ANALISIS DAN PEMBAHASAN
B. Analisis dan Pembahasan
1. Analisis Potensi Sub Sektor Industri Pengolahan Non Migas, dan Pengembangan Sub Sektor Potensial Pengembangan Sub Sektor Potensial
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menganalisis potensi sub sektor industri pengolahan Kota Tangerang. Sebelumnya potensi ekonomi Kota Tangerang berada pada 3 sektor yang merupakan basis diantaranya sektor industri pengolahan yaitu non migas. Kemudian penulis bermaksud untuk mengidentifikasi potensi dari sub sektor industri pengolahan non migas Kota Tangerang sehingga hasil yang akan diperoleh yaitu sub sektor mana yang merupakan unggulan dan potensial untuk dapat dikembangkan oleh pemerintah daerah khususnya Kota Tangerang.
Selanjutnya penulis ingin menganalisis bagaimana kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan dari sub sektor yang merupakan basis di Kota Tangerang. Sehingga sub sektor dapat membuat strategi yang tepat bagi industri yang bersangkutan dalam pengembangan usaha bahkan pendapatan dari industri.
Untuk mengetahui potensi sub-sub sektor industri pengolahan non migas yang mendukung PDRB sektor industri pengolahan Kota Tangerang digunakan analisis Location Quotient (LQ) dengan Pendekatan Jumlah
Tenaga Kerja yang berada dalam Sub Sektor Industri Pengolahan. Analisis ini digunakan untuk mengetahui sub sektor mana yang merupakan basis dan non basis. Kemudian untuk menunjang dari analisis LQ ini, digunakan analisis Shift Share yaitu mengetahui Komponen Shift, Differensial Shift dan Proportional Shift di Kota Tangerang berdasarkan perkembangan PDRB yang berasal dari jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan sub sektor industri itu.
Selanjutnya dari sub sektor yang unggulan itu dianalisis pengembangan sub sektor tersebut sehingga memberikan strategi yang tepat bagi para perusahaan sehingga mereka dapat lebih meningkatkan hasil produksinya. Analisis ini menggunakan SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan).
a. Analisis Potensi Sub Sektor Industri
Analisis LQ ini digunakan untuk mengetahui sub sektor industri pengolahan non migas mana yang merupakan kegiatan basis dan kegiatan non basis di Kota Tangerang. Kriteria dari analisis ini bila hasil LQ > 1 maka kegiatan sub sektor industri dikatakan sub sektor yang basis, sedangkan bila LQ < 1 maka kegiatan sub sektor industri dikatakan sub sektor yang non basis. Hasil perhitungan LQ dapat dilihat di bawah ini yaitu selama 6 tahun terakhir dari tahun 2005-2010 sebagai berikut :
Tabel 4.6
Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient di Kota Tangerang Tahun 2005-2010
Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-rata
Makanan, Minuman dan
Tembakau 1.061 1.019 1.194 1.145 1.194 1.088 1.117*
Tekstil, Barang Kulit dan
Tembakau 0.896 1.114 0.980 1.003 1.042 0.729 0.961
Barang Kayu dan Hasil
Hutan Lainnya 0.721 0.543 0.759 0.770 0.662 0.735 0.698
Kertas dan Barang Cetakan 1.047 0.573 0.854 0.876 0.658 0.699 0.784 Pupuk, Kimia, dan Barang
dari Karet 1.353 0.902 0.824 0.837 1.127 1.919 1.160*
Semen dan Barang Galian
non Logam 0.624 0.542 0.509 0.524 0.546 0.461 0.534
Logam Dasar, Besi, dan
Baja 0.675 0.764 0.898 0.805 0.883 0.831 0.809
Alat Angkutan, Mesin dan
Peralatan 1.441 1.808 1.854 1.749 1.205 1.293 1.558*
Barang Lainnya. 0.911 3.866 2.613 2.421 1.063 0.445 1.886*
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang (diolah kembali) Keterangan : *) sektor basis
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diidentifikasikan bahwa sub sektor mana yang merupakan sub sektor basis dan non basis. Kota Tangerang memiliki 4 sub sektor industri pengolahan non migas yang merupakan basis, yaitu sub sektor industri barang lainnya merupakan sub sektor basis peringkat pertama dengan rata-rata LQ sebesar 1.886 Sub sektor industri yang basis kedua merupaka sub sektor industri alat angkutan, mesin dan peralatan dengan rata-rata LQ sebesar 1.558. Sub sektor yang ketiga merupakan sub sektor industri pupuk, kimia dan barang dari karet dengan rata-rata LQ sebesar 1.160. Dan sub sektor industri yang basis keempat merupakan sub sektor makanan, minuman dan tembakau dengan rata-rata LQ sebesara 1.117.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat sub sektor industri pengolahan non migas yang merupakan sub yang basis. Sub sektor ini
memiliki kekuatan ekonomi dan dapat berpengaruh kepada peningkatan pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang. Kemudian sub sektor basis ini sudah mampu memenuhi kebutuhan dari masyarakat Kota Tangerang dan dapat diekspor lintas daerah dengan produk yang dihasilkan. Dengan demikian sub sektor ini menjadi unggulan dan berpotensi untuk lebih dikembangkan oleh pemerintah Kota Tangerang.
