• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan

Dalam dokumen DINAS PERTANIAN, PANGAN DAN PERIKANAN (Halaman 51-57)

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. Capaian Kinerja Organisasi

5. Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan

Jumlah Hewan Yang Sehat dan Produk Asala Hewan

yang ASUH 437.920

36.983

55.984 126.833 28,96 Vaksinasi A1 Ekor 312.242 25.000 35.000 85.000 27,22 Vaksinasi rabies Ekor 30.183 2.000 3.000 7.800 25,84 Eliminasi HPR Ekor 10.408 0 1.000 2.000 19,22 Meningkatnya pengobatan penyakit hewan pelayanan Ekor 85.086 1.768 3.886 18.118 21,29 Meningkatnya Kesmavet : Pelayanan

Pemeriksaan Hewan Qurban Ekor 29.663 8.215 12.644 13.915 46,91 Prosentase Sertifikasi NKV Fasilitasi % 6 0,00 1,03 0 7,03 Fasilitasi NKV Kali 15 1 3 2 13,33 Jumlah peternakan unit usaha Unit 1.254 261 290 502 40,03

Monitoring dan Surveilance Residu Kimia dan cemaran mikroba produk asl peternakan

Ekor 750

65

160 165 22,00

4. Realisasi Kinerja Tahun 2019 dibandingkan dengan nasional

5. Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan

1) Produksi Outcome Olahan Komoditas Pertanian dari target 27.243 ton pada tahun 2019 terealisasi sebesar 29.011 ton atau 106,49%, sedangkan dibandingkan dengan Tahun 2018 terjadi peningkatan sebesar 8,62% yang terdiri dari produksi Outcome olahan berbahan baku produksi tanaman pangan (kripik singkong, beras/ketan, kedelai (tahu/tempe)), produksi Outcome olahan perkebunan (aren, kelapa (gula merah, gula semut), teh kering, kopi (bubuk/berasan)), produksi Outcome olahan Hortikultura (olahan pisang), produksi Outcome olahan peternakan (baso, abon sapi, abon ayam, nugat, tahu bakso, telur asin, susu pasteurisasi, yogurt)

LKIP 2019 52

2) Produksi Komoditas Tanaman Pangan pada Tahun 2019 mencapai1.044.784 ton atau tidak mencapai target (82,60), sedangkan jika dibandingkan dengan Tahun 2018 sedikit lebih rendah yaitu 16,61 %. Produksi padi tahun 2019 mengalami penurunan (17,40%) jika dibandingkan dengan Tahun 2018 begitu juga dengan pencapaian target hanya 98,88 %, hal ini dikarenakan pada tahun 2019 terjadi musim kemarau yang cukup lama sehingga petani tidak bisa menanam padi di periode April-November meskipun demikian upaya-upaya telah dilakukan dengan membangun/perbaikan sumber-sumber air seperti membangun embung, perbaikan saluran irigasi tersier, pembangunan dam parit tetapi sumber airnya kering. Tetapi pada Tahun 2019 juga telah dilaksanakan perluasan areal sawah (cetak sawah) seluas 100 ha yang dibiayai dari APBN dan dilaksanakan bekerjasama dengan TNI, bantuan alat mesin pertanian traktor dan rice

tranplanter. Produksi padi juga didukung dengan Pertanian Ramah Lingkungan (Padi

Organik). Pencapaian tahun 2019 yaitu 9.320 Ha (98%) sedangkan dibandingkan dengan tahun 2018 terjadi penurunan sebesar 3%, hal ini dikarenakan adanya kesadaran masyarakat untuk bercocok tanam yang ramah lingkungan serta adanya pemanfaatan atau penggunaan pupuk organik oleh petani. Khusus untuk padi organik sentra produksinya terdapat di Kecamatan: Manonjaya, Sukahening, Sukaraja, Sukaresik, Salawu, Cisayong, Cineam, Sukaratu dan Mangunreja, disamping pengembangan padi organik di 39 kecamatan. Pengembangan padi organik dapat meningkatkan pendapatan petani karena nilai jual beras lebih tinggi daripada beras padi konvensional. Padi organik atau disetarakan dengan beras organik telah diekspor ke USA, Malaysia, Singapura, Italia sebesar 81.309 kg. Produksi padi organik pada tahun 2019 adalah sebesar 77.052 ton GKG mengalami penurunan dari tahun 2018 sebesar 2.179 ton (4,56%). Proporsi produksi padi organik terhadap produksi padi sawah masih sangat kecil, hal ini disebabkan karena ketersediaan kotoran hewan sebagai bahan pupuk organik pada usaha tani masih terbatas. Tidak semua petani memiliki ternak, sikap petani yang menganggap budidaya padi organik masih sulit, mahal dan dianggap tidak praktis. Solusinya adalah memotivasi kelompok untuk mampu memiliki ternak, fasilitasi pengadaan ternak, usaha tani terpadu padi organik dengan ternak serta pembinaan teknis dan penumbuhan kesadaran pentingnya usaha

LKIP 2019 53

tani berkelanjutan. Disamping itu penanaman padi organik baru sebatas pada daerah-daerah yang sudah terbiasa bercocok tanam padi organik jadi masih dalam skala tertentu belum mencapai tataran yang umum.

