• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PROBLEMATIKA POLYSYNCHRONOUS LEARNING DI SEKOLAH MENENGAH ATAS KABUPATEN TRENGGALEK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PROBLEMATIKA POLYSYNCHRONOUS LEARNING DI SEKOLAH MENENGAH ATAS KABUPATEN TRENGGALEK"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PROBLEMATIKA POLYSYNCHRONOUS LEARNING DI SEKOLAH MENENGAH ATAS KABUPATEN TRENGGALEK

HALAMAN JUDUL

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Gelar S-2 Program Studi Magister Pedagogi

Disusun oleh :

ADE WINTA SRI LESTARI NIM: 202010660211006

DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Januari 2022

(2)

ii

ANALISIS PROBLEMATIKA POLYSYNCHRONOUS LEARNING DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

KABUPATEN TRENGGALEK

Diajukan oleh :

ADE WINTA SRI LESTARI 202010660211006

Telah disetujui

Pada hari/tanggal, Sabtu/ 22 Januari 2022

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Dr. Agus Tinus, M.Pd. Dr. Ahmad Juanda, M.M.

Direktur Ketua Program Studi

Program Pascasarjana, Magister Pedagogi,

Prof. Akhsanul In’am, Ph.D. Dr. Agus Tinus, M.Pd.

(3)

iii

T E S I S

Dipersiapkan dan disusun oleh:

ADE WINTA SRI LESTARI

202010660211006

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada hari/tanggal, Sabtu/ 22 Januari 2022 dan dinyatakan memenuhi syarat sebagai kelengkapan memperoleh gelar Magister/Profesi di Program Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Malang

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Ketua : Dr. Agus Tinus, M.Pd.

Sekretaris : Dr. Ahmad Juanda, M.M.

Penguji I : Dr. Ichsan Anshory, M.Pd.

Penguji II : Assc. Prof. Dr. Mohamad Syahri

(4)

iv

(5)

v

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran selama menempuh Program Studi Magister Pedagogi hingga proses penyelesaian tugas akhir. Terima kasih kepada semua pihak yang setia memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis selama penyusunan tesis.

TESIS INI SAYA PERSEMBAHKAN UNTUK:

Diri saya sendiri, terima kasih sudah berjuang sampai titik ini My Greatest Love, Ibu Wiji Lestari dan BapakSukardji

Kakak perempuan pertama, Sri Puji Aprianti dan Abang Ipar Tatag Adi Yulinawan Kakak perempuan kedua, Sri Wahyuni Ertik dan Abang Ipar Budi Sanyoto

Ketiga keponakanku Nibra, Fieza dan Mava

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala karunia dan ridho-Nya sehingga tesis dengan judul “Analisis Problematika Polysynchronous Learning di Sekolah Menengah Atas Kabupaten Trenggalek” dapat diselesaikan dengan tepat waktu.

Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Magister Pedagogi.

Penyelesaian Tesis ini tidak terlepas dari petunjuk, arahan, bimbingan serta dukungan yang diberikan oleh dosen pembimbing serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada:

1. Prof Aksanul In’am, selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan perijinan untuk penulis dalam melakukan penelitian.

2. Dr. Agus Tinus selaku Ketua Program Studi Magister Pedagogi Universitas Muhammadiyah Malang yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun tesis, serta selaku pembimbing utama yang telah memberikan arahan, motivasi dan bimbingan kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Dr. Ahmad Juanda, selaku pembimbing pendamping yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sehingga tesis dapat diselesaikan dengan baik.

4. Seluruh Dosen Program Studi Magister Pedagogi yang telah memberikan ilmu pengetahuan pada penulis selama menjadi mahasiswa.

5. Kepala Sekolah dan Guru Mata Pelajaran Biologi di SMAN 1 Trenggalek dan SMAS Islam Watulimo atas diberikannya kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian Tesis.

6. Rekan-rekan Mahasiswa Magister Pedagogi Angkatan 2020 yang saling memberikan motivasi pada saat meneyelesaikan penulisan tesis.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah memberikan dukungan dan motivasi baik kepada penulis.

Dengan keterbatasan pengalaman, ilmu maupun pustaka yang ditinjau, penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan perlu pengembangan lebih lanjut agar benar- benar bermanfaat. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar tesis ini lebih sempurna serta sebagai masukan bagi penulis untuk penelitian dan penulisan karya ilmiah di masa yang akan datang. Kritik dan saran dapat disampaikan melalui e-mail:

[email protected]. Akhir kata, penulis berharap tesis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua terutama untuk pengembangan ilmu pengetahuan..

Malang, 18 Januari 2022

Penulis

(7)

vii ABSTRAK

Lestari, Ade Winta Sri. 2022. Analisis Problematika Polysynchronous Learning di Sekolah Menengah Atas Kabupaten Trenggalek. Tesis. Magister Pedagogi. Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing I) Dr. Agus Tinus (NIDN. 0021076601); II) Dr. Ahmad Djuanda (NIDN.0004066303)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis problematika polysynchronous learning dan penyelesaiannya pada mata pelajaran biologi di sekolah menengah atas Kabupaten Trenggalek. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif kualitatif. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara mendalam dengan subyek guru mata pelajaran biologi dan siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perencanaan pembelajaran polysynchrnonous terdapat problematika diantaranya adalah perancangan RPP, penggunaan LMS, jaringan internet, penggunaan LMS dan persiapan belajar siswa. Berdasarkan proses, problematika yang dialami adalah kurangnya interaksi guru pada pembukaan pembelajaran, guru kurang fokus dengan kegiatan belajar synchronous dan on-site, pemahaman siswa yang berbeda terhadap materi biologi, siswa tidak menghidupkan camera pada pembelajaran synchronous, refleksi tidak dilakukan pada pembelajaran synchronous dan on-site, siswa tidak mengumpulkan tugas tepat waktu dan guru kurang memberikan feedback pada pembelajaran synchronous dan asynchronous. Pada penilaian problematika yang terjadi adalah proses penilaian aunthentic yang tidak dapat dilakukan secara maksimal pada pembelajaran synchronous dan asynchronous, nilai siswa tidak memenuhi KKM, dan guru mata pelajaran tidak melaksanakan kegiatan konseling kepada siswa. Penyelesaian problematika perencanaan, proses dan penilaian disesuaikan dengan analisis problem, faktor penyebab yang dapat meminimalisir atau menyelesaikan problematika pembelajaran polysynchronous.

Kata Kunci: analisis, problematika, polysynchronous

(8)

viii ABSTRACT

Lestari, Ade Winta Sri. 2022. Analysis of Polysynchronous Learning Problems at Senior High Schools in Trenggalek Regency. Thesis. Masters of Pedagogy. University of Muhammadiyah Malang. Supervisor I) Dr. Agus Tinus (NIDN. 0021076601); II) Dr. Ahmad Djuanda (NIDN.0004066303)

The purpose of this study was to analyze the problems of polysynchronous learning solutions in biology subjects at senior high schools in Trenggalek Regency. The research method used is descriptive qualitative. Data were collected through in-depth interviews with biology subject teachers and students. The results showed that there are problems in planning polysynchronous learning including lesson plans design, use of learning management system, internet network, use of learning management system and preparation of student learning. Based on the process, the problems experienced are the lack of teacher interaction at the opening of the lesson, the teacher is less focused on synchronous and on-site learning activities, students different understandings of biological material, students do not turn on the camera in synchronous learning, reflection is not carried out on synchronous and online learning, students do not submit assignments on time and teachers do not provide feedback on synchronous and asynchronous learning. In the problematic assessment that occurs is an authentic assessment process that cannot be carried out optimally in synchronous and asynchronous learning, student scores don’t reach minimum completeness criteria, and subject teachers do not carry out counseling activities for students. The problem solving of planning, process and assessment is adjusted to the analysis of the problem, the causative factors that can minimize or solve the problems of polysynchronous learning.

Keywords: analysis, problems, polysynchronous.

