak terlalu efektif dalam menyampaikan pesan karena pada efek ini khalayak sudah kritis dalam menanggapi pesan yang disampaikan media.41

Menurut Deddy Mulyana komunikasi itu memiliki 12 prinsip, salah satu di antaranya adalah prinsip komunikasi isi dan dimensi hubungan. “Dimensi isi menunjukkan muatan (isi) komunikasi atau apa yang disampaikan.”42 Sedangkan “dimensi hubungan menunjukkan bagaiman cara mengatakan atau menyampaikannya, hal ini juga mengisyaratkan bagaiman hubungan para peserta komunikasi dengan bagaimana pesan tersebut

41 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media Televisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h. 26.

42 Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 109.

(43)

ditafsirkan.”43 Dimensi isi disandi secara verbal sedangkan dimensi hubungan disandi secara nonverbal.

Film adalah media komunikasi massa yang sangat ampuh, bukan untuk hiburan saja, tetapi juga untuk pendidikan, bahkan juga sebagai alat untuk memengaruhi (to influence) massa dalam membentuk dan membimbing public opinion.44 “Film adalah media informasi melalui gambar dan suara sebagaimana diputar di gedung-gedung bioskop dan dapat dioperasikan di luar gedung bioskop, sejauh tempatnya gelap, sedangkan sinetron adalah media informasi yang mengunakan sinema elektronik.”45

Film dan sinetron sebagai media dakwah mempunyai kelebihan antara lain dapat menjangkau berbagai kalangan. Di samping itu juga dapat diputar ulang di tempat yang membutuhkan sesuai dengan situasi dan kondisinya. Maka dari itu film dapat dijadikan media dakwah dengan kelebihannya sebagai audio visual.

Keunikan film sebagai media dakwah ini antara lain:46 a. “Secara psikologis, penyuguhan secara hidup

dan tampak yang dapat berlanjut dengan animasi memiliki keunggulan daya efektif terhadap penonton. Banyak hal yang abstrak dan samar-samar dan sulit diterangkan dengan kata-kata dapat disuguhkan kepada khalayak lebih baik dan efisien dengan media ini.

43 Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 109.

44 T.A Latief Rounsyadiy, Dasar-Dasar Rhetorica dan Informasi, (Medan:

Firma "RIMBOW", 1989), h. 183.

45 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 121.

46 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 121.

(44)

b. Media film yang menyuguhkan pesan hidup dapat mengurangi keraguan yang disuguhkan, lebih mudah diingat dan mengurangi kelupaan.”

Dalam menonton film khalayak juga memiliki tujuan tertentu, yaitu ingin medapatkan hiburan, tetapi ternyata dalam film tidak hanya terdapat fungsi hiburan saja tetapi juga fungsi informasi, pendidikan, bahkan persuasif atau ajakan. “Hal ini pun sejalan dengan misi perfilman nasional sejak tahun 1979, bahwa selain sebagai media hiburan, film nasional dapat digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and character building.”47

Film juga tidak terkesan menggurui. Film mempunyai kelebihan bermain pada sisi emosional, film mempunyai pengaruh yang lebih tajam untuk memainkan emosi pemirsa. Berbeda dengan buku yang memerlukan daya fikir aktif, penonton film cukup bersikap pasif. Hal ini dikarenakan film adalah sajian siap untuk dinikmati.48 4. Pengetahuan

Pengetahuan menurut Nadler adalah proses belajar mengenai kebenaran untuk mengetahui apa yang harus dilakukan.49

47 Lukiati Komala Erdinaya dan Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa Rekatama, 2004), h. 136.

48 Aep Kusnawa, Komunikasi Penyiaran Islam, (Bandung: Benang Merah Press, 2004), h. 96.

49 Nadler, Keterampilan dan Jenisnya, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1986), h. 62.

(45)

“Pengetahuan merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan perabaan. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga dan hati.”50

Menurut Notoatmodjo pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu:51

a. “Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang sudah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam peningkat, tingkat ini adalah mengingat kembali (recall), sesuatu yang spesifik seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang sangat rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain menyebutkan, mengiraukan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kesempatan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi yang harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

50 S Noto Atmojo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 143.

51 S Noto Atmojo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 122.

(46)

menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lalu.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Pengetahuan seseorang dikatakan sudah sampai pada tingkatan ini, apabila orang tersebut mampu membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan membuat diagram (began) tentang objek tertentu.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi dikaitkan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau melalui penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian- penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.”

(47)

5. Sikap

Menurut Jalaludin Rakhmat52 sikap adalah

“kecenderungan bertindak, berpresepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek ide, situasi atau nilai.

Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap.”

Sedangkan menurut Werner J. Severin dan James W.

Tankard, Jr.53 “sikap merupakan tendensi kita terhadap sesuatu. Sikap adalah rasa suka dan tidak suka kita terhadap sesuatu.”

a. Fungsi Sikap

Menurut Katz54 “The function they perform for the individual, specifically the function of adjustment, ego defense, value expression, and knowledge.” Terdapat 4 fungsi utama sikap, yaitu:55

1) “Fungsi instrumental, penyelarasan dan kebermanfaatan. Manusia memiliki kecenderungan untuk berjuang keras untuk memaksimalkan penghargaan

52 Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991), h. 39.

53 Werner J. Severin, James W. Tankard, Jr, Teori Komunikasi, Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media Massa, Terj. Sugeng Hariyanto, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005), h. 177.

54 Daniel Katz, “The Functional Approach to the Study of Attitudes.” Public Opinion Quarterly 24, (New York: Princenton University, 1960), h. 192.

