• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbedaan Nuansa Makna kata Yatto Cuplikan 1:

KATA “TOUTOU DAN YATTO” DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG

3.2. Analisis Perbedaan Nuansa Makna kata Yatto Cuplikan 1:

ジンバラン は ほかの ホテル エリア よりも バリ の 素朴な 不景であぶれてます。帆 を張るって 沖 で 漁 を する小 舟 (ジュクン)、新鮮な 幸い にぎわう海 市場 パサール、イカン。いかにもリの魚村といった口―カルナ光景も、この エリアの大きな魅力です。時に 早朝 に ビーチ を沿い 歩くと、やっと 色 づき 始めた空 と海 がとても神秘的。次々 と 海 へ 船出 出する ジュクンの 影 と、 それ を見送る あどけない 子どもたち。 ビーチ に張り出したシーフード屋台が観光客でにぎわう夕方とは異なり、昔なが らジンバランを感じるとができます。(Chikyuu no Arukikata Bari shima, hal 206)

Jinbaran wa hoka no hoteru eria yori mo Bari no sobokuna fu kei de aburetemasu. Ho o haru tte oki de ryō o suru kobune (jukun), shinsen'na umi no

saiwai to hito de nigiwau ryou ichiba no pasāru, ikan. Ikanimo Bari no gyoson to

itta kuchi ― Karuna kōkei mo, kono eria no ōkina miryokudesu. Tokini sōchō ni bīchi o soui aruku to, yatto iro dzuki hajimeta sora to umi ga totemo shinpi-teki. Tsugitsugi to umi e funade shutsu suru jukun no kage to, sore o miokuru adokenai

kodomo-tachi. Bīchi ni haridashita shīfūdo yatai ga kankōkyaku de nigiwau

Jimbaran adalah gambaran kesederhanaan kota Bali jika dibandingkan dengan daerah kawasan perhotelan yang lain. Terlihat di laut lepas layar ditarik, menangkap ikan dengan kapal kecil (Jukun), pasar ikan dengan keramaian orang-orang dan kesegaran laut yang luar biasa. Memang Bali disebut juga dengan kampung ikan lokalnya, dengan daya tarik seperti ini memang menjadi prioritas. Suatu ketika di subuh hari, kalau berjalan di pantai, ada saat dimana akhirnya muncul warna yang indah di antara laut dan langit yang benar-benar menenangkan jiwa. Saat setelah Jukun berlayar meninggalkan bayangan, anak-anak berbondong mengantar kepergian. Di lepas pantai pada sore hari, keramaian para wisatawan menikmati warung seafood, yang menegaskan keadaan Jimbaran tempo dulu.

Analisis :

Makna kata yatto pada cuplikan kalimat tersebut adalah akhirnya. Pada wacana tersebut dijelaskan bahwa Jimbaran adalah sebuah kota sederhana di Bali dibandingkan dengan daerah kawasn perhotelan yang lainnya, terlihat nelayan yang menangkap ikan masih menggunakan kapal kecil (Jukun), keramaian orang-orang di pasar ikan serta kesegaran lautnya yang luar biasa, terlihat juga keramaian para wisatawan yang menikmati warung seafood di lepas pantai di kala sore hari. Sungguh Jimbaran memiliki daya tarik tersendiri. Ketika kita berjalan di pantai saat subuh hari, dimana “akhirnya” muncul warna yang indah di antara laut dan langit yang benar-benar menenangkan jiwa. Pemakaian kata yatto di atas sudah tepat, pada cuplikan kalimat dijelaskan mengenai Jimbaran salah satu kota

