• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPILASI HUKUM ISLAM

A. pasal 105 point c jo pasal 156 point d Kompilasi Hukum Islam

A. pasal 105 point c jo pasal 156 point d Kompilasi Hukum Islam

Latar belakang Munculnya

Kehadiran Kompilasi Hukum Islam (KHI) merupakan rangkaian dari fenomena sejarah hukum nasional yang momentumental terutama bagi umat Islam Indonesia karena bagaimana tidak, Negara Indonesia sebagai Negara hukum yang mayoritas penduduknya beragama Islam adalah merupakan realitas sosial, karena itu sangat relevan apabila hukum Islam di formalisasikan menjadi sumber rujukan dalam pembentukan hukum nasional.

Disebabkan belum adanya Kompilasi Hukum Islam yang dapat memberikan kepastian hukum bagi umat Islam Indonesia. Pemerintah telah menetapkan suatu proyek untuk mengkompilasikan Hukum Islam. Kompilasi Hukum Islam ini dimaksudkan untuk memberikan acuan bagi hakim di lingkungan peradilan agama dalam menangani kasus kasus yang menyangkut kepentingan umat Islam Indonesia khususnya di bidang hukum perdata Islam (keluarga). Kompilasi Hukum Islam (KHI) dalam bentuk instruksi Presiden (Inpres) No. 1 tahun 1991 merupakan suatu langkah besar di dalam mepositifkan hukum Islam di Indonesia. Dengan lahirnya Kompilasi Hukum Islam (KHI) telah jelas dan pasti nilai – nilai tata hukum Islam di

bidang Perkawinan, hibah, wasiat, waqaf, dan warisan yang kesemuanya ini bertujuan menyamakan persepsi dalam penegakan hukum, kebenaran dan keadilan melalui Kompilasi Hukum Islam (KHI). Masyarakat Islam dalam mencari keadilan di Peradilan Agama akan menemukan nilai – nilai tata hukum yang dipertarungkan I forum Peradilan Agama serta kaidah dan rumusannya dengan apa yang seharusnya ditetapkan oleh para hakim di seluruh Nusantara.1 Pendapat yang diutarakan oleh M Yahya Harahap selaku ketu tim perumus Kompilasi Hukum Islam tersebut merupakan harapan yang harus kita tangkap semangatnya. Harapan tersebut akan terasa hampa tanpa disesuaikan dengan kenyataan di lapangan pada akhirnya. Tujuan tersebut di atas sangat relevan karena sebelum lahirnya Kompilasi Hukum Islam (KHI). Banyak dari Hakim di lingkungan Peradilan Agama memutus sesuai dengan latar belakang pemahaman fiqihnya seperti yang telah dijelaskan pada dipergunakan di lingkungan Peradilan Agama memang sangat membantu bagi para hakim di dalam menyelesaikan kasus. Kondisi yang Obyektif demikian pada suatu Hakim, karena hanya merujuk ke Kompilasi Hukum Islam dalam memutuskan perkara, tetapi pada sisi lain, karena perubahan waktu dan zaman tentunya membuat putusan haruslah dipertimbangkan dengan matang sesuai dengan kondisi yang dihadapi2. Sesuai dengan pernyataan di atas karena walaupun sudah digeneralisasi guna meminimalisir pemakain berbagai macam kitab – kitab fiqih oleh para hakim di lingkungan Peradilan Agama tidak menutup kemungkinan akan timbul kembali perbedaan

      

1

M Yahya Harahap, kedudukan Kewenangan dan Acara Peradiilan Agama, h. 25

2

M Amin Suma, dalam 10 tahun Undang – undang Peradilan Agama, Panitia seminar Nasional 10 tahun UU PA, Cet. Ke-1, h. 60

keputusan. Mengenai hal ini, oleh Karena itu penulis mengarahkan tentang bagaimana efektifitas Kompilasi Hukum Islam dalam menyelesaikan perkara biaya hadhanah akibat perceraian.

Penyelesian perkara hadhanah di Pengadilan Agama merupakan suatu fenomena yang banyak di temui di lapangan, karena biasanya hal ini menyertai dalam perkaa perceraian, dimana para pihak yaitu suami dan istri yang bercerai menuntut hak untuk mengasuh anak-anak dan pembebanan pembiayaan hadhanah setelah nantinya mereka resmi bercerai.

Dalam mengomentari pembebanan kewajiban pembiayaan hadhanah akibat perceraian, Kompilasi Hukum Islam (KHI) memuat dalam pasal 105 point c dan pasal 156 point d, ditekankan pada poin c bahwa biaya pemeliharaan hadhnah akibat perceraian ditanggung oleh ayahnya, serta pada point d menekankan bahwa semua biaya hadahanah dan nafkah anak menjadi tanggung jawab ayah menurut kemampuannya, sekurang – kurangnya sampai anak tersebut dewasa dapat mengurusi dirinya sendiri. Kedua pasal ini cukup efektif dalam merealisasaikan Kompilasi Hukum Islam sebagai hukum materi di lingkungan Pengadilan Agama. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat yaitu Uyun Kamiruddin 3. Beliau menyatakan bahwa memang Kompilasi Hukum Islam cukup efektif dijadikan sebagai rujukan atau pedoman majelis hakim, khususnya mengenai pembiayaan hadhanah ketika sang ibu ingin menetapkan pembiayaan tersebut majlis hakim mengabulkan atas penetapan biaya untuk sang anak. Ketika penetapan biaya

