• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS HUKUM PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG

B. Analisis Hukum Putusan Hukum Hakim dalam Putusan

2. Analisis Perlindungan Hukum

Perlindungan – perlindungan hukum merupakan “suatu hal yang melindungi subyek-subyek hukum melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.”184 “Perlindungan hukum ialah bersifat menjaga subjek hukum dari hal – hal yang bersifat merusak yang di lakukan oleh subjek hukum lainnya.”185 Perlindungan hukum merupakan “upaya hukum yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun.”186 Dalam kasus putusan Mahkamah Agung Nomor 156K/Pdt/2020, dimana 2 (dua) orang ahli waris telah menjual tanah warisan tanpa sepengetahuan seluruh ahli waris yang mengakibatkan telah terlanggarnya hak para ahli waris

184 Ida Bagus Paramaningrat Manuaba, dkk, Op.Cit, hal.63.

185 I Komang Edy Susanto, dkk, “Kedudukan Notaris & PPAT Dalam Perjanjian Jual Beli Tanah Dan JaminanPerlindungan Bagi Para Pihak.”, Jurnal Konstruksi Hukum Volume 1 No.2, Oktober 2020.hal.382.

186 Ida Bagus Paramaningrat Manuaba, dkk, Loc.Cit.

sehingga para ahli waris yang haknya terlanggar mengajukan gugatan ke Pengadilan dan mengakibatkan dibatalkannya akta jual beli tersebut sehingga merugikan pembeli.

Dalam kasus tersebut di ketahui bahwa PPAT telah lalai dan melakukan pelanggaran dalam melaksanakan jabatannya dimana dalam pembuatan akta jual beli tanah warisan PPAT tidak meminta dokumen – dokumen yang diperlukan sehingga mengakibatkan terjadinya jual beli tanah warisan yang merugikan para ahli waris yang haknya terlanggar dan merugikan pembeli karena dibatalkannya akta tersebut oleh Pengadilan . Adapun kelalaian dan pelanggaran yang di lakukan PPAT David Mulianta Barus dalam pembuatan akta tersebut adalah :

a. Tidak mencantumkan surat keterangan kematian Alm. Godang Sembiring dengan Alm. Mutiara Br Purba selaku pemilik tanah.

b. Tidak ada mencantumkan Surat Keterangan ahli waris

c. Tidak ada mencantumkan Surat Pembagian Warisan diantara ahli waris.

d. Tidak terdapat persetujuan dan tandatangan oleh para ahli waris, akan tetapi di tandatangani oleh pihak yang tidak mempunyai hubungan warisan dengan pewaris.

e. Penggunaan nomor ganda dalam akta.

Selain untuk menjamin kepastian hukum, “akta autentik merupakan instrumen perlindungan hukum bagi pemiliknya.” 187 Perlindungan hukum diberikan kepada semua pihak yang dirugikan dalam jual beli tanah warisan

187 Charles Delon Tunas dan Endang Pandamdari, “Tanggungjawab Notaris/PPAT Dalam Pembuatan Akta Jual Beli Tanah Yang Tidak Memenuhi Asas Terang dan Tunai Dalam Kasus Putusan Majelis Pengawas Pusat Notaris Nomor : 04/B/MPPN/VIII/2016”, Jurnal Hukum Adigama Volume 2 No.2, Desember 2019, hal.3.

tersebut. Dalam kasus ini terdapat 2 (dua) pihak yang dirugikan yakni para ahli waris dan pembeli. Perlindungan terhadap para ahli waris diberikan dengan dilakukannya pembatalan akta jual beli tanah warisan karena telah melanggar asas Nemo Plus Juris dan ketentuan pasal 1320 KUHPerdata. Akan tetapi dengan di

batalkannya akta jual beli tanah warisan yang di lakukan di hadapan PPAT mengakibatkan pembeli merasa dirugikan karena ia telah melakukan jual beli secara terang di hadapan pejabat yang berwenang untuk membuat akta autentik dimana “akta yang dibuat oleh PPAT seharusnya memiliki fungsi sebagai syarat menyatakan adanya perbuatan hukum, sebagai alat pembuktian, dan alat pembuktian satu – satunya.” 188 Akta PPAT yang seharusnya memberikan perlindungan kepada para pihak di dalamnya dan menjadi alat pembuktian yang kuat terkait adanya peralihan hak atas tanah. Akan tetapi, karena kelalaian dari PPAT, akta jual beli tersebut dibatalkan oleh Pengadilan sehingga merugikan pembeli.