Berdasarkan tabel di atas pula, bahwa terdapat 5 sub sektor industri pengolahan non migas yang non basis. Di antaranya sub sektor industri tekstil, barang kulit, dan tembakau dengan rata-rata LQ sebesar 0.961. Sub sektor kedua yang merupakan non basis dengan rata-rata LQ sebesar 0.809 yaitu industri logam dasar, besi dan baja. Rata-rata LQ ketiga yaitu sub sektor industri kertas dan barang cetakan sebesar 0.784. Sub sektor non basis keempat yaitu sub sektor industri barang kayu dan hasil hutan lainnya dengan rata-rata LQ sebesar 0.698 dan terakhir sub sektor industri semen dan barang galian non logam dengan rata-rata LQ sebesar 0.534.
Hal ini menunjukkan bahwa 5 sub sektor ini merupakan sub sektor yang merupakan non basis. Yang mana sub sektor ini tidak dapat melakukan kegiatan ekspor lintas daerah karena sub sektor ini merupakan sub sektor yang hanya memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Tangerang. Produk yang dihasilkan dapat dinikmati oleh masyarakat Kota Tangerang. Oleh karena itu, sub-sub sektor industri pengolahan non migas ini merupakan sub sektor yang potensial untuk
dapat dikembangkan lebih lagi oleh pemerintah daerah Kota Tangerang sehingga dapat lebih baik dan dapat melakukan kegiatan ekspor lintas daerah serta akhirnya dapat memberikan sumbangan kepada PDRB Kota Tangerang ke depannya.
b. Analisis Shift Share
Analisis Shift Share digunakan untuk mengetahui kinerja dan produktifitas suatu daerah sehingga dapat melihat pertumbuhan ekonomi daerah tersebut apakah mengalami pergeseran struktur sektor/sub sektor ekonomi dalam kaitannya ini membandingkan dengan daerah yang lebih tinggi. Dalam hal ini adalah Kota Tangerang dengan Provinsi Banten. Analisis Shift Share dapat diaplikasikan dengan membandingkan tenaga kerja dan pendapatan dari daerah di tingkat yang lebih rendah dengan daerah yang lebih tinggi. Dalam penelitian yang dilakukan ini menggunakan pendekatan tenaga kerja untuk melihat pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang. Pertumbuhan Tenaga Kerja Total (G) dapat diuraikan menjadi 3 bagian yaitu :
1) Komponen National Share adalah banyaknya pertambahan tenaga kerja seandainya proporsi perubahan sama dengan laju pertambahan tenaga kerja tingkat Provinsi selama periode studi. 2) Komponen Proportional Shift adalah mengukur besarnya shift
regional netto yang diakibatkan oleh komposisi tenaga kerja pada sub sektor industri di Kota Tangerang yang bersangkutan berubah. Bila Pj > 0, maka Kota Tangerang akan berspesialisasi pada sub
sektor di tingkat Provinsi tumbuh lebih cepat. Sebaliknya bila Pj < 0, maka Kota Tangerang akan berspesialisasi pada sub sektor yang ditingkat Provinsi tumbuh lebih lambat.
