• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penyebab Bahaya Tanah Longsor 1. Faktor-faktor Pemicu Bahaya Tanah Longsor

KELAS LERENG

4.4. Analisis Penyebab Bahaya Tanah Longsor 1. Faktor-faktor Pemicu Bahaya Tanah Longsor

Secara umum, faktor penyebab bahaya tanah longsor di Kecamatan Sumedang Utara dan Sumedang Selatan dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu penggunaan lahan, kelerengan, geologi, dan jenis tanah. Namun, berdasarkan analisis visual terhadap variabel-variabel penyebab bahaya tanah longsor tersebut, di wilayah penelitian bagian utara, faktor kelerengan dan penggunaan lahan merupakan dua variabel dominan yang membentuk sebaran potensi bahaya tanah longsor. Adapun untuk wilayah penelitian bagian selatan, sebaran potensi bahaya tanah longsor secara dominan dibentuk oleh faktor jenis tanah dan penggunaan lahan .

52

Hal ini karena pola sebaran kedua jenis variabel tersebut paling menyerupai pola sebaran potensi rawan bahaya tanah longsor di Kecamatan Sumedang Utara dan Sumedang Selatan (Gambar 16). Adapun peta sebaran potensi rawan bahaya tanah longsor disajikan dalam Gambar 17 .

4.4.2. Kelerengan

Kemiringan lereng merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam analisis gerakan tanah . Pada umumnya , semakin tinggi kemiringan suatu lereng maka semakin rentan terhadap gerakan tanah. Pada peta potensi rawan bahaya tanah longsor, dihasilkan potensi bahaya longsor yang terjadi pada beberapa tingkat kemiringan lereng . Secara rinci, tingkat potensi bahaya longsor berdasarkan kemiringan lereng dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Potensi Bahaya Longsor pada Lima Kelas Lereng Tingkat Potensi Bahaya Longsor (Ha) No. Lereng(%) Tidak

Rawan Kurang Rawan Rawan Sangat Rawan

Jumlah (Ha) 1. 0 – 8 67,52 937,8 4 1.508,91 - 2.514 ,27 2. 8 – 15 9,48 186,6 0 270,90 - 466 ,97 3. 15 – 30 8,25 416,6 4 1.865,86 443,6 9 2.734 ,44 4. 30 – 45 0,46 18,26 1.285,64 814,1 0 2.118 ,45 5. > 45 - 10,93 3.529,10 1.540,64 5.080 ,67 Total 85,70 1.570,26 8.460,42 2.798,43 12.914 ,80 Sumber : Data Primer (Diolah) , 2005

Berdasarkan Tabel 15 terlihat bahwa pada kelas lereng >45%, luasan wilayah yang berpotensi rawan dan sangat rawan bahaya longsor masing-masing seluas 3.529,10 Ha dan 1.540,64 Ha. Wilayah yang berpotensi rawan dan sangat rawan bahaya longsor pada kelas lereng >45 % ini merupakan luasan terbesar (5.069 ,74 Ha) dibandingkan dengan kelas lereng lainnya. Kemudian diikuti oleh kelas lereng 15-30% dan 30-45%, masing-masing seluas 2.309 ,55 Ha dan 2 .099,74 Ha.

Meskipun demikian pada kelas lereng <8%, luas wilayah rawan longsor juga cukup besar,yaitu 1 .508,91 Ha. Hal ini disebabkan daerah yang be rlereng datar tersebut merupakan batas peralihan litologi. Wilayah ini terdapat pada sebagian besar Kecamatan Sumedang Utara terutama di daerah perkotaan.

4.4.3. Jenis Tanah

Sebagaimana diketahui bahwa terjadinya bahaya tanah longsor erat kaitannya dengan kondisi geologi, antara lain jenis tanah dan struktur geologi. Berdasarkan hasil analisis, pengaruh jenis-jenis tanah terhadap potensi bahaya longsor yang dapa t terjadi di wilayah penelitian. Jenis tanah di Kecamatan

55

Sumedang Utara dan Sumedang Selatan terdiri dari sepuluh macam. Di kedua kecamatan tersebut, jenis tanah latosol coklat tua kemerahan memiliki luasan terbesar yaitu 4 .344 ,68 Ha, kemudian diikuti oleh jenis tanah kompleks litosol dan latosol coklat kemerahan, dan aluvial kelabu, masing -masing seluas 2.577 ,54 Ha dan 2.293,53 Ha. Secara rinci jenis tanah dan potensi bahaya longsor disajikan dalam Tabel 16.

Tabel 16. Jenis Tanah dan Potensi Bahaya Longsor

Tingkat Potensi Bahaya Longsor (Ha) No. Jenis Tanah Tidak

Rawan Kurang Raw an Rawan Sangat Rawan Jumlah (Ha) 1. Aluvial Kelabu 236,0 5 863,0 1 1.194,47 2.293,53

2. Aluvial Kelabu Tua 15,37 278,1 2 583,83 877,3 2

3. Asosiasi Latosol Merah dan

Regosol 0,70 14,93 458,7 5 14,42 488,8 1

4. Kompleks Litosol dan

Latosol Coklat Kemerahan 7,27 57,35 2,327,52 185,41 2.577,54 5. Latosol Coklat 14 ,32 145,4 7 343,7 2 8,18 511,6 9 6. Latosol Coklat Kemerahan 6,18 142,9 1 197,4 9 16,62 363,1 9 7. Latosol Coklat Tua

Kemerahan 22 ,57 638,4 6 3.022,20 661,45 4.344,68

8. Latosol Merah 10 ,45 79,14 342,8 0 134,05 566,4 4

9. Latosol Merah Kekuningan - - 261,1 2 - 261,1 2

10 . Regosol Coklat 24 ,21 240,5 7 365,7 0 - 630,4 8 Total 85 ,70 1.570,26 8.460,42 2.798,43 12.914,80 Sumber : Data Primer (Diolah) , 2005

Berdasarkan data pada Tabel 16 , dapat dijelaskan bahwa tingkat potensi bahaya tanah longsor tertinggi (sangat rawan) terdapat pada jenis tanah aluvial kelabu seluas 1.194,47 Ha. Besarnya luasan jenistanah ini yang termasuk dalam kategori sangat rawan karena hasil tersebut diperoleh dari agregasi ketiga faktor penyebab tanah longsor lainnya yang dianalisis secara bersamaan .