Perlindungan hukum terhadap pembeli diberikan kepada pembeli yang beritikad baik. Itikad baik yang disebut dalam Bahasa Belanda dengan te goeder trow, yang sering juga diterjemahkan dengan kejujuran dapat dibedakan atas 2

(dua) macam, yaitu: “itikad baik pada waktu mengadakan perjanjian dan itikad baik pada waktu melaksanakan hak – hak dan kewajiban – kewajiban yang timbul dari perjanjian tersebut.”189 Pembeli yang beritikad baik adalah pembeli yang sama

188 Fariz Rachman Iqbal, “Kekuatan Pembuktian Akta Notaris Yang Cacat Formil (Studi Kasus : Perkara Nomor 1769/K/Pdt/2011)”, Jurnal Jurist-Diction Volume 3 No.1, Januari 2020, hal.81.

189 Niru Anita Sinaga, “Perananan Asas – Asas Hukum Perjanjian Dalam Mewujudkan Tujuan Perjanjian”,Jurnal Binamulia Hukum Volume 7, No.2, Desember 2018, hal.116.

sekali tidak mengetahui bahwa ia berhadapan dengan orang – orang yang sebenarnya bukan pemilik.190 Dalam perspektif hukum perdata, kejujuran atau itikad baik dianggap ada pada setiap bezitter, sebaliknya adanya ketidakjujuran atau itikad buruk pada bezitter harus dapat dibuktikan. Artinya sepanjang tidak dapat dibuktikan sebaliknya, maka bezitter yang tidak jujur harus tetap dianggap bezitter yang jujur walaupun diragukan.191

Dalam yurisprudensi tetap Mahkamah Agung Nomor 251 K/Sip/1958, tanggal 26 Desember 1958, berbunyi:

“Pembeli yang telah bertindak dengan itikad baik, harus dilindungi dan jual beli yang bersangkutan harus dianggap sah.”

Dan Dalam yurisprudensi tetap Mahkamah Agung Nomor 1230 K/Sip/1980, tanggal 29 Maret 1982, berbunyi:

“Pembeli beritikad baik harus dilindungi dan mendapatkan perlindungan hukum.”

Perlindungan terhadap pembeli yang beritikad baik juga diatur dalam SEMA No 7/2012, di dalam butir ke IX dirumuskan bahwa:

a. “Perlindungan harus diberikan kepada Pembeli yang beritikad baik sekalipun kemudian di ketahui bahwa pejual adalah orang yang tidak berhak.”

b. “Pemilik asal hanya dapat mengajukan gugatan ganti rugi kepada penjual yang tidak berhak.”

Selain itu dalam SEMA No 5/2014, disebutkan 2 (dua) kriteria pembeli yang dilindungi yaitu:

a. “Melakukan jual beli atas objek tanah tersebut dengan tata cara/prosedur dan dokumen yang sah sebagaimana telah ditentukan peraturan perundang – undangan, yaitu” :

1) Pembeli tanah melalui pelelangan umum, atau;

190 R.Subekti, Aneka Perjanjian, Aditya Bakti, Bandung,2014 hal 15

191 Widodo Dwi Putro,dkk, “Pembeli Beritikad Baik Dalam Sengketa Perdata Berobyek Tanah”, Judical Sector Support Program, 2016, hal.75.

2) Pembeli tanah di hadapan PPAT

3) Pembeli terhadap tanah milik adat/yang belum terdaftar yang dilaksanakan menurut ketentuan hukum adat, yaitu dilakukan secara tunai dan terang (di hadapan/diketahui Kepala Desa setempat).”

b. “Melakukan kehati – hatian dengan meneliti hal – hal berkaitan dengan objek tanah yang diperjanjikan, antara lain:”

1) Penjual adalah orang yang berhak/memiliki hak atas tanah yang menjadi objek jual beli, sesuai dengan bukti kepemilikannya,atau;

2) Tanah/objek yang diperjualbelikan tidak dalam status disita,atau;

3) Tanah/objek yang diperjualbelikan tidak dalam status jaminan/Hak Tanggungan,atau;

4) Terhadap tanah yang bersertifikat, telah memperoleh keterangan dari BPN dan riwayat hubungan hukum antara tanang tersebut dengan pemegang sertifikat.”

