• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4. Analisis Persepsi Karyawan

4.4.1. Analisis Persepsi Karyawan terhadap GKM

Menurut JUSE (1991), GKM adalah suatu kelompok kerja kecil yang secara sukarela mengadakan kegiatan pengendalian mutu di dalam tempat kerja mereka sendiri. Kelompok kecil ini berpartisipasi sepenuhnya secara terus menerus sebagai bagian dari kegiatan kendali mutu menyeluruh perusahaan, mengembangkan diri serta pengembangan bersama, pengendalian dan perbaikan di dalam tempat kerja dengan menggunakan teknik-teknik kendali mutu.

Indikator-indikator GKM, yaitu sikap dasar yang diperlukan dalam memperkenalkan, menggiatkan, dan menjalankan kegiatan GKM. Indikator tersebut adalah pengembangan diri, kegiatan sukarela, kegiatan kelompok, partisipasi karyawan, pendalaman pemahaman, prinsip berkesinambungan, kesadaran kualitas, kesadaran masalah dan kesadaran perbaikan (Ishikawa, 1992).

1. Pengembangan Diri

Pengembangan diri adalah suatu proses mengenali kebutuhan, mengembangkan potensi yang belum dimanfaatkan, memperbaiki kemampuan dan mencari bidang-bidang baru yang memberikan tantangan pribadi. Karyawan memiliki keinginan untuk berusaha mengembangkan diri dan memperoleh pengetahuan

41

baru, terdapat kepercayaan pada diri sendiri karena telah mengerjakan sesuatu sendiri dan setelah dipelajari, pengetahuan baru itu dapat diterapkan secara fleksibel dalam berbagai keadaan (JUSE, 1991).

Berdasarkan hasil kuesioner pada variabel GKM dalam indikator pengembangan diri, total dari rata-rata nilai jawaban sebesar 3,22. Nilai tersebut dapat dikategorikan baik. Hal ini menginterpretasikan bahwa pengembangan diri merupakan hal yang ingin dicapai oleh karyawan dan dengan mengikuti kegiatan GKM pengembangan diri karyawan menjadi lebih baik. Hal-hal yang mencerminakan pengembangan diri karyawan pada PT Sierad Produce, Tbk dalam melaksanakan kegiatan GKM dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Penilaian Rataan Skor Indikator Pengembangan Diri

Keterangan : 1,00 – 1,75 = sangat tidak baik; 1,76 – 2,5 = tidak baik; 2,51 – 3,25 = baik; 3,26 – 4,00 = sangat baik

Tujuan dari GKM pada hakekatnya adalah untuk mengembangkan upaya kreatif karyawan (Kuswadi, 2004). Maka dari itu dari hasil uji persepsi terhadap karyawan yang telah mengikuti kegiatan GKM, dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan wawasan dalam bekerja dan hal ini dinyatakan dengan rata-rata nilai yaitu 3,32 yang dapat diinterpretasikan bahwa pengetahuan karyawan terhadap pekerjaan menjadi lebih baik.

INDIKATOR STS (1) TS (2) S (3) SS (4) Rataan Skor Kategori Peningkatan wawasan dalam bekerja 0 1 43 22 3.32 Sangat Baik Keterampilan

yang meningkat 0 5 43 18 3.20 Baik Kepercayaan

kepada diri sendiri 0 2 46 18 3.24 Baik Kemampuan berkomunikasi 0 6 45 15 3.14 Baik Indikator pengembangan diri 0 14 177 73 3,22 Baik

Keterampilan kerja karyawan juga meningkat dan hal ini dibuktikan dengan persepsi baik dari karyawan dengan nilai 3,20. Hal ini menggambarkan bahwa karyawan lebih terampil dalam melakukan pekerjaan karena karyawan dituntut untuk terus meningkatkan kemampuannya dalam bekerja.

Karyawan lebih merasa percaya pada kemampuan diri sendiri seiring dengan meningkatnya pengetahuan dan keterampilan karyawan. Hal ini dapat dilihat dari hasil persepsi karyawan sebesar 3,24 yang dinyatakan baik. Salah satu realisasi yang dapat dilihat secara langsung terhadap masing-masing karyawan adalah kemampuan berkomunikasi karyawan. Karyawan dalam melakukan kegiatan GKM dituntut untuk berpartisipasi dalam kelompok dimana diadakan pertemuan teratur untuk mengidentifikasi dan menganalisis persoalan yang sedang dibahas (Kuswadi, 2004). Maka dari itu karyawan harus dapat berani dalam mengutarakan pendapat ataupun melakukan presentasi. Kemampuan berkomunikasi dinyatakan baik menurut uji persepsi dengan rata-rata nilai 3,14.

