• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

ANALISIS PRODUKTIVITAS SAPI POTONG

Fungsi Produksi Cobb Douglas

Model yang digunakan dalam analisis fungsi produksi penggemukan sapi potong dengan menggunakan regresi berganda dari fungsi produksi Cobb- Douglas. Tahap yang dilakukan adalah dengan menguji nilai regresi secara bersama-sama antara variabel peternak penerima kredit dengan peternak bukan penerima kredit berupa nilai R-square, F-hitung, t-hitung. Tahap selanjutnya yaitu melihat pelanggaran asumsi uji OLS (Ordinary Least Square) seperti Heteroskedastisitas, multikolinenar, autokorelasi. Syarat OLS yaitu mencari data terbaik dari penggunaan model fungsi produksi Cobb Douglas sehingga data tersebut menghasilkan syarat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) atau pendugaan yang tidak bias dan terbaik.

Fungsi produksi penggemukan sapi potong di Kecamatan Amarasi (Kelurahan Nonbes, Desa Ponain, Desa Kotabes, Desa Tesbatan) menggambarkan pertambahan bobot badan sapi potong (Y) dipengaruhi oleh bobot badan awal (X1), pakan (X2), tenaga kerja (X3), vitamin (X4), obat-obatan (X5), aquades (X6),

lama penggemukan (X7), pengalaman beternak (X8), tingkat pendidikan (X9) dan

kredit (X10). Hasil dari penjelasan terhadap sepuluh variabel faktor produksi dapat

menyimpulkan pengaruh terhadap pertambahan bobot sapi (Y).

Model persamaaan fungsi Produksi Cobb Douglas penggemukan sapi di Kecamatan Amarasi khususnya di Kelurahan Nonbes, Desa Ponain, Desa Kotabes dan Desa Tesbatan dilakukan dengan pendekatan faktor produksi untuk meningkatkan pertambahan bobot sapi selama periode penggemukan sapi potong. Persamaan pemodelan penggemukan sapi dari uji analisis fungsi produksi Cobb Douglas dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Hasil analisis fungsi produksi Cobb-Douglas penggemukan sapi potong di Kecamatan Amarasi

Variabel Coeficient t-value Pr>[t] VIF

Konstanta 1.52191 4.01 0.0002 0 bobot awal (X1) 0.21679 2.77b 0.0073 6.03598 Pakan (X2) 0.11749 2.10b 0.0330 4.42352 Tenaga kerja (X3) 0.12740 1.66 0.1012 2.85591 Obatan-obatan (X4) 0.00389 0.09a 0.9303 1.64314 Vitamin(X5) 0.15757 2.55b 0.0132 3.42120 Aquades (X6) 0.36891 4.81a <.0001 3.20166 Lama penggemukan (X7) -0.02926 -0.64 0.5265 1.68989 Pengalaman (X8) 0.01198 1.03 0.3087 1.19022 Pendidikan (X9) -0.04116 -2.19b 0.0320 1.13025 Kredit (D1) -0.01084 -0.78 0.4353 1.17153 R-square 0.9023 F-Hitung 60.04 a <0.0001 Durbin Watson 1.964 Σbi 0.9227

Ln Y = 1.52191 + 0.21679 lnX1 + 0.11749 lnX2 + 0.12740 lnX3 + 0.00389

lnX4 + 0.15757 lnX5 + 0.36891 lnX6– 0.02926 Ln X7 + 0.01198 Ln X8 – 0.04116 Ln X9– 0.01084 D1 + u.

Berdasarkan hasil regresi penggemukan sapi potong yang ditunjukan pada Tabel 12 dapat dijelaskan sebagai berikut :

Pertama, nilai dari R-square digunakan seberapa besar penggemukan sapi potong dapat dijelaskan oleh faktor-faktor produksi penggemukan sapi potong yang terdapat dalam model persamaan. Nilai dari R-square dari penggemukan sapi potong adalah 0.9023 artinya sebesar 90.23 % variabel penggemukan sapi potong dapat dijelaskan oleh variabel bobot awal, pakan, tenaga kerja, vitamin, obat-obatan, aquades, lama penggemukan, pengalaman beternak, pendidikan dan kredit sedangkan 14.59% variabel dijelaskan di luar faktor-faktor produksi penggemukan sapi potong. Hal ini dapat dilihat bahwa nilai parameter dari penggemukan sapi potong sudah menggambarkan kondisi di lapangan dengan asumsi hampir mendekati titik optimal dengan nilai error yang relatif lebih kecil.

