3.3 Metode Penyusunan Instrumen
3.3.4 Validitas Instrumen
3.3.4.3 Analisis Perangkat Tes
Menurut Arikunto (2007: 206), analisis perangkat tes bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik, dan soal yang jelek, sehingga dapat diperoleh informasi yang akan digunakan untuk menyempurnakan soal-soal untuk kepentingan lebih lanjut. Analisis perangkat tes dilakukan terhadap hasil uji coba instrumen. Adapun analisis perangkat tes meliputi validitas butir soal, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan analisis daya pembeda.
3.3.4.3.1 Validitas Butir Soal
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suau instrumen tes. Menurut Arikunto (2010: 211), “sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan.” Menurut Rudyatmi & Rusilowati (2010: 69-70), rumus yang digunakan adalah rumus korelasi product moment yaitu:
. ∑ ∑ ∑
. ∑ ∑ . ∑ ∑
Keterangan
: koefisien korelasi tiap-tiap butir : banyaknya siswa
∑ : jumlah skor item
∑ : jumlah skor total
Perhitungan dilakukan dengan program Microsoft Excel untuk memperoleh nilai . Setelah diperoleh nilai , lalu dibandingkan dengan hasil r product moment dengan taraf signifikan 5%. Butir soal dikatakan valid jika rhitung
> rtabel. Setelah dilakukan perhitungan untuk masing-masing tipe soal, maka
diperoleh bahwa semua tipe soal valid. Karena masing-masing butir soal melebihi dengan taraf signifikan 5%. Untuk soal tipe A, setelah semua hasil indeks untuk tiap soal diperoleh, lalu dibandingkan dengan indeks dengan taraf signifikan 5% sebesar 0,355, diperoleh bahwa semua soal dikatakan valid, karena indeks tiap soal tipe A melebihi indeks . Sedangkan
untuk soal tipe B, setelah semua hasil indeks untuk tiap soal diperoleh, lalu dibandingkan dengan indeks dengan taraf signifikan 5% sebesar 0,339, diperoleh bahwa semua soal dikatakan valid, karena indeks tiap soal melebihi indeks . Contoh perhitungan validitas soal uji coba ada pada Lampiran 11.
Tabel 3.2 Hasil Analisis Validitas Soal Uji Coba Tipe A
Butir Keputusan 1 0,585 0,355 Valid 2 0,795 Valid 3 0,793 Valid 4 0,788 Valid 5 0,718 Valid 6 0,799 Valid
Tabel 3.3 Hasil Analisis Validitas Soal Uji Coba Tipe B
Butir Keputusan 1 0,651 0,339 Valid 2 0,609 Valid 3 0,846 Valid 4 0,860 Valid 5 0,809 Valid 6 0,823 Valid 3.3.4.3.2 Reliabilitas
Seperangkat tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Artinya apabila tes tersebut dikenakan pada sejumlah subjek yang sama pada lain waktu, maka hasilnya akan tetap sama atau relatif sama.
Menurut Arikunto (2010: 239), untuk mencari reliabilitas soal bentuk uraian digunakan rumus Alpha sebagai berikut.
∑
Keterangan
: reliabilitas instrumen tes k : banyaknya butir soal
∑ : jumlah varians butir soal : varians total
Kriteria pengujian reliabilitas tes yaitu setelah didapat harga kemudian dikonsultasikan dengan harga r product moment pada tabel, jika rhitung > rtabel maka item tes yang diujicobakan reliabel. Dari hasil perhitungan analisis data pada soal tipe A yang telah diujicobakan, diperoleh , . Sedangkan pada soal tipe B diperoleh , . Setelah dibandingkan dengan tabel
r dengan taraf signifikasi 5% diperoleh kesimpulan bahwa soal uji coba baik tipe A maupun tipe B merupakan soal yang reliabel. Contoh perhitungan reliabilitas soal uji coba ada pada Lampiran 12.