hasil laut. Suatu ketika saat subuh hari kita berjalan di pantai di mana akhirnya muncul warna yang indah di antara laut dan langit yang benar-benar menenangkan jiwa, yang menyiratkan apabila kita ingin melihat warna yang indah di antara laut dan langit yang benar-benar menenangkan jiwa kita harus berjalan di pantai di kala subuh hari sehingga “akhirnya” kita dapat melihat warna yang indah di antara laut dan langit yang benar-benar menenangkan jiwa. Pemakaian kata yatto pada cuplikan kalimat tersebut sesuai dengan pendapat Seiichi Makino dan Michio Tsutsui (1995:593) yang menyebutkan yatto adalah kata keterangan yang menunjukkan sesuatu yang diinginkan akhirnya tercapai meskipun terdapat beberapa kesulitan. Cuplikan 2 : 都市だけに滞在するなら、ほかのインドネシアの都市と同様に難し いことはない。マカサル川のカパル。パブリック階建てのパブリックボー ト)は混雑し、時間もかかるが、秘境ルネオ島というイメージとは違って 意外に簡単。川流の見どころへは、カパル.パブリックでやっと着いた町 からさらに奥へ入らないといけない。チェスと呼ばれるエンジン付きの小 舟をチャーターすることになるが、人選と交渉の勘が必要。このあたりか ら旅の難易度は上がってくる。地のジャングルを何日もけてトレッキング するのは大変なので、手軽に楽しみたいならバリッパパンやサマリンダ発 のツアーを利用するといい。(Chikyuu no Arukikata Karimantan, hal 419).

Toshi dake ni taizai surunara, hoka no Indoneshia no toshi to dōyō ni muzukashī koto wanai. Makasaru kawa no kaparu. Paburikku (2 gaidate no paburikkubōto) wa konzatsu shi, jikan mo kakaruga, hikyō Boruneo-jima to iu imēji to wa chiga~tsu te igai ni kantan. Kawanaga no midokoro e wa, kaparu.

Paburikku de yatto tsuita machi kara sarani oku e hairanaito ikenai. Chesu to

yoba reru enjin-tsuki no kobune o chātā suru koto ni naruga, jinsen to kōshō no

kan ga hitsuyō. Kono atari kara tabi no gaido wa agatte kuru. Okuchi no janguru o nan'nichi mo kakete torekkingu suru no wa taihen'nanode, tegaru ni tanoshi

mitainara barippapan ya samarinda-hatsu no tsuā o riyō suruto ī.

Jika hanya ingin tinggal di kota besar, tidak akan ada kesulitan berarti. Hal ini sama di seluruh kota besar di Indonesia. Kapal di sungai Makasar. Kesan selama ini bahwa perahu umum (dua lantai) selalu penuh sesak, dan juga memakan waktu, dan pulau borneo yang kesannya jarang di kunjungi orang, di luar dugaan sangat berbeda. Untuk melihat pemandangan menarik dari aliran sungai, akhirnya kita harus masuk lebih jauh ke pedalaman setelah tiba di kota menggunakan kapal umum. Kita harus menyewa kapal berukuran kecil yang menggunakan mesin yang disebut Ches, dan saat menyewanya kita perlu melakukan negosiasi harga. Nah mulai dari penyewaan kapal ini tingkat kesulitan perjalanan meningkat. Mengingat sulitnya melakukan perjalanan melintasi hutan selama berhari-hari, alangkah baiknya bila menggunakan jasa tour di Balikpapan atau Samarinda jika tidak mau menghadapai tantangan.

Analisis :

