Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagaimana berikut.
1. Problematika pembelajaran polysynchronous pada perencanaan adalah akses internet, perancangan RPP, kegiatan praktikum, penggunaan LMS dan persiapan pembelajaran siswa. Penyelesaiannya alternatif solusi tempat mendukung akses jaringan internet, supervisi dan kolaborasi dengan Kepala sekolah dan guru senior, praktikum mandiri pada materi biologi tertentu, tutorial sebaya dengan sesama teman guru, atau antar siswa, dan guru menyiapkan materi tambahan di LMS dalam bentuk video dan mindmap.
2. Problematika pembelajaran polysynchronous pada proses adalah Interaksi guru dan siswa, fokus guru terpecah pada pembelajaran synchronous dan on-site, pemahaman siswa yang berbeda, siswa tidak aktif pada pembelajaran synchronous, refleksi tidak dilakukan pada pembelajaran synchronous dan on-site, tanggung jawab siswa terhadap tugas kurang, siswa lebih menyukai on-site learning dan kurangnya feedback guru kepada siswa.
Penyelesaiannya adalah guru memaksimalkan interaksi pada kegiatan on-site dan asynchronous dan melakukan kesepakatan pembelajaran, menggunakan model pembelajaran efektif, menjelaskan dengan bahasa yang ringan dan memberikan contoh/analogi, mentoleransi siswa mengikuti pembelajaran asynchronous, melakukan refleksi pembelajaran secara asynchronous, memberikan motivasi belajar serta memberikan feedback pada pembelajaran asynchronous dengan video ataupun pesan suara kepada siswa.
3. Problematika pembelajaran polysynchronous pada proses penilaian adalah penilaian authentic yang meliputi penilaian sikap dan keterampilan pada synchronous dan asynchronous, nilai siswa tidak memenuhi KKM dan guru tidak melakukan konseling.
Penyelesaiannya, penilaian synchronous dengan refleksi diri siswa individu dan memaksimalkan penilaian authentic pada pembelajaran on-site. Memberikan sanski kepada siswa yang tidak mengikuti remidial dan melakukan konseling kepada siswa yang membutuhkan bimbingan.
34 2. Saran
1. Pada proses penelitian, peneliti terkendala oleh subyek penelitian yang kurang menjelaskan problematika pembelajaran polysynchronous lebih dalam dan rinci, sehingga perlunya pertanyaan menyelidik untuk lebih menggali problematika lebih spesifik.
2. Penelitian ini hanya mengkaji tentang analisis problematika polysynchronous learning dan penyelesaianya pada pengembangan pembelajaran Abad 21 di masa pandemi ditinjau berdasarkan perencanaan, proses dan penilaian. Sehingga, penelitian dapat lebih dikembangkan dengan menghubungkan problematika dengan peraturan dinas pendidikan terkait dan kebijakan terbaru yang telah disosialisasikan.
35 RUJUKAN
Andrian, Y., & Rusman, R. (2019). Implementasi pembelajaran abad 21 dalam kurikulum 2013. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan, 12(1), 14–23.
https://doi.org/10.21831/jpipfip.v12i1.20116
Anggrawan, A. (2019). Analisis Deskriptif Hasil Belajar Pembelajaran Tatap Muka dan Pembelajaran Online Menurut Gaya Belajar Mahasiswa. MATRIK : Jurnal Manajemen, Teknik Informatika Dan Rekayasa Komputer, 18(2), 339–346.
https://doi.org/10.30812/matrik.v18i2.411
Arifin, S. (2021). Polysynchronous Learning: Praktik Baik E-Learning Muhammadiyah University (ELMU) Pada Masa Pandemi COVID-19 di Universitas Muhammadiyah Malang. Transformasi Pembelajaran Nasional 2021, 1, 440–450.