Kedua, uji statistik terhadap nilai F-hitung terhadap F-tabel dimana nilai F hitung lebih besar dari F-tabel sehingga tolak Ho dan terima H1. Nilai dari F-

hitung dari persamaan model linier fungsi produksi Cobb Douglas penggemukan sapi potong sebesar 60.04 sedangkan nilai F-tabel dengan α 1% (tingkat kepercayaan 99%) sebesar 2.1518 sehingga dapat disimpulkan F-hitung > F-tabel

(pvalue < 0.01) berarti faktor pertambahan bobot sapi potong dipengaruhi oleh

faktor-faktor produksi bobot awal, pakan, tenaga kerja, vitamin, obat-obatan, aquades, lama penggemukan, pengalaman beternak, pendidikan dan kredit. Pengaruh penggemukan sapi potong secara umum menunjukan bahwa sistem penggemukan sapi potong di Kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur sudah mewakili kondisi yang ada di lapangan dengan tingkat kondisi yang optimal. Kondisi optimal menunjukan bahwa nilai tambahan produksi dan rata-rata produksi penggemukan sapi potong hampir mencapai asumsi syarat Cobb Douglas yaitu constant return to scale. Hasil ini memberikan harapan terhadap perkembangbiakan ternak sapi potong di tingkat penggemukan.

Uji Ordinary Least Square (OLS)

Uji OLS (Ordinary Least Square) pada analisis penggemukan sapi potong di Kabupaten Kupang yaitu melihat penduga parameter dari fungsi produksi penggemukan sapi potong dengan asumsi nilai E (vi) = 0 (tidak terjadi multikolinearitas), E(v2i) = 2 (tidak heteroskedastisitas) dan E(v

i,vs) = 0 (tidak

autokorelasi). Nilai dari penduga parameter penggemukan sapi potong di Kabupaten Kupang dapat dijelaskan sebagai berikut :

Pertama, Tahap yang lain untuk diperhatikan adalah dengan melihat nilai VIF (Variant Inflanatory Factor) pada uji multikolinearitas untuk mendeteksi ada tidaknya hubungan korelasi yang tinggi antara variabel bebasnya. Uji ini dapat dilihat dari nilai R-adjusted yang tinggi dari fungsi produksi penggemukan sapi. Berdasarkan hasil analisis nilai dari R-adjusted 0,8378. Hasil dari analisis penggemukan sapi potong menunjukan nilai parameter bobot awal sapi, pakan, tenaga kerja, vitamin, obat-obatan, aquades, lama penggemukan, pengalaman beternak, pendidikan, kredit terhadap pertambahan bobot badan sapi potong di Kabupaten Kupang (Kelurahan Nonbes, Desa Ponain, Desa Kotabes, dan Desa

Observed Cum Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Expect ed Cum Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: PBB

Tesbatan) tidak terjadi multikolinearitas dimana nilai nilai VIF dari penduga parameter dari hasil estimasi menunjukan nilai yang kurang dari 10.

Kedua, uji autokorelasi menunjukan pendeteksian penduga parameter galad (error) tidak konstan. Pendeteksian autokrelasi pada analisis penggemukan sapi potong dapat dilihat dengan menggunakan uji durbin Watson dimana hasil menunjukan tidak terjadi autokorelasi karena nilai Durbin Watson pada model persamaan regresi adalah 1,824. Jika nilai dari dU = 1.8330 dan dL = 1.4335 dengan kriteria 1.4335 < 1.964 < 2.167 berarti tidak ada autokorelasi. Hal ini berarti bahwa antara satu variabel dengan variabel yang lain tidak saling berkaitan dalam rentang waktu yang relatif singkat. Hal ini menunjukan bahwa variabel penggemukan sapi tidak menunjukan korelasi yang tinggi antar galad (error).