Pengembangan diri merupakan salah satu hal yang diperlukan untuk melakukan kegiatan GKM. Adanya keinginan karyawan untuk selalu meningkatkan kemampuan diri dalam bekerja. Hal ini sejalan pula dengan pernyataan Ishikawa (1992) yang menyatakan bahwa pengembangan diri berarti belajar sendiri. Penekanan perusahaan selalu pada meningkatkan kemampuan manusia melalui pendidikan dan latihan sebagai alat untuk mempromosikan pengendalian mutu terpadu. Tiap individu pada prinsipnya memiliki kelebihan dan kekurangan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Dengan menjadi anggota GKM, kemampuan karyawan dapat lebih terasah dan bermanfaat bagi perusahaan.

2. Kegiatan Sukarela

Kegiatan sukarela mencakup respek terhadap umat manusia dan pembebasan kemampuan manusia (JUSE, 1991). Kegiatan

43

GKM paling produktif dalam lingkungan perusahaan, dimana inisiatif orang dihormati dan diperlihatkan sepenuhnya (Umar, 2002). Berdasarkan hasil kuesioner pada variabel GKM dalam indikator kegiatan sukarela, total dari rata-rata nilai jawaban sebesar 2,95. Nilai tersebut dapat dikategorikan baik dan dapat diinterpretasikan bahwa karyawan yang mengikuti kegiatan GKM didasarkan pada rasa sukarela.

Hal-hal yang mencerminkan kegiatan sukarela karyawan Departmen Produksi, Rumah Potong Ayam PT Sierad Produce, Tbk untuk mengikuti GKM dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Penilaian Rataan Skor Indikator Kegiatan Sukarela

INDIKATOR STS TS S SS Rataan Skor Kategori (1) (2) (3) (4) Ketertarikan mengikuti kegiatan GKM 0 11 46 9 2.97 Baik Perasaan ingin mengikuti GKM di tahun berikutnya 0 20 40 6 2.79 Baik Berinisiatif sendiri untuk mengikuti kegiatan GKM 0 16 43 7 2.86 Baik Termotivasi karena mendapatkan kepuasan kerja 0 5 44 17 3.18 Baik Indikator kegiatan sukarela 0 52 173 39 2,95 Baik

Keterangan : 1,00 – 1,75 = sangat tidak baik; 1,76 – 2,5 = tidak baik; 2,51 – 3,25 = baik; 3,26 – 4,00 = sangat baik

Karyawan mengikuti kegiatan GKM dengan sukarela menurut PT Sierad Produce, Tbk yaitu adanya ketertarikan karyawan untuk mengikuti kegiatan GKM yang dinyatakan baik

dengan rata-rata nilai 2,97. GKM merupakan kegiatan yang baru dilakukan pada PT Sierad Produce, Tbk untuk lebih mengembangkan kemampuan karyawan, maka dari itu karyawan merasa ingin mengetahui lebih mendalam bagaimana kegiatan ini dilakukan. Selain itu adanya keinginan karyawan untuk mengikuti kegiatan GKM di tahun selanjutnya dengan rata-rata nilai 2,79 dan dapat dikategorikan baik. Kegiatan GKM sudah dilaksanakan selama tiga periode. Dalam kelompok gugus, terdapat karyawan yang telah mengikuti kegiatan GKM pada periode sebelumnya. Karyawan yang mengikuti kembali kegiatan GKM menjadi pendorong bagi karyawan lain dalam kelompok agar lebih mudah memahami bagaimana kegiatan GKM dilakukan.

Hal lain yang mencerminkan adanya kegiatan sukarela dalam mengikuti GKM yaitu berinisiatif sendiri untuk mengikuti kegiatan GKM tanpa paksaan dari pihak manapun. Hal ini dipersepsikan baik oleh karyawan dengan rata-rata nilai 2,86. Dari hasil tersebut dapat diartikan bahwa karyawan mengikuti kegiatan GKM memang dengan inisiatif sendiri tanpa adanya paksaan dari orang lain.