4.4.4. Geologi

Jenis batuan yang menyusun suatu daerah mempunyai tingkat bahaya longsor yang berbeda satu sama lain . Berdasarkan besar butirnya , batuan yang berbutir halus pada umumnya mempunyai potensi yang lebih tinggi terhadap tejadinya bahaya longsor. Apabila dilihat dari kekompakannya, maka batuan yang kompak dan masif lebih kecil kemungkinan terjadinya potensi tanah longsor.

Berdasarkan peta geologi yang digunakan, geologi daerah penelitian tersusun oleh enam satuan batuan . Hasil analisis yang memiliki potensi bahaya longsor pada berbagai satuan batuan dapat dilihat pada Tabel 17 .

Tabel 17. Satuan Batuan dan Potensi Bahaya Longsor

Sumber : Data Primer (Diolah) , 2005

Dari Tabel 17, terlihat bahwa batuan produk dari gunung api mudah lapuk, sehingga batuan jenis ini memiliki potensi sangat rawan terhadap bahaya tanah longsor. Dari tabel di atas, juga terlihat bahwa jenis satuan batuan hasil gunung api tua tak teruraikan memiliki luasan wilayah terbesar dan potensi bahaya longsor tertinggi pada wilayah penelitian .

4.4.5. Tutupan Lahan

Tutupan lahan di wilayah penelitian terdiri dari beberapa jenis penggunaan lahan . Pada lereng bagian atas sebagian besar wilayah berupa hutan; lereng bagian tengah; pemukiman , jalur jalan, perkebunan, tegalan , dan persawahan; serta pada lereng bagian bawah berupa persawahan dan pemukiman. Pengolahan lahan terutama pada daerah -daerah yang mempunyai kemiringan lereng terjal dapat mengakibatkan tanah menjadi gembur, sehingga mengakibatkan tanah menjadi tidak stabil.

Pengaruh tataguna lahan terhadap kestabilan lereng sangat kompleks karena tergantung pada ketebalan tanah setempat, jenis tanaman , dan kemiringan lereng . Secara rinci, tutupan lahan wilayah penelitian dan potensi bahaya longsor dapat dilihat pada Tabel 18.

Tingkat Potensi Bahaya Longsor (Ha)

No. Satuan Batuan Tidak

Rawan Kurang Rawan Rawan Sangat Rawan Jumlah (Ha) 1. Endapan Danau (Ql) 43 ,80 160 ,73 60 ,71 265 ,24

2. Hasil Gunungapi Tua Breksi (Qvb) 8,48 140 ,79 706 ,17 118 ,27 973 ,70 3. Hasil Gunungapi Tua Lava (Qvl) 13 ,92 492 ,62 29 ,82 536 ,36 4. Hasil Gunungapi Tua Tak

Teruraikan (Qvu) 28 ,90 1.104 ,09 6.636 ,45 2.315 ,03 10.084 ,47

5. Breksi dan Aglomerat (Qyb) 0,44 2,85 5,58 8,87

6. Hasil Gunungapi Muda Tak

Teruraikan (Qyu) 4,52 150 ,29 561 ,62 329 ,72 1.046 ,16 Total 85 ,70 1.570 ,26 8.460 ,42 2.798 ,43 12.914 ,80

57

Tabel 18. Tutupan Lahan dan Potensi Bahaya Longsor

Tingkat Potensi Bahaya Longsor (Ha) No. Tutupan Lahan Tidak

Rawan Kurang Rawan Rawan Sangat Rawan Jumlah (Ha) 1 Air 36,37 27 ,55 1,77 65,70 2 Belukar/Semak 1,80 257 ,32 1.229,89 1.022,64 2.511,64 3 Gedung 0,40 0,11 0,51 4 Hutan 40 ,48 3.929,91 258,97 4.229,35 5 Kebun/Perkebunan 3,58 99 ,64 469,52 11 ,80 584,5 4 6 Pemukiman 38,23 1.020 ,75 267,60 - 1.326,58 7 Rumput/Tanah kosong 13 ,60 22 ,83 - 36,43 8 Sawah Irigasi 5,33 28 ,87 899,76 47 ,99 981,9 5

9 Sawah Tadah Hujan 0,39 62 ,05 1.054,03 562,89 1.679,36

10 Tegalan/Ladang 19 ,59 585,01 894,15 1.498,74

Total 85,70 1.570 ,26 8.460,42 2.798,43 12 .914,80 Sumber : Data Primer (Diolah) , 2005

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tutupan lahan berupa semak belukar memiliki potensi wilayah sangat rawan bahaya longsor tertinggi yaitu sekitar 1.022 ,64 Ha . Selanjutnya , luasan lahan yang memiliki potensi tingkat rawan longsor adalah pada tutupan lahan berupa hutan, yaitu seluas 3.929,91 Ha .

Dokumen terkait