• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pasal 105 point c jo pasal 156 point d Kompilasi Hukum Islam Menurut pasal 105 Point c dan pasal

KOMPILASI HUKUM ISLAM

B. Analisis pasal 105 point c jo pasal 156 point d Kompilasi Hukum Islam Menurut pasal 105 Point c dan pasal

bahwa kewajiban pembiayaan hadhanah di bawah tanggung jawab sang ayah menurut

 

6

Uyun Kamiruddin, wawancara Pengadilan Agama Jakarta Pusat,( Jakarta 19 juli-2010 )

7

Keten

ratan yang mudah karena masalah biaya hadhanah adalah perso

tuan dalam pasal 105 point c dan pasal 156 point d Kompilasi Hukum Islam tersebut tentu saja tidak bertentangan dengan Konsep Hukum Islam, namun ketika melihat pada zaman sekarang ini yang dimana ekonomi sangat carut marut dan juga krisis ahlak yang mengakibatkan sikap tidak tanggung jawabnya seorang ayah dan ketidakmampuan ayah di dalam biaya hadhanah sehinggga kedua pasal ini akan jauh dari sempurna dengan tujuannya sehingga dapat menyebabkan para hakim untuk menggunakan rujukan lain selain Kompilasi Hukum Islam. Tampaknya pasal 105 Point c dan pasal 156 Point d Kompilasi Hukum Islam (KHI) hanya mempertimbangkan dari aspek non materialnya saja dan kurang memberi penekanan dari aspek material.

Meskipun menurut Kompilasi Hukum Islam bahwa semua biaya hadhanah menjadi tanggungan ayahnya sampai anak berumur 21 tahun, namun bukan serta merta tanpa persya

alan yang menyangkut masa depan lahir dan batin, pendidikan seorang anak, maka dari itu harus ada yang menanggung biaya hadhanah baik dari bapak ataupun Ibu. Di dalam pasal 105 point c jo pasal 156 point d Kompilasi Hukum Islam mengenai biaya hadhanah anak yang masih di bawah umur akibat perceraian tidak mengatur suatu ketentuan yang melarang ibu ikut memikul biaya hadhanah disebabkan bapak tidak bisa memenuhi kewajibannya. Dengan kata lain pasal 105 ini mengartikan bahwa tidak ada pengecualian di dalam pembiayaan tersebut, karena pasal 105 point c jo pasal 156 point d ini tetap mewajibkan pembiayaan hadhanah itu mutlak di tangan sang ayah, meskipun di dalam pasal 156 point f yang menjelaskan

“bahwa pengadilan dapat mengingat kemampuan ayah dan menetapkan jumlah biaya untuk pemeliharaan dan pendidikan anak”. Akan tetapi kata kemampuan di sini mengartikan bahwa kewajiban ayah memang mutlak, padahal merawat dan mendidik anak itu adalah tanggung jawab keduanya, meskipun dalam hal ini ayah pencari nafkah. Seyogyanya pasal ini bisa melihat kemampuan ayah secara materil maupun psikis. Tentunya hal ini akan berdampak kepada sang ayah itu sendiri, karena ketika sesuatu putusan telah berkekuatan hukum tetap (BHT), maka putusan itu harus dijalankan sebagaimana mestinya. Khususunya di dalam masalah ketika ayah tidak mampu sama sekali di dalam pembiayaan tersebut, dan dari pihak ibu pun tidak mau bertanggung jawab bersama di dalam pemeliharaan anak. Pihak ibu akan meminta kepada pengadilan untuk mengeksekusi putusan untuk memaksa ayah membayar biaya hadhanah.

Adapun selanjutnya mengenai sikap ataupun prilaku ayah yang tidak mau bertanggung jawab atau tidak patuh kepada putusan majelis hakim. Di dalam kedua pasal ini memang tidak menjelaskan bagaimana apabila sang ayah tidak bertanggung jawab di dalam pembiayaan hadhanah anak, tidak ada pasal 105 maupun 156 yang menjelaskan bahwa ketika ayah tidak bertanggung jawab maka pengadilan bisa menjalankan eksekusi paksa. Suatu putusan yang tidak dijalankan sebagaimana mestinya bisa dieksekusi paksa, dari pihak ibu bisa memohon eksekusi putusan ke Pengadilan Agama atas ketidak patuhannya ayah di dalam menjalankan putusan Hakim. Yang di mana bentuk eksekusinya yaitu dengan memaksa kepada ayah