Asmuni, A. (2020). Problematika Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19 dan Solusi Pemecahannya. Jurnal Paedagogy, 7(4), 281. https://doi.org/10.33394/jp.v7i4.2941 Daheri, M., Juliana, J., Deriwanto, D., & Amda, A. D. (2020). Efektifitas WhatsApp sebagai
Media Belajar Daring. Jurnal Basicedu, 4(4), 775–783.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v4i4.445
Darmawan, E. (2018). Implementasi Model Pembelajaran Asynchronous Dalam Perancangan Aplikasi Simulasi Panduan Pecinta Alam. Jurnal Cloud Information, 3(2), 13–19.
https://journal.uniku.ac.id/index.php/cloudinformation/article/view/1303/966
Fajarini, M. W., Sabtiawan, W. B., & Widodo, W. (2021). Studi Kasus Penerapan Penilaian Pembelajaran IPA pada Masa Pandemi Covid-19. Pensa E-Jurnal: Pendidikan Sains, 9(3), 336–355.
Ghozali, I. (2017). Pendekatan Scientific Learning dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Pedagogik, 04(01), 1–13.
Ginting, S., Tjandra, M., & Wianto, E. (2021). Blended Learning: Post Pandemic Solutions.
Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal, 7(2), 425.
https://doi.org/10.37905/aksara.7.2.425-438.2021
Handarini, O. I., & Wulandari, S. S. (2020). Pembelajaran Daring Sebagai Upaya Study From Home (SFH). Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran (JPAP), 8(3), 465–503.
Harahap, R. D., & Nazliah, R. (2019). Analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
36
Biologi Kurikulum 2013 Kelas X Semester 1 Tahun Ajaran 2016/2017 di Mas Islamiyah Gunting Saga Kualuh Selatan Kabupaten Labuhanbatu Utara. Biolokus, 2(2).
Hartanto, W. (2016). Penggunaan E-Learning sebagai Media Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Ekonomi, 10(1), 1–18.
Hasibuan, J. . (2009). Proses Belajar Mengajar. PT Remaja Rosdakarya.
Jamadi, J. (2021). Problematika Pembelajaran Daring dan Solusinya Studi Kasus di SMKN 4 Yogyakarta. 1(1), 6.
Juliya, M., & Herlambang, Y. T. (2021). Analisis problematika pembelajaran daring dan pengaruhnya terhadap motivasi belajar siswa. Genta Mulia, 12(1), 281–294.
https://www.ejournal.stkipbbm.ac.id/index.php/gm/article/view/585
Kay, R. H., & Lauricella, S. (2011). Exploring the Benefits and Challenges of Using Laptop Computers in Higher Education Classrooms: A Formative Analysis. Canadian Journal of Learning and Technology / La Revue Canadienne de l’apprentissage et de La Technologie, 37(1), 1–18. https://doi.org/10.21432/t2s598
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, (2016).
Kristina, M., Sari, R. N., & Nagara, E. S. (2020). Model Pelaksanaan Pembelajaran Daring Pada Masa Pandemi Covid 19 Di Provinsi Lampung. Idaarah: Jurnal Manajemen Pendidikan, 4(2), 200. https://doi.org/10.24252/idaarah.v4i2.16945
Lidi, M. W. (2018). Pembelajaran Remedial Sebagai Suatu Upaya Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar. Fondasia, 9(1), 15–26.
Malik, M., Fatima, G., Hussain Ch., A., & Sarwar, A. (2017). E-learning: Students’
perspectives about asynchronous and synchronous resources at higher education level.
Bulletin of Education and Research, 39(2), 183–195.
http://proxy.cityu.edu/login?url=https://search-proquest-com.proxy.cityu.edu/docview/1986751399?accountid=1230
Miles, M. B., Huberman, M. A., & Saldana, J. (2013). Qualitative Data Analysis (A Methods Sourcebook) Edition 3 (Vol. 30). SAGE Publications.
https://doi.org/10.7748/ns.30.25.33.s40
Moleong, L. J. (2018). Metodologi penelitian kualitatif. Remaja Rosdakarya.