Tabel 3.4 Hasil Analisis Reliabilitas Soal Uji Coba
Soal Tipe Keputusan
A 0,834 0,355 Reliabel
B 0,795 0,339 Reliabel
3.3.4.3.3 Tingkat Kesukaran
Menurut Rudyatmi & Rusilowati (2010: 82), tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan
tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran ini umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00-1,00. Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil hitungan, berarti semakin mudah soal itu.
Menurut Rudyatmi & Rusilowati (2010: 83), untuk mengetahui tingkat kesukaran soal bentuk uraian digunakan rumus berikut.
Mean Jumlah skor peserta tes pada suatu soalJumlah peserta tes
tingkat kesukaran M
dengan kriteria tingkat kesukaran sebagai berikut. TK < 0,3 : sukar
, , : sedang
Tk > 0,7 : mudah
Dari hasil perhitungan analisis soal yang telah diujicobakan diperoleh data bahwa soal pada tipe A yang termasuk dalam kategori mudah adalah soal nomor 2 dan 4. Sedangkan soal yang termasuk dalam kategori sedang adalah soal nomor 1, 3, 5 dan 6. Lalu untuk soal pada tipe B yang termasuk dalam kategori mudah adalah soal nomor 1 dan 2. Sedangkan soal yang termasuk dalam kategori sedang adalah soal nomor 3, 4, 5, dan 6. Jadi, kedua tipe soal yang diujicobakan tidak ada yang termasuk dalam kategori sukar. Contoh perhitungan tingkat kesukaran soal uji coba ada pada Lampiran 13.
Tabel 3.5 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Tipe A
Butir Indeks TK Keputusan
1 0,67 Sedang 2 0,77 Mudah 3 0,52 Sedang 4 0,73 Mudah 5 0,64 Sedang 6 0,49 Sedang
Tabel 3.6 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Tipe B
Butir Indeks TK Keputusan
1 0,77 Mudah 2 0,73 Mudah 3 0,55 Sedang 4 0,52 Sedang 5 0,62 Sedang 6 0,49 Sedang 3.3.4.3.4 Daya Pembeda
Daya beda suatu butir soal adalah kemampuan suatu butir soal untuk dapat membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes berkemampuan rendah sedemikian hingga untuk peserta tes yang memiliki kemampuan tinggi lebih banyak yang menjawab dengan jawaban benar dibanding dengan peserta tes dengan kemampuan rendah. Langkah-langkah menghitung daya pembeda soal menurut Arikunto (2007: 211) adalah sebagai berikut.
(2) Menentukan kelompok atas dan bawah, yaitu kelompok atas sebanyak 50% dari jumlah peserta tes dan begitu juga dengan kelompok bawah.
Menurut Zulaiha (2007: 25), rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda soal bentuk uraian yaitu:
DP Meanskor maksimunMean
Keterangan
: daya pembeda soal
Mean : rata-rata skor siswa pada kelompok atas
Mean : rata-rata skor siswa pada kelompok bawah Skor maksimum : skor maksimum yang ditetapkan
Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut.
, : diterima
, : diperbaiki
: ditolak
Dari hasil perhitungan analisis soal yang telah diujicobakan diperoleh data bahwa semua butir soal pada soal tipe A mempunyai indeks daya pembeda
, . Hal yang sama juga terjadi pada semua butir soal tipe B, yaitu memiliki indeks daya beda , . Contoh perhitungan daya pembeda soal ada pada Lampiran 14.
Tabel 3.7 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Uji Coba Tipe A
Butir Indeks DP Keputusan
1 0,26 Diterima 2 0,34 Diterima 3 0,27 Diterima 4 0,26 Diterima 5 0,26 Diterima 6 0,28 Diterima
Tabel 3.8 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Uji Coba Tipe B
Butir Indeks DP Keputusan
1 0,28 Diterima 2 0,32 Diterima 3 0,29 Diterima 4 0,36 Diterima 5 0,33 Diterima 6 0,32 Diterima