dengan melibatkan pihak aparat yang berwenang, terutama polisi8. Eksekusi putusannya memaksa ayah atau pihak yang kalah dalam persidangan untuk membayar biaya hadhanah ataupun yang tertera di surat putusan yang dikeluarkan oleh Pengadilan Agama. upaya paksa ini dilakukan atas permohonan pihak yang memenangkan perkara untuk melaksanakan dari pada kewajiban. itu karena pihak yang menang ataupun ibu meminta kepada Pengadilan untuk mengeksekusi paksa kepada pihak yang kalah ataupun ayah. Lahirnya pasal ini bertujuan untuk menjamin hak-hak anak pasca bercerai kedua orang tuanya, semestinya kedua pasal ini mengatur atas kasus – kasus tersebut. Agar hak – hak anak terjamin. Di sini penulis dapat mengatakan bahwa pasal 105 point c jo pasal 156 point d Kompilasi Hukum Islam masih terdapat kekurangan di dalam menjelaskan kewajiban sang ayah dalam membiayai hadhanah anak yang belum mumayyiz akibat perceraian karena hanya secara umum.

Lebih jauh lagi masayarakat Muslim Indonesia yang merupakan mayoritas dan sebagian ada yang menganggap KHI sebagai fikih nasional. Mereka akan beran

       

ggapan pasal 105 point c jo pasal 156 point d Kompilasi Hukum Islam adalah mutlak , akan tetapi bagi sebagian orang lagi tidak menganggap demikian.Selanjutnya di lingkungan Peradilan Agama, kompilasi Hukum Islam secara umum merupakan salah satu hukum materil PA dan tujuan awalnya untuk menghilangkan ketidak seragaman para hakim di lingkungan Peradilan Agama dalam mengambil rujukan untuk memutuskan perkara yang berdampak disparitas antara putusan. kompilasi

 

8

Hukum Islam lahir untuk menghilangkan hal ini. Apabila dalam kenyataanya para hakim masih belum dapat menemukan jawabannya di dalam Kompilasi Hukum Islam khususnya mengenai pembiayaan hadhanah pasca perceraian, pasal 105 jo 156 hanya mewajibkan ayahlah yang harus mebiayai hadhanah tanpa ada penjelasan yang lebih lanjut jika pada kenyataanya ayah tidak mampu sama sekali ataupun tidak bertanggung jawab.

Berdasarkan wawancara penulis dengan hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat Uyun Kamiruddin 9 bahwa dalam hal pembiayaan anak yang belum mumayyiz akibat perce

asal 156 point d Kompilasi Hukum Islam masih belum secara maksimal dan sempurna dengan tujuannya. Sehingga dapat menyebabkan para hakim

       

raian maka hukum asalnya ialah kewajiban pembiayaan hadhanah itu di bawah tanggung jawab sang ayah menurut kemampuan sang ayah sekurang-kurangnya sampai anak itu berumur 21 tahun. Dalam hal kewajiban pembiayaan ayahlah yang harus berkewajiban untuk membayarnya, namun jika pada kenyataannya ayah tidak dapat membiayai maka kewajiban itu pun tetap melekat kepada ayah, akan tetapi ibu ikut memikul biaya tersebut. Sehingga pihak dari ibu tidak bisa lepas dari tanggung jawab di dalam memberikan biaya terhadap anaknya tersebut, karena sampai kapanpun kewajiban itu akan selalu melekat terhadap kedua orang tua khususnya ayah. Serta aspek kemampuan pun harus menimbang sesuai kemampuan materil ataupun psikis .

Berdasarkan ulasan di atas, penulis dapat memberikan komentar bahwa pasal 105 point c jo p

 

9

untuk

Biaya pemeliharaan anak ditanggung oleh ayahnya

ebut berumur 21 tahun.

menggunakan rujukan lain selain Kompilasi Hukum Islam. Setidaknya Kompilasi Hukum Islam khususnya dalam pasal 105 pasal c jo 156 pasal d dilengkapi dengan pengecualian apabila bapak tidak mampu sama sekali di dalam membiayai hadhanah agar ketika menghadapi permasalahan yang bersifat kasusistik seperti bapak tidak bisa membayar biaya hadhanah dan tidak bertanggung jawab atas biaya tersebut. Mejelis hakim tetap berpedoman pada Kompilasi Hukum Islam sehingga dapat dipergunakan sepenuhnya tanpa meniggalkan sedikitpun. pasal 105 point c jo pasal 156 point d tidak mengakomodir ketika ayah tidak mampu sama sekali dan tidak bertanggung jawab di dalam masalah hadhanah, itu karena pasal 105 point c jo pasal 156 point d hanya membahas kewajiban ayah dari aspek non materil saja. Dalam Pemeliharaan anak atau istilah disebut dengan hadhanah, pelaksanaanya tidak hanya sebatas pada kegiatan formalitas yang begitu saja tanpa dibarengi dengan mendidik dan pembiayaan yang bertujuan menjadikan anak sehat baik moril dan materil .