Ketiga, untuk melihat distribusi normal dalam waktu yang relatif seragam dan individu yang berbeda-beda pada penggemukan sapi di Kabupaten Kupang. Berdasarkan hasil analisis menunjukan estimasi penggemukan sapi potong di Kabupaten Kupang terdistribusi normal sehingga tidak terjadi heteroskedastisitas. Sebaran data yang diamati selama proses penelitian menunjukan bahwa penggunaan bentuk fungsi produksi sudah memenuhi persyaratan penduga linier yang tidak bias dan terbaik dimana plot data menunjukan bahwa pola residual akan mendekati garis regresi yang berarti variabel gangguan (ragam galat) konstan (homoskedastisitas).

Gambar 23. Distribusi normal penggemukan sapi di Kabupaten Kupang

Faktor-Faktor Produksi Sapi Potong di Kabupaten Kupang

Analisis faktor-faktor produksi penggemukan sapi potong di Kecamatan Amarasi khusunya di Kelurahan Nonbes, Desa Ponain, Desa Kotabes, Desa Tesbatan yaitu melihat faktor-faktor produksi sapi potong seperti bobot awal, pakan, tenaga kerja, vitamin, obat-obatan, pengalaman beternak, pendidikan, dan kredit yang mempengaruhi pertambahan bobot sapi potong. Hasil estimasi pertambahan bobot sapi potong dari uji regresi parsial (uji t) pada penggemukan sapi potong di Kabupaten Kupang adalah bobot awal, pakan, vitamin, obat- obatan, aquades, tingkat pendidikan sedangkan faktor yang tidak berpengaruh terhadap penggemukan sapi di Kabupaten Kupang dengan tenaga kerja, obat- obatan, lama penggemukan, pengalaman beternak dan kredit. Penjelasan uji parsial dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Bobot awal

Faktor produksi bobot awal sapi jika dilihat dari nilai dari t-hitung sebesar 2.77 (pvalue 0.0073) dengan nilai t-tabel sebesar 1.991 (α 5 %) sehingga dapat

disimpulkan bahwa nilai t-hitung > t-tabel (pvalue < 0.05) dimana tolak Ho atau

terima H1 yang berarti bobot awal sapi berpengaruh terhadap pertambahan bobot

sapi di Kecamatan Amarasi (Kelurahan Nonbes, Desa Ponain, Desa Kotabes, Desa Tesbatan). Hal ini menunjukan rata-rata bobot awal sapi 148.57 kg/ekor dari sapi bakalan dengan umur sapi berkisar 1.5-2.5 tahun dapat memberikan pengaruh terhadap penggemukan sapi potong 0.588 kg/hari dalam rata-rata waktu antara 259 hari (delapan bulan dua minggu satu hari). Bobot awal dapat juga ditentukan oleh bibit sapi bali yang tahan terhadap penyakit dan iklim yang ekstirm sehingga dalam proses perkandangan dan penggembalaan berpengaruh positif terhadap peningkatan penggemukan sapi potong. Penggemukan sapi potong dalam jangka panjang sangat ditentukan oleh pakan, konsentrat dan manajemen pemeliharaan sehingga sapi bobot awal sapi potong yang sesuai dengan standar kesehatan dapat meningkatkan pertambahan bobot badan secara optimal.

2. Pakan

Faktor produksi pakan jika dilihat dari nilai t-hitung pada model persamaan regresi sebesar 2.10 (pvalue 0.0330) sedangkan nilai t-tabel pada selang

kepercayaan 95% (α 5%) sebesar 1.991 sehingga nilai t-hitung > t-tabel (pvalue <

0.05) maka tolak Ho dan terima H1 yang berarti pakan berpengaruh terhadap

pertambahan bobot badan sapi potong di Kecamatan Amarasi (Kelurahan Nonbes, Desa Ponain, Desa Kotabes, Desa Tesbatan). Pakan merupakan input yang paling utama dalam melihat pengaruh penggemukan sapi potong di Kabupaten Kupang. Jenis pakan yang diambil langsung dari padang penggembalaan dan lahan hutan berupa rumut-rumputan, lamtoro, dan tanaman pangan seperti ubi, daun jagung, jerami padi dan beberapa daun dari pohon liar dengan rata-rata konsumsi pakan 29.10 kg/hari dapat memberikan rata-rata pertambahan bobot sebesar 0.588 kg/hari. Peningkatan bobot pada sapi bali dengan penggunaan konsentrat dapat memberikan tambahan bobot badan mencapai 1 kg/hari (Sarwono dan Ariwanto 2001).