37
Muhali, M. (2019). Pembelajaran Inovatif Abad Ke-21. Jurnal Penelitian Dan Pengkajian Ilmu Pendidikan: E-Saintika, 3(2), 25. https://doi.org/10.36312/e-saintika.v3i2.126 Muhardi. (2005). Kontribusi Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa Indonesia.
Journal Unisba, XX(4), 478–492. https://doi.org/10.29313/mimbar.v20i4.153
Muliastrini, N. K. E. (2020). New Literacy Sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar Di Abad 21. Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia, 4(1), 115–125.
Mulyasa, M. (2010). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. PT Remaja Rosdakarya.
Mustafa, S., Mustikaningsih, H., & Imayanti, R. (2021). Pembelajaran Tatap Muka (PTM) pada Masa Pandemi Covid-19 di SMA. Direktorat Sekolah Menengah Atas, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
Nurhayati, E., & Ahmad, T. A. (2018). Implementasi Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Semarang. Indonesian Journal of History Education, 6(1), 20–
28.
Palvia, S., Aeron, P., Gupta, P., Mahapatra, D., Parida, R., Rosner, R., & Sindhi, S. (2018).
Online Education: Worldwide Status, Challenges, Trends, and Implications. Journal of Global Information Technology Management, 21(4), 233–241.
https://doi.org/10.1080/1097198X.2018.1542262
Putria, H., Maula, L. H., & Uswatun, D. A. (2020). Analisis Proses Pembelajaran dalam Jaringan (DARING) Masa Pandemi Covid- 19 Pada Guru Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 4(4), 861–870. https://doi.org/10.31004/basicedu.v4i4.460
Rachmawati, Y., Ma’arif, M., Fadhillah, N., Inayah, N., Ummah, K., Siregar, M. N. F., Amalyaningsih, R., C., F. A. A., & F., A. A. (2020). Studi Eksplorasi Pembelajaran Pendidikan IPA Saat Masa Pandemi COVID-19 di UIN Sunan Ampel Surabaya.
Indonesian Journal of Science Learning, 1(1), 32–36.
http://jurnalftk.uinsby.ac.id/index.php/IJSL/article/view/633 Rahmat, S. P. (2018). Psikologi Pendidikan. PT. Bumi Aksara.
Rahzianta, & Luthfi Hidayat, M. (2016). Pembelajaran Sains Model Service Learning Sebagai Upaya Pembentukan Habits of Mind Dan Penguasaan Keterampilan Berpikir Inventif.
38
USEJ - Unnes Science Education Journal, 5(1), 1128–1137.
https://doi.org/10.15294/usej.v5i1.9646
Redhana, I. W. (2019). Mengembangkan Keterampilan Abad Ke-21 Dalam Pembelajaran Kimia. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 13(1), 2239–2253.
Ridwan, A., Rahmawati, Y., & Hadinugrahaningsih, T. (2017). 21St Century Skills : Student Prescription. MIER Journail of Educational Studies, Trends & Practices, 7(2).
Ruiz, J. G., Mintzer, M. J., & Leipzig, R. M. (2006). The impact of e-learning in medical education. Academic Medicine, 81(3), 207–212. https://doi.org/10.1097/00001888-200603000-00002
Sadikin, A., & Hamidah, A. (2020). Pembelajaran Daring di Tengah Wabah Covid-19. Biodik, 6(2), 109–119. https://doi.org/10.22437/bio.v6i2.9759
Saud, U. S. (2009). Pengembangan Profesi Guru. Alfabeta.
Sole, F. B., & Anggraeni, D. M. (2018). Inovasi pembelajaran elektronik dan tantangan guru abad 21. Jurnal Penelitian Dan Pengkajian Ilmu Pendidikan: E-Saintika, 2(1), 10–18.