Kemudian dalam Kompilasi Hukum Islam yang merupakan hukum materil di lingkungan Peradilan Agama dalam pasal 105 point c jo 156 point d disebutkan :

• Semua biaya hadhanah dan nafkah anak menjadi tanggungan ayah

Da si Hukum Islam sebagai rujukan di lingkungan gama, khususnya mengenai masalah kewajiban ayah tentang pembiayaan ahnah anak yang belum mumayyiz akibat percer

lam pengunaan Kompila Peradilan A

had aian maka pasal 105 point c jo

elesaikan perkara. Khususnya di dalam kasus pembiay

pasal 105 point c

berada di bawah kekuasaan majelis hakim sebagai pemegang kebijakan dalam 156 pointd dijadikan pedoman dalam memutuskan perkara tersebut sepanjang bapak mau bertanggung jawab dan juga mampu membiayai hadanah dan tidak terdapat klausul yang mengganti kewajiban bapak apabila kenyataannya bapak tidak mampu ataupun tidak bertanggung jawab.

Kompilasi Hukum Islam digunakan sebagai hukum materil di lingkungan peradilan Agama dalam penerapannya tidak serta mengekang kebebasan hakim dalam memeriksa, memutus, dan meny

aan ini, apabila kenyataanya sang ayah tidak mampu dan tidak bertanggung jawab, meskipun di dalam pasal 105 point c jo 156 pointd Kompialasi Hukum Islam hanya menyebutkan kewajiban seorang bapak di dalam masalah biaya tanpa pengecualian, bukan berarti harus dilaksanakan begitu saja akan tetapi hakim harus memperhatikan hukum yang hidup di masyarakat dalam hal ini hukum adat yang lebih tinggi dari kompilasi Hukum Islam di lingkungan Peradilan Agama.

Efektifitas Kompilasi Hukum Islam secara umum memang cukup memadai dan dapat memenuhi kebutuhan hukum bagi para hakim dalam memutus suatu perkara. Khususunya dalam masalah hadhanah, Kompilasi Hukum Islam

jo 156 point d hanya menjelaskan secara global dan ini merupakan hukum asal dan apabila terdapat perkara yang bersifat kasuistik maka keputusan akhirnya

mengambil keputusan karena Kompilasi hanyalah sebuah instruksi Presiden (Inpres) No. 1 tahun 1991 bukanlah sebuah Undang-undang, namun kehadiran Kompilasi Hukum Islam ini merupakan langkah besar di dalam mempositifkan Hukum Islam khususnya di Indonesia.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Dari uraian dan analisis di atas pada bab-bab terdahulu, maka penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa :

Pasal 105 point c jo pasal 156 point d kompilasi Hukum Islam di dalam

penggunaanya sebagai hukum Peradilan Agama cukup

terasa cukup efektif ketika menghadapi

ermasalahan yang ayah tidak mampu sama sekali ataupun tidak

pas

kan faktor lahirnya pasal 105 point c jo pasal 156 point d, pasal ini lahir guna untuk m

korban perceraian kedua orang tuanya.

materil di lingkungan efektif dengan beberapa catatan :

a. Kedua pasal ini akan

permasalahan sang ayah mampu dan menyanggupi terhadap biaya

hadhanah anak.

b. Apabila terjadi suatu p

bertanggung jawab seyogyanya pasal 105 point c jo pasal 156 point d kompilasi Hukum Islam dapat menjelaskan pengecualian terhadap biaya tersebut.

1. latar belakang lahirnya al ini ialah :

a. Karena dalam tatanan yang real ternyata anak anaklah yang dalam hal ini menjadi korban perceraian kedua orang tuanya, banyak dari anak – anak yang terlantar baik ditinjau dari segi moril dan materi. Hal inilah yang merupa

b. Bapak merasa paling berhak dan pantas untuk mengasuh anak hasil dari perkawinan mereka. Oleh karena itu pasal ini lahir, guna untuk memberikan rasa keadilan dan membatasi antara hak kewajiban pihak Bapak, Ibu dan juga pihak anak.