3. Tenaga kerja

Faktor produksi tenaga kerja jika dilihat dari nilai t-hitung pada model persamaan regresi sebesar 1.66 dengan nilai t hitung pada (α 5%) sebesar 1.991 maka nilai dari t-hitung < t-tabel (pvalue > 0.05) yang berarti terima H0 yaitu tenaga

kerja tidak berpengaruh terhadap pertambahan bobot sapi potong di Kecamatan Amarasi (Kelurahan Nonbes, Desa Ponain, Desa Kotabes, Desa Tesbatan). Penggunaan tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga belum memberikan pengaruh terhadap penggemukan sapi potong dengan rata-rata 5 jam/hari atau 0,64 HOK dalam satu hari. Penggunaan tenaga kerja berdasarkan jam kerja dengan rata-rata waktu penggemukan 5 jam/hari tidak memberikan pengaruh yang kuat terhadap pertambahan bobot sapi potong.

4. Obat-obatan

Faktor produksi obat-obatan jika dilihat dari nilai t-hitung pada model persamaan regresi sebesar 0.09 (pvalue 0.9303) dengan nilai t hitung pada selang

kepercayaan 95 % (α 5%) sebesar 1.996 maka nilai dari t-hitung < t-tabel (pvalue >

0.05) yang berarti terima H0 atau tolak H1 yang berarti obat-obatan tidak

(Kelurahan Nonbes, Desa Ponain, Desa Kotabes, Desa Tesbatan). Penggunaan obat-obatan berupa theramycin dan Tetramisol untuk meningkatkan kinerja sapi potong tidak memberikan pengaruh terhadap penggemukan sapi potong di Kabupaten Kupang. Rata-rata penggunaan theramycin dan tetramisol pada penggemukan satu ekor sapi potong di Kabupaten Kupang adalah 7.76 mg/duaminggu. Penggunaan theramycin dan tetramisol hanya diberikan pada kondisi 2 minggu sekali untuk satu ekor sapi tidak memberikan pengaruh terhadap peningkatan bobot sapi.

5. Vitamin

Faktor produksi vitamin jika dilihat dari nilai t-hitung pada model persamaan regresi sebesar 2.55 (pvalue 0.0132) dengan nilai t hitung pada selang

kepercayaan 95 % (α 5%) sebesar 1.996 maka nilai dari t-hitung > t-tabel (pvalue <

0.05) yang berarti tolak Ho yaitu vitamin berpengaruh terhadap pertambahan bobot sapi potong di Kecamatan Amarasi (Kelurahan Nonbes, Desa Ponain, Desa Kotabes, Desa Tesbatan). Vitamin yang digunakan B-kompleks yang digunakan untuk meningkatkan ketahanan tubuh sapi terhadap penyakit dan cuaca ekstrim dapat memberikan pengaruh terhadap penggemukan sapi potong di Kabupaten Kupang. Rata-rata pemberian vitamin b-kompleks pada satu ekor sapi yang digemukan peternak adalah 7.73 mg/duamingga dapat memberikan pertambahan bobot sapi potong 0.588 kg/hari tingkat penggemukan di Kabupaten Kupang. Vitamin b-kompleks mampu memberikan pertambahan bobot sehingga penggunaan vitamin akan membantu upaya terhadap peningkatan daya tahan tubuh dan meningkatkan nafsu makan sapi potong.

6. Aquades

Faktor produksi aquades jika dilihat dari nilai t-hitung pada model persamaan regresi sebesar 4.81 (pvalue < 0.0001) dengan nilai t-tabel pada selang

kepercayaan 99% (α 1%) sebesar 2.642 maka nilai dari t-hitung < t-tabel (pvalue <

0.01) yang berarti tolak H0 dimana penggunaan aquades berpengaruh nyata

terhadap pertambahan bobot sapi potong di Kecamatan Amarasi (Kelurahan Nonbes, Desa Ponain, Desa Kotabes, Desa Tesbatan). Aquades merupakan salah satu bentuk liquid yang digunakan untuk disemprotkan ke mata sapi atau disuntikan ke sapi dengan rata-rata pemberian 1 g/dua minggu dapat menambah bobot badan sapi sebesar 0.588 kg/hari. Penggunaan aquades diberikan bersama- sama dengan theramycin dan tetramisol. Penggunaan aquades dapat meningkatkan kinerja sapi potong baik dalam kondisi cuaca yang sehat maupun cuaca yang ekstrim.