Dalam putusan tingkat pertama di Pengadilan Negeri Kabanjahe Nomor 21/Pdt.G/2016/PN.Kbj hingga Mahkamah Agung Nomor 156K/Pdt/2020 telah memberikan perlindungan hukum kepada pihak yang haknya terlanggar yakni para ahli waris dengan membatalkan AJB No.307C/2013, AJB No.307D/2013 tanggal 30 Maret 2013 dan Akta PHGR No.63 tanggal 21 Februari 2014. Akan tetapi putusan Mahkamah Agung Nomor 156K/Pdt/2020 belum mengakomidir perlindungan terhadap pembeli dimana dengan dibatalkannya akta jual beli tersebut, pembeli telah kehilangan tanah yang dibelinya beserta uang pembayaran. Hal ini karena hakim dalam menjatuhkan putusan tidak boleh melanggar asas Ultra Petita yang mana berarti hakim tidak boleh menjatuhkan putusan atas perkara perdata yang tidak dituntut dan dimohonkan atau meluluskan lebih daripada yang dimintakan.

Pembeli yang mendapatkan perlindungan adalah pembeli yang beritikad baik.

Adapun suatu perjanjian dilaksanakan dengan itikad baik atau tidak, akan tercermin pada perbuatan – perbuatan nyata orang yang melaksanakan perjanjian tersebut.

Ketentuan mengenai kriteria pembeli yang dilindungi diatur dalam SEMA No.5/2014 yakni melakukan jual beli atas objek tanah tersebut dengan tata cara/prosedur dan dokumen yang sah sebagaimana telah ditentukan peraturan perundang – undangan. Dalam kasus ini pembeli telah melakukan jual beli sesuai dengan tata cara dan prosedur yang telah ditentukan oleh peraturan perundang - undangan yang mana jual beli tersebut dilakukan di hadapan PPAT. Pembeli dianggap beritikad baik apabila ia telah melakukan kehati – hatian dengan meneliti hal – hal berkaitan dengan objek tanah yang diperjanjikan, apabila jual beli dilakukan di hadapan PPAT maka menjadi tanggung jawab dan kewajiban PPAT untuk memeriksa kebenaran data para pihak, objek jual beli sebelum dilaksanakannya jual beli tersebut serta dokumen – dokumen pendukung lainnya.

Setiap perbuatan hukum peralihan hak yang dibuat oleh dan dihadapan PPAT di tuangkan dalam bentuk akta autentik. Pembuatan akta autentik harus sesuai dengan peraturan perundang – undangan dalam rangka menciptakan kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum. “Melalui akta autentik yang menentukan secara jelas hak dan kewajiban, menjamin kepastian hukum dan sekaligus diharapkan pula dapat di hindari terjadinya sengketa.”192

Dalam kasus ini, pembeli dapat dikategorikan sebagai pembeli yang beritikad baik karena telah melaksanakan jual beli secara terang di hadapan PPAT selaku pejabat yang berwenang. PPAT harus bertanggung jawab atas kebenaran akta yang di buatnya. PPAT juga harus meminta dokumen – dokumen sebelum membuat akta

192 Pramono, Dedy, “Kekuatan Pembuktian Akta Yang Dibuat Oleh Notaris Selaku Pejabat Umum Menurut Hukum Acara Perdata Di Indonesia”, Jurnal Lex Jurnalica Volume 12 No.3, Desember 2015, hal.249.

jual beli. Dengan dibatalkannya akta jual beli yang dibuat dihadapan PPAT, PPAT seharusnya bertanggungjawab atas kelalaiannya yang mengakibatkan terjadinya jual beli antara penjual dan pembeli. Begitu pula dengan 2 (dua) ahli waris yang menjual tanah warisan seharusnya membayar kerugian yang di derita oleh pembeli sebagaimana diatur dalam ketentuan pasal 1246, 1267,1471 dan 1492 KUHPerdata.