55 Werner J. Severin, James W. Tankard, Jr, Teori Komunikasi, Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media Massa, Terj. Sugeng Hariyanto, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005), h. 197.

(48)

dalam lingkungan eksternal mereka dan meminimalkan sanksi.

2) Fungsi pertahanan diri. Sejumlah sikap kuat dipegang karena manusia melindungi ego mereka dari hasrat mereka sendiri yang tidak dapat diterima atau perasaan takut karena mengetahui adanya ancaman-ancaman dari luar. Perasaan rendah diri sering diproyeksikan pada anggota-anggota sebuah kelompok minoritas sebagai alat penguat ego.

3) Fungsi ekspresi nilai. Beberapa sikap kuat karena memungkinkan seseorang memberikan ekspresi positif pada nilai- nilai sentral dan pada jati diri. Misalnya seorang remaja yang menyukai sebuah grup rock and roll maka ia akan mengekspresikan melalui sikapnya.

4) Fungsi pengetahuan. Beberapa sikap dipegang kuat karena memuaskan kebutuhan akan pengetahuan atau memberikan struktur dan makna pada sesuatu yang jika tanpanya dunia jadi kacau. Misalnya norma-norma dan budaya yang berlaku.”

b. Faktor Penyebab Perubahan Sikap

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan sikap menurut Bimo Walgito, yaitu berikut ini:56

1) “Faktor Internal

Yaitu, faktor yang terdapat pada diri manusia. Setiap individu memiliki caranya

56 Bimo Walgito, Psikologi Sosial: Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1980), h. 45.

(49)

masing-masing dalam menanggapi dunia luarnya yang bersifat selektif. Hal ini dimaksud, bahwa tidak segala hal sesuatu yang datang dari luar dapat di terima oleh tiap individu. Namun, Individu dapat melakukan seleksi dalam menentukan sesuatu hal-hal yang akan mereka terima serta hal-hal yang akan ditolaknya.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah suatu keadaan yang ada pada luar diri individu, yang merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap pada diri. Selain itu, faktor eksternal juga dapat dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan perantara alat komunikasi, misalnya media massa baik elektronik maupun yang non elektronik. Kemudian indikator tersebut sabagai titik tolak untuk menyusun item- item pernyataan.”

6. Pergaulan Bebas

a. Pengertian Pergaulan Bebas

Pergaulan bebas adalah suatu bentuk perilaku penyimpangan yang mana “bebas” yang dimaksud adalah melewati batas norma-norma.57 “Pergaulan bebas merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.”58

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pergaulan bebas merupakan suatu pergaulan atau

57 Yusuf Abdullah, Bahaya Pergaulan Bebas, (Jakarta: Media Dakwah, 1990), h. 142.

58 Hamzah, Kultur Masyarakat Indonesia, (Surabaya: Pelita, 1992), h. 92.

(50)

pertemanan antara lawan jenis yang terlalu bebas dan tanpa batas sehingga melanggar nilai dan norma agama, pergaulan bebas merupakan perilaku menyimpang.

Pergaulan bebas termasuk kedalam patologi sosial, karena pada intinya membahas tentang masalah- masalah sosial, yang mengacu kepada penyimpangan dari berbagai tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Hal ini sesuai dengan apa yang di katakan Kartini Kartono bahwa patologi sosial adalah “semua tingkah laku yang bertentangan dengan norma kebaikan, stabilitas lokal, pola kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas keluarga, hidup rukun bertetangga, disiplin, kebaikan, dan hukum formal.” 59

b. Faktor-Faktor Terjadinya Pergaulan Bebas

“Dalam kehidupan sehari-hari para remaja tidak terlepas dari pengaruh yang konstruktif dan pengaruh destruktif. Sebenarnya kedua sifat itu telah ada semenjak manusia (remaja) dilahirkan.”60 Sifat-sifat ini akan berpengaruh kepada setiap individu tergantung di lingkungan seperti apa mereka tumbuh. Jika seseorang tumbuh dan berkembang di lingkungan yang baik maka yang akan dominan adalah tingkah laku yang baik,

59 Kartini Kartono, Patologi Sosial, (Jakarta: Rajawali Press, 1992), h. 1.

60 Ali Akbar, Bimbingan Seks untuk Remaja, Cet, VIII, (Jakarta: Pustaka Antara, 1993), h. 12.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Menarik diri (withdrawal) merupakan suatu reaksi subjektif yang tampak dari gejala afektif, kognitif, dan fisiologis akibat permasalahan-permasalahan yang dialami

Para ahli psikologi sosial meyakini hal tersebut dan telah memfokuskan diri pada pembentukan sikap seseorang yang dipengaruhi oleh pengalaman kognitif, afektif,

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rieke Sri Rizki Asti Karini pada tahun 2018 yang berjudul Kontribusi Penerimaan Pendapatan Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Hasil penelitian yang dilakukan adalah bentuk komunikasi yang dijalankan oleh pelatih dan atlet Layar melalui proses pengiriman dan proses penerimaan pesan yang

Adanya hal-hal tersebut, pada akhirnya membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul islam dan politik: faktor-faktor kekalahan Ma‟ruf Amin pada

a. Pembelajran ini merupakan pembelajaran yang menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran ini dianggap jauh

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua berkat dan rahmat-Nya yang selalu memberikan kekuatan bagi penulis agar penulis bisa menyelesaikan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif dan pemecahan masalah siswa, level pemecahan masalah siswa, hubungan antara kemampuan kognitif