Makna yatto pada cuplikan kalimat tersebut adalah akhirnya. Pada wacana tersebut dijelaskan bahwa jika kita tidak ingin mengalami kesulitan berarti tinggal di kota besar adalah pilihannya, tetapi apabila ingin menikmati suasana yang berbeda ada baiknya mencoba melakukan perjalanan ke pulau Borneo. Pulau yang kesannya jarang dikunjungi orang tetapi di luar dugaan sangat berbeda. Apabila kita ingin pergi ke Balikpapan atau Samarinda untuk melihat pemandangan yang menarik dari aliran sungai harus menyewa kapal kecil tentu saja tak lupa melakukan negosiasi harga. Apabila tidak ingin menghadapi tantangan mengingat medan yang sulit sebaiknya menggunakan jasa tour, selanjutnya untuk melihat pemandangan yang menarik dari aliran sungai tersebut “akhirnya” kita pun harus masuk jauh ke pedalaman setelah tiba di kota dengan menggunakan kapal umum selanjutnya menyewa kapal kecil, jangan lupa melakukan negosiasi harga. Pemakaian kata yatto di atas sudah tepat, pada cuplikan kalimat tersebut dijelaskan bagaimana melakukan perjalanan di pulau Borneo dengan medan yang sulit dan harus berganti-ganti kapal, meskipun “akhirnya” harus pula masuk jauh ke pedalaman tetapi yang kita inginkan demi melihat pemandangan menarik dari aliran sungai akhirnya tercapai. Pemakain kata yatto di atas sesuai dengan pendapat Seiichi Makino dan Michio Tsustui (1995:593) yang menyatakan bahwa

yatto adalah kata keterangan untuk menyatakan sesuatu yang diinginkan akhirnya

tercapai atau akhirnya keinginan tersebut tercapai meskipun dengan kesulitan yang besar.

Cuplikan 3 :

地上41の樹冠に、人ひとりがやっと通れる細いつり橋が158mわた ってかけられている。マルーシアでは地上から最も高い置にあるキャノピ

―.ウオ―クだ。いつもは下からあおぎ見ることしかできない熱帯雨林を

下のほうから見ようという試みだ。なるほど、この高さから見ると、鳥や サルになったような気がして新鮮!(Chikyu no Arukikata Mareshia, Burunei, hal 309)

Chijō 41 no jukan ni, hito hitori ga yatto tōreru hosoi tsuribashi ga 158 m ni watatte kake rarete iru. Marūshiade wa chijō kara mottomo takai ichi ni aru kyanopi ―. wo-ku da. Itsumo wa shita kara aogi miru koto shika dekinai nettaiurin o shita no hō kara miyou to iu kokoromida. Naruhodo, kono taka-sa karamiruto, tori ya saru ni natta yōna ki ga shite shinsen!

Mahkota pohon 41 m di atas tanah, sebuah jembatan gantung tipis yang panjangnya 158 m, yang akhirnya hanya bisa dilalui 1 orang apabila ingin menyeberang. Ini adalah canopy berjalan di posisi tertinggi dari tanah yang ada di Malaysia. Ini selalu merupakam upaya yang dapat dilihat dari hutan hujan tropis yang bisa dilihat dan mencobanya. Memang bila dilihat dari ketinggian ini, terasa segar merasa seperti yang burung dan monyet lakukan.

Analisis :

Makna yatto pada cuplikan kalimat tersebut adalah akhirnya. Pada wacana tersebut dijelaskan bahwa di negara Malaysia terdapat sebuah jembatan gantung

tipis yang panjangnya 158 m, jembatan ini menghubungkan satu pohon dengan pohon yang lainnya dalam hutan hujan tropis, karena jembatan tersebut berada di atas pohon sehingga menyerupai mahkota pohon. Jembatan yang berada 41 m di atas permukaan tanah ini patut dilihat dan tentu saja mencobanya. Sebuah canopy tertinggi yang ada di Malaysia. Jika berada di atas, maka akan terasa kesegaran alam, kita merasa seolah-olah seperti yang burung dan monyet lakukan. Tetapi meskipun demikian karena jembatan gantung ini begitu tipis “akhirnya” hanya bisa dilalui oleh satu orang saja apabila ingin menyeberang. Pemakaian kata yatto di atas sudah tepat karena dijelaskan bagaiman jembatan gantung tipis yang dihubungkan antar satu pohon ke pohon yang lainnya, namun karena jembatan tersebut begitu tipis “akhirnya” hanya bisa dilalui oleh satu orang apabila ingin menyeberang, dalam hal ini mengindikasikan suatu keadaan/nyaris hanya/batasan terlihat dari hanya bisa dilalui oleh satu orang saja. Pemakaian kata yatto di atas sesuai dengan pendapat Seiichi Makino dan Michio Tsutsui (1995:593) yaitu yatto untuk menyatakan “keadaan yang hampir tidak/nyaris hanya, baru dapat”, juga menyatakan terdapat adanya batasan.