100 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari tesis ini yaitu:

1. PPAT adalah pejabat yang berwenang dalam pembuatan akta peralihan hak atas tanah sebagaimana diatur dalam pasal 37 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah sehingga apabila suatu tanah warisan di perjualbelikan dihadapan PPAT tanpa disetujui dan ditandatangani oleh seluruh ahli waris sehingga di batalkan oleh Mahkamah Agung maka PPAT dapat dimintai pertanggungjawaban yakni tanggung jawab secara perdata berupa ganti rugi dan tanggung jawab secara administratif berupa sanksi pemberhentian dengan tidak hormat dari jabatannya dan pengenaan denda administratif.

2. Perlindungan hukum terhadap pembeli diberikan kepada pembeli yang beritikad baik. Dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 156K/Pdt/2020, Hakim lebih mempertimbangkan kepastian hukum dan perlindungan terhadap hak ahli waris yang terlanggar yang mana seharusnya pembeli yang beritikad baik juga harus dilindungi. Perlindungan hukum bagi pembeli yang beritikad baik atas kelalaian yang dilakukan PPAT dalam jual beli tanah warisan yang belum di bagi adalah pembeli dapat mengajukan gugatan secara perdata terhadap penjual dan PPAT yang merupakan pejabat umum yang terlibat dalam proses pembuatan akta jual beli tanah warisan tersebut dan sebagaimana diatur dalam ketentuan pasal 1246, 1267,1471 dan 1492 KUHPerdata, pembeli beritikad baik berhak atas ganti kerugian yang

dengan bunga dan keuntungan yang sedianya dapat diperolehnya dari objek tersebut apabila dibatalkannya perjanjian jual beli tanah tersebut.

3. Perlindungan hukum diberikan kepada pihak – pihak yang merasa dirugikan agar dapat menikmati semua hak – hak yang diberikan oleh hukum. Dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 156K/Pdt/2020, terdapat 2 (dua) pihak yang merasa dirugikan yakni para ahli waris dan pembeli. Putusan hukum hakim dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 156K/Pdt/2020 telah memberikan perlindungan hukum dan kepastian hukum bagi para ahli waris yang haknya terlanggar akan tetapi, belum mengakomodir perlindungan kepada pihak pembeli karena putusan Makamah Agung telah membatalkan akta jual beli tanpa adanya penggantian kerugian yang seharusnya diterima oleh pembeli dari penjual dan PPAT.

B. Saran

Adapun saran dari tesis ini yaitu:

1. PPAT sebagai pejabat umum yang berwenang dalam pembuatan akta jual beli tanah warisan harus cermat dan teliti dalam menjalankan jabatannya dimana seorang PPAT harus melakukan pengecekan terkait kedudukan pihak penjual, pembeli dan objek hak atas tanah sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi pihak lain.

2. Pembeli dalam jual beli tanah warisan seharusnya melakukan pengecekan terhadap objek jual beli yakni tanah warisan dan siapa saja ahli waris yang berhak atas tanah warisan tersebut sehingga dapat meminimalisir sengketa di kemudian hari. Selain itu, penjual dan pembeli harus menerapkan prinsip

itikad baik dalam proses jual beli tanah warisan sehingga tidak melanggar hak orang lain.

3. Untuk memenuhi rasa keadilan, seharusnya hakim tidak hanya mempertimbangkan persetujuan ahli waris lainnya dalam jual beli tanah warisan tersebut tetapi juga harus mempertimbangkan perlindungan terhadap pembeli yang telah melakukan jual beli sesuai dengan prosedur hukum yakni jual beli di lakukan di hadapan PPAT dimana sesuai SEMA No. 5/2014, pembeli yang telah melakukan jual beli sesuai dengan prosedur hukum yakni jual beli di lakukan di hadapan PPAT merupakan pembeli yang dilindungi.

103

DAFTAR PUSTAKA

BUKU:

Adi, Rianto. 2014. Metode Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Garanit.

Adjie, Habib.2009. Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik Terhadap UU No.30 Thn 2004 Tentang Jabatan Notaris.Bandung: Aditama Refika.

.2011. Merajut Pemikiran Dalam Dunia Notaris & PPAT. Bandung:

Citra Aditya Bakti.

.2015.Kebatalan Dan Pembatalan Akta Notaris.Bandung: Refika Aditama

Adonara, Firman Floranta.2014. Aspek – Aspek Hukum Perikatan, Bandung:Mandar Maju.

