• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Problematika Polysynchronous Learning Ditinjau Dari Proses Dan

Berdasarkan indikator petunjuk pelaksanaan pembelajaran Blended learning di masa pandemi, didapatkan hasil observasi tentang indikator petunjuk pelaksanaa pembelajaran di masa pandemi tentang proses pembelajaran yang meliputi pelayanan tenaga didik melayani pertemuan tatap muka (PTM/on-site), pergantian kelompok yang melakukan pertemuan tatap

18

muka (PTM/on-site) di satuan pendidikan, peserta didik yang mengikuti pembelajaran melalui platform interaktif, dan kelompok belajar memperoleh materi pembelajaran yang sama dalam waktu yang sama didapatkan hasil berikut.

Kegiatan belajar di SMAN 1 Trenggalek dilaksanakan secara interaktif dan melalui g-meet, moodle dan komunikasi melalui whatsapp group. Guru melakukan pelaksanaan PTM dengan pembagian kelompok ganjil genap berdasarkan presensi, jadwal pertemuan bergantian tiap seminggu pada masing-masing kelompok. Peserta didik secara synchronous-asynchronous dapat mengikuti pembelajaran melalui g-meet kepada guru dan sesama peserta didik dalam pembahasan materi secara student center maupun teacher centered, dan kelompok ganjil dan genap mendapatkan materi yang sama melalui kegiatan pembelajaran on-site dan synchronous (O.PPLPS/4/10/21 dan O.PPLPS 5/10/21).

Sedangkan di SMAS Islam Watulimo Kegiatan belajar dilaksanakan secara interaktif dan melalui zoom, google classroom dan komunikasi melalui whatsapp group. Guru melakukan pelaksanaan PTM berdasarkan urutan presensi ke total 50% dari jumlah siswa, jadwal pertemuan bergantian tiap seminggu pada masing-masing kelompok. Peserta didik secara synchronous-asynchronous dapat mengikuti pembelajaran melalui g-meet kepada guru dan sesama peserta didik dalam pembahasan materi secara student ataupun teacher centered.

Kelompok belajar mendapatkan materi yang sama melalui kegiatan pembelajaran on-site dan synchronous (O.PPLPS/4/10/21 dan O.PPLPS 5/10/21).

Proses pembelajaran dibagi menjadi 3 tahapan utama yaitu kegiatan pembukaan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Guru melakukan kegiatan pembukaan yang diawali oleh do’a, motivasi dan apersepsi, serta guru menyampaikan tujuan pembelajaran (D. PPLPS 4/10/2021). Pada kegiatan belajar di SMAN 1 Trenggalek dan SMAS Islam Watulimo, guru melakukan kegiatan pembukaan, apersepsi dan motivasi dengan sangat baik pada on-site, namun kurang berinteraksi dengan siswa yang mengikuti pembelajaran secara synchronous (O.PPLPS/4/10/21 dan O.PPLPS 5/10/21).

Guru menyampaikan proses pembelajaran adalah hal penting yang perlu dilakukan sebagai tanda dimulainya kegiatan belajar. Kegiatan pembukaan, penyampaian tujuan belajar sesuai Silabus dan RPP dapat membantu membangkitkan semangat siswa dan memberikan arahan pada kegiatan belajar.

Kegiatan salam, do’a, motivasi dan apersepsi merupakan hal yang sangat penting dalam memulai kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran disampaikan, meskipun tidak secara sesuai dengan silabus dan RPP. Pada kegiatan ini tidak terdapat problematika yang berarti baik pada pembelajaran daring maupun luring. (W.G1.PPLPS/15/11/21)

19

Kegiatan salam, do’a, motivasi dan apersepsi merupakan hal yang sangat penting dalam memulai kegiatan belajar dan meningkatkan semangat siswa. Pada proses ini saya mengajak siswa bergantian untuk memimpin kegiatan berdoa bersama karena pada hal ini melatih siswa untuk berani berbicara dan memimpin. Iya tentu saya sampaikan tujuan pembelajaran, tujuan pembelajaran merupakan arah yang akan dicapai siswa, jadi hal ini selalu saya sampaikan garis besarnya kepada siswa sesuai dengan silabus dan RPP. (W.G2 PPLPS/16/11/21)

Kegiatan pembelajaran selanjutnya merupakan proses pembelajaran, meliputi penggunaan model, metode, teknik, media, pendekatan dan sumber belajar. Masing-masing guru memiliki variasi dalam seni mengajar, dianataranya dengan menggunakan model pembelajaran campuran, metode ceramah maupun student center, pendekatan secara kontekstual.