Cuplikan 4: タイピンはかつてラルートLarutと呼ばれていた。1848年スズ鉱 石が発見され、それをに多くの中国人労働者がやってきた。その後彼らの 間に内部抗争が生じ、「ラルートの戦い」に発展する。事態は1874年 にやっと収まり、以後ラルートはタイピン(中国語で「太平=永遠なる平 和の街)に改名され、今日までその美しい名前で呼び親しまれている。人

70%が華人だが、街に文化が溶け合って生まれたエキぎちっくな古い 建物がいたるところに残り、イギリス植民地時代、日本軍占領時代などを も乗り超えた長い歴史を感じるだろう。(Chikyu no Arukikata Mareshia, Burunei, hal 157)

Tai pin wa katsute rarūto Larut to yoba rete ita. 1848-Nen suzu kōseki ga

hakken sa re, sore o ni ōku no chūgokujin rōdō-sha ga yattekita. Sonogo karera no ma ni naibu kōsō ga shōji,`rarūto no tatakai' ni hatten suru. Jitai wa 1874-nen ni yatto osamari,-igo rarūto wa Tai pin (chūgokugo de `taihei = eien'naru heiwa no machi) ni kaimei sa re, kyō made sono utsukushī namae de yobi shitashima rete iru. Jinkō 70-pāsento ga kajindaga,-gai ni Bunka ga tokea~tsu te umareta eki gi chi~tsu kuna furui tatemono ga itaru tokoro ni nokori, Igirisu shokuminchi jidai, nippongun senryō jidai nado o mo nori koeta nagai rekishi o kanjirudarou.

Taiping pernah disebutkan larut sebelumnya. Bijih timah ditemukan pada tahun 1848, pada kesempatan itu banyak para pekerja Cina yang datang. Konflik internal muncul antara mereka setelah itu berkembang menjadi “perang larut”. Keadaan atau situasi pada tahun 1848 akhirnya selesai/berakhir, setelah ini larut, penggantian nama menjadi Taiping (dalam bahasa Cina [taihei kedamaian, eien naru heiwa no kai kota yang menjadi kekal abadi aman sentausa]), sampai saat ini populer dengan nama yang disebut Taiping Cina. Populasi 70% penduduk dengan orang-orang yang glamour tetapi kota budaya tercipta lahir sisanya berbaur di seluruh tempat, akan merasakan sejarah panjang pada masa koloni Inggris, mengatasi kesulitan pada masa pendudukan militer jepang.

Analisis :

Makna yatto pada cuplikan kalimat tersebut adalah akhirnya. Pada cuplikan kalimat tersebut dijelaskan bagaimana sejarah kota Taiping, asal ditemukannya kota tersebut, mengapa banyak para pekerja Cina yang datang, bagaimana pula mengapa kota tersebut pernah mengalami “perang larut”. Dalam waktu yang lama pula saat setelah kondisi kondusif penggantian nama berubah menjadi Taiping. Karena nama kota tersebut diambil dari bahasa Cina sehingga kota tersebut popular dengan nama Taiping Cina. Penduduk dengan orang-orangnya yang glamor tetapi tetap melestarikan budayanya. Jika kita berjalan-jalan di kota tersebut maka akan merasakan sejarah panjang kota tersebut pada masa koloni Inggris dan bagaimana keadaan mengatasi kesulitan pada masa pendudukan militer Jepang. Meskipun setelah melalui sejarah panjang dan peperangan, “akhirnya” setelah perang usai kota Taiping diharapkan menjadi kota yang kekal abadi aman sentausa sesuai dengan arti kata Taiping. Pemakaian kata

yatto di atas sudah tepat, pada cupikan kalimat tersebut dijelaskan bagaimana

sejarah panjang mengenai kota Taiping, keadaan penduduk serta sejarah dan budaya yang tetap dipertahankan. Bagaimana baru setelah peperangan berakhir setelah lama dinanti-nantikan “akhirnya” kota menjadi kondusif dan penggantian nama menjadi Taiping, kota yang diharapkan menjadi kota yang kekal abadi aman sentausa. Pemakaian kata yatto di atas sesuai dengan pendapat Kikuo Nomoto (1988:1349) yang menyatakan yatto adalah [akhirnya, baru setelah.. ] setelah lama dinanti-nantikan.