Agustina, Rosa.2003, Perbuatan Melawan Hukum, Jakarta:Pasca Sarjana FH Universitas Indonesia.

Ali, H. Zainuddin.2009. Metode Penelitian Hukum.Jakarta:Sinar Grafika.

Anshori, Abdul Ghofur.2009. Lembaga Kenotariatan Indonesia, Perspektif Hukum dan Etika.Yogyakarta: UII :Press.

Armando, Denny.2011.Pertanggung Jawaban Hukum Dalam Teori dan Praktek.

Bandung: Refika Aditama

Aroef, M.Isa.1986..Pembuktian Dan Daluarsa Menurut Kitab Undang – Undang Hukum Perdata Belanda,Jakarta:Intermasa.

Badrulzaman, Mariam Darus.2015. Hukum Perikatan dalam KUHPerdata Buku ketiga, Yurisprudensi, Doktrin serta Penjelasan. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Black, James.A. dan Dean J. Champion dalam Soerjono Soekanto.2014. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta:Penerbit Universitas Indonesia UI-Press Budiono,Herlien.2006. Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia Hukum Perjanjian berlandaskan Asas‐Asas Wigati Indonesia.Bandung: Citra Aditya Bakti.

.2007.Kumpulan Tulisan Hukum Perdata Di Bidang Kenotariatan.Bandung:Citra Aditya Bakti

Dianta,I Made Pasek.2018.Metodelogi Hukum Penelitian Hukum Dalam Justifikasi Teori Hukum.Jakarta:Prenadamedia Group.

Djamali, R.Abdoel.2007. Pengantar Hukum Indonesia.Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Fuady, Munir.2002. Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer.

Bandung: Citra Aditya Bakti.

Hadjon, Philipus.M.1987. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia,.Surabaya : Bina Ilmu.

Harsono, Boedi.2003. Sejarah Pembentukan Undang – Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Hukum Tanah Nasional, Jakarta : Djambatan.

Hartono, Sunaryati.1994. Penelitian Hukum Indonesia Pada Akhir Abad ke-20.

Bandung: Alumni.

Hasbullah,Donny.2006.Kewajiban Dan Wewenang Jabatan Serta Pertanggungjawaban hukumnya. Indonesia:Ghalia.

H.R., Ridwan.2006.Hukum Administrasi Negara.Jakarta: Raja Grafindo Persada.

HS,Salim.2010.PerkembanganTeori Hukum Dalam Ilmu Hukum.Jakarta:Rajawali Press.

.2016.Teknik Pembuatan Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).

Jakarta:Rajawali Pers.

dan Erlies Septiana Nurbani.2017.Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis dan Disertasi.Jakarta:RajaGrafindo Persada.

Ibrahim, Jhony.2006.Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif.Malang:

Bayu Publishing.

Ishaq, H.2017.Metode Penelitian Hukum Penulisan Skripsi, Tesis, serta Disertasi.

Bandung: Alfabeta.

Kansil,C.S.T.2002.Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia.

Jakarta:Balai Pustaka.

dan Christine S.T. Kansil.1995.Hukum Perusahaan Indonesia (Aspek Hukum Dalam Bisnis). Jakarta:Pradnya Paramita.

Khairandy, Ridwan.2004.Itikad Baik Dalam Kebebasan Berkontrak.Jakarta:

Pascasarjana UI.

.2014.Hukum Kontrak Indonesia dalam perspektif perbandingan (bagian pertama).Yogyakarta: FH UII Press.

Lubis, M.Solly.1994.Filsafat Ilmu dan Penelitian.Bandung:Mandar Maju.

Lubis, Muhammad Yamin dan Rahim Lubis.2008. Hukum Pendaftaran Tanah.Bandung : Mandar Maju.

Marzuki,Peter Mahmud.2005.Penelitian Hukum,Edisi Revisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

.2007.Penelitian Hukum,Jakarta:Kencana Prenada Media Group.

.2008.Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta:Kencana Pranada Media Group.

.2013.Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta:Kencana Pranada Media Group.

Mertokusumo, Sudikno.2005. Mengenal Hukum (Suatu Pengantar)Yogyakarta:

Liberty.