Sudarisman, S. (2015). Memahami Hakikat Dan Karakteristik Pembelajaran Biologi Dalam Upaya Menjawab Tantangan Abad 21 Serta Optimalisasi Implementasi Kurikulum 2013.
Florea : Jurnal Biologi Dan Pembelajarannya, 2(1), 29–35.
https://doi.org/10.25273/florea.v2i1.403
Sukur, M. H., Kurniadi, B., Haris, H., & N, F. R. (2020). Penanganan Pelayanan Kesehatan Di Masa Pandemi Covid-19 Dalam Perspektif Hukum Kesehatan. Journal Inicio Legis, 1(1), 1–17.
Tang, C. M. (2013). Readiness for Blended Learning: Understanding Attitude of University Students. International Journal of Cyber Society and Education, 6(2), 79–100.
https://doi.org/10.7903/ijcse.1086
Wahidah, I., Athallah, R., Hartono, N. F. S., Rafqie, M. C. A., & Septiadi, M. A. (2020).
Pandemik COVID-19: Analisis Perencanaan Pemerintah dan Masyarakat dalam Berbagai Upaya Pencegahan. Jurnal Manajemen Dan Organisasi, 11(3), 179–188.
https://doi.org/10.29244/jmo.v11i3.31695
Wahyuningsih, K. S. (2021). Problematika Pembelajaran Daring Di Masa Pandemi Covid-19 Di Sma Dharma Praja Denpasar. Jurnal Pangkaja, 24(1), 107–118.
39
Warsito. (2021). Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menyusun RPP Daring Melalui Active Knowlegde Sharing. Jurnal Kewarganegaraan, 5(1), 101–106.
Waryanto, N. H. (2006). Online Learning Sebagai Salah Satu Inovasi Pembelajaran. In Pythagoras, 2 (1). http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132304807/Online Learning sebagai Salah Satu Inovasi Pembelajaran.pdf
Yusuf, M. (2018). Pengantar Ilmu Pendidikan (D. Ilham (ed.)). Lembaga Penerbit Kampus IAIN Palopo.
Zuriah, N. (2021). Best Practics Polysyncronous Blended Learning Elmu Platform Pembelajaran Daring Di Era New Normal. Jurnal Civic Hukum, 6, 32–49.
40 LAMPIRAN
KODE CATATAN LAPANGAN 1. Kode Teknik Pengumpulan Data
Kode Wawancara : W Kode Dokumentasi : D Kode Observasi : O 2. Kode Informan
G : Guru
S : Siswa
3. Kode Topik
PPLP : Tahapan perencanaan pembelajaran polysynchronous PPLPS : Tahapan proses pembelajaran polysynchronous PPLPN : Tahapan penilaian pembelajaran polysynchronous CARA MEMBACA KODE
(W.G1.PPLPS/15/11/21) W : Wawancara G1 : Guru (Informan 1)
PPLPS : Problematika polysynchronous proses 15/11/21 : Tanggal 22 Bulan November Tahun 2022
HASIL OBSERVASI
Indikator Perencanaan SMAN 1 Trenggalek SMAS Islam Watulimo
1. Penyusunan jadwal pembelajaran
2. Membagi peserta didik menjadi 2 kelompok
5. Mengatur tempat peserta didik dengan jarak 1,5 m 6. Menyiapkan alat atau
media untuk
melaksanakan siaran langsung dari pada ruang kelas untuk pelaksanaan PTM
7. Menyiapkan LMS untuk digunakan secara
pembelajaran asynchronous
1. Sekolah menyusun jadwal pertemuan 2x tatap muka dengan waktu 2 x 30 JP
2. Jumlah siswa rombel diambil 50% untuk tiap pertemuan dan saling bergantian dalam proses belajar secara on-site maupun
synchronous/asynchronous. Kelas XI rata-rata terdiri dari total 30 siswa, jadi di dalam kelas terdapat 15 orang siswa
3. Siswa dapat mengikuti PTM jika diizinkan oleh wali
4. Penggunaan ruang kelas seperti pada kegiatan pembelajaran biasanya, hanya saja terdapat perbedaan posisi tempat duduk
5. Siswa diatur untuk duduk berjarak dan meja kursi diatur dengan jarak 1,5 m