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SUSUNAN DEWAN PENGUJI ... iii

SURAT PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

A. PENDAHULUAN ... 1

B. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

1. Standar Proses Pendidikan ... 4

2. Perencanaan Pembelajaran ... 5

3. Proses Pembelajaran ... 5

4. Penilaian Pembelajaran ... 6

5. Problematika Polysynchronous Learning ... 7

a. Synchronous learning ... 7

b. Asynchronous learning ... 8

c. On-site learning... 8

6. Penelitian Relevan ... 9

C. METODE PENELITIAN ... 10

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 10

2. Lokasi Penelitian ... 10

3. Instrumen Penelitian ... 10

4. Data dan Sumber Data ... 10

5. Teknik Pengumpulan Data ... 11

6. Teknik Analisis Data... 11

7. Uji Keabsahan Data ... 12

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 12

1. Hasil Penelitian ... 12

A. Analisis Problematika Polysynchronous Learning Ditinjau Dari Perencanaan Dan Penyelesaianya Pada Mata Pelajaran Biologi Di SMA Kabupaten Trenggalek ... 12

(10)

x

B. Analisis Problematika Polysynchronous Learning Ditinjau Dari Proses Dan

Penyelesaianya Pada Mata Pelajaran Biologi Di SMA Kabupaten Trenggalek ... 17

C. Analisis Problematika Polysynchronous Learning Ditinjau Dari Penilaian Dan Penyelesaianya Pada Mata Pelajaran Biologi Di SMA Kabupaten Trenggalek ... 25

2. Pembahasan ... 28

A. Analisis Problematika Polysynchronous Learning Ditinjau Dari Perencanaan Dan Penyelesaianya Pada Mata Pelajaran Biologi Di SMA Kabupaten Trenggalek ... 28

B. Analisis Problematika Polysynchronous Learning Ditinjau Dari Proses Dan Penyelesaianya Pada Mata Pelajaran Biologi Di SMA Kabupaten Trenggalek ... 30

C. Analisis Problematika Polysynchronous Learning Ditinjau Dari Penilaian Dan Penyelesaianya Pada Mata Pelajaran Biologi Di SMA Kabupaten Trenggalek ... 32

E. SIMPULAN DAN SARAN ... 33

1. Simpulan ... 33

2. Saran ... 34

RUJUKAN ... 35

LAMPIRAN ... 40

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penelitian Relevan ... 9

Tabel 2. Analisis problematika perencanaan dan penyelesaiannya ... 18

Tabel 3. Analisis problematika proses dan penyelesaiannya ... 23

Tabel 4. Analisis problematika penilaian dan penyelesaiannya ... 27

(12)

xii

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Kerangka berpikir ... 9

(13)

1 A. PENDAHULUAN

Kemajuan peradaban dunia selalu mengalami perkembangan sesuai dengan masanya, dalam menyeimbangkan perkembangan peradaban dengan kehidupan, manusia akan beradaptasi dan melakukan penyesuaian dalam berbagai bidang terutama pada bidang pendidikan. Pendidikan dimaknai sebagai usaha sadar yang dilakukan untuk mencapai tujuan melalui proses pelatihan dan cara mendidik sehingga dapat meningkatkan kedewasaan dan mengembangkan potensi diri sebagai bekal kehidupan di masyarakat (Rahmat, 2018; Yusuf, 2018). Pembangunan negara dan bangsa juga dititikberatkan pada sektor pendidikan, hal ini telah dibuktikan oleh negara- negara maju bahwa pendidikan mempunyai kontribusi yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas bangsanya. Pendidikan merupakan sumber dari segala sumber kemajuan suatu bangsa, karena dengan melalui pendidikan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa tersebut dapat ditingkatkan (Muhardi, 2005). Pendidikan merupakan proses pengembangan sumber daya manusia untuk memajukan bangsa, serta sebagai indikator kualitas dan kemajuan bangsa.

Era pengetahuan pendidikan di Abad 21 dicirikan dengan adanya pertautan dalam dunia ilmu pengetahuan secara komprehensif dan pengetahuan global serta pengintegrasian teknologi dalam pendidikan (Sudarisman, 2015). Hal ini mempercepat terjadinya sinergi pengetahuan lintas bidang ilmu, sehingga menurut Muliastrini (2020) ilmu pendidikan semakin penting untuk menjamin peserta didik memiliki keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan menggunakan teknologi dan media informasi, serta dapat bekerja, dan bertahan dengan menggunakan kecakapan hidup (life skills). Pengintegrasian teknologi dalam pendidikan dapat membantu manusia dalam menguasai kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi sumber daya manusia yang handal sebagai pilar utama penyangga pembangunan negara dan bangsa dalam segala bidang (Rahzianta & Luthfi Hidayat, 2016). Kompetensi yang dibutuhkan oleh peserta didik di era globalisasi sering disebut juga dengan keterampilan Abad 21 (21st Century Skills), dan konsep pendidikannya lebih dikenal dengan istilah pembelajaran Abad 21 (21st Century Learning) (Andrian & Rusman, 2019). Jadi, pada Abad 21 perkembangan teknologi berpengaruh pada bidang pendidikan yang mana dalam kegiatan belajar mengajar dipermudah dengan penggunaan dan pengembangan teknologi informasi dalam proses belajar siswa.

Keterampilan Abad 21 memiliki karakteristik yaitu pembelajaran yang inovatif dan terpusat pada siswa, kompetensi keterampilan Abad 21 dapat dicapai dengan melakukan kurikulum berkenaan dengan pembelajaran Abad 21. Berdasarkan pernyataan Redhana (2019) pada

(14)

2

jenjang sekolah dasar, menengah pertama dan menengah atas telah diterapkan Kurikulum 2013 yang mengakomodasi keterampilan Abad ke-21, baik dilihat berdasarkan standar proses, standar isi, maupun standar penilaian. Pada proses pembelajaran Abad 21 guru dituntut untuk melakukan pembelajaran yang memiliki karakteristik yang mengarah pada proses belajar yang interaktif, holistik, integratif, saintifik, kontekstual, tematik, efektif, kolaboratif dan berpusat pada peserta didik (student center) (Muhali, 2019). Pendekatan yang berorientasi pada karakteristik tersebut membagi proses pembelajaran ke dalam langkah-langkah terperinci yang memuat instruksi untuk peserta didik yang memudahkan melaksanakan kegiatan pembelajaran (Andrian & Rusman, 2019; Ghozali, 2017; Redhana, 2019). Selain itu, inovasi pembelajaran Abad 21 juga telah banyak dikembangkan, diantaranya adalah pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik seperti small grup discussion, role-play simulation, discovery learning, self-direct learning, cooperative learning, colaborative learning, contextual learning, project based learning, problem based learning, reflective-metacognitive learning, dan e-learning (Muhali, 2019; Sole & Anggraeni, 2018).

Inovasi-inovasi pembelajaran tersebut sudah banyak di terapkan pada kegiatan belajar- mengajar di sekolah. Namun, pada bulan Desember tahun 2019 terdapat wabah pneumonia di Wuhan, provinsi Hubei, China. Wabah ini disebabkan oleh virus Corona dan di beri nama Corona Virus Disease -19 (COVID-19) dan dengan cepat menyebar ke seluruh wilayah dunia.

Pada 30 Januari 2020, WHO menyatakan bahwa wabah SARS-CoV-2 sebagai Kesehatan Masyarakat Darurat dari Kepedulian Internasional (Sukur et al., 2020; Wahidah et al., 2020).

Wabah corona yang mengharuskan segala aktivitas dilakukan dari rumah, mengakibatkan seluruh pembelajaran diseluruh jenjang pendidikan dilakukan secara e-learning. Hal ini berpengaruh besar pada penggunaan metode pembelajaran e-learning dengan menggunakan platform pembelajaran seperti Google Clasroom, Edmodo, Rumah Belajar, Ruang Guru, Sekolahmu, Kelas Pintar, Zenius, Google Suite for Education, Microsoft Office 365 for Education, Whatsapp Group (WAG), Google Classroom (GC), Edmodo, Google meet dan Zoom Cloud Meeting (Daheri et al., 2020; Muhali, 2019; Rachmawati et al., 2020).