Produksi palawija yang terdiri dari komoditas jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar dan kacang hijau mengalami kenaikan, baik terhadap tahun 2018 maupun terhadap target Tahun 2019, hal ini dikarenakan salah satunya adanya program pemerintah pusat yaitu UPSUS PAJALE sehingga dapat meningkatkan produksi jagung dan kedelai.

Peningkatan produksi tanaman pangan atau pun produksi pertanian (hortikultura, perkebunan dan peternakan) selain ditunjang bantuan sarana prasarana juga tidak kalah pentingnya peran dari para penyuluh di lapangan dalam hal pembinaan/ penyuluhan terhadap petani/kelompok tani di lapangan. Tahun 2019 jumlah kelompok tani sebanyak 2.794 kelompok, terjadi peningkatan sebesar (19,97).

Sarana alat pertanian pra panen maupun pasca panen juga tidak kalah pentingnya dalam mendukung peningkatan produksi. Tahun 2019 Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya banyak mendapakkan alokasi bantuan alat mesin pertanian pra panen dan pasca panen dari Kementerian Pertanian RI untuk pengolahan tanah baik di sawah maupun lahan darat seperti Traktor, Transplanter, Cultivator, Power Tresher Padi,

Power Tresher Multiguna (Padi/Jagung/Kedelai), Corn Seller, Vertikal Drayer Jagung, Bangunan Vertikal Drayer Jagung, Kendaraan Roda 3,

3) Produksi Komoditas Hortikultura yaitu produksi sayuran, dan buah-buahan. Komoditas sayuran pada umumnya ditanam di lahan bukan sawah dalam bentuk hamparan dengan perlakuan teknologi yang sudah intensif. Untuk komoditas sayuran mengalami penurunan produksi dari 38.781 ton pada Tahun 2019 menjadi 38.781 ton pada Tahun 2019 atau turun sebesar 6,25 %. Kenaikan ini terjadi sebagai dampak kenaikan luas tanam dari tahun 2019 dibanding tahun 2018. Hal ini dikarenakan meningkatnya teknologi budidaya sayuran khususnya teknologi budidaya cabe besar terutama di tingkat penanganan pasca panen. Produksi buah-buahan pada tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar 4,10% dibandingkan Tahun 2018 atau mencapai target 103,06%, hal ini dikarenakan iklim yang mendukung. Pada tahun 2019 terjadi musim kemarau yang

LKIP 2019 54

cukup, maka produksi buah-buahan akan terjadi optimal pada akhir triwulan empat, triwulan satu dan triwulan dua. Sedangkan untuk produksi sayuran khususnya produksi cabe merah hal ini dikarenakan adanya pencapaian luas panen yang meningkat, perluasan areal tanam di beberapa kecamatan sentra sesuai dengan potensi sayuran, penanganan yang intensif dan penggunaan varietas serta dukungan program dari pemerintah (APBD dan APBN). Komoditas buah-buahan khususnya manggis pada Tahun 2019 mengalami kenaikan produksi dibandingkan Tahun 2018 dikarenakan adanya kenaikan luas panen yang diakibatkan oleh iklim yang mendukung sehingga terjadi korelasi positif dan tahun 2019 bukan merupakan musim panen raya buah manggis.

4) Produksi Komoditas Perkebunan. Produksi komoditas perkebunan pada tahun 2019 mencapai 57.844,- ton (98,29%) dari target sebesar 58.847ton. Pencapaian realisasi ini dikarenakan adanya kegiatan intensifikasi, rehabilitasi dan peremajaan komoditas perkebunan serta penanaman, sehingga produktivitas meningkat. Disamping itu dtunjang dengan adanya pengendalian hama terpadu, pelatihan petani untuk meningkatkan SDM kelompok baik dalam hal kelembagaan maupun budidaya. Capaian kinerja penyerapan Tenaga Kerja yang bekerja di sektor Perkebunan mencapai 160.509 orang petani atau sekitar 99,83%. Hal ini karena meningkatnya partisipasi masyarakat/petani perkebunan

5) Produksi Komoditas Peternakan terdiri dari produksi daging, telur dan susu. Tahun 2019 produksi komoditas peternakan mengalami penurunan dibanding dengan Tahun 2018 (10,43%) maupun pencapaian terhadap target Tahun 2019 (92,60%), yaitu dari produksi 69.337 ton Tahun 2018 menjadi 62.108ton pada Tahun 2019, penurunan tersebut dikarenakan adanya peningkatan produksi telur dan produksi susu meskipun produksi daging mengalami penurunan jika dibandingkan dengan Tahun 2018. Penurunan produksi daging disebabkan karena menurunnya jumlah populasi ternak Tahun 2019 sebagai berikut :