Media pembelajaran di SMAN 1 Trenggalek menyesuaikan materi pembelajaran dengan sumber belajar berupa power point siswa, buku paket, learning management system (LMS), internet dan jurnal jika dibutuhkan, sedangkan di SMAS Islam Watulimo dominan menggunakan power point guru, buku paket, learning management system (LMS), internet.

Penggunaan media belajar juga disesuaikan dengan materi biologi yang sedang dipelajari, contohnya pada SMAN 1 Trenggalek yang membahas materi peredaran darah menggunakan media belajar power point siswa dengan pembelajaran student center. Sedangkan di SMAS Islam watulimo dengan materi pertumbuhan dan perkembangan dominan menggunakan teacher centered dan diskusi, tanya jawab. (O.PPLPS/4/10/21 dan O.PPLPS 5/10/21).

Berdasarkan wawancara, problem yang dialami beragam, mulai dari tidak dapat memfokuskan pembelajaran karena terdapat 2 kegiatan belajar yang berbeda, yaitu synchronous dan on-site. Partisipasi aktif siswa juga terkadang kurang maksimal pada pembelajaran synchronous, karena ada beberapa materi biologi yang sulit dan memerlukan pemahaman yang mendalam. Siswa yang heterogen memiliki tingkat pemahaman yang berbeda, sehingga penyelesaian yang dilakukan guru pada permasalahan ini adalah menjadi fasilitator pembelajaran agar siswa lebih aktif, memberikan fasilitas tutor sebaya dan membebaskan siswa untuk bertanya secara asynchronous dan sharing hal yang belum dipahami siswa serta membebaskan siswa bertanya ketika ada jadwal pertemuan on-site.

Menggunakan kooperatif learning kadang dengan dicovery learning, metodenya bisa dengan ceramah atau juga terpusat pada siswa, pendekatan biasanya saya menggunakan kontekstual dan sumber belajar berupa buku paket. Problematikanya pada saat pembelajaran daring yang bersamaan dengan luring, terkadang membuat saya kewalahan karena ada dua kubu yang harus diperhatikan secara bersamaan. Penyelesaianya saya memberikan fasilitas tutor sebaya, boleh bertanya di WAG, dan jika masih ada waktu bisa sharing bersama-sama.

(W.G1.PPLPS/15/11/21)

20

Bermacam-macam, saya lebih sering menggunakan model campuran seperti discovery learning dan kooperatif learning, metodenya bisa dengan ceramah atau juga terpusat pada siswa, pendekatan biasanya saya menggunakan kontekstual. Problematikanya pada saat pembelajaran daring yang bersamaan dengan luring, terkadang membuat saya lebih fokus saat ke peserta luring saat penyampaian materi. Karena memang saya rasa agak sedikit susah membagi fokus ke dua hal, terkadang siswa yang ada pada g-meet tidak open camera dan tidak aktif. Biasanya untuk menghindari, saya mengusahakan selalu memfasilitasi siswa untuk bertanya materi yang sulit, baik secara luring maupun daring, baik dari WAG atau bertanya secara langsung. (W.G2.PPLPS/16/11/21)

Kegiatan penutup yang dilakukan pada proses pembelajaran merupakan akhir dari rangkaian proses pembelajaran. Kegiatan penutup meliputi refleksi, pemberian tugas dan cara pengumpulan serta penginformasian kegiatan belajar pada pertemuan mendatang dan salam serta do’a. Problematika pada penutup, yaitu kegiatan refleksi yaitu tidak terjalankannya refleksi pada kedua kegiatan belajar syncronous dan on-site karena keterbatasan waktu, sehingga penyelesaian yang dapat dilakukan adalah refleksi secara fleksibel yaitu pada kegiatan asynchronous.