3) Komponen Differential Shift adalah mengukur besarnya shift regional netto yang diakibatkan oleh tenaga kerja pada sub sektor-sektor industri tertentu lebih cepat atau lebih cepat di Kota Tangerang dari pada tingkat Provinsi Banten yang disebabkan oleh faktor-faktor lokasional intern. Bila Dj > 0, maka pertumbuhan tenaga kerja sub sektor industri di Kota Tangerang lebih cepat dari pertumbuhan tenaga kerja sub sektor industri yang sama di Provinsi Banten. Dan bila Dj < 0, maka pertumbuhan tenaga kerja sub sektor industri di Kota Tangerang relatif lebih lambat dari pertumbuhan tenaga kerja sub sektor yang sama di Provinsi Banten.
Tabel 4.7
Komponen Shift Share Kota Tangerang Tahun 2005-2010
Tahun Gj Nj Gj - Nj 2005 - 2006 5130 13658.34346 -8528.343464 2006 - 2007 -20213 -7271.395569 -12941.60443 2007 - 2008 2134 -666.8971273 2800.897127 2008 - 2009 9731 - 3728.917496 13459.9175 2009 - 2010 -3558 444.2565521 -4002.256552
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang (diolah kembali) Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa komponen pertumbuhan total tenaga kerja pada tahun 2005-2006 Kota Tangerang adalah 5130 padahal pertumbuhan total tenaga kerja tahun yang sama Provinsi Banten adalah 13658.34346 sehingga terjadi penyimpangan
negatif sebesar -8528.343464 dan ini menunjukkan pertumbuhan tenaga kerja di Kota Tangerang lebih lambat bila dibandingkan dengan pertumbuhan tenaga kerja di Provinsi Banten.
Selanjutnya untuk tahun kedua menunjukkan bahwa pertumbuhan total tenaga kerja pada tahun 2006-2007 Kota Tangerang mengalami penurunan menjadi -20213. Sedangkan pertumbuhan total tenaga kerja tahun yang sama di Provinsi Banten mengalami penurunan menjadi -7271.395569 sehingga menandakan terjadi penyimpangan negatif sebesar -12941.60443 dan ini menunjukkan bahwa pertumbuhan tenaga kerja di Kota Tangerang lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan tenaga kerja di Provinsi Banten.
Kemudian pada tahun 2007-2008 dan 2008-2009, pertumbuhan total tenaga kerja di Kota Tangerang mengalami peningkatan menjadi 2134 dan 9731, sedangkan pertumbuhan total tenaga kerja berfluktuasi yaitu sebesar -666.8971273 dan -3728.917496. Dengan hasil tersebut menunjukkan bahwa terjadi penyimpangan yang positif sebesar 2800.897127 dan 13459.9175 sehingga hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan tenaga kerja Kota Tangerang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan tenaga kerja Provinsi Banten.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sub sektor mana yang menjadi unggulan dan potensial bagi daerah sehingga dapat memicu perkembangan dari pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang. Untuk mengetahui sub sektor yang menjadi spesialisasi daerah untuk
memacu pertumbuhan ekonomi, dalam kaitan ini digunakan komponen Proportional Shift dan komponen Differential Shift. Untuk itu analisis selanjutnya dimaksudkan untuk mengetahui pertumbuhan sub sektor yang cepat atau lambat, dan sub sektor mana yang memiliki daya saing tinggi atau rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di bawah ini :
Tabel 4.8
Komponen Proportional Shift Kota Tangerang Tahun 2005-2010 Sub Sektor Industri 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 Rata-rata Makanan, Minuman dan Tembakau 3783.232 -2223.019 756.532 -325.924 -95.568 379.051 Tekstil, Barang Kulit dan Tembakau -5672.949 9090.806 -1730.058 -2190.661 611.994 21.826
Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya
2317.629 -1797.051 -831.924 -79.732 327.152 -12.785
Kertas dan Barang
Cetakan 3973.583 -1894.471 -141.049 1066.864 -69.898 587.006
Pupuk, Kimia, dan
Barang dari Karet -5851.392 2020.400 -298.659 1726.648 -733.230 -627.247
Semen dan Barang
Galian non Logam 50.766 432.003 55.815 -560.703 73.098 10.196
Logam Dasar,
Besi, dan Baja 693.001 -1683.163 1368.765 -230.040 -110.411 7.631
Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan -1621.179 -484.185 2046.353 1047.506 -231.521 151.395 Barang Lainnya. 83.237 274.282 47.052 116.876 -64.763 91.337 Jumlah -2244.073 3735.601 1272.827 570.834 -293.146 608.408
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang (diolah kembali)
Berdasarkan tabel komponen Proportional Shift Kota Tangerang selama tahun 2005-2010 terdapat nilai yang postitif dan negatif, di mana semua sub sektor industri pengolahan non migas masing-masing dapat berspesialisasi dengan pertumbuhan ada yang lambat dan cepat. Hasil Proportional ini menunjukkan bahwa 2 sub sektor industri pengolahan non migas yang memiliki pertumbuhan
lambat dibandingkan dengan Provinsi Banten yaitu industri pupuk, kimia dan barang dari karet dengan nilai rata-rata Pj sebesar -627.247, industri barang kayu dan hasil hutan lainnya dengan nilai rata-rata Pj sebesar -12.785.