Karyawan juga merasa termotivasi dengan mengiktui kegiatan GKM karena dengan mengikuti kegiatan ini karyawan merasa mendapat kepuasan kerja. hal ini dipersepsikan baik oleh karyawan dengan rata-rata nilai 3,18. Sejalan dengan pendapat Zainun (2001) yang menyatakan bahwa bagaimanapun rendahnya kedudukan seseorang dalam suatu organisasi, sesungguhnya dia ingin membanggakan organisasi tempat kerjanya itu. Bersama- sama mereka sebagai sumber daya manusia organisasi tentunya ingin pula turut menunjukkan peranan mereka kepada organisasi.

Pemaksaan (penunjukkan) hanya akan merusak suasana GKM yang seharusnya penuh dengan ide dan gagasan. JUSE (1991) menyatakan bahwa GKM benar-benar bersifat sukarela dan pada dasarnya menghormati usaha sukarela orang lain disamakan

45

dengan hormat kepada umat manusia. Percayailah kemauan sukarela orang lain dan biarkan mereka bekerja sendiri. Yakinlah bahwa orang akan mempunyai motivasi untuk mengambil langkah berikutnya. Karyawan yang tidak ingin mengikuti kegiatan GKM tidak boleh dipaksa.

3. Kegiatan Kelompok

Kegiatan GKM dibentuk oleh orang-orang yang bekerja di perusahaan yang sama untuk mengembangkan diri atas dasar yang sama melalui kegiatan kendali mutu. Jumlah anggota GKM secara total minimum berjumlah empat orang dan maksimum sepuluh orang dan didalamnya terdapat struktur organisasi gugus yang terdiri dari GKM Leader, Tema Leader, notulis dan anggota. Seluruh karyawan dalam kelompok gugus saling bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan GKM.

Berdasarkan hasil kuesioner pada variabel GKM dalam indikator kegiatan kelompok, total dari rata-rata nilai jawaban sebesar 3,20. Nilai tersebut dapat dikategorikan baik. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa kegiatan kelompok dalam melaksanakan GKM sudah berjalan dengan baik. Para anggota bekerja sama dan saling mendukung dalam melakukan kegiatan GKM dengan rata- rata nilai 3,26 dan dapat dikategorikan sangat baik. JUSE (1991) menyatakan bahwa pengendalian mutu memerlukan serangkaian tindakan. Bekerja kelompok akan lebih baik dibandingkan dengan semua masalah diatasi sendiri.

Selama melakukan kegiatan GKM, setiap kelompok gugus memiliki perbedaan permasalahan yang dibahas. Kelompok gugus memiliki tujuan untuk meminimalisasi masalah yang ada sehingga tujuan perusahaan tercapai. Hal ini dilakukan pula pada anggota kelompok gugus, dimana para anggota mempunyai rasa memiliki terhadap peran masing-masing di dalam kelompok dan berkolaborasi bersama-sama dalam menjalankan peran masing- masing untuk berkontribusi menggunakan bakat yang dimiliki serta

berpartisipasi dalam pengambilan keputusan sehingga dapat mencapai tujuan kelompok untuk menyelesaikan masalah yang sedang dibahas. Tiap karyawan sudah baik dalam memainkan peran di dalam kelompok gugus dengan rata-rata nilai 3,14 dan sudah sangat baik menggunakan kemampuan dan bakat yang dimiliki untuk berkontribusi dengan rata-rata nilai 3,27. Anggota gugus juga baik dalam berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dengan rata-rata nilai 3,15. Rekapitulasi beberapa hal yang mencerminkan adanya kegiatan kelompok pada penerapan GKM di PT Sierad Produce, Tbk dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Penilaian Rataan Skor Indikator Kegiatan Kelompok

Keterangan : 1,00 – 1,75 = sangat tidak baik; 1,76 – 2,5 = tidak baik; 2,51 – 3,25 = baik; 3,26 – 4,00 = sangat baik