      

3

hadhanah dikabulkan oleh majlis hakim nampaknya pasal ini efektif saja dengan indikator ketika majlis hakim menetapkan bahwa sang ayah membayar biaya hadhanah untuk sang anak. Akan tetapi apabila ayah tidak mampu sama sekali ataupun tidak mau bertanggung jawab di dalam kewajiban itu, ibu ikut membantu ayah di dalam biaya tersebut dan bila ayah tidak bertanggung jawab ibu bisa memohon untuk mengeksekusi atas putusan yang dijatuhkan oleh hakim, namun sejauh ini di Pengadilan Agama Jakarta Pusat hampir tidak menerima permohonan eksekusi pengadilan terhadap putusan pembiayaan hadhanah yang ayahnya tidak bertanggung jawab.

Pendapat praktisi Hukum yaitu hakim memang cukup beralasan karena besarnya tanggung jawab yang diemban para hakim di lingkungan Peradilan Agama. Mengenai hal ini dijelaskan dalam penjelasan UU No 14 tahun 1970, I Umum, butir enam dijelaskan :

“ pada hakikatnya segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas badan- badan penegak hukum dan keadilan tersebut, baik dan buruknya tergantung dari

manusia-manusianya pelaksanaannya, in case para hakim“4. Di samping itu

tanggunga jawab hakim meliputi :

1. ang Maha Esa, seperti yang dijelaskan dalam

( pasal 4 ayat I UU No 14 tahun 1970 )

Memutus atas nama Tuhan Y

      

4

Bismar Siregar, Hukum, Hakim, dan keadilan Tuhan, ( Jakarta: Gema Insani Press, 1995 ). Cet, ke-1,h.34

2. gt bijaksana dan bertanggung jawab, pertama kepada Tuhan Yang Maha Esa (pasal 4 ayat I UU No 14 tahun 1970)

3. Mengadili, menemukan, dan merumu

Memutus sebagai hakim yan

skan hukum yang sesuai dengan rasa keadilan yang hidup di kala

nt d Kompilasi Hukum Islam meman

156 pont d Kompilasi Hukum Islam.

       

ngan rakyat (pasal 27 ayat 1 UU No 4 tahun 1970)5.

Efektifitas pasal 105 point c jo pasal 156 poi

g cukup efektif, selama menghadapi kasus sang ayah melaksanakan semua yang telah dijelaskan atau diputuskan oleh majelis hakim. Namun jika ayah tidak bertanggung jawab atau tidak mampu inilah yang akan terjadi masalah. Karena di dalam pasal 105 point c jo pasal 156 point d tidak menjelaskan apabila ayah tidak mampu sama sekali dan ayah tidak bertanggung jawab di dalam pembiayaan tersebut. Apabila hal tersebut ditemui dalam pemeriksaan majelis hakim, tentunya para hakim akan menganbil rujukan selain Kompilasi Hukum Islam. Bila seperti ini, penulis berpendapat Kompilasi Hukum Islam masih jauh dari sempurna dengan tujuannya sehingga dapat menyebabkan para hakim untuk menggunakan rujukan lain selain Kompilasi Hukum Islam. Dan yang paling sederhana saja dalam masalah pembiayaan hadhanah, pasal 105 point c jo pasal 156 point d tidak disertai dengan pengikut sertaan ibu di dalam memikul biaya tersebut. Mengenai hal ini penulis mencoba memaparkan latar belakang timbulnya lalu menganalisis pasal 105 point c dan pasal

 

5

Berbicara mengenai latar belakang sudah barang tentu akan tergambarkan dan terjawab oleh ulama-ulama ataupun pembuat Kompilasi Hukum Islam itu sendiri, n

56 Point d Kompilasi Hukum Islam

kemampuan sang ayah sekurang-kurangnya sampai anak itu berumur 21 tahun..

       

amun dari hasil wawancara yang saya dapatkan dari Uyun Kamiruddin selaku Hakim di Pengadilan Agama Jakarta Pusat.6 Secara tinjauan filosofi pasca bercerai dampak perceraian suami dan isteri anak-anak lah yang jadi korban. Karena dalam tatanan yang real ternyata anak anaklah yang dalam hal ini menjadi korban perceraian kedua orang tuanya, banyak dari anak-anak yang terlantar baik ditinjau dari segi moril dan materi. Hal inilah yang merupakan faktor lahirnya pasal 105 point c jo pasal 156 point d, pasal ini lahir guna untuk melindungi hak-hak anak yang menjadi korban perceraian kedua orang tuanya, agar masa depan anak bisa berjalan terus tanpa tidak terkatung-katung.7Dan yang selanjutnya yang melatar belakangi pasal ini muncul ialah pihak dari ibu ataupun Bapak merasa paling berhak dan pantas untuk mengasuh anak hasil dari perkawinan mereka. Oleh karena itu pasal ini lahir, guna untuk memberikan rasa keadilan diantara pihak Bapak, Ibu dan juga pihak anak. Tentunya jika pasal ini tidak ada maka dampaknya para orang tua akan mengabaikan kewajiban dan hak - haknya sebagai orang tua.

B. Analisis pasal 105 point c jo pasal 156 point d Kompilasi Hukum Islam

Dokumen terkait