Sedangkan 7 sub sektor lainnya memiliki spesialisasi di daerah dan memiliki pertumbuhan yang cepat bila dibandingkan dengan sub sektor yang sama di tingkat Provinsi Banten. Sub sektor industri tersebut adalah sub sektor industri makanan, minuman, dan tembakau; industri tekstil, barang kulit dan tembakau; industri logam dasar, besi dan baja; industri kertas dan barang cetakan; industri alat angkutan, mesin dan peralatan, industri semen dan barang galian non logam serta industri barang lainnya. Di mana ketujuh sektor ini memiliki nilai rata-rata Pj > 0 dan positif.
Tabel 4.9
Komponen Differential Shift Kota Tangerang Tahun 2005-2010 Sub Sektor Industri 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 Rata-rata Makanan, Minuman dan Tembakau -1278.769 1065.615 -354.035 1596.373 -1540.133 -102.190
Tekstil, Barang Kulit
dan Tembakau 13196.560 -16127.296 2851.846 8431.436 -24870.513 -3303.594
Barang Kayu dan
Hasil Hutan Lainnya -3710.118 2232.486 275.573 -632.134 725.038 -221.831
Kertas dan Barang
Cetakan -6090.130 1754.119 264.623 -1384.020 226.453 -1045.791
Pupuk, Kimia, dan
Barang dari Karet -14291.279 -3953.219 711.554 10817.251 22672.036 3191.269
Semen dan Barang
Galian non Logam -1162.215 -765.620 242.528 604.027 -957.263 -407.709
Logam Dasar, Besi,
dan Baja 930.686 911.763 -1076.826 1933.033 -983.882 342.955
Alat Angkutan,
Mesin dan Peralatan 5704.825 -1495.748 -1355.111 -8148.176 1156.109 -827.620
Barang Lainnya. 416.169 -299.305 -32.080 -328.706 -136.956 -76.176
Jumlah -6284.270 -16677.205 1528.070 12889.084 -3709.111 -2450.686
Berdasarkan tabel komponen Differensial Shift Kota Tangerang Tahun 2005-2010 terdapat nilai yang positif dan negatif. Di mana bila nilainya negatif maka menunjukkan sub sektor tersebut memiliki daya saing yang rendah sedangkan bila nilainya positif memiliki daya saing yang tinggi. Dan memiliki pertumbuhan yang lambat dan cepat.
Hasil menunjukkan bahwa 7 sub sektor yang memiliki pertumbuhan lambat dan daya saing yang rendah bila dibandingkan dengan sub sektor pada tingkat Provinsi Banten. Sub sektor itu adalah sub sektor industri makanan, minuman, dan tembakau; industri tekstil, barang kulit dan tembakau; industri barang kayu dan hasil hutan lainnya; industri kertas dan barang cetakan; industri semen dan barang galian non logam; industri alat angkutan, mesin dan peralatan; serta industri barang lainnya. Tujuh sub sektor ini memiliki nilai negatif dan nilainya tidak lebih besar dari 1.
Sedangkan terdapat 2 sub sektor yang memiliki pertumbuhan yang cepat dan daya saing yang tinggi bila dibandingkan dengan sub sektor yang sama pada tingkat Provinsi Banten. Sub sektor industri itu adalah industri pupuk,kimia dan barang dari kimia; dan industri logam dasar, besi dan baja. Nilai rata-rata dari Dj kedua sub sektor industri pengolahan non migas ini memiliki nilai yang lebih besar dari nol dan bertanda positif.