Refleksi saya lakukan di tahap penutup, saya jelaskan kepada siswa baik tentang materi dan nilai yang didapat dari pelajaran ini. Saya juga menerima jika ada refleksi dari siswa tentang pembelajaran. Problematikanya tidak bisa merefleksi kedua siswa dengan metode belajar berbeda, luring maupun daring, jadi refleksi agak sedikit bersifat umum. Tetapi jika ada tambahan biasanya saya sampaikan pada WAG, Atau announce melalui LMS.

(W.G1.PPLPS/15/11/21)

Refleksi dilakukan dengan cara, saya jelaskan kepada siswa tentang hal-hal yang didapatkan. Problematikanya mungkin tidak bisa merefleksi kedua siswa dengan metode belajar berbeda, luring maupun daring. Jika terdapat informasi tambahan, biasanya saya sampaikan pada WAG. (W.G2.PPLPS/15/11/21)

Pengumpulan tugas oleh siswa terkadang tidak dilakukan tepat waktu, sehingga guru memberikan batas pengumpulan tugas pada materi selanjutnya (diberikan batas waktu) di SMAS Islam watulimo dan diberikan kebijakan pengumpulan tugas tercepat dan tepat diberikan nilai tambah di SMAN 1 Trenggalek. (D.PPLPS/4/10/21 dan D.PPLPS/5/10/21)

Problematika pembelajaran polysynchrnous pada siswa ditinjau berdasarkan proses pembelajaran, ditinjau dari keikutsertaan siswa pada kegiatan belajar, partisipasi aktif dalam kegiatan belajar, dan pemahaman materi. adalah sebagian besar siswa kurang berminat untuk melakukan persiapan penerimaan materi pembelajaran dikarenakan kurangnya minat membaca dan gangguan kegiatan lain dan jaringan yang terkadang kurang stabil dalam pelaksanaan pembelajaran syncron. Penyelesaian yang dilakukan adalah mencari video penjelasan materi,

21

mengakses learning management system (LMS) yang telah menyediakan materi pertemuan, belajar dengan LKS dan membuat mind map/poin-poin tentang materi yang akan diajarkan.

Mengikuti, tetapi dengan pembelajaran synchronous saya terkadang tedistraksi oleh kegiatan lain seperti ngemil, chatting tetapi cara saya untuk tetap mengikuti pembelajaran adalah merecord kegiatan belajar dan menontonya kembali, membaca ulang materi dan bertanya ke teman. (W. S1.PPLPS/1/11/21)

Mengikuti, tetapi dengan pembelajaran synchronous saya terkadang tedistraksi oleh kegiatan lain seperti main game, cara saya untuk tetap mengikuti pembelajaran adalah baca ulang materi dan bertanya ke teman. (W.S2.PPLPS/1/11/21)

Mengikuti, tetapi terkadang ketika ada kegiatan organisasi saya izin untuk tidak mengikuti, cara saya untuk tetap mengikuti pembelajaran adalah baca ulang materi di LMS, WAG, dan bertanya ke teman. (W.S3.PPLPS/1/11/21)

Mengikuti, tetapi dengan pembelajaran synchronous saya terkadang terganggu oleh kegiatan dirumah seperti membantu orang tua dirumah, makan, nonton tv, sehingga saya perlu merekam penjelasan guru dan jika ada hal yang belum saya pahami saya bertanya di WAG. (W.S4.PPLPS/11/10/21)

Mengikuti, tetapi dengan pembelajaran synchronous saya terkadang terganggu oleh kegiatan lain yang menganggu fokus saya, seperti bermain dengan adik saya. Penyelesaian yang saya lakukan adalah membaca ulang materi dan bertanya ke teman.

(W.S5.PPLPS/11/10/21)

Selalu mengikuti dan mengusahakan selalu bertanya kepada teman penyaji materi dan guru.