2. Langkah yang dilakukan jika ayah tidak mampu sama sekali dan tidak bertanggung jawab di dalam biaya hadhanah ialah:

Pihak dari Ibu ataupun

Di dalam pasal 105 poi

b. Pihak ibu bisa memoh

mana bentuk eksekusinya yaitu dengan memaksa kepada ayah dengan melibatkan pi

an. Dan juga karena di am pasal ini hanya men

a. nt c dan pasal 156 point d tidak menjelaskan jika

sang ayah tidak mampu sama sekali membiayai hadhanah, namun berdasarkan wawancara yang penulis dapatkan bahwa ibu pun juga ikut membantu di dalam pembiayaan tersebut. Namun kedua pasal ini tidak mengatur.

on eksekusi putusan ke Pengadilan Agama atas ketidak patuhannya ayah di dalam menjalankan putusan Hakim. Yang di

hak aparat yang berwenang, terutama polisi. Ataupun menyita harta benda ayah.

3. Sebab pasal 105 point c tidak mengakomodir karena di pasal 156 memang telah dijelaskan bahwa pembiayaan hadhnah menurut kemampuan sang ayah akan tetapi penjelasannya tidak ada pengecuali

A. Saran

1. Karena Kompilasi Hukum Islam merupakan suatu hukum materil yang digunakan oleh Pengadilan Aga

nyai kemampuan sama sekali dan tidak mau bertanggung jawab di dalam masalah pembiayaan hadhanah, hakim tetap berpedoman kepada Kompilasi Hukum Islam dan tidak melewatkannya satu pasal pun.

Karena kompilasi Huk

ma maka seharusnya Kompilasi Hukum Islam juga menjelaskan pengecualian ayah di dalam masalah kewajiban hadhanah anak, agar ketika menghadapi kasus yang bersifat kasustik seperti penyelesaian kewajiban hadhanah akibat perceraian karena sang ayah di dalam kenyataannya tidak mempu

2. um Islam tidak mengatur ketentuan yang sang

ayah tidak mampu sama sekali dan tidak bertanggung jawab untuk membiayai hadhnah pasca perceraian. Maka dari itu hendaknya para hakim bisa mengambil pertimbangan berdasarkan kemashlahatan anak dengan sesuai maqasid al-syari’ah.

3. Karena Kompilasi Hukum Islam belum menjadi UU.PA, maka agar

lebih efektif seyogyanya Kompilasi Hukum Islam disahkan sebagai Undang-Undang Pengadilan Agama.

Al-Qur’an dan terjem

Agama, Departement, R.I, Direktorat Pembinaan Badan Perdilan Agama Islam,

As’atsajtani, Daud, Abu bin , Sunan Abu Daud, Beirut-Libanon : Darul Fikr, 1994

ziz Muhammad, Azzam Abdul Aziz, Sayyed Hawwas, Abdul Wahab, Fiqih

Munaqahat (Khitbah, Nikah, dan thalak) Jakarta : Sinar Grafika Ofseet, 2009

l-Habsyi, Baqir Muhammad, Fiqih Praktis menurut Al-Qur’an dan Sunnah dab Pendapat Ulama ( Bandung : Mizan, 2002)

Abdurahman , kompilasi hokum karta : Akademik pressindo,

1995)

Abidin, Slamet, Fiqih munakahat II, Bandung : CV Pustaka Setia, 1999 Aulia , Nuansa,

Agama, jakarta : PT Internasa, 1991, Cet ke-1 Ar-Rifa’i, Muhamm

(Jakarta: Gema Insani, 2000)

Ayyub, Syaikh Hasan, fiqih keluarga, Jakarta : P autsar, 2006

Ali, Zainuddin, Hukum Perdata Islam di Indonesia,( Jakarta: Sinar Grafika, 2006) DAFTAR PUSTAKA

ahnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 1994

Dirjen pembinaan Agama Islam, Himpunan peraturan per-Undang-undangan dalam lingkungan peradilan Agama, (Jakarta: , 2001)

A

A

Islam di Indonesia, (Ja

kompilasi Hukum Islam (hukum perkawinan, kewarisan, dan perwaqafan ), Bandung : CV : Nuansa Aulia

Abdullah, Abdul Ghani, Himpunan per Undang-Undangan dan Peraturan Peradilan

ad Nasib, Kemudahan Dari Allah RIngkasan Tafsir Ibnu katsir,

Abdullah , Abdul Ghani, Pengantar Kompilasi Hukum Islam dalam tata Hukum Indonesia, ( Jakarta: Gema Insani Press, 1994)

karta : Balai

Daly, udi pebandinan alam kalangan

Yurisprudensi dengan pendekatan ushuliyah ), Jakarta : Prenada Media, 2004

Gymnastiar, Bandung: PT

Mizan,2002

sinar Grafika, 2001) Harahap,M. Yahya,

I Doi, Perkawinan dalam Syari’at Islam (terjemahnya), Jakarta;