. 2009.Hukum Acara Perdata di Indonesia, Yogyakarta: Liberty.

dan H. Salim Hs.2010.Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, Jakarta : Rajagrafindo Persada.

.2013.Mengenal Hukum Suatu Pengantar.Yogyakarta:

Universitas Atma Jaya.

Miru, Ahmadi.2007. Hukum Kontrak Perancangan Kontrak. Jakarta:Pardnya Paramita.

Moleong,Lexy J.2004.Metode Kualitatif.Bandung:Remaja Rosdakarya.

.2006.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muhammad, Abdul Kadir .2009.Etika Profesi Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti.

.2010. Hukum Perusahaan Indonesia.Jakarta: Citra Aditya Bakti.

Muladi dan Dwidja Priyatno.2010.Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Nazir,Muhammad.2005.Metode Penelitian.Jakarta:Ghalia Indonesia.

Parlindungan, A.P.1989. Bunga Rampai Hukum Agraria Serta Landreform, bagian I. Bandung: Mandar Maju.

Perangin, Effendi.1994. Hukum Agraria di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

.1998. Praktik Jual Beli Tanah, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Prodjodikoro, Wiryono.2006. Asas-Asas Hukum Perjanjian. Bandung: Sumur.

Purnamasari, Irma Devita.2010. Kiat – Kiat Cerdas, Mudah Dan Bijak Mengatasi Masalah Hukum Pertanahan. Bandung : Kaifa.

Putrid.2011. Perlindungan Hukum Terhadap Notaris: Indikator Tugas-Tugas Jabatan Notaris Yang Berimplikasi Perbuatan Pidana. Jakarta:

Softmedia.

Raharjo, Satjipto.2000.Ilmu Hukum.Bandung:Citra Aditya Bakti.

Rahman, Sudaryono.2010.Dasar Hukum Pembuatan Akta Jual Beli Oleh PPAT.

Jakarta:Pustaka Ilmu. Prasetyo, Teori Keadilan dasar-dasar filsafat politik untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dalam Negara, Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Resnik, Muryanto.2007. Tanggung Jawab Profesi Hukum Dalam Praktek.

Jakarta:Rineka Cipta

Ridwan, Muhammad.2010. Hukum Jual Beli Hak Atas Tanah Yang Telah Bersertipikat.Jakarta: Pustaka Ilmu.

Rijan,Yunirman dan Ira Koesoemawati.2009.Cara Mudah Membuat Surat Perjanjian/Kontrak dan Surat Penting Lainnya.Jakarta: Raih Asa Sukses.

Rubaie, Achmad.2007.Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum.

Malang : Bayumedia.

Samudra, Teguh.1992. Hukum Pembuktian dalam Acara Perdata.Bandung:

Alumni.

Santoso, Urip.2016. Pejabat Pembuat Akta Tanah Perspektif Regulasi, Wewenang dan Sifat Akta.Jakarta: Kencana.

Saputro.2009.Jati Diri Notaris di Indonesia, Dulu, Sekarang, dan dimasa mendatang.Jakarta:Gramedia Pustaka.

Satrio,J.1996.Hukum Perikatan Tentang Hapusnya Perikatan Bagian 2.Bandung:Citra Aditya Bakti.

Siahaan, Rudy Haposan.2020. Teknik Pembuatan Akta (TPA) Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah. Medan:USU Press.

Silalahi,Uber.2009.Metode Penelitian Sosial.Bandung:Refika Aditama.

Situmorang,Victor.M,dkk.1992.Grosse Akta Dalam Pembuktian Dan Eksekusi.

Jakarta: Rineka Cipta.

Soekanto, Soejono.1999. Beberapa Permasalahan Hukum Dalam Kerangka Pembangunan Di Indonesia (suatu tinjauan secara sosiologis), cetakan keempat.Jakarta: Universitas Indonesia

.2013. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat.

Jakarta:Rajagrafindo Persada.

dan Sri Mamudji.2010. Penelitian Hukum Normatif,Suatu Tinjauan Singkat.Jakarta: Raja Grafindo Persada

Subekti, R. 2004.Hukum Perjanjian.Jakarta:Intermasa.

.2009.Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta:Intermasa.

. 2014.Aneka Perjanjian. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Sudarmanto,Pemalsuan Surat Dan Memasukkan Keterangan Palsu ke dalam Akta Otentik. Surabaya: Mitra Ilmu.