6. Guru menyiapkan media berupa LCD dan proyektor, laptop dan PPT untuk penjelasan materi
7. Guru menyiapkan materi yang dapat diakses pada aplikasi moodle
1. Sekolah menyusun jadwal pertemuan 2x tatap muka dengan waktu 2 x 30 JP 2. Jumlah siswa rombel diambil 50% untuk
tiap pertemuan dan saling bergantian dalam proses belajar secara on-site maupun synchronous/asynchronous. Kelas XI rata-rata terdiri dari total 20 siswa, jadi di dalam kelas terdapat 10 orang siswa
3. Siswa dapat mengikuti PTM jika diizinkan oleh wali
4. Penggunaan ruang kelas seperti pada kegiatan pembelajaran biasanya, hanya saja terdapat perbedaan posisi tempat duduk 5. Siswa diatur untuk duduk berjarak dan meja
kursi diatur dengan jarak 1,5 m
6. Guru menyiapkan media berupa laptop dan LK untuk kegiatan pembelajaran
7. Guru menyiapkan materi yang dapat diakses pada aplikasi google classroom
Indikator Proses SMAN 1 Trenggalek SMAS Islam Watulimo 1. Tenaga didik melayani secara
bersamaan:
Kelompok A melaksanakan PTM di satuan pendidikan
Kelompok B mendapatkan
pembelajaran siaran langsung secara interaktif melalui platform video conference.
2. Pada pertemuan berikutnya dilakukan pergantian kelompok yang melakukan PTM di satuan pendidikan
3. Peserta didik yang mengikuti pembelajaran melalui platform interaktif dapat berinterasi secara langsung dengan pendidik dan atau sesama peserta didik.
4. Kelompok A dan B memperoleh materi pembelajaran yang sama dalam waktu yang sama
1. Kegiatan belajar dilaksanakan secara interaktif dan melalui g-meet, moodle dan komunikasi melalui whatsapp group 2. Guru melakukan pelaksanaan
PTM dengan pembagian
3. Peserta didik secara
synchronous-asynchronous dapat mengikuti pembelajaran melalui g-meet kepada guru dan sesama peserta didik dalam pembahasan materi secara student center maupun teacher centered 4. Kelompok ganjil dan genap
mendapatkan materi yang sama melalui kegiatan pembelajaran on-site dan synchronous
1. Kegiatan belajar dilaksanakan secara interaktif dan melalui zoom, google classroom dan komunikasi melalui whatsapp group
2. Guru melakukan pelaksanaan PTM berdasarkan urutan presensi ke total 50%
dari jumlah siswa, jadwal pertemuan bergantian tiap seminggu pada masing-masing kelompok.
3. Peserta didik secara synchronous-asynchronous dapat mengikuti
pembelajaran melalui g-meet kepada guru dan sesama peserta didik dalam
pembahasan materi secara student center maupun teacher centered
4. Kelompok belajar mendapatkan materi yang sama melalui kegiatan pembelajaran on-site dan synchronous
Indikator Penilaian SMAN 1 Trenggalek SMAS Islam Watulimo 1. Valid mengenasi informasi yang
sahih mengenai peserta didik 2. Reliabel dan dapat dipercaya
menghasilkan informasi yang konsisten dan dapat dipercaya tentang pencapaian peserta didik 3. Adil yaitu asesmen tidak
merugikan peserta didik tertentu 4. Fleksibel yaitu asesmen dilakukan
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik dan satuan pendidikan
5. Otentik yaitu asesmen yang tefokus pada capaian peserta didik dalam konteks penyelesaian masalah kehidupan sehari-hari 6. Terintegrasi yaitu dilaksanakan
sebagai bagian integral pembelajaran sehingga
menghasilkan umpan balik yang berguna untuk memperbaiki proses dan hasil belajar peserta didik.