Indra , Wanita Shalehah, Jakarta: Penamadani, 2004

CST, Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum di Indonesia, (Ja Pustaka 2000)

Penuoh, Hukum Prerkawinan Islam suatu st

Ahlusunnah wal jamaah, dan Negara-negara Islam (Jakarta: PT Bulan Bintang,1988)

Dahlan, Abdul Aziz Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtia Baru Van Hoepe, 1999 Jil. 2)

Effendi, Satria , Problematika hukum Kelluarga Islam Kontemporer ( analisis

Ghazaly, Abdurahman, Fiqih munaqahat,( Jakarta : Prenada Media,2003)

Abdullah, Aa Gym dan Fenomena Darut Tauhid,

Harahap, Yahya, kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, ( Jakarta :

Hukum Perkawinan Nasional, ( Medan, CV Zahir,1975) Abdurahman,

Rineka Cipta, 1997 Hasbi, Potret

Jawad Mughniyah, Muhammad, fiqih lima mazhab (terjemah), penerjemah: Masykur AG et all, ( Jakarta: Penerbit Lentera, 2000)

Mas’udi, Masdar Farid, Hak-Hak Reproduksi Perempuan : Dialog Fikih Pemberdayaan, ( Bandung : Mizan.1997)

dalam

Nazar, han Rumah Tangga, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya,

Jakarta: Prenada Media,2006

in, Akmal Tarigan, Azhari, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta :

Quthub, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an di Bawah Naungan Al-Qur’an, (Jakarta :

Rasyid, Sulaiman, Fiqih Islam ( Hukum Fiqih Islam Lengkap ), Bandung: Sinar Baru,

Rifa’i, Mohammad, Ilmu fiqih Islam Lengkap, Semarang : PT Karya Toha Putra,

Rofiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta : Grafindo persada, 2003) San’ani ,Ibnu Ism

Syarif ris Besar FIQIH, Jakarta : PRENADA MEDIA, 2003 .

Mukhtar, Kamal, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan Bintang, 1993

Muttaqien, Dadan, et al (ed), Peradilam Agama dan Kompilasi Hukum Islam Tata Hukum Indonesia, ( Yogyakarta: UII press, 1993)

Bakry, Kunci Keutu

1993)

Nurudin, Amin, Akmal Taligan, Hukum Perdata Islam di Indonesia studi kritis perkembangan hukum islam dari fiqih.UU No 1/ 1974 sampai KHI

Nurudin, Am

Prenada Media Grop, 2004

Gema Insani , 2000)

1992

1978

ail, Muhammad Al- Imam, Subulussalam, h,.Juz 3 uddin, Amir, Garis ga

Subhan, Zaituah, Mengagas Fiqih Pemberdayaan Perempuan, (Jakarta: El-Kahfi, 2008)

Sabiq, Sayyid, fiqih sunnah jilid ke 8, Bandung : PT Al-Ma’arif, 1980

Saifulloh Al Aziz, Mohammad Fiqih Islam Lengkap pedoman hukum ibadah lengkap

Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia ( antara fiqih dan

Suma, Am dalam 10 tahun Undang – undang Peradilan Agama, Panitia seminar

rta: Gema Insani

Taqiyuddin, Imam, . 2

Tebba, Sudirman, Perkembangan muthir Hukum Islam di Asia Tenggara : Studi

Pemeliharaan kesehatan jiwa anak (terj), penerjmh: dengan berbagai permasalahannya, ( Surabaya : TERBIT TERANG, 2005)

Undang-Undang perkawinan), Jakarta : Prenada Media, 2006 in,

Nasional 10 tahun UU PA

Siregar, Bismar, SH, Hukum, Hakim, dan keadilan Tuhan, ( Jaka Press, 1995)

Kifayatul al- Akhyar, ( Surabaya : Al-Hidayah, it ) juz

Kasus Hukum Keluarga dan pengkodifikasiannya, ( Bandung : Mizan, 1993) Ulwan, Abdullah Nasih,

Khulullah Ahmad Masjkur Hakim, (Bandung : Remaja Rosdakarya,1996) Yunus, Mahmud, Kamus Arab – Indonesia, (Jakarta : Hidakarya Agung, 1990)

Dokumen terkait