INDIKATOR STS (1) TS (2) S (3) SS (4) Rataan Skor Kategori Para anggota bekerja sama dengan saling mendukung 0 3 43 20 3.26 Sangat Baik Para anggota mempunyai rasa memiliki terhadap peran masing- masing 0 2 53 11 3.14 Baik Para anggota bersama-sama menggunakan bakat untuk berkontribusi 0 0 48 18 3.27 Sangat Baik Para anggota berpartisipasi dalam pengambilan keputusan 0 4 48 14 3.15 Baik Indikator kegiatan kelompok 0 9 192 63 3.20 Baik

47

Peran yang ada di dalam kelompok bermanfaat untuk membagi pekerjaan yang harus diselesaikan dalam rangka penyelesaian masalah yang sedang dibahas, sehingga pembagian kerja dalam kegiatan GKM dapat dilakukan dengan teratur dan membentuk kelompok kerja yang efektif. Hal ini sejalan dengan pernyataan Riyanto (2007) yang menyatakan bahwa kelompok kerja efektif adalah kelompok yang mampu menjalankan tugasnya sesuai rencana, sehingga hasil kerja yang dicapai dapat memberikan kepuasan kepada kelompok itu sendiri dan masing- masing pribadi hendaknya ikut aktif terlibat dan memiliki komitmen dalam hal tujuan, strategi, dan program yang telah disepakati untuk menunjukkan kerja yang optimal serta secara kreatif memberikan kontribusi mencapai tujuan.

4. Partisipasi Karyawan

Partisipasi dalam melakukan GKM berarti bahwa semua pekerja dalam suatu perusahaan yang mengikuti kegiatan GKM diharapkan atau didesak untuk berpartisipasi (JUSE, 1991).

Berdasarkan hasil kuesioner pada variabel GKM dalam indikator partisipasi karyawan, total dari rata-rata nilai jawaban sebesar 2,99. Nilai tersebut dapat dikategorikan baik. Dapat diinterpretasikan bahwa dalam menjalankan kegiatan GKM, karyawan yang menjadi bagian dari kelompok gugus sudah dengan baik berpartisipasi untuk menyukseskan kegiatan ini. Partisipasi dari setiap orang didalam kelompok sangat dibutuhkan karena dapat membangkitkan kepercayaan dan solidaritas. Karyawan dapat pula mengembangkan diri dengan ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang berhubungan dengan GKM seperti dalam rapat- rapat, menganalisis permasalahan, berbicara didepan orang banyak serta dalam mengambil tindakan (JUSE, 1991). Hal yang mencerminkan adanya partisipasi karyawan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Penilaian Rataan Skor Indikator Partisipasi Karyawan INDIKATOR STS TS S SS Rataan Skor Kategori (1) (2) (3) (4) Memberikan peranan maksimal dalam kelompok 0 9 45 12 3.05 Baik Meluangkan waktu untuk hadir dalam pertemuan yang berhubungan dengan kegiatan GKM 0 2 50 14 3.18 Baik Dapat memberikan ide-ide baru pada kelompok 0 20 38 8 2.82 Baik Dapat menjalankan fungsi tugas dalam kelompok 0 9 53 4 2.92 Baik Indikator partisipasi karyawan 0 40 186 38 2.99 Baik

Keterangan : 1,00 – 1,75 = sangat tidak baik; 1,76 – 2,5 = tidak baik; 2,51 – 3,25 = baik; 3,26 – 4,00 = sangat baik

Karyawan yang mengikuti GKM memberikan peranan yang maksimal dalam kelompok gugusnya. Hal ini mendapat nilai rata- rata 3,05 dan dapat diartikan baik. Selain itu karyawan selalu meluangkan waktu untuk hadir dalam pertemuan yang berhubungan dengan kegiatan GKM, maka dapat dikatakan baik dengan nilai rata-rata 3,18.

Dalam melaksanakan kegiatan GKM, karyawan tidak hanya sekedar menjadi anggota dari kelompok, namun juga turut aktif dalam kelompok sehingga dapat memberikan ide-ide baru pada kelompok. Menurut uji persepsi, hal ini sudah baik dilakukan oleh

49

anggota dengan rata-rata nilai 2,82. Selain itu karyawan juga dapat menjalankan fungsi tugasnya dalam kelompok dengan baik. Dengan menjalankan fungsi tugas dengan baik dapat dikatakan karyawan telah berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan GKM. Hal ini terbukti dengan rata-rata nilai menurut persepsi karyawan yaitu 2,92.