(W.S6.PPLPS/11/10/21)

Partisipasi aktif siswa pada kegiatan belajar polysynchronous cukup mendominasi.

Kemudahan akses dalam kegiatan belajar dengan bantuan teknologi sangat membantu kegiatan belajar siswa. Dalam mempelajari materi biologi akses materi secara asynchronous dengan video penjelasan dan gambar yang tidak monoton dapat menarik minat siswa. Namun, masih terdapat Problematika terkhusus pada pembelajaran on-site dengan synchronous karena siswa merasa, fokus guru pada saat kegiatan synchronous dan asynchronous kurang maksimal.

Penyelesaian yang dilakukan siswa saat pembelajaran synchronous adalah aktif bertanya melalui learning management system (LMS) maupun WAG, serta bertanya kepada teman dikelas atau kelompok penyaji materi.

Aktif bertanya dan menjawab hampir materi yang saya pahami saja, dan bertanya ketika tidak paham materi. Problematikanya ketika pembelajaran synchronous karena guru terlalu terpaku memfasilitasi pembelajaran on-site sehingga ketika siswa bertanya responnya kurang cepat dan kurang diperhatikan. Ketika hal ini terjadi saya bertanya via WAG. Pada pembelajaran asynchronous guru juga terkadang kurang cepat dalam menanggapi pertanyaan,sehingga kami menunggu jawaban guru dan terkadang bertanya kepada teman kita yang memahami materi di WAG. (W. S1.PPLPS/01/11/21)

22

Aktif bertanya dan menjawab hampir di materi yang saya pahami. Problematikanya ketika pembelajaran synchronous karena guru terlalu terpaku memfasilitasi pembelajaran on-site sehingga ketika siswa bertanya responnya kurang cepat dan kurang diperhatikan. Ketika hal ini terjadi saya bertanya via WAG. Pada pembelajaran asynchronous guru juga terkadang kurang cepat dalam menanggapi pertanyaan,sehingga kami menunggu jawaban guru dan terkadang bertanya kepada teman kita yang memahami materi di WAG.

(W.S2.PPLPS/01/11/21)

Aktif bertanya dan menjawab hampir di keseluruhan materi dan di seluruh moda pembelajaran. Problematikanya ketika pembelajaran synchronous karena guru terlalu terpaku memfasilitasi pembelajaran on-site sehingga ketika siswa bertanya responnya kurang cepat dan kurang diperhatikan. Ketika hal ini terjadi saya bertanya via WAG. Pada pembelajaran asynchronous guru juga terkadang kurang cepat dalam menanggapi pertanyaan,sehingga kami menunggu jawaban guru dan terkadang bertanya kepada teman kita yang memahami materi di WAG. (W.S3.PPLPS/01/11/21)

Aktif bertanya pada materi yang tidak saya pahami saja. Namun terkadang, pada pembelajaran asynchronous guru kurang cepat dalam menanggapi pertanyaan,sehingga kami menunggu jawaban guru dan terkadang bertanya di WAG. (W.S4.PPLPS/11/10/21) Aktif bertanya dan menjawab ketika saya menguasai materi. Problematikanya ketika pembelajaran synchronous karena guru terlalu terpaku memfasilitasi pembelajaran on-site sehingga ketika siswa bertanya kurang diperhatikan. Ketika hal ini terjadi saya bertanya via WAG. Pada pembelajaran asynchronous guru juga terkadang kurang cepat dalam menanggapi pertanyaan,sehingga kami menunggu jawaban guru dan terkadang bertanya kepada teman kita yang memahami materi. (W.S5.PPLPS/11/10/21)

Aktif bertanya dan menjawab hampir di keseluruhan materi dan di seluruh model pembelajaran. Problematikanya ketika pembelajaran synchronous karena guru terlalu terpaku memfasilitasi pembelajaran on-site sehingga ketika siswa bertanya responnya kurang cepat dan kurang diperhatikan. Ketika hal ini terjadi saya bertanya pada saat pertemuan on-site kepada guru. (W.S6.PPLPS/11/10/21)

Pemahaman materi siswa pada kegiatan belajar polysynchronous, siswa dapat mengikuti materi pembelajaran. Namun, sebagian besar siswa menyatakan lebih nyaman mengikuti kegiatan belajar secara on-site. Problematika yang dialami adalah kurang maksimalnya interaksi dan feedback guru pada saat belajar synchronous dan asynchronous sehingga perlu adanya inisiatif siswa untuk belajar dan explore materi belajar secara mandiri.