Tabel 4.10
Hasil Perhitungan Shift Share Kota Tangerang Tahun 2005-2010 Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 Rata-rata
Makanan, Minuman dan
Tembakau 3336 -1715 352 984 -1601 271.2
Tekstil, Barang Kulit dan
Tembakau 12664 -10181 839 4661 -24069 -3217.2
Barang Kayu dan Hasil
Hutan Lainnya -1514 -395 99 -455 171 -418.8
Kertas dan Barang
Cetakan -17045 -2890 326 12057 22023 2894.2
Pupuk, Kimia, dan
Barang dari Karet -641 -553 278 -75 -871 -372.4
Semen dan Barang
Galian non Logam -642 71 -594 -907 1072 -200
Logam Dasar, Besi, dan
Baja 2332 -1227 250 1466 -1064 351.4
Alat Angkutan, Mesin
dan Peralatan 6137 -3277 571 -7777 982 -672.8
Barang Lainnya. 503 -46 13 -223 -201 9.2
Jumlah 5130 -20213 2134 9731 -3558 -1355.2
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang (diolah kembali) Berdasarkan tabel di atas menerangkan bahwa hasil perhitungan Shift Share Kota Tangerang Tahun 2005-2010, hasil menunjukkan bahwa ada beberapa sub sektor industri pengolahan non migas yang memiliki rata-rata negatif dan beberapa yang lain dengan rata-rata positif. Perhitungan sub sektor industri pengolahan non migas yang memiliki rata-rata negatif adalah industri barang kayu dan hasil hutan lainnya; industri tekstil, barang kulit dan tembakau; industri pupuk, kimia dan barang dari karet; industri semen dan barang galian non logam serta industri alat angkutan, mesin dan peralatan. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan dari sub sektor di atas rendah.
Sedangkan sub sektor yang memiliki nilai rata-rata postitif adalah sub sektor industri makanan,minuman, dan tembakau; industri kertas dan barang cetakan; industri logam dasar, besi dan baja; serta
industri barang lainnya. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan dari sub sektor diatas adalah pertumbuhan tinggi.
c. Pengembangan Sub Sektor Industri Pengolahan
Setelah melakukan analisis dengan menggunakan metode analisis LQ, dan Shift Share, maka dapat diketahui potensi masing-masing sub sektor industri pengolahan non migas di Kota Tangerang. Setelah adanya hasil di atas, sehingga dapat diberikan masukan bagi industri-industri di Kota Tangerang yang unggulan ini dapat lebih mengembangkan usaha dan produksinya sedangkan industri yang potensial dapat dibantu oleh pemerintah serta industri yang masih kurang berkembang semoga menjadi perhatian dari pemerintah Kota Tangerang agar ke depannya nanti dapat bersaing lagi. Dan akhirnya nanti akan dirasakan pembangunan yang merata di semua lini sub sektor industri pengolahan di Kota Tangerang.
Dalam penelitian ini, sub sektor yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan sub sektor industri pengolahan non migas terdapat 4 sub sektor yang unggul. Keempat sub sektor industri pengolahan migas ini sangat maju dan berkembang dibanding yang lain. Perbedaan penyerapan tenaga kerja yang dilakukan industri-industri tersebut tidak terlalu jauh. Dalam kaitan ini pengembangan sub sektor industri pengolahan non migas di Kota Tangerang dapat dikembangkan melalui keempat sub sektor industri pengolahan ini dikarenakan :
1) Industri barang lainnya : industri ini merupakan industri yang menduduki urutan pertama untuk industri basis di Kota Tangerang. Tenaga kerja yang dipekerja lebih kecil dibandingkan dengan industri yang lain yang merupakan industri pengolahan non migas basis di Kota Tangerang.
2) Industri alat angkutan, mesin dan peralatan : industri ini merupakan industri yang menduduki urutan ketiga dari empat industri yang unggul dan dominan di Kota Tangerang. Sehingga menjadi industri yang basis di Kota Tangerang dengan tenaga kerja yang dipekerjakan paling banyak di antara lain..
3) Industri pupuk, kimia dan barang dari karet : industri ini merupakan industri yang menduduki urutan ketiga industri basis di Kota Tangerang. Di mana jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan banyak sehingga mampu memproduksi lebih untuk daerahnya. 4) Industri makanan, minuman, dan tembakau : industri ini
merupakan industri yang menduduki urutan terakhir untuk industri basis di Kota Tangerang. Tenaga kerja juga banyak yang memasuki industri meskipun di bawah industri alat angkutan dan kertas.