Penggunaan teknologi dalam e-learning memiliki kelebihan dan dalam memudahkan proses pembelajaran jarak jauh. Selain efisien digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar pada masa pandemi, menurut Palvia et al. (2018) para ahli mencatat bahwa pembelajaran jarak jauh akan berkembang seacara pesat di seluruh dunia dan akan menjadi bagian krusial dalam pembelajaran di tahun 2025. Pada konteks pembelajaran jarak jauh, siswa terlibat dalam asynchronous learning, synchronous learning atau campuran dari kedua pembelajaran online,

(15)

3

metode interaksi dari pembelajaran online sering diklasifikasikan sebagai synchronous atau asynchronous (Shoepe, et al., 2020). Pembelajaran jarak jauh dengan synchronous mengacu pada kegiatan belajar yang siswa dan instruktur terlibat dalam pembelajaran pada waktu yang sama. Pada proses tersebut, guru sering menggunakan telekonferensi audio dan/atau video, ruang kelas virtual, dan pesan instan (Ruiz et al., 2006). Sebaliknya, pembelajaran asynchronous adalah pendidikan online atau jarak jauh yang tidak terjadi secara real time, dan instruktur menerapkan email dan papan diskusi online untuk melakukan interaksi (Ruiz et al., 2006).

Pelaksanaan e-learning sangat memudahkan proses belajar di masa pandemi dan akan terus berkembang dalam penggunaanya di masa yang akan datang pada pendidikan Abad 21.

Namun, dalam pelaksanaanya saat ini e-learning yang menerapkan synchronous atau asynchronous learning memiliki permasalahan yang menganggu proses belajar. Asmuni (2020) dalam risetnya menemukan permasalahan utama e-learning berasal dari lingkungan pendidikan yaitu guru, peserta didik dan orangtua, lemahnya penguasaan IT dan terbatasnya akses pengawasan peserta didik, kekurangaktifan mengikuti pembelajaran, serta keterbatasan fasilitas pendukung dan akses jaringan internet menjadi permasalahan yang umum terjadi. Hal ini selaras dengan hasil survei wawancara dengan guru mata pelajaran biologi di SMA Kabupaten Trenggalek bahwa, kegiatan belajar jarak jauh di jenjang SMA pada prosesnya terdapat banyak permasalahan yang dihadapi oleh guru kelas. Permasalahan yang dominan adalah permasalahan jaringan internet, peserta didik yang kurang antusias mengikuti pembelajaran e-learning dengan model synchronous atau asynchronous, terkadang juga terdapat problematika jaringan dan juga belum dikuasainya teknologi yang digunakan sehingga menghambat proses belajar mengajar yang berlangsung.

Penggunaan e-learning dengan model synchronous atau asynchronous akan menjadi bagian utama dari teknologi pendidikan masa depan, hal ini dikarenakan e-learning digagas efektif memudahkan proses pembelajaran yang memungkinan pembelajar dan pebelajar berinteraksi dalam kelas virual yang dapat diakses dimana saja dan kapan saja (Sadikin & Hamidah, 2020).

Proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan secara terencana dan berkelanjutan dalam membentuk seseorang secara keseluruhan. Apapun kondisinya, proses belajar mengajar menjadi prioritas utama dalam dunia pendidikan, sebagai variasi dan sebagai pilihan untuk melengkapi pembelajaran tatap muka pada era new normal hingga post pandemi, blended learning paling mungkin diterapkan (Ginting et al., 2021). Sejak dikeluarkan SKB Empat Menteri atau minimal dimulai bulan Juli 2021 sebagai awal tahun pelajaran, pemerintah

(16)

4

mengharapkan aktivitas PTM akan dilaksanakan setelah pemerintah menyelesaikan vaksinasi terhadap pendidik dan tenaga kependidikan secara tuntas. Oleh karena itu, satuan pendidikan menyiapkan alternatif PTM dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dan/atau PJJ sehingga orang tua/wali peserta didik dapat memilih PTM atau PJJ bagi anaknya. Pembelajaran campuran bisa disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Berdasarkan permasalahan tentang penggunaan e-learning dengan model synchronous, asynchronous dan pertemuan tatap muka (on-site) terbatas, maka perlu adanya kajian mendalam tentang problematika dan teknik penyelesaiannya. Hasil dari kajian penelitian memiliki manfaat teoritis dan praktis, manfaat teoritis yaitu penelitian dapat dijadikan sebagai salah satu acuan pada penelitian yang berhubungan dengan implementasi polysynchronous di masa Pandemi COVID-19 dan di Abad 21. Manfaat secara praktis adalah menjadi pertimbangan sekolah untuk menentukan dan menyusun model pembelajaran yang tepat sesuai dengan target pembelajaran dan inovasi pembelajaran Abad 21. Berdasarkan pendahuluan yang telah diuraikan, maka yang menjadi rumusan permasalahan penelitian meliputi, 1) bagaimanakah analisis problematika polysynchronous pada mata pelajaran biologi ditinjau dari perencanaan dan penyelesaiannya di SMA Kabupaten Trenggalek?; 2) bagaimanakah analisis problematika polysynchronous pada mata pelajaran biologi ditinjau dari proses dan penyelesaiannya di SMA Kabupaten Trenggalek?; 3) bagaimanakah analisis problematika polysynchronous pada mata pelajaran biologi ditinjau dari penilaian dan penyelesaiannya di SMA Kabupaten Trenggalek?

B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Standar Proses Pendidikan

Standar Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan. Standar Proses dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah, 2016). Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi pesertadidik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan

(17)

5

pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan (Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah, 2016).

2. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan juga sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran yang akan digunakan (Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah, 2016). RPP membantu guru dalam proses belajar mengajar berlangsung dikelas, pembuatan RPP harus mengacu pada aturan dan rambu-rambu yang telah ditetapkan dalam kurikulum 2013.

Dalam membuat rencana pembelajaran, guru harus memilih strategi pembelajaran yang benar sesuai dengan materi, selain itu guru juga perlu mengetahui bahwa perannya tidak hanya transfer of knowledge, namun juga sebagai transfer of value. Guru juga harus mengetahui perubahan proses pembelajaran, yang mana pada zaman dahulu berpusat pada guru (teacher centered) dan sekarang berpusat pada siswa (student centered), yang mana dari satu arah menuju interaktif, dari keadaan pasif menuju aktif (Harahap & Nazliah, 2019).

3. Proses Pembelajaran

pelaksanaan pembelajaran adalah pelaksanaan rencana pembelajaran. Ini termasuk kegiatan pendahuluan, inti dan penutup. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah (2016), dalam proses pendahuluan, inti dan penutup, guru wajib melakukan kegiatan sebagai berikut. Dalam persiapan pendahuluan, guru berkewajiban mempersiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, memotivasi siswa untuk belajar secara kontekstual sesuai dengan manfaat dan penerapan bahan ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan secara lokal, nasional dan internasional, serta disesuaikan dengan karakteristik dan tingkatan peserta didik. Guru juga perlu mengajukan pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari, menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang ingin dicapai, serta menyampaikan ruang lingkup materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

(18)

6

Dalam kegiatan inti, guru dituntut untuk menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik siswa dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik dan/atau terpadu dan/atau ilmiah dan/atau saintifik dan/atau penemuan dan/atau pembelajaran yang menghasilkan pembelajaran berbasis proyek disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan (Andrian

& Rusman, 2019).

Kegiatan Penutup Guru dituntut untuk bekerjasama dengan siswa baik secara individu maupun kelompok untuk melakukan refleksi untuk mengevaluasi seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran dan hasil yang diperoleh untuk selanjutnya bersama-sama menemukan manfaat langsung dan tidak langsung dari hasil belajar yang telah berlangsung. Guru berkewajiban memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, melaksanakan kegiatan tindak lanjut berupa pemberian tugas, baik tugas individu maupun kelompok, dan menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya (Andrian &

Rusman, 2019).