Kegiatan GKM dilombakan setiap tahunnya oleh perusahaan. Hal ini merupakan kebijakan perusahaan untuk memotivasi karyawannya agar dapat terus bersemangat dalam melakukan kegiatan GKM. Salah satu kriteria penilaian pemenang adalah bagaimana keterlibatan anggota dalam kelompok. Hal ini mengacu pada partisipasi anggota dalam kelompok gugus. Maka dari itu partisipasi dari setiap karyawan dalam kelompok gugus menjadi hal yang sangat diperhatikan.

5. Pendalaman Pemahaman

Pendalaman pemahaman merupakan penerapan teknik-teknik kendali mutu. Mempelajari teknik kendali mutu tidak ada gunanya kecuali jika hal itu menyumbang kepada perbaikan. Para anggota GKM harus mampu menggunakan teknik yang dipelajari dalam melakukan kegiatan GKM (JUSE, 1991).

Berdasarkan hasil kuesioner pada variabel GKM dalam indikator pendalaman pemahaman, total dari rata-rata nilai jawaban sebesar 2,89. Nilai tersebut dapat dikategorikan baik dan dapat diinterpretasikan bahwa pemahaman terhadap kegiatan GKM sudah baik dilakukan oleh karyawan yang menjadi anggota gugus. Pemahaman utama yang harus dimengerti oleh anggota gugus adalah bagaimana langkah-langkah dan alat yang digunakan dalam melakukan kegiatan GKM. Hal ini selaras dengan pendapat JUSE (1991) yang menyatakan bahwa teknik harus dipelajari untuk mengidentifikasi persoalan yang ada dalam lingkungan, menemukan penyelesaian, memperbaiki lingkungan dan memelihara lingkungan yang sudah diperbaiki tersebut. Indikator

yang mencerminkan pendalaman pemahaman dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Penilaian Rataan Skor Indikator Pendalaman Pemahaman INDIKATOR STS TS S SS Rataan Skor Kategori (1) (2) (3) (4) Memahami tentang GKM 0 13 46 7 2.91 Baik Melakukan langkah- langkah penanggulangan pada kegiatan GKM 0 12 49 5 2.89 Baik Menggunakan alat-alat penyelesaian masalah pada kegiatan GKM 0 16 41 9 2.89 Baik Dapat memahami aktivitas problem solving 0 17 42 7 2.85 Baik Indikator pendalaman pemahaman 0 58 178 28 2.89 Baik

Keterangan : 1,00 – 1,75 = sangat tidak baik; 1,76 – 2,5 = tidak baik; 2,51 – 3,25 = baik; 3,26 – 4,00 = sangat baik

Karyawan dapat memahami mengenai GKM. Dari hasil uji persepsi diperoleh rata-rata nilai 2,91 yang dapat dikategorikan baik. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa karyawan telah memahami apakah pengertian GKM. Hal lainnya adalah mengenai teknik kendali mutu yang menerapkan langkah-langkah serta menggunakan alat dalam penyelesaian masalah. Rangkaian dalam teknik kendali mutu ini dapat dinamakan aktivitas problem solving. Menurut hasil uji kuesioner dapat dilihat bahwa karyawan benar melakukan kegiatan GKM dengan menggunakan langkah- langkah kendali mutu serta alat penyelesaian masalah yang ditetapkan oleh perusahaan. Nilai rata-rata yang diperoleh yaitu

51

2,89 dan dapat dikategorikan baik. Rangkaian kegiatan yang didalamnya terdapat pelaksanaan langkah-langkah penanggulangan masalah dan penggunaan alat-alat penyelesaian masalah merupakan aktivitas problem solving. Anggota gugus tidak hanya sekedar mengetahui bagaimana kegiatan GKM dilakukan, namun harus dapat memahami kegiatan tersebut. Dari hasil uji persepsi dapat diketahui bahwa karyawan sudah baik dalam memahami aktivitas problem solving dengan nilai rata-rata 2,85.