- Populasi ayam pedaging menurun, hal ini dikarenakan sejak Tanggal 1 Januari 2019 ada peraturan yang melarang penggunaan Antibiotik Growth Promotor (AGP) dalam pakan yang mengakibatkan pada penurunan produksi (bobot cenderung kecil,

LKIP 2019 55

pemeliharaan lebih lama, kesehatan ayam lebih rentan), selain itu faktor harga DOC yang relatif tinggi serta kualitas dan kuantitas DOC masih menjadi kendala bagi peternak. Fluktuasi harga jual ayam (livebird) juga masih menjadi masalah utama peternak, karena harga jual sering di bawah Break Even Point (BEP), yang mengakibatkan peternak merugi. Faktor performance dan kerugian usaha menyebabkan peternak mengurangi jumlah ternak atau mengosongkan kandang sehingga berakibat penurunan populasi dan produksi daging khususnya daging ayam, selanjutnya untuk ternak besar terutama Kerbau mengalami penurunan dikarenakan menurunnya minat peternak untuk memelihara kerbau dan kemampuan reproduksi yang rendah (cenderung silent heat).

Produksi komoditas peternakan tidak terlepas Jumlah Hewan Yang Sehat dan Produk Hewan yang Aman, Sehat, Utuh, Halal atau ASUH, Vaksinasi AI, Rabies, Eliminasi HPR. Peningkatan pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan menular (Vaksinasi AI, Vaksinasi rabies, Eliminasi HPR) mengalami peningkatan 59,88% dibandingkan tahun 2018 akan tetapi tidak mencapai target yang telah direncanakan, peningkatan pelayanan pengobatan penyakit hewan peningkatan pelayanan Kesmavet (pemeriksaan hewan kurban) dan fasilitasi penerbitan Nomor Kontrol Veteriner (NKV). Ketidaktercapaian hal tersebut dikarenakan terbatasnya sarana dan prasarana, jumlah pegawai dan tersebarnya lokasi penyembelihan. Sedangkan untuk monitoring dan pengawasan residu kimia dan cemaran mikroba produk asal ternak menurun, hal ini dikarenakan tidak adanya atau sedikitnya aktif service dari tingkat Provinsi dan Balai Veteriner Subang dalam rangka monitoring residu kimia dan cemaran mikroba produk asal ternak ke pasar-pasar tradisional.

3.2 Urusan Pangan

Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia mengingat pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi oleh pemerintah dan masyarakat secara bersama-sama seperti diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Dalam Undang-Undang tersebut disebutkan, “ pemerintah

menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian dan pengawasan, sementara masyarakat menyelenggarakan proses produksi dan penyediaan, perdagangan, distribusi

LKIP 2019 56

serta berperan sebagai konsumen yang berhak memperoleh pangan yang cukup dalam jumlah dan mutu, aman, bergizi, beragam, merata dan terjangkau oleh daya beli mereka.

Pembangunan Ketahanan Pangan dilaksanakan dalam rangka penyelenggaraan salah satu urusan wajib pemerintah yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar yaitu urusan wajib pangan berdasarkan kewenangan Pemerintah Daerah yang telah ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Penyelenggaraan urusan wajib pangan meliputi penyelenggaraan bidang konsumsi dan keamanan pangan serta bidang ketersediaan, kerawanan dan distribusi pangan. Ketahanan Pangan menurut badan pangan dunia Food Agricultural Organization (FAO) merupakan situasi dimana semua rumah tangga mempunyai akses baik fisik maupun ekonomi untuk memperoleh pangan bagi seluruh anggota keluarganya. Dalam kondisi ketahanan pangan yang ideal rumah tangga tidak beresiko mengalami kehilangan kedua akses tersebut.

Penyelenggaraan urusan wajib pangan di Kabupaten Tasikmalaya dilaksanakan oleh Dinas Ketahanan Pertanian yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Tasikmalaya yang dijabarkan dengan Peraturan Bupati Tasikmalaya Nomor 36 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Perangkat Daerah serta Peraturan Bupati Tasikmalaya Nomor 68 Tahun 2016 tentang Rincian Tugas dan Fungsi Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan.

Dinas Ketahanan Pertanian dibentuk untuk mendukung implementasi Misi Kedua RPJMD Kabupaten Tasikmalaya 2016-2021 yaitu Mewujudkan Perekonomian yang

Tangguh di Bidang Agrbisnis dan Pariwisata dengan sasaran meningkatnya ketahanan pangan berbasis potensi pangan lokal.

LKIP 2019 57

Pencapaian target kinerja penyelenggaraan urusan di bidang pangan sesuai dengan penetapan indikator kinerja pada RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016-2021 sebagaimana tercantum dalam tabel di bawah ini :

Tabel IV.20

Indikator Capaian Kinerja Urusan Pangan Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2019 No Indikator Kinerja Capaian Satuan Capaian Tahun

2018

Tahun 2019

Target Realisasi

Dalam dokumen DINAS PERTANIAN, PANGAN DAN PERIKANAN (Halaman 51-57)