4. Penilaian Pembelajaran

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah (2016) Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian asli yang menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara keseluruhan. Penilaian terpadu ketiga unsur tersebut menggambarkan kemampuan, gaya, dan hasil belajar siswa yang dapat menghasilkan dampak pendidikan pada sisi pengetahuan (educational influence) dan pengaruh pengasuhan pada sisi sikap. Hasil penilaian asli digunakan oleh guru untuk merencanakan program bantuan belajar, peningkatan atau layanan konseling. Selain itu, hasil penilaian asli digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan proses pembelajaran sesuai kriteria evaluasi pendidikan. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan alat bantu sebagai berikut: lembar observasi, survei sejawat, catatan, catatan kasus, dan diskusi. Hasil belajar dinilai dengan menggunakan metode dan alat tes lisan/aktual dan tertulis selama proses pembelajaran dan di akhir pembelajaran. Hasil evaluasi akhir merupakan gabungan dari evaluasi proses dan evaluasi hasil belajar.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Sekolah Dasar dan Menengah, penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian unik yang menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar. Sebuah penilaian terpadu dari tiga komponen, menggambarkan keterampilan siswa, gaya, dan hasil

(19)

7

belajar yang dapat mempengaruhi dampak pendidikan sisi pengetahuan dan pendidikan sisi sikap. Hasil penilaian asli digunakan oleh guru untuk merencanakan program dukungan, perbaikan, atau konseling. Selain itu, hasil penilaian awal akan digunakan sebagai bahan perbaikan proses pembelajaran sesuai kriteria pedagogik. Proses pembelajaran dievaluasi selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi, angket dari teman, catatan, anekdot, dan pemikiran. Hasil belajar dinilai dengan menggunakan metode dan peralatan tes lisan/aktual dan tertulis selama proses pembelajaran dan di akhir pembelajaran.

Hasil evaluasi akhir merupakan gabungan dari evaluasi proses dan evaluasi hasil belajar.

5. Problematika Polysynchronous Learning

Problematika berasal dari kata problem yang dapat diartikan permasalahan atau masalah.

Adapun masalah itu sendiri adalah suatu Problematika atau persoalan yang harus dipecahkan dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik, agar tercapai hasil yang maksimal (Wahyuningsih, 2021). Perubahan sistem dan kegiatan pembelajaran dari luar jaringan (offline) menuju dalam jaringan (online) yang terjadi memunculkan berbagai permasalahan dari berbagai pihak yang tidak siap dengan adanya pembelajaran online hingga tidak meratanya sarana pendukung di berbagai daerah di Indonesia (Arifin, 2021). Pembelajaran daring adalah suatu proses pembelajaran yang memanfaatkan berbagai fitur teknologi digital berbasis jaringan internet, pada kondisi pandemi COVID-19 maka pembelajaran daring ini merupakan sebuah inovasi dan metode yang sangat tepat dalam menggantikan sementara pelaksanaan pembelajaran tatap muka sehingga guru dan siswa tetap dapat melakukan interaksi dalam proses pembelajaran dengan menggunakan berbagai fitur dalam teknologi digital (Juliya & Herlambang, 2021). Beberapa problem dalam kegiatan pembelajaran daring menurut (Juliya & Herlambang, 2021; Wahyuningsih, 2021) adalah kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran tidak komprehensif, karena para siswa menafsirkan materi tersebut dari sudut pandang mereka sendiri. kemampuan guru terbatas dalam penguasaan IT untuk pembelajaran daring. Seiring dengan pengembangan teknologi dan dipernolehkannya kegiatan pembelajaran tatap muka pada daerah tertentu, upaya implementasi pembelajaran daring dan bauran dilakukan pasca pandemi Covid-19, pembelajaran bauran (Blended Learning) menghasilkan konsep polysynchronous learning (Synchronous, Asynchronous dan On-site) (Arifin, 2021)

a. Synchronous learning

Synchronous learning semakin dikembangkan secara luas pada bidang pendidikan pendidikan pada lingkup pendidikan e-learning, e-learning sinkron bersifat langsung, waktu

(20)

8

nyata (dan biasanya dijadwalkan), instruksi yang difasilitasi, dan interaksi yang berorientasi pada pembelajaran (Malik et al., 2017). Dalam pelaksanaan, synchronous mengharuskan pendidik dan peserta didik mengakses internet secara bersamaan. Pendidik memberikan materi pembelajaran dalam bentuk makalah atau slide presentasi dan peserta didik dapat mendengarkan presentasi secara langsung melalui internet. Peserta didik juga dapat mengajukan pertanyaan atau komentar secara langsung ataupun melalui chat window.

synchronous merupakan gambaran dari kelas nyata, namun bersifat maya (virtual) dan semua peserta didik terhubung melalui internet, synchronous learning sering juga disebut sebagai virtual classroom (Hartanto, 2016).

b. Asynchronous learning

Asynchronous learning mserupakan pembelajaran independen, sehingga peserta didik dapat berinteraksi satu sama lain dengan materi yang telah disediakan pada waktu yang mereka pilih, peserta didik dapat terlibat satu sama lain ketika dan pada proses belajar ini terdapat rekaman jejak diskusi pada platform tertentu karena dilaksanakan secara tidak langsung (Darmawan, 2018). Proses asynchronous peserta didik dapat mengambil waktu pembelajaran berbeda dengan pendidik memberikan materi, peserta didik dapat melaksanakan pembelajaran dan menyelesaikannya setiap saat sesuai rentang jadwal yang sudah ditentukan. Pembelajaran dapat berbentuk bacaan, animasi, simulasi, permainan edukatif, tes, kuis dan pengumpulan tugas (Hartanto, 2016).

c. On-site learning

On-site learning, pembelajaran ditempat atau tatap muka adalah pembelajaran kelas yang mengandalkan pada kehadiran pengajar untuk mengajar dikelas. Pada pembelajaran tatap muka mahasiswa terlibat dalam komunikasi verbal spontan pada lingkungan fisik permanen (Tang, 2013). Pada pembelajaran tatap muka terjadi interaksi yang bermakna dan nyata antara pembelajar dan pebelajar yang tidak dapat digantikan atau dijumpai pada pembelajaran daring, jenis aktivitas belajar yang dijumpai di pembelajaran tradisional tatap muka adalah: ceramah, latihan yang dikerjakan di kelas dan dikerjakan dirumah, diskusi, pembacaan teks pelajaran, tugas tim dan individu (Anggrawan, 2019). Pada pembelajaran tatap muka, lingkungan belajar mendukung kepuasan pembelajaran siswa atas model pembelajaran dengan demikian jika lingkungan belajar cocok bagi mahasiswa akan menimbulkan semangat (meningkatkan motivasi) belajar mahasiswa yang akhirnya akan berimbas pada hasil belajar yang lebih baik (Anggrawan, 2019).

(21)

9 6. Penelitian Relevan

Berikut penelitian yang relevan dengan analisis pembelajaran synchronous dan asynchronous learning disajikan pada tabel berikut.

Tabel 1. Tabel Penelitian Relevan

No. Judul Penelitian Metode Hasil

1 Problematika Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19 dan Solusi Pemecahannya

Studi literatur atau penelitian

kepustakaan.

Pelaksanaan pembelajaran daring di masa pandemi Covid- 19 memiliki beragam problematika yang dialami guru, peserta didik, dan orangtua.

2 E-Learning: Students' Perspectives about Asynchronous and Synchronous Resources at Higher Education Level

Kuantitatif deskriptif Terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik dalam tanggapan siswa mengenai efektivitas kegiatan synchronous dan asynchronous e-learning.

3 Problematika Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19 di SMA Dharma Praja Denpasar

Kualitatif Pelaksanaan pembelajaran daring di masa pandemi Covid- 19 di SMA Dharma Praja Denpasar memiliki beragam problematika baik dari guru, peserta didik dan orang tua peserta didik.

Penelitian relevan dijadikan sebagai paramater dan acuan penelitian lebih lanjut oleh peneliti. Selain itu, penelitian relevan dapat menjadi bagian dari sumber kepustakaan dalam Tesis sehingga dapat dijadikan pembanding hasil penelitian yang didapatkan oleh penelitian terdahulu dan penelitian terbaru.