1. Penilaian dilakukan secara tes dan nontes kepada peserta didik pada tiap materi pembelajaran 2. Penilaian merepresentasikan
pencapaian siswa. Jika nilai siswa belum memenuhi kriteria, guru juga akan menilai sesuai kondisi capaian siswa
3. Guru memberikan penilaian sesuai dengan rancangan assessment rubrik penilaian secara objektif
4. Guru menilai siswa secara
fleksibel namun tetap profesional pada kegiatan belajar
polysynchronous
5. Guru masih melakukan penilaian otentik dalam cakupan
pengetahuan, sikap dan keterampilan secara teoritis 6. Guru melakukan penilaian
pembelajaran sebagai asessment untuk kedua pihak, dan
memperbaiki proses serta hasil belajar di pertemuan pada materi berikutnya.
1. Penilaian dilakukan secara tes dan nontes kepada peserta didik pada tiap materi pembelajaran 2. Penilaian merepresentasikan pencapaian siswa.
Jika nilai siswa belum memenuhi kriteria, guru juga akan menilai sesuai kondisi capaian siswa 3. Guru memberikan penilaian sesuai dengan
rancangan assessment rubrik penilaian secara objektif
4. Guru menilai siswa secara fleksibel namun tetap profesional pada kegiatan belajar
polysynchronous
5. Guru masih melakukan penilaian otentik dalam cakupan pengetahuan, sikap dan keterampilan secara teoritis
6. Guru melakukan penilaian pembelajaran sebagai asessment untuk kedua pihak, dan memperbaiki proses serta hasil belajar di pertemuan pada materi berikutnya.
a. Observasi Guru
Hasil observasi Problematika polysnychronous learning dirincikan pada tabel berikut.
Identitas Guru:
Nama : Ibu Yayuk Farida Kusumadewi, S.Pd., M.Pd.
Mata Pelajaran yang diampu : Biologi
Asal Sekolah : SMAN 1 Trenggalek
Indikator Pertanyaan Script Wawancara
Akses dan Kemampuan menggunakan e-learning 1 Komputer, telepon
genggam dan internet
Apakah Ibu/Bapak bisa mengoperasikan komputer dan telepon genggam?
“Bisa dan biasa mengoperasikan, bisa dikatakan mahir dalam menggunakan komputer dan telepon genggam pada pembelajaran.”
2 Penggunaan teknologi dan koneksi internet
Apakah dapat dilakukan secara mudah akses internet dari sekolah dan tempat Ibu/Bapak tinggal?
Apakah Ibu/Bapak memanfaatkan komputer dan telepon genggam dalam kegiatan pembelajaran polysnynchronous ?
Aplikasi apa saja yang Bapak/Ibu gunakan dalam pembelajaran polysnynchronous?
“Akses internet dari rumah dan sekolah sudah sangat bagus”
“Sudah dimanfaatkan secara maksimal”
“LMS Moodle dan di attachment dengan bermacam-macam aplikasi, seperti google classroom, WAG.
Aktivitas Guru 1 Gaya dan strategi
mengajar
Apa saja persiapan yang Ibu/Bapak lakukan sebelum pembelajaran polysnynchronous?
Apa perbedaan signifikan yang dirasakan selama pembelajaran polysnynchronous?
Menurut Ibu/Bapak apakah siswa dapat mengikuti pembelajaran polysnynchronous dengan baik?
Menurut Ibu/Bapak sebagai guru Biologi, apakah tantangan atau kesulitan yang dihadapi ketika mengajar secara polysnynchronous tanpa ada didukung dengan adanya pertemuan tatap muka secara rutin?