Aktivitas problem solving merupakan serangkaian aktivitas dalam melakukan kegiatan GKM. Dalam melakukan aktivitas ini terdapat tema masalah yang dibahas. Menurut Zainun (2001), anggota gugus sebaiknya memulai kegiatannya dengan masalah- masalah yang sederhana dahulu. Dalam menentukan dan memilih hal-hal yang akan dijadikan mata acara kegiatan GKM ini yang perlu diperhatikan adalah kesanggupan dan kemungkinan bagi anggota untuk menggarap dan menyelesaikan hal itu sampai tuntas. Anggota gugus berusaha memperoleh data dan fakta kemudian dikaji bersama untuk menghasilkan kesimpulan dan usul-usul perbaikan.

6. Prinsip Berkesinambungan

Kegiatan berkesinambungan merupakan rangkaian kegiatan perusahaan mulai dari kegiatan tersebut direncanakan, kegiatan dilakukan, kegiatan dievaluasi dan adanya tindak lanjut dari kegiatan yang telah dilakukan. Hal ini pula yang dilakukan karyawan atau anggota gugus dalam melakukan kegiatan GKM. Prinsip berkesinambungan tercermin dari adanya langkah-langkah problem solving.

Berdasarkan hasil kuesioner pada variabel GKM dalam indikator prinsip berkesinambungan, total dari rata-rata nilai jawaban sebesar 2,96. Nilai tersebut dapat dikategorikan baik dan dapat diinterpretasikan bahwa kegiatan GKM sudah baik dalam menjalankan prinsip berkesinambungan yang ditetapkan oleh

perusahaan. GKM merupakan kegiatan yang ingin dibudayakan oleh perusahaan. Maka prinsip berkesinambungan haruslah dijalankan dengan baik oleh para karyawan yang menjadi anggota gugus. Bahkan prinsip berkesinambungan ini harus selalu dilakukan oleh seluruh karyawan pada perusahaan. Beberapa hal yang dapat mencerminkan adanya prinsip berkesinambungan pada kegiatan GKM yang merupakan cerminan dari adanya siklus PDCA dan merupakan bagian dari aktivitas problem solving dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Penilaian Rataan Skor Indikator Prinsip Berkesinambungan INDIKATOR STS TS S SS Rataan Skor Kategori (1) (2) (3) (4) Dapat merencanakan alur kegiatan GKM 0 16 43 7 2.86 Baik Dapat melaksanakan alur kegiatan GKM sesuai dengan waktu yang ditargetkan 0 19 40 7 2.82 Baik Melakukan evaluasi terhadap hasil kerja selama melakukan kegiatan GKM 0 13 42 11 2.97 Baik Melakukan tindakan perbaikan agar masalah yang sama tidak terjadi kembali 0 4 46 16 3.18 Baik Indikator prinsip berkesinambu ngan 0 52 171 41 2.96 Baik

Keterangan : 1,00 – 1,75 = sangat tidak baik; 1,76 – 2,5 = tidak baik; 2,51 – 3,25 = baik; 3,26 – 4,00 = sangat baik

53

Kendali mutu tidak boleh diselenggarakan hanya untuk periode tertentu saja dan kemudian ditinggalkan. Selama tempat kerja atau perusahaan ada, GKM harus diteruskan. Selain itu perlu diingat bahwa perbaikan yang besar harus dimulai dengan kebiasaan melakukan perbaikan yang kecil (JUSE, 1991).

Perbaikan yang berkesinambungan yang perlu dilakukan setiap perusahaan adalah menyangkut siklus PDCA (Siswanto, 2008). Karyawan dapat merencanakan alur kegiatan GKM. Hal ini sudah dilakukan dengan baik oleh anggota gugus dengan nilai rata- rata 2,86. Sebelum merealisasikan suatu kegiatan, dilakukan perencanaan. Dalam hal ini merupakan perencanaan dalam melaksanakan kegiatan GKM. Maka harus diketahui bagaimana alur-alur yang harus diterapkan. Setelah itu karyawan dapat melaksanakan alur kegiatan GKM yang telah direncanakan dengan tepat waktu. hal ini merupakan bagian dari pelaksanaan kegiatan GKM dan sesuai dengan hasil persepsi maka sudah dilakukan dengan baik pula oleh karyawan dengan nilai rata-rata 2,82.