Selanjutnya kegiatan perindustrian pengolahan non migas di Kota Tangerang sangat didominasi dengan kegiatan industri dengan skala menengah dan besar. Badan Pusat Statistik Kota Tangerang mengidentifikasikan industri pengolahan non migas ke dalam 4 golongan, yaitu :
Tabel 4.11
Klasifikasi Industri Pengolahan Non Migas Kota Tangerang No Jenis Industri Pengolahan Non
Migas
Jumlah Tenaga Kerja
1 Industri Besar >100 orang
2 Industri Sedang / Menengah 20-99 orang
3 Industri Kecil 5-19 orang
4 Industri Mikro 1-4 orang
Sumber : Badan Pusat Statistika Kota Tangerang
Kegiatan industri di Kota Tangerang sangat didominasi dengan kegiatan industri yang berskala menengah sampai besar sehingga majunya Kota Tangerang akibat dari tumbuhnya industri-industri tersebut dalam skala yang cukup kemudian mereka bersaing dengan masing-masing industri yang lain. Hal ini menyebabkan kegiatan industri kecil dan mikro pun tidak dapat bersaing dengan mereka.
Dalam kaitan penelitian ini ingin mengembangkan kegiatan yang berskala menengah dan besar ini agar mampu bersaing dengan industri-industri yang berada di luar daerah. Sehingga akhirnya kegiatan industri semakin maju dan berkembang dengan tidak melupakan bagaimana keadaan industri dengan skala kecil dan mikro yang memerlukan suplai/masukan dari industri yang menengah dan besar ini.
d. Potensi pengembangan sub sektor industri pengolahan dengan pendekatan SWOT
Dalam penelitian ini, guna memberikan gambaran yang lebih rinci, detail dan mendalam, dengan menggunakan pendekatan SWOT peneliti ingin menganalisis Keunggulan (S), Kelemahan (W), Peluang
(O) dan Hambatan/Tantangan (T) dari sub sektor industri pengolahan di Kota Tangerang. Adapun peneliti memberikan batasan dalam penelitian ini adalah dengan menganalisis SWOT dari sub sektor industri pengolahan non migas Kota Tangerang yang merupakan kegiatan basis di Kota Tangerang. Industri pengolahan yang merupakan basis terdiri dari 4 macam industri pengolahan.
Selanjutnya dalam analisis SWOT diperoleh berupa klasifikasi berdasarkan SWOT tadi, kemudian hasil tersebut dianalisis dan diidentifikasi dalam kombinasi strategi antar S-O dan W-T sehingga kombinasi antara S-O dan W-T akan memperoleh kombinasi strategi yaitu S-O, S-W, W-T dan W-O. Kemudian dilanjutkan analisis untuk mengetahui di mana kuadran dari industri yang berada di Kota Tangerang. Analisis kuadran ini dapat diperoleh dengan melihat IFAS dan EFAS dari sub sektor industri yang diteliti.
Dalam strategi kuadran IFAS-EFAS, S-O ini merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam industri yang menunjang kegiatan produksi dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan W-T merupakan faktor-faktor yang berasal dari luar yang menghambat kegiatan produksi sehingga akan berpengaruh pada jalannya industri. Analisis ini diperoleh dengan komponen SWOT dilakukan bobot dan skor kemudian dijumlah lalu dikalikan maka akan diperoleh jumlah dari komponen SWOT. Selanjutnya jumlah tadi dilakukan pengurangan antar komponen S dengan O dan komponen W dan T. Pada akhirnya
akan diperoleh angka yang dapat melihat pada kuadran berapa industri yang diteliti.
Tabel 4.12
Analisis SWOT Industri Barang Lainnya
SWOT Industri Pengolahan Non Migas
Industri daur ulang plastik dan sampah Strenght 1.Harga yang terjangkau bagi konsumen
2.Memiliki keunggulan produk berupa kualitas yang baik, motif produk dan tahan lama.
3.Ketersediaan SDM dalam mengerjakan produk.
4.Memiliki pangsa pasar sendiri untuk produk daur ulang. 5.Modal untuk produksi barang daur ulang terjangkau. 6.Ketersediaan bahan baku berupa sampah dan plastik.
Weakness 1.Kurang memadainya gerai-gerai untuk memasang hasil