“Mengikuti pelatihan dari sekolah (short course) tentang penggunaan aplikasi pembelajaran online, menyiapkan perangkat pembelajaran sesuai kalender pendidikan, pemetaan materi di rinci dan di breakdown sesuai SKS dengan baik”
“Tidak ada tatap muka yang continue, siswa lebih pasif dari pada pembelajaran secara langsung. Guru tidak dapat mengetahui aktivitas siswa sebenarnya, apakah siswa itu bisa menjawab murni karena pemahamanya atau hanya sekedar searching di internet dan menulis jawaban tanpa memahami konsep materi,
“ Sebagian ada, namun masih ada juga yang belum bisa mengikuti dengan baik, misalnya terkendala jaringan, kemudian ketidakpunyaan alat elektronik, siswa mengikuti kegiatan mondok, kurang motivasi dan antusias mengikuti pembelajaran karena sudah terbiasa dengan kondisi pembelajaran daring yang cenderung membosankan dan membuat gangguan sosialisasi secara face to face dengan sekitar”
“ Berdasarkan pengalaman, tantangan dalam mengajar biologi secara polysnynchronous adalah pelaksaan praktikum. Kondisi ini mengakibatkan tidak semua praktikum bisa dilakukan, saya hanya memberikan kegiatan praktikum kepada siswa tentang materi
praktikum yang bisa dilakukan dirumah, contoh; difusi osmosis dengan kentang yang direndam garam, menghitung denyut nadi, pengamatan spesies tumbuhan (morfologi) dan identifikasi nama, jika tidak ditemukan saya instruksikan untuk menggunakan nama daerah, kalau belum ditemukan saya suruh menggunakan nama spesies a,b, dst. . Meskipun tata cara ditulis lengkap, namun masih ada saja tidakpahaman oleh siswa sehingga selalu ada komunikasi secara synchronous, dan dalam hal itu peran guru menjelaskan kembali.
Kalau untuk yang lain, seperti perlakuan yang menggunakan reagent tidak bisa dilakukan karena harus dilakukan dil laboratorium. Selain itu, penyampain materi juga memiliki tantangan tersendiri karena siswa tidak bisa menerima pembelajaran secara keseluruhan dengan tatap muka sepenuhnya.”
b. Hasil Wawancara Guru
Lembar wawancara polysnynchronous learning dirincikan pada tabel berikut.
Indikator Pertanyaan Script Wawancara
Perencanaan pembelajaran
1 Pembuatan Rencana Pembelajaran Apakah Ibu/Bapak membuat perencanaan pembelajaran?
Bagaimana saja kendala yang dialami dan bagaimana teknik penyelesaianya?
“Tentu saja iya, perencaaan pembelajaran yang meliputi silabus, perangkat pembelajaran sudah dibuat sejak awal semester akan dimulai”
“Kendala yang saya alami tidak begitu berarti, mungkin di masa pandemi ini ada seikit kendala dengan penggunaan kurikulum darurat yang agak berpengaruh pada RPP yang diberlakukan, maka dari itu ya saya mencari info lebih lanjut terakit hal tersebut dan juga dari pihak sekolah sudah diberikan sosialiasi jadi saya rasa bukan kendala yang sulit”
2 Penggunaan teknologi dan koneksi internet
Apakah Ibu/Bapak bisa mengoperasikan internet sendiri dan penggunaan aplikasi pembelajaran sendiri?
“Bisa, jadi dalam penggunaan internet bisa dikatakan mahir. Tentu, saya bisa menggunakan aplikasi pembelajaran dan mengoperasikan sendiri”
Bagaimana saja kendala yang dialami dan bagaimana teknik penyelesaianya?
Apakah aplikasi atau platform yang digunakan Ibu/Bapak?
Bagaimana saja kendala yang dialami dan bagaimana teknik penyelesaianya?