Cukup baik, tetapi masih kurang pada kegiatan belajar synchronous dan asynchronous karena saya lebih suka dijelaskan secara langsung. Penyelesaianya saya harus belajar secara mandiri. (W.S1.PPLPS/1/11/21)

Cukup baik, tetapi masih kurang pada kegiatan belajar synchronous dan asynchronous karena saya tipe orangnya lebih suka kalau dijelaskan secara langsung dan ada feedback langsung. Penyelesaianya saya harus belajar lebih extra secara mandiri.

(W.S1.PPLPS/1/11/21)

23

Iya baik, dan saya rasa tidak ada Problematika yang berarti. Namun kalau pada pembelajaran online sedikit lebih susah karena harus aktif dan termotivasi dari diri sendiri untuk belajar.

(W.S1.PPLPS/1/11/21)

Cukup baik, tetapi masih kurang pada kegiatan belajar synchronous dan asynchronous karena saya tipe orangnya lebih suka kalau dijelaskan secara langsung. Penyelesaianya saya harus belajar secara mandiri. (W.S4.PPLPS/11/10/21)

Baik, tetapi masih kurang pada kegiatan belajar synchronous dan asynchronous karena saya tipe orangnya lebih suka kalau dijelaskan secara langsung. Penyelesaianya saya harus lebih giat secara mandiri. (W.S5.PPLPS/11/10/21)

Sangat baik, hal pentingnya adalah pada pembelajaran online agak sedikit lebih susah karena harus memiliki motivasi untuk belajar sendiri. (W.S6.PPLPS/11/10/21)

Berdasarkan hasil penelitian proses pembelajaran, berikut tabel analisis problematika dan penyelesaiannya.

Tabel 3. Analisis sebab akibat problematika proses dan penyelesaianya

Permasalahan Faktor Penyelesaianya

Proses melakukan interaksi dengan siswa secara maksimal di kegiatan on-site. Dan melakukan interaksi diluar pembelajaran asynchronous.

2. Guru dapat menyesuaikan

pembaruan dan

memaksimalkan diri dalam melakukan pembelajaran bauran

3. Guru memberikan aturan dan

kesepakatan pada

pembelajaran polysynchronous 2 Guru tidak dapat

memfokuskan diri pada kegiatan belajar syncronous dan on-site secara bersamaan

memaksimalkan diri dalam melakukan pembelajaran bauran

2. Guru memberikan aturan dan

kesepakatan pada pembelajaran yang efektif untuk siswa dengan gaya belajar heterogen

2. Guru menjelaskan materi dengan bahasa yang gampang dipahami siswa dan

24

3. Siswa lebih nyaman belajar dengan feedback langsung dengan guru

memberikan contoh atau analogi

3. Guru memberikan pemahaman kepada siswa untuk bisa menyesuaaikan inovasi pembelajaran, dan guru memberikan bimbingan

asynchronous dan tidak dapat memantau dan menegur siswa secara langsung

1. Guru memberikan tolerasi terhadap siswa dengan Problematika jaringan untuk mengikuti pembelajaran asynchronous

2. Guru memberikan penjelasan materi sulit dengan

sederhana dan

menyenangkan, serta mengkolaborasikan

pembelajaran dengan metode menyenangkan yang dapat diterima di pembelajaran polysynchronous