Hal selanjutnya yaitu merupakan evaluasi dari kegiatan yang telah dilakukan dapat dilihat dari melakukan evaluasi terhadap hasil kerja selama melakukan kegiatan GKM. Hal ini sudah dilakukan dengan baik oleh karyawan dengan nilai rata-rata sebesar 2,97. Setelah itu karyawan perlu melakukan tindak lanjut sehingga masalah yang sudah diselesaikan tidak akan terjadi lagi, maka karyawan perlu melakukan tindakan perbaikan. Dari uji persepsi diperoleh nilai rata-rata 3,18 dan dapat dikategorikan baik. Hal ini dapat diartikan bahwa anggota gugus tidak melepas begitu saja hasil dari kegiatan GKM yang sudah diselesaikan walaupun hasil kerjanya sudah baik dan masalah sudah terselesaikan, namun selalu melakukan tindakan perbaikan agar tidak terjadi masalah yang sama.

7. Kesadaran Kualitas

GKM selalu memperhatikan kualitas. Suatu lingkungan hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga membantu GKM memperoleh sikap yang demikian (JUSE, 1991).

Berdasarkan hasil kuesioner pada variabel GKM dalam indikator kesadaran kualitas, total dari rata-rata nilai jawaban sebesar 3,31. Nilai tersebut dapat dikategorikan sangat baik dan dapat diinterpretasikan bahwa kesadaran akan kualitas merupakan hal yang diperhatikan oleh karyawan. Selain itu dengan mengikuti kegiatan GKM karyawan dapat lebih memahami secara mendalam bagaimana pentingnya kualitas untuk menjaga nama baik perusahaan. Beberapa hal yang dijadikan pencerminan dari kesadaran kualitas dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Penilaian Rataan Skor Indikator Kesadaran Kualitas

INDIKATOR STS TS S SS Rataan Skor Kategori (1) (2) (3) (4) Memahami kualitas bagi pelanggan internal dan pelanggan eksternal 0 3 46 17 3.21 Baik Meningkatkan

kualitas produk 0 4 45 17 3.20 Baik Memiliki semangat untuk menghasilkan produk yang berkualitas 0 0 37 29 3.44 Sangat baik Bekerja dengan teliti 0 0 39 27 3.41 Sangat baik Indikator kesadaran kualitas 0 7 167 90 3.31 Sangat baik

Keterangan : 1,00 – 1,75 = sangat tidak baik; 1,76 – 2,5 = tidak baik; 2,51 – 3,25 = baik; 3,26 – 4,00 = sangat baik

55

JUSE (1991) menyatakan bahwa kegiatan GKM berjalan dengan lancar dalam perusahaan yang mengembangkan pengendalian kualitas seluruh perusahaan yang melibatkan baik manajemen puncak maupun karyawan. Karyawan memahami bagaimana kualitas bagi pelanggan internal dan pelanggan eksternal. Hal ini mendapat nilai rata-rata 3,21 dari persepsi karyawan dan dapat dikategorikan baik. Dengan mengikuti kegiatan GKM karyawan bekerja tidak hanya sekedar melakukan pekerjaan namun juga memahami standar kualitas dari pekerjaan yang mereka lakukan.

Bagian produksi merupakan bagian yang penting pada PT Sierad Produce, Tbk, karena pada bagian ini akhirnya produk utama yang diolah dipasarkan kepada konsumen, maka pentingnya kualitas harus disadari oleh para karyawan. Kesadaran akan kualitas juga merupakan kesadaran karyawan dalam mengidentifikasi faktor-faktor masalah yang ada dalam unit kerja. Faktor masalah harus dapat diselesaikan dengan baik untuk meminimalisasi masalah dalam unit kerja. Faktor masalah tersebut adalah Quality, Cost, Delivery, SHE (Safety, Health, and Environment), dan Moral. Maka untuk menciptakan kualitas produk yang baik dan sadar akan pentingnya kualitas maka karyawan harus berusaha dapat meningkatkan kualitas produk yang diproduksi. Hal ini sudah dilakukan dengan baik oleh karyawan dengan nilai rata-rata 3,20.

Karyawan harus memiliki semangat tinggi untuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas. Hal ini berhubungan dengan kondisi moral pada faktor-faktor masalah. Dari hasil uji persepsi, diperoleh nilai rata-rata 3,44 yang dapat dikategorikan sangat baik. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa karyawan memiliki semangat tinggi untuk menghasilkan produk yang berkualitas.

Keselamatan dalam bekerja merupakan hal yang penting