“Sejauh ini kendala terjadi diawal penggunaan mungkin ya sedikit bingung dahulu. Tetapi saya belajar dan terbiasa hingga akhirnya bisa, kebetulan di sekolah saya merupakan Tim tutor LMS untuk guru”
“LMS Moodle yang bisa di koneksikan dengan G-meet, quiziz, WAG, goole docs maupun google slides”
“Kendalanya terkadang pada jaringan tetapi ini sangat jarang, kemudian pada siswa karena terkadang tidak semua siswa yang mengikuti kegiatan belajar itu bisa aktif, dan terkadang ada siswa yang dobel kegiatan pada saat mengikuti pembelajaran,ini dalam pembelajaran daring. Kalau pembelajaran secara luring saya rasa sudah cukup baik keaktifan siswanya. Penyelesaiannya sebagai guru ya harus mendesain pembelajaran yang terpusat pada siswa, menjadi fasilitator yang baik dan bisa mentolerir kondisi siswa ketika mungkin terjadi gangguan jaringan”
Proses Pembelajaran
1 Kegiatan Pembukaan Apakah Ibu/ Bapak membukaan
pembelajaran dengan salam dan do’a serta melakukan motivasi dan apersepsi pada pembukaan pembelajaran ?
Bagaimana saja kendala yang dialami bagaimana teknik penyelesaianya?
Apakah Ibu/ Bapak menjelaskan tujuan pembelajaran dan menyampaiakan cakupan materi sesuai silabus ?
Bagaimana saja kendala yang dialami bagaimana teknik penyelesaianya?
“Ya tentu, hal ini merupakan hal yang sangat penting dalam memulai kegiatan belajar”
“Tidak terdapat kendala yang berarti baik pada pembelajaran daring maupun luring”
“Iya tentu, meskipun tidak secara textbook tujuan pembelajaran selalu saya sampaikan di awal kegiatan belajar, ya sesuai dengan silabus dan RPP”
“Tidak terdapat kendala yang berarti baik pada pembelajaran daring maupun luring”
2 Kegiatan Inti Model, metode, teknik, media pendekatan dan sumber pembelajaran apa yang Ibu/Bapak gunakan?
Bermacam-macam bu, saya lebih sering menggunakan model campuran seperti discovery learning dan kooperatif learning, metodenya bisa dengan ceramah atau juga terpusat pada siswa, pendekatan biasanya saya menggunakan kontekstual dan sumber belajar berupa buku paket, LMS yang mana materi bersumber pada sumber yang terpercaya atau jurnal.
Bagaimana saja kendala yang dialami bagaimana teknik penyelesaianya?
Kendalanya pada saat pembelajaran daring yang bersamaan dengan luring, terkadang membuat saya lebih fokus saat ke peserta luring saat penyampaian materi. Karena memang saya rasa agak sedikit susah membagi fokus ke dua hal, terkadang siswa yang ada pada g-meet tidak open camera dan tidak aktif. Biasanya untuk menghindari hal itu saya mengusahakan selalu memfasilitasi siswa untuk bertanya, baik secara luring maupun daring, baik dari WAG atau bertanya secara langsung.”
3 Kegiatan Penutup Apakah Ibu/Bapak memberikan kegiatan umpan balik dan refleksi terhadap proses serta hasil belajar?
Bagaimana saja kendala yang dialami bagaimana teknik penyelesaianya?
Apakah Ibu/Bapak memberikan tugas individu ataupun tugas kelompok kepada
“ Iya, refleksi saya lakukan di tahap penutup, saya jelaskan kepada siswa baik tentang materi dan nilai yang didapat dari pelajaran ini. Saya juga menerima jika ada refleksi dari siswa tentang pembelajaran”
“Kendalanya mungkin tidak bisa merefleksi kedua siswa dengan metode belajar berbeda, luring maupun daring, jadi mungkin bersifat agak sedikit umum.
Tetapi jika ada tambahan biasanya saya
Tetapi jika ada tambahan biasanya saya