3. Guru memberikan aturan dan

kesepakatan pada

1. Keterbatasan waktu belajar 1. Melakukan refleksi pada kegiatan asyncrhronous

6 Perlunya penyampaian batas pengumpulan tugas

agar siswa

2. Adanya kegiatan dan tugas lain

3. Motivasi belajar siswa kurang

1. Memberikan motivasi belajar kepada siswa secara menerima dan memberi infomasi

3. Guru kurang aktif dalam melakukan pembelajaran synchronous dan asynchronous

1. Memaksimalkan saat pembelajaran tatap muka/on-site

2. Guru dapat memberikan feedback pada pembelajaran asynchronous dengan video ataupun pesan suara

3. Siswa kebih inisiatif belajar mandiri dan memaksimalkan pada saat pembelajaran on-site

25 8 Kurangnya feedback guru

pada pembelajaran

kegiatan belajar siswa on-site

1. Memaksimalkan interaksi asynchronous

2. Guru dapat menyesuaikan

pembaruan dan

memaksimalkan diri dalam melakukan pembelajaran bauran

3. Siswa memaksimalkan pembelajaran dari segala kegiatan belajar

C. Analisis Problematika Polysynchronous Learning Ditinjau Dari Penilaian Dan Penyelesaianya Pada Mata Pelajaran Biologi Di SMA Kabupaten Trenggalek

Berdasarkan indikator petunjuk pelaksanaan pembelajaran blended learning di masa pandemi, didapatkan hasil observasi tentang indikator petunjuk pelaksanapembelajaran tentang proses pembelajaran yang meliputi informasi yang sahih mengenai peserta didik, Reliabeilitas informasi yang konsisten dan dapat dipercaya tentang pencapaian peserta didik, penilaian yang adil, fleksibel, authentic dan terintegrasi di SMAN 1 Trenggalek dan SMAS Watulimo didapatkan hasil berikut.

Penilaian dilakukan secara tes dan nontes kepada peserta didik pada tiap materi pembelajaran. Penilaian merepresentasikan pencapaian siswa. Jika nilai siswa belum memenuhi kriteria, guru juga akan menilai sesuai kondisi capaian siswa. Guru memberikan penilaian sesuai dengan rancangan assessment rubrik penilaian secara objektif, guru menilai siswa secara fleksibel namun tetap profesional pada kegiatan belajar polysynchronous, guru masih melakukan penilaian authentic dalam cakupan pengetahuan, sikap dan keterampilan secara teoritis dan melakukan penilaian pembelajaran sebagai asessment untuk kedua pihak, dan memperbaiki proses serta hasil belajar di pertemuan pada materi berikutnya.

(O.PPLPN/4/10/21 dan O.PPLPN/5/10/21).

Kegiatan akhir adalah penilaian autentik, pada kegiatan ini guru melakukan penilaian pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan rubrik penilaian KKM.

(D.PPLPN/10/11/2021).

Hal lain yang dilakukan adalah remidial dan pengayaan, namun belum melakukan kegiatan konseling ketika siswa tidak dapat mendapatkan score sesuai KKM. Problematika yang dialami adalah proses penilaian sikap dan keterampilan pada pembelajaran syncronous dan asynchronous karena tidak dapat melihat secara langsung (O.PPLPN/10/11/2021).

Selanjutnya, Problematikanya adalah sebagian siswa masih belum memperhatika nilai individu yang belum memenuhi KKM. Kegiatan konseling pada mapel biologi oleh guru yang bersangkutan, belum dilakukan karena Problematika waktu. Penyelesaian yang dilakukan oleh guru yaitu dengan melakukan penilaian pada saat kegiatan pembelajaran on-site dan

26

mengumumkan nilai siswa yang belum memenuhi KKM memberikan sanksi berupa tidak bisa mengikuti materi selanjutnya jika belum mengerjakan remidial, dan hal ini sangat efektif karena siswa terpaksa dan terbiasa mengikuti kebijakan tersebut.

Semuanya saya nilai sesuai dengn assessment yang telah saya rancang pada RPP.

Problematikanya mungkin pada siswa yang belajar secara daring syncronous dan asynchronous karena tidak bisa melihat langsung penilaian sikap dan keterampilan. Jadi sebisa mungkin, penilaian siswa saya akomodasi saat saya bisa bertatap muka dengan siswa saya. Remidial saya lakukan, pengayaan juga, hal ini saya lakukan di luar jam pelajaran.