Cuplikan 5: 西スンバ島で最も伝統的だと聞きソダン村へ行きました。車をチャ ーターすれば簡単にアクセスできると思いましたが大間違い。車から降り て歩いて川を数回渡り(橋はありません)、その後は丘の上にある村まで歩 きました(山道は雨でぬかるんでいて危険でした。やっとの思いで辿り着 いた村では、タバコのおみやげを携えていったにも関わらず、長老から普 通の礼金よりも多い金額を請求さ―緒に行ったガイドさんも困り顔。丘の 上にあるので景色はよかったですが、後味の悪い思いをしました。(Chiky u no Arukikata Indonesia, hal 477)

Nishi sunba shima de mottomo dentō-tekida to kiki sodan mura e ikimashita. Kuruma o chātā sureba kantan ni akusesu dekiru to omoimashitaga dai machigai. Kuruma kara orite aruite kawa o sū-kai watari (hashi wa arimasen), sonogo wa oka no ue ni aru mura made arukimashita (yamamichi wa

ame de nukarunde ite kikendeshita. Yatto no omoi de tadori tsuita murade wa ,

Tabako no omiyage o tazusaete itta ni mo kakawarazu, chōrō kara futsū no reikin yori mo ōi kingaku o seikyū-sa ― cho ni itta gaido-san mo komari-gao. Oka no ue ni aru node keshiki wa yokattadesuga, atoaji No warui omo o shimashita.

Pergi ke desa Sodan mendengar bahwa desa tersebut adalah yang paling tradisional di Sumba Barat. Menyewa mobil berpikir bahwa jalur mudah diakses tetapi ternyata salah besar. Turun dari mobil berjalan menyeberangi sungai beberapa kali (tidak ada jembatan), sesudah ini berjalan sampai ke desa yang

berada di puncak bukit (jalan setapak yang jika hujan sangat berbahaya). Akhirnya tibalah saat mencari souvenir, bekerja sama membawa oleh-oleh tembakau yang banyak dari para tetua, wajah pemandu wisata yang ikut bersama pun kelihatannya susah. Meskipun diatas puncak bukit pemandangannya bagus tetapi mood sudah terlebih dahulu jelek.

Analisis :

Makna kata yatto pada cuplikan kalimat tersebut adalah akhirnya. Pada wacana tersebut dijelaskan bagaimana seseorang yang melakukan perjalanan ke desa Sodan, desa yang paling tradisional di Sumba Barat. Perjalanan ke desa tersebut jauh di luar perkiraan, jalur ke desa tersebut tidak seperti yang dibayangkan, jalurnya tidak bisa dilalui oleh mobil sehingga harus berjalan kaki, menyeberangi sungai beberapa kali dikarenakan jembatan pun tidak ada, harus pula melewati jalan setapak yang apabila hujan sangat berbahaya. Setelah sampai di desa yang berada di atas puncak bukit “akhirnya” tiba juga saatnya mencari souvenir, para tetua desa memberikan oleh-oleh tembakau yang banyak, meskipun mendapat oleh-oleh namun wajah pemandu kelihatan susah mungkin dikarenakan sudah sangat keletihan menempuh rute perjalanan. Walaupun pemandangan di atas puncak bukit bagus menjadi tidak terlalu menikmati mengingat mood yang sudah terlebih dahulu jelek. Pemakaian kata yatto di atas sudah tepat, pada cuplikan kalimat tersebut disebutkan bagaimana perjalanan yang harus dilalui