7. Lama penggemukan

Faktor produksi lama penggemukan jika dilihat dari nilai t-hitung pada model persamaan regresi sebesar – 0.64 (pvalue 0.5265) dengan nilai t-tabel pada

selang kepercayaan 95% (α 5%) sebesar 1.991 maka nilai dari t-hitung < t-tabel

(pvalue > 0.05) yang berarti terima Ho dimana pengalaman beternak tidak

berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot sapi potong di Kecamatan Amarasi (Kelurahan Nonbes, Desa Ponain, Desa Kotabes, Desa Tesbatan). Rata- rata lama penggemukan sapi di Kabupaten Kupang 259 hari dengan penggunaan pakan yang hanya diambil dari alam tanpa penggunaan konsentrat tidak memberikan pengaruh terhadap pertambahan bobot badan sapi sebesar 0.588 kg/hari. Penggunaan pakan rumput-rumputan jika ditunjang dengan pakan konsentrat mampu memberikan pertambahan bobot badan sapi yang relatif lebih

singkat sehingga produktivitas sapi juga meningkat (Sarwono dan Ariwanto 2001).

8. Pengalaman beternak

Faktor produksi pengalaman peternak jika dilihat dari nilai t-hitung pada model persamaan regresi sebesar 1.38 (pvalue 0.3087) dengan nilai t-tabel pada

selang kepercayaan 95% (α 5%) sebesar 1.991 maka nilai dari t-hitung < t-tabel

(pvalue > 0.05) yang berarti terima Ho dimana pengalaman beternak tidak

berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot sapi potong di Kecamatan Amarasi (Kelurahan Nonbes, Desa Ponain, Desa Kotabes, Desa Tesbatan). Rata- rata pengalaman beternak 16 tahun yang dengan rata-rata umur peternak yang relatif kurang produktif yaitu 50 tahun tidak mempengaruhi pertambahan bobot badan sapi di tingkat penggemukan. Selain itu meskipun pengalaman beternak yang relatif lama juga tidak ditunjang dengan manejemen pengelolaan ternak yang baik tidak mempengaruhi pertambahan bobot badan sapi sebesar 0.588 kg/hari. 9. Pendidikan

Faktor pendidikan jika dilihat dari nilai t-hitung pada model persamaan regresi sebesar -2.19 (pvalue 0.0320) dengan nilai t-tabel pada selang kepercayaan 95% (α 5%) sebesar 1.991 maka nilai dari t-hitung < t-tabel (pvalue > 0.05) yang

berarti terima H0 dimana tingkat pendidikan berpengaruh nyata terhadap

pertambahan bobot sapi potong di Kecamatan Amarasi (Kelurahan Nonbes, Desa Ponain, Desa Kotabes, Desa Tesbatan) dimana tanda negatif menunjukan tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan produktivitas ternak sapi potong di tingkat penggemukan juga menurun. Pendidikan yang rendah dapat dikaitkan dengan pengelolaan ternak sapi yang mengakibatkan produktivitas sapi potong di tingkat penggemukan menurun sehingga perlu ditunjang dengan penggunaan manajemen yang baik untuk meningkatkan produktivitas sapi potong.

10. Kredit

Faktor produksi kredit jika dilihat dari nilai t-hitung pada model persamaan regresi sebesar – 0.78 (pvalue 0.4353) dengan nilai t-tabel pada selang kepercayaan 95% (α 5%) sebesar 1.991 maka nilai dari t-hitung < t-tabel (pvalue > 0.05) yang

berarti terima H0 dimana kredit tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan

bobot sapi potong di Kecamatan Amarasi (Kelurahan Nonbes, Desa Ponain, Desa Kotabes, Desa Tesbatan). Pemberian kredit dalam bentuk bantuan sapi potong dengan nilai sapi yang diberikan antara Rp 1 800 000 - Rp 2 500 000 atau rata- rata bobot awal sapi bakalan yang diberikan tidak memberikan pengaruh terhadap pertambahan bobot badan di tingkat penggemukan. Hal ini disebabkan bobot awal sapi bakalan yang diberikan pemerintah memiliki bobot badan rata