Namun untuk sesi konseling belum saya lakukan karena memang ya keterbatasan waktu.

Sebagian besar siswa saya sudah peduli dengan nilai mereka yang belum memenuhi KKM, mungkin karena efeknya adalah tidak saya perbolehkan mengikuti materi selanjutnya, maka dari itu mereka saya rasa sudah sangat aktif dalam perbaikan nilai. Jadi menurut saya kendalnya mungkin hanya terjadi pada 1 atau 2 siswa saja. (W.G1.PPLPN/15/11/21) Proses dan hasil belajar saya nilai baik dari pengetahuan, sikap dan keterampilan sesuai rubrik penilian pada RPP. Problematikanya pada siswa yang belajar secara daring karena tidak bisa melihat langsung penilaian sikap dan keterampilan. Jadi sebisa mungkin, penilaian siswa saya lakukan pada saat ada pertemuan on-site dengan siswa yang bersangkutan. Remidial saya lakukan, pengayaan secara umum seperti itu,untuk konseling belum saya lakukan karena keterbatasan waktu juga. Problematikanya siswa terkadang masih ada yang belum peduli dengan nilai mereka yang belum memenuhi KKM, sehingga sebagai guru harus mengumumkan dan saya memberikan aturan bahwa siswa yang belum belum mendapat score KKM tidak bisa mengikuti materi selanjutnya jika belum mengerjakan remdial, dan hal ini sangat efektif karena siswa terpaksa dan terbiasa mengikuti hal ini, dan di setiap materi selanjutnya semakin berkurang jumlah siswa yang mendapat nilai dibawah KKM. (W.G2.PPLPN/16/11/21)

Kegiatan penilaian pembelajaran berdasarkan wawancara dengan siswa, didapatkan hasil bahwa siswa sebagian besar tidak menyelesaikan tugas guru dengan tepat waktu. Namun, dengan seiring berjalanya kegiatan belajar dari awal semester menuju tengah semester sampai akhir semester siswa dapat mengikuti ritme guru dan menyelesaikan tugas dengan tepat waktu.

Problematika yang dialami adalah kurang memahami materi, adanya tugas mata pelajaran lain dan kurangnya manajemen waktu dalam mengerjakan tugas.

Tidak selalu, karena terganggu oleh tugas lain. Namun, hal terjadi di awal semester karena penyesuaian, dan diakhir-akhir ini sudah sangat tertata karena sudah terbiasa, jadi harus pintar-pintar dalam manajemen waktu. (W.S1.PPLPN/01/11/21)

Tidak selalu, karena terganggu oleh tugas lain, tidak paham materi. Namun hal terjadi di awal semester karena penyesuaian, dan diakhir-akhir ini sudah cukup tertata karena sudah terbiasa, jadi harus baik dalam manajemen waktu saja menurut saya. (W.S2 PPLPN/01/11/21)

Tidak selalu, karena terganggu oleh tugas lain dan kegiatan organisasi. Namun hal ini sering terjadi di awal semester karena penyesuaian, dan diakhir-akhir ini sudah cukup tertata

27

karena sudah terbiasa, jadi harus baik dalam manajemen waktu saja menurut saya.

(W.S3.PPLPN/01/11/21)

Iya, karena jika tugas ditunda-tunda maka nanti akan beranak pinak bu, harus diselesaikan dengan cepat karena ada tugas mata pelajaran lain. Dari saya, tugas yang diberikan hari ini maksimal harus diselesaikan maksimal h+2 setelah pemberian tugas oleh guru.

(W.S4.PPLPN/11/10/21)

Tidak selalu, karena terganggu oleh tugas lain,penyelesaiannya saya bertanya kepada guru bimbel saya atau kepada teman saya bu. (W.S4.PPLPN/11/10/21)

Iya bu, karena ada jadwal pengumpulan tugas dari guru. Pada awalnya saya kesulitan karena

Iya bu, karena ada jadwal pengumpulan tugas dari guru. Pada awalnya saya kesulitan karena

Dokumen terkait