Sumardjono, Maria W.1982. Puspita Serangkum Aneka Masalah Hukum Agraria.

Yogyakarta:Andi Offset.

Sunggono, Bambang.2010.Metode Penelitian Hukum.Jakarta:Rajawali Press.

.2016.Metodologi Penelitian Hukum.Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Supranto,J.1997.Metode Riset.Jakarta:Rineka Cipta.

Surachman.2010.Kewenangan PPAT Dakan Bidang Pertanahan. Bandung: Mitra Aditya Bakti.

Susanto, Urip.2011.Pendaftaran Dan Peralihan Hak Atas Tanah. Jakarta:

Kencana.

Sutedi, Adrian.2009. Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya.Jakarta: Sinar Grafika.

.2011. Sertifikat Hak atas Tanah, Jakarta:Sinar Grafika.

Tobing,G.H.S Lumban. 2010. Peraturan Jabatan Notaris. Jakarta: Sinar Grafika.

Widjaja, Gunawan dan Kartini Muljadi.2003. Jual Beli. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

.2005. Memahami Prinsip Keterbukaan Dalam Hukum Perdata, Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Internet:

Kamus Besar Bahasa Indonesia.Lalai.diakses pada 23 November 2020 pukul 11.05 dari https://kbbi.web.id/lalai.html.

Jurnal:

Aditama, Purna Noor.2018.Tanggung Jawab Pejabat Pembuat Akta Tanah Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak Pada Peralihan Hukum Bagi Para Pihak Pada Peralihan Hak Atas Tanah Melalui Jual Beli. Jurnal Lex Renaissance. Volume 3 No.1, Februari 2018.

Aisah, Nur.2013. Pelaksanaan Peralihan Hak Milik Atas Tanah (Jual Beli) dalam mewujudkan tertib administrasi pertanahan di Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung. Jurnal Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Ayu, I Gusti.2012.Pembatalan akta jual beli yang cacat hukum dengan putusan pengadilan (studi kasus putusan pengadilan Tinggi Tanjungkarang No.17/Pdt.G/2012/PT.TK).Jurnal Universitas Sebelas Maret.

Baharudin.2014.Kewenangan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Proses Jual Beli Tanah.Jurnal Keadilan Progresif.Volume.5 No.1, Maret 2014.

Dewi, I Gusti Ayu Mas Maha dan Suatra Putrawan.2019. Pelaksanaan PP No.24 tahun 2016 tentang Peraturan Jabatan Notaris sebagai PPAT. Jurnal Universitas Udayana,Volume 2 No.3.

Din, Teresia, dkk.2015. Perlindungan Hukum Terhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah Dalam Pembuatan Akta Otentik. Jurnal Hukum Legalistas.Volume 10 No.2.

Dyani, Vina Akfa.2017.Pertanggungjawaban Hukum dan Perlindungan Hukum bagi Notaris dalam Membuat Party Acte.Jurnal Lex Renaissance.

Volume 2 No. 1, Januari 2017.

Febrina, Dhea Tri, dkk.2019. Tanggung Jawab Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dalam pembuatan akta jual beli tanah berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2019 tentang PPAT (Studi Kantor Notaris & PPAT Anita Mahdalena,SH).Jurnal Petita.Volume 1 No. 1, Juni 2019.

Lamia,Chindy.F.2014. Peralihan Hak Atas Tanah Warisan. Jurnal Lex Privatum.

Volume 2 No.3, Agustus – Okober 2014.

Legianty, Fanny Amelia, dkk.2019. Perjanjian Jual Beli yang Melanggar Asas Nemo Plus Juris Dalam Pendaftaran Tanah. Jurnal Notarius,Volume 12 No. 2.

Iqbal, Fariz Rachman.2020.Kekuatan Pembuktian Akta Notaris Yang Cacat Formil (Studi Kasus : Perkara No 1769/K/Pdt/2011), Jurnal Jurist-Diction, Volume 3 No.1,Januari 2020.

Manuaba, Ida Bagus Paramaningrat dkk.2018.Prinsip kehati-hatian Notaris Dalam

Manuaba, Ida Bagus Paramaningrat dkk.2018.Prinsip kehati-hatian Notaris Dalam

Dokumen terkait