Berdasarkan uraian tinjauan pustaka tentang problematika polysynchronous, konsep kerangka berpikir penelitian di gambarkan sebagaimana berikut.

Bagan 1. Kerangka berpikir

Inovasi Pembelajaran Abad 21

Synchronous learning (Pembelajaran e-learning dengan

interaksi langsung)

Standar, Model, metode, pendekatan, dan teknik pembelajaran berbasis e-learning

On-site Learning (Pembelajaran tatap muka)

Teknik Penyelesaian Capaian belajar maksimal

Problematika e-learning Perencanaan, Proses, Penilaian Asynchronous learning (Pembelajaran e-learning dengan interaksi tidak langsung)

(22)

10 C. METODE PENELITIAN

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan pada penelitian ini, menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Metode deskriptif bertujuan menggambarkan dan mendeskripsikan karakteristik dari fenomena. Salah satu ciri utama penelitian deskriptif adalah pemaparannya yang bersifat naratif, penelitian ini mendeskripsikan problematika polysynchronous learning dan penyelesaiannya Pada Mata Pelajaran Biologi di SMA Kabupaten Trenggalek. Metode deskriptif kualitatif merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subyek atau obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya Miles et al. (2013). Melalui metode ini, peneliti mendeskripsikan dan menganalisis problematika pembelajaran yang terjadi dan penyelesaiannya di SMA Kabupaten Trenggalek 2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di SMAN 1 Trenggalek dan SMAS Islam Watulimo yang berada di Jl. Soekarno Hatta 13 Trenggalek dan di Jl. Bandung-Pantai Prigi, Gg. Masjid Jami’. Peneliti memilih kedua sekolah ini dikarenakan sekolah ini melaksanakan pembelajaran polysynchronous serta merepresentasikan pelaksanaan pembelajaran bauran di sekolah negeri dan swasta yang telah berhasil melaksanakan pembelajaran bauran pada masa post COVID-19 (Bulan Agustus – Desember 2021)

3. Instrumen Penelitian

Intrumen dalam penelitian kualitatif ini yaitu peneliti sebagai human instrumen. Peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara turun langsung ke lapangan/lokasi penelitian melalui observasi kegiatan belajar. Peneliti dalam proses pengumpulan data dengan merekaman kegiatan, mencatat, panduan wawancara, dan panduan observasi. Peneliti dalam melakukan pengumpulan data dari membuat catatan-catatan yang merupakan kumpulan dari hasil, obsevasi, wawancara dan kutipan-kutipan dalam dokumen yang berasal dari lokasi penelitian. Indikator yang digunakan dalam instrumen penelitian adalah pengembangan perencanaan, proses dan penilaian pembelajaran berdasarkan (Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah, 2016) dan Pedoman Pelaksanaan PTM Pada Masa Pandemi COVID-19 di SMA (Mustafa et al., 2021). Pedoman instrumen penelitian secara rinci termuat pada lampiran.

4. Data dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ada dua jenis yaitu data primer dan data sekunder.

Miles et al. (2013) menjelaskan data primer adalah data asal yang diperoleh dari

(23)

11

penginformasian secara langsung dari sumbernya atau sumber utama yang mengetahui secara rinci dari permasalahan yang akan diteliti. Lebih lanjut Miles et al. (2013) menjelaskan bahwa kata-kata atau ucapan lisan dan perilaku manusia merupakan data utama dalam penelitian kualitatif. Sedangkan data sekunder adalah informasi yang diperoleh yang telah dikelola oleh pihak lain seperti segala macam dokumen yang relevan dengan penelitian.

Data primer pada penelitian ini adalah hasil wawancara dan segala sesuatu yang diamati selama proses penelitian (hasil observasi) yang berkenaan dengan problematika polysynchronous. Data sekunder berupa dokumen, catatan tertulis, foto kegiatan dan file yang berhubungan dengan penelitian. Informan atau subjek penelitian pada penelitian ini adalah guru biologi kelas XI dan peserta didik di SMAN 1 Trenggalek dan SMAS Islam 1 Watulimo.

5. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian kualitatif ini menggunakan pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan dokumentasi. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah indepth interview (wawancara mendalam). Cara ini digunakan untuk menggali informasi yang mendalam tentang problematika pembelajaran polysynchronous pada mata pelajara biologi. Observasi atau pengamatan dilakukan secara langsung selama proses penelitian. Pengamatan dilakukan pada saat guru memberikan pembelajaran polysynchronous kepada siswa. Pengamatan yang dilakukan pada problematika polysynchronous learning ditinjau berdasarkan perencanaan kegiatan pembelajaran, proses atau kegiatan belajar dan penilaian baik dari guru dan siswa.

Selanjutnya, ditunjang dengan teknik dokumentasi yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data berupa dokumen yang berisi informasi terkait dengan penelitian.

6. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh. Analisis data yang dilakukan adalah pengumpulan data, reduksi data, menyajikan data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi data (Miles et al., 2013), reduksi data dilakukan dengan merangkum informasi terkait implementasi polysynchronous learning serta teknik penyelesaiannya, dengan menggunakan handphone sebagai alat batu rekam suara, dan juga mengambil gambar kejadian di lapangan. Penyajian data dilakukan dengan cara mentranskripkan hasil wawancara ke dalam bentuk verbatim wawancara. Pada penelitian ini dilakukan dalam bentuk deskripsi, kesimpulan/verifikasi merupakan data dari hasil wawancara yang ditranskripkan kemudian dicari inti pokok pikiran dan dikaitkan dengan hasil wawancara lain kemudian dicocokkan dengan hasil dokumentasi di lapangan. Kesimpulan yang diambil dapat berubah sewaktu-

(24)

12

waktu sesuai dengan temuan dilapangan hingga sampai pada kesimpulan akhir (berakhirnya penelitian).

7. Uji Keabsahan Data

Pengujian keabsahan data pada penelitian kualitatif menggunakan teknik triangulasi yang digunakan untuk memeriksa sah atau tidaknya dengan memanfaatkan sesuatu yang lain itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut (Moleong, 2018). Teknik triangulasi yang digunakan adalah studi dari sumber lain. Keabsahan data dalam tulisan ini diperiksa dengan menggunakan triangulasi metode dan triangulasi subjek, yaitu dengan membandingkan dan memeriksa keandalan informasi yang diperoleh.

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran polysynchronous meliputi pembelajaran synchronous, asynschronous, dan on-site (pembelajaran pada waktu post-pandemi) di SMA kabupaten Trenggalek terlaksana. Pihak sekolah dan guru sudah mengupayakan penyelenggaraan pendidikan sesuai standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah, namun dalam pelaksanaannya terdapat problematika yang memerlukan penyelesaian secara tepat. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data terkait problematika polysynchronous learning di SMA Kabupaten Trenggalek sebagai berikut.

A. Analisis Problematika Polysynchronous Learning Ditinjau Dari Perencanaan Dan Penyelesaianya Pada Mata Pelajaran Biologi Di SMA Kabupaten Trenggalek

Hasil observasi kegiatan belajar di sekolah menunjukkan, guru dan siswa mampu dalam menggunakan telepon genggam, komputer dan internet untuk mendukung proses belajar secara syncronous dan aynschronous. Guru mendapatkan bantuan kuota dari pemerintah sebanyak 12 GB/bulan dan siswa mendapatkan bantuan 10 GB. Akses internet dari tempat tinggal guru cukup mudah, dan akses internet dari tempat tinggal siswa beberapa masih mengalami Problematika jaringan (O.PPLP/4/10/21 dan O.PPLP 5/10/21).

Berdasarkan indikator petunjuk pelaksanaan pembelajaran Blended learning di masa pandemi, didapatkan hasil observasi tentang indikator petunjuk pelaksanaa pembelajaran di masa pandemi tentang Penyusunan jadwal pembelajaran, pembagian peserta didik, surat persetujuan orang tua untuk yang mengikuti Pertemuan Tatap Muka, ruang belajar, tempat peserta didik dengan jarak 1,5 m, alat atau media untuk melaksanakan siaran langsung dari pada ruang kelas untuk pelaksanaan Pertemuan Tatap Muka, dan Menyiapkan LMS untuk digunakan secara pembelajaran asynchronous di SMAN 1 Trenggalek didapatkan Informasi sebagaimana berikut.

(25)

13

Sekolah menyusun jadwal pertemuan 2x tatap muka dengan waktu 2 x 30 Jam Pelajaran.

Jumlah siswa rombel diambil 50% untuk tiap pertemuan dan saling bergantian dalam proses belajar secara on-site maupun synchronous/asynchronous. Kelas XI rata-rata terdiri dari total 30 siswa, jadi di dalam kelas terdapat 15 orang siswa. Siswa dapat mengikuti pertemuan tatap muka jika diizinkan oleh wali, penggunaan ruang kelas seperti pada kegiatan pembelajaran biasanya, hanya saja terdapat perbedaan posisi tempat duduk. Siswa diatur untuk duduk berjarak dan meja kursi diatur dengan jarak 1,5 m. Guru menyiapkan media berupa LCD dan proyektor, laptop dan PPT untuk penjelasan materin dan Guru menyiapkan materi yang dapat diakses pada aplikasi moodle. (O.PPLP/4/10/21 dan O. PPLP 5/10/21).

Sedangkan di SMA Islam Watulimo hasil observasi yang di dapatkan adalah Sekolah menyusun jadwal pertemuan 2x tatap muka dengan waktu 2 x 30 jam pelajaran. Jumlah siswa rombel diambil 50% untuk tiap pertemuan dan saling bergantian dalam proses belajar secara on-site maupun synchronous/asynchronous. Kelas XI rata-rata terdiri dari total 20 siswa, jadi di dalam kelas terdapat 10 orang siswa, siswa dapat mengikuti pertemuan tatap muka jika diizinkan oleh wali. Penggunaan ruang kelas seperti pada kegiatan pembelajaran biasanya, hanya saja terdapat perbedaan posisi tempat duduk. Siswa diatur untuk duduk berjarak dan meja kursi diatur dengan jarak 1,5. Guru menyiapkan media berupa laptop dan LK untuk kegiatan pembelajaranGuru menyiapkan materi yang dapat diakses pada aplikasi google classroom. (O.PPLP/4/10/21 dan O.PPLP 5/10/21).

Perencanaan pembelajaran merupakan komponen penting dalam mendukung proses belajar.

Berdasarkan studi dokumen perencanaan pembelajaran, guru menyiapkan perencanaan pembelajaran yang selaras dengan materi dan silabus, RPP mencerminkan pembelajaran aktif yang mencakup tujuan pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran dan assessment (peniliaian) sesuai dengan arahan RPP 3 komponen oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi. Pengamatan perencanaan pembelajaran polysynchronous disusun oleh guru sesuai dengan silabus dan RPP yang mencerminkan pembelajaran aktif yang berpusat pada siswa baik pada pembelajaran synchronous, asynchronous maupun on-site dan perencanaan pembelajaran yang berdasar pada KI, KD. (D.PPLP/4/10/21)

Problematika polysynchronous learning meliputi persiapan RPP, jaringan internet dan penggunaan aplikasi learning management system (LMS) sebagaimana yang disampaikan oleh guru biologi kelas XI sebagai berikut.

Guru membuat perencaaan pembelajaran meliputi silabus, perangkat pembelajaran yang sudah dibuat sejak awal semester akan dimulai. Problematika dengan penggunaan kurikulum darurat sedikit berpengaruh pada RPP yang digunakan. Maka dari itu, mencari informasi lebih lanjut terakit hal tersebut dan dari pihak sekolah juga diberikan sosialiasi jadi saya rasa bukan problematika yang berat. (W.G1.PPLP/10/10/21)

(26)

14

Perencaaan pembelajaran dirancang awal semester, karena memang sudah di susun dengan rapat bersama guru lain dan kepala sekolah. Hal yang mungkin berbeda akan di samakan persepsinya pada saat rapat. (W.G2.PPLP/11/10/21)

Penyusunan perencanaan pembelajaran polysynchrnonous secara umum tidak terdapat problematika yang krusial, karena dalam prosesnya semua pihak sekolah saling berkolaborasi dalam pembuatan perencanaan pembelajaran sesuai peran pada bidangnya masing-masing guna memenuhi tujuan dan capaian belajar siswa di sekolah. Namun, terdapat hal berbeda pada perencanaan pembelajaran polysynchronous learning dengan pembelajaran tatap muka secara penuh pada mata pelajaran biologi.

Pada proses perencanaan di kedua sekolah, guru melakukan pengurangan kegiatan praktikum dengan penggunaan bahan laboratorium yang tidak bisa dilakukan pada pembelajaran synchronous dan asynchronous. Kegiatan praktikum yang rumit dan memerlukan perlakuan pada laboratorium tidak dilakukan, dan merencanakan praktikum yang menggunakan alat bahan yang mudah dan dapat dilakukan dirumah oleh siswa.

(O.PPLP/4/10/21).

Perencanaan pada pembelajaran polysynchrnous perlu memperhatikan kemampuan dalam penggunaan teknologi dan internet. Secara umum, guru menggunakan aplikasi pembelajaran dan internet secara mandiri meskipun pada awal penggunaan tedapat Problematika karena belum familiar dengan penggunaan LMS dan internet dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan short course LMS, belajar dari youtube tentang tutorial menggunakan aplikasi dan tutor dari rekan kerja sangat membantu guru pada Problematika ini. LMS yang digunakan oleh kedua sekolah berbeda, diantaranya di SMAN 1 Trenggalek menggunakan moodle, g-meet, whatssapp group. Sedangkan di SMAS Islam Watulimo menggunakan Google Classroom, zoom dan whatssapp group. Problematika lain adalah jaringan internet karena memang pada daerah kabupaten yang terkadang terjadi cuaca yang kurang baik dan mati listrik serta partisipasi aktif siswa pada pembelajaran synchronous dan asynchronous. Pada Problematika ini guru dituntut mampu mendesain pembelajaran yang menarik, guru juga harus bisa menjadi fasilitator pembelajaran yang profesional, dan mampu mentoleransi siswa jika terdapat problematika secara teknis.

Mahir menggunakan internet. Saya menggunakan aplikasi pembelajaran dan mengoperasikan sendiri. Sejauh ini Problematika hanya terjadi diawal penggunaan. Tetapi saya belajar dan terbiasa hingga akhirnya bisa, di sekolah saya merupakan Tim tutor LMS untuk guru. LMS yang digunakan LMS Moodle yang bisa di koneksikan dengan G-meet, quiziz, WAG, goole docs maupun google slides. Problematika lain, pada jaringan. Kemudian

(27)

15

pada siswa karena terkadang tidak semua siswa yang mengikuti kegiatan belajar itu bisa aktif, dan terkadang ada siswa yang double kegiatan pada saat mengikuti pembelajaran, terjadi pada belajar synchron dan asynchron. Pada pembelajaran luring keaktifan siswa sudah cukup baik. Penyelesaiannya sebagai guru ya harus mendesain pembelajaran yang terpusat pada siswa, menjadi fasilitator yang baik dan bisa mentolerir kondisi siswa ketika mungkin terjadi gangguan jaringan. (W.G1.PPLP/10/10/21)

Mahir dan bisa menggunakan aplikasi pembelajaran untuk mendukung proses belajar siswa.

problematika di awal pengenalan aplikasi, tetapi secara keseluruhan bisa karena sudah terbiasa. Mungkin kalau ada problematika saya bertanya ke operator sekolah atau teman yang lebih memahami cara penggunaan aplikasi. Aplikasi pembelajaran di sekolah LMS Google Classroom, Whatsapp group. Problematikanya pada jaringan, pertama. Kedua, minat dan motivasi siswa karena masih banyak siswa yang lebih mementingkan kegiatan membantu orang tua dirumah, selain itu banyak siswa yang tidak bisa aktif ketika mengikuti pembelajaran. Tetapi berbeda dengan pembelajaran on-site, siswa sudah cukup aktif dan bisa mengikuti pembelajaran dengan baik. Penyelesaiannya sebagai guru mendesain pembelajaran yang menarik minat siswa dan student centered, menjadi pendamping siswa pada pembelajaran, menyiapkan media belajar yang mendukung baik pembelajaran daring maupun luring. (W.G2.PPLP/11/10/21)

Problematika pembelajaran polysynchrnous pada siswa ditinjau berdasarkan perencanaan pembelajaran adalah sebagian besar siswa belum melakukan persiapan penerimaan materi pembelajaran secara optimal. Hal ini dikarenakan kurangnya antuasiasnya siswa dalam membaca karena materi biologi banyak berupa teori yang perlu dipahami lebih mendalam dan adanya gangguan kegiatan lain, dan problematika jaringan yang terkadang kurang stabil dalam pelaksanaan pembelajaran syncron. yang dilakukan adalah mencari video penjelasan materi, mengakses learning management system (LMS) yang telah menyediakan materi pertemuan.

Terkadang membaca materi, tetapi lebih sering mencari video dan memepelajarinya.

Problematikanya kurang memahami materi teks, sehingga mencari video agar lebih cepat paham. (W.S1.PPLP/1/10/21)

Jarang-jarang, kurang berminat dan ada kegiatan lain yang lebih diminati, lebih suka kegiatan kurikuler olahraga. (W.S2.PPLP/1/10/21)

Jarang-jarang mempersiapkan kegiatan pembelajaran, kurang suka membaca, sehingga ketika ingin belajar saya membuat point-point materi belajar. Selain itu kegiatan di organisasi juga mempengaruhi keinginan belajar. (W. S3.PPLP/1/10/21)

Iya, tetapi yang saya lakukan hanya sekilas membaca materi yang diberikan guru di LMS, atau melihat video dan LKS. Problematikanya terkadang terdapat kesulitan jaringan saat membuka LMS, jadi saya beralih belajar menggunakan LKS. (W. S4.PPLP/4/10/21)

Jarang-jarang, terkadang membaca LKS atau membuka LMS. Terkadang guru terlalu mendadak menyampaikan materi pembelajaran pada WAG atau LMS yang diajarkan sehingga belajar dengan LKS. (W.S5.PPLP/4/10/21)

(28)

16

Jarang-jarang, karena banyak hal yang harus dipelajari. Kurang suka membaca, dan hal yang kadang saya lakukan adalah mencari penjelasan materi di youtube. (W.S6.PPLP/4/10/21) Sebagian siswa melakukan kegiatan persiapan materi belajar dengan mencatat poin-poin penting (mindmap) pada buku catatan dengan bentuk singkat yang mempermudah siswa memahami poin utama materi biologi. (D.PPLP/1/10/21-1)

Selanjutnya, perencanaan dalam mendukung kegiatan pembelajaran adalah pemahaman penggunaan teknologi dan koneksi internet. Semua bisa dan mahir dalam penggunaan telepon genggam dan komputer. Problematika umum yang dialami terjadi pada awal semester kegiatan pembelajaran saja karena belum terbiasa dengan penggunaan learning management system (LMS), dan aplikasi belajar online yang lain. Penyelesaian yang dilakukan adalah bertanya kepada guru, tutor sebaya dan mencari informasi penggunaan aplikasi di internet.

Bisa, problematika yang terjadi di awal kegiatan pembelajaran belum terbiasa dengan Moodle, gmeet. Awalnya saya mencari tutorial penggunaan LMS di youtube dan ketika sudah paham pengunaanya dan selalu digunakan dalam kegiatan pembelajaran jadi lebih paham(W.S1.PPLP/1/10/21)

Problematika yang terjadi hanya pada awal kegiatan pembelajaran, saat belum paham dalam penggunaan saya bertanya kepada teman. (W.S2.PPLP/1/10/21 dan W. S5.PPLP/4/10/21) Bisa, problematika yang terjadi di awal kegiatan pembelajaran seperti belum terbiasa dengan moodle, gmeet. Ketika belum paham dalam penggunaan saya bertanya kepada teman, tetapi lama-lama terbiasa karena sering menggunakan pada kegiatan pembelajaran.

(W.S3.PPLP/1/10/21)

Bisa, problematika yang terjadi di awal kegiatan pembelajaran seperti belum terbiasa dengan g- class, gmeet. Awalnya saya bertanya pada guru mapel dalam pengunaanya. (W.

S4.PPLP/4/10/21)

Bisa, problematika yang terjadi di awal kegiatan pembelajaran karena belum mengetahui, ketika saya tidak paham dalam penggunaan dan terdapat problematika saya bertanya kepada teman dekat saya. (W.S6.PPLP/4/10/21)

Berdasarkan hasil penelitian perencanaan pembelajaran, berikut tabel analisis sebab akibat problematika dan penyelesaiannya.

Tabel 2. Analisis sebab akibat problematika perencanaan dan penyelesaianya

Permasalahan Faktor Penyelesaian

Perencanaan

1 Problematika akses internet siswa

1. Tempat tinggal siswa di daerah pegunungan 2. Bandwith lemah

3. Provider jaringan tidak cocok di lingkungan tempat tinggal siswa

1. Siswa mencari alternatif solusi tempat yang mendukung akses jaringan di daerah lingkungan tempat tinggal

2. Guru melakukan pembelajaran synchronous

(29)

17

3. Mengganti provider yang mendukung jaringan di daerah tempat tinggal 2 Perangcangan RPP

Kurikulum Darurat

1. Guru masih pada tahap penyesuaian kebijakan baru

1. Sosialisasi dan persamaan persepsi kebijakan baru oleh kepala sekolah 2. Supervisi dan kolaborasi

dengan Kepsek dan guru senior

3. Rapat dalam penyusunan silabus dan RPP

3 Kegiatan praktikum dengan perlakuan di laboratorium

1. Pengurangan waktu belajar siswa oleh peraturan pemerintah (1 JP/30 menit dan PTM 3 Jam/hari) 2. Alat dan bahan

3. Kegiatan praktikum tidak bisa dilaksanakan mandiri dirumah

1. Guru memodifikasi waktu belajar dan materi sehingga dapat melakukan praktikum laboratorium pada saat on- site pada mapel biologi tertentu

2. Praktikum mandiri dirumah pada materi yang bisa dilakukan secara mandiri dengan alat bahan relatif mudah

4 Penggunaan teknologi dalam pembelajaran guru dan siswa

1. Kurang pemahaman pada awal penggunaan

2. Belum terbiasa belajar dengan menggunakan aplikasi belajar

3. Aplikasi yang

membutuhkan RAM berukuran besar

1. Mencari tutorial penggunaan aplikasi melalui platform dan short course LMS

2. Tutorial sebaya dengan sesama teman guru, atau antar siswa.

3. Sekolah/guru

mengupayakan penggunaan LMS berukuran lebih kecil 5 Akses internet pada saat

mati listrik guru dan siswa

1. Sumber tenaga listrik sebagai generator utama jaringan

2. Gadget siswa yang memerlukan listrik secara

langsung dalam

penggunaan

1. Guru memberikan toleransi pembelajaran

asynchronous kepada siswa

yang mengalami

Problematika

6 Siswa kurang

mempersiapan

pembelajaran terhadap materi biologi yang akan dipelajari

1. Materi biologi sulit dipahami

2. Minat baca siswa rendah 3. Gaya belajar siswa yang

berbeda-beda

1. Guru melakukan pembelajaran yang lebih inovatif kreatif

2. Guru menyiapkan materi di LMS dalam bentuk video dan mindmap

3. Guru menggunakan model dan metode yang menyenangkan sesuai gaya belajar

B. Analisis Problematika Polysynchronous Learning Ditinjau Dari Proses Dan Penyelesaianya Pada Mata Pelajaran Biologi Di SMA Kabupaten Trenggalek

Berdasarkan indikator petunjuk pelaksanaan pembelajaran Blended learning di masa pandemi, didapatkan hasil observasi tentang indikator petunjuk pelaksanaa pembelajaran di masa pandemi tentang proses pembelajaran yang meliputi pelayanan tenaga didik melayani pertemuan tatap muka (PTM/on-site), pergantian kelompok yang melakukan pertemuan tatap

(30)

18

muka (PTM/on-site) di satuan pendidikan, peserta didik yang mengikuti pembelajaran melalui platform interaktif, dan kelompok belajar memperoleh materi pembelajaran yang sama dalam waktu yang sama didapatkan hasil berikut.

Kegiatan belajar di SMAN 1 Trenggalek dilaksanakan secara interaktif dan melalui g-meet, moodle dan komunikasi melalui whatsapp group. Guru melakukan pelaksanaan PTM dengan pembagian kelompok ganjil genap berdasarkan presensi, jadwal pertemuan bergantian tiap seminggu pada masing-masing kelompok. Peserta didik secara synchronous-asynchronous dapat mengikuti pembelajaran melalui g-meet kepada guru dan sesama peserta didik dalam pembahasan materi secara student center maupun teacher centered, dan kelompok ganjil dan genap mendapatkan materi yang sama melalui kegiatan pembelajaran on-site dan synchronous (O.PPLPS/4/10/21 dan O.PPLPS 5/10/21).

Sedangkan di SMAS Islam Watulimo Kegiatan belajar dilaksanakan secara interaktif dan melalui zoom, google classroom dan komunikasi melalui whatsapp group. Guru melakukan pelaksanaan PTM berdasarkan urutan presensi ke total 50% dari jumlah siswa, jadwal pertemuan bergantian tiap seminggu pada masing-masing kelompok. Peserta didik secara synchronous-asynchronous dapat mengikuti pembelajaran melalui g-meet kepada guru dan sesama peserta didik dalam pembahasan materi secara student ataupun teacher centered.

Kelompok belajar mendapatkan materi yang sama melalui kegiatan pembelajaran on-site dan synchronous (O.PPLPS/4/10/21 dan O.PPLPS 5/10/21).

Proses pembelajaran dibagi menjadi 3 tahapan utama yaitu kegiatan pembukaan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Guru melakukan kegiatan pembukaan yang diawali oleh do’a, motivasi dan apersepsi, serta guru menyampaikan tujuan pembelajaran (D. PPLPS 4/10/2021). Pada kegiatan belajar di SMAN 1 Trenggalek dan SMAS Islam Watulimo, guru melakukan kegiatan pembukaan, apersepsi dan motivasi dengan sangat baik pada on-site, namun kurang berinteraksi dengan siswa yang mengikuti pembelajaran secara synchronous (O.PPLPS/4/10/21 dan O.PPLPS 5/10/21).

Guru menyampaikan proses pembelajaran adalah hal penting yang perlu dilakukan sebagai tanda dimulainya kegiatan belajar. Kegiatan pembukaan, penyampaian tujuan belajar sesuai Silabus dan RPP dapat membantu membangkitkan semangat siswa dan memberikan arahan pada kegiatan belajar.

Kegiatan salam, do’a, motivasi dan apersepsi merupakan hal yang sangat penting dalam memulai kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran disampaikan, meskipun tidak secara sesuai dengan silabus dan RPP. Pada kegiatan ini tidak terdapat problematika yang berarti baik pada pembelajaran daring maupun luring. (W.G1.PPLPS/15/11/21)

(31)

19

Kegiatan salam, do’a, motivasi dan apersepsi merupakan hal yang sangat penting dalam memulai kegiatan belajar dan meningkatkan semangat siswa. Pada proses ini saya mengajak siswa bergantian untuk memimpin kegiatan berdoa bersama karena pada hal ini melatih siswa untuk berani berbicara dan memimpin. Iya tentu saya sampaikan tujuan pembelajaran, tujuan pembelajaran merupakan arah yang akan dicapai siswa, jadi hal ini selalu saya sampaikan garis besarnya kepada siswa sesuai dengan silabus dan RPP. (W.G2 PPLPS/16/11/21)

Kegiatan pembelajaran selanjutnya merupakan proses pembelajaran, meliputi penggunaan model, metode, teknik, media, pendekatan dan sumber belajar. Masing-masing guru memiliki variasi dalam seni mengajar, dianataranya dengan menggunakan model pembelajaran campuran, metode ceramah maupun student center, pendekatan secara kontekstual.

Media pembelajaran di SMAN 1 Trenggalek menyesuaikan materi pembelajaran dengan sumber belajar berupa power point siswa, buku paket, learning management system (LMS), internet dan jurnal jika dibutuhkan, sedangkan di SMAS Islam Watulimo dominan menggunakan power point guru, buku paket, learning management system (LMS), internet.

Penggunaan media belajar juga disesuaikan dengan materi biologi yang sedang dipelajari, contohnya pada SMAN 1 Trenggalek yang membahas materi peredaran darah menggunakan media belajar power point siswa dengan pembelajaran student center. Sedangkan di SMAS Islam watulimo dengan materi pertumbuhan dan perkembangan dominan menggunakan teacher centered dan diskusi, tanya jawab. (O.PPLPS/4/10/21 dan O.PPLPS 5/10/21).

Berdasarkan wawancara, problem yang dialami beragam, mulai dari tidak dapat memfokuskan pembelajaran karena terdapat 2 kegiatan belajar yang berbeda, yaitu synchronous dan on-site. Partisipasi aktif siswa juga terkadang kurang maksimal pada pembelajaran synchronous, karena ada beberapa materi biologi yang sulit dan memerlukan pemahaman yang mendalam. Siswa yang heterogen memiliki tingkat pemahaman yang berbeda, sehingga penyelesaian yang dilakukan guru pada permasalahan ini adalah menjadi fasilitator pembelajaran agar siswa lebih aktif, memberikan fasilitas tutor sebaya dan membebaskan siswa untuk bertanya secara asynchronous dan sharing hal yang belum dipahami siswa serta membebaskan siswa bertanya ketika ada jadwal pertemuan on-site.

Menggunakan kooperatif learning kadang dengan dicovery learning, metodenya bisa dengan ceramah atau juga terpusat pada siswa, pendekatan biasanya saya menggunakan kontekstual dan sumber belajar berupa buku paket. Problematikanya pada saat pembelajaran daring yang bersamaan dengan luring, terkadang membuat saya kewalahan karena ada dua kubu yang harus diperhatikan secara bersamaan. Penyelesaianya saya memberikan fasilitas tutor sebaya, boleh bertanya di WAG, dan jika masih ada waktu bisa sharing bersama-sama.

(W.G1.PPLPS/15/11/21)

Referensi

Dokumen terkait

Proses munculnya regulasi emosi menurut Gross & John (2003) terbentuk menjadi lima poin inti diantaranya : a)Seleksi situasi, yaitu memilih antara situasi yang

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan perliku ibu dalam memilih penolong persalinan, serta mengidentifikasi

Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada kelima informan beserta Ibu dari masing-masing informan yang juga mencakup sebagai informan, peneliti menemukan bahwa dengan ada

Menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum dapat dipahami dari kegiatan mengmati dan membaca yang akan diajukan kepada guru berkaitan dengan materi ungakapan-ungkapan

Semua Staf KK Astronomi Sesuai Tabel Dosen Sesuai Tabel Dosen Sesuai Tabel Dosen.. AS2103 Astronomi Posisi (KK Astronomi)

penulisan skripsi bagaimana tradisi upacara adat mappogau hanua (mpogau hnua ) di Karampuang kabupaten sinjai agar kajian skripsi ini lebih terfokus maka pokok

 Guru meminta beberapa siswa untuk membagikan LKPD kepada masing-masing siswa seluruh (tidak dapat menggunakan metode kooperatif karena menjaga prokes) dan meminta siswa

Melalui kegiatan pembelajaran tatap muka terbatas atau menggunakan aplikasi room meeting-e-learning sekolah (condition) pada materi penyepuhan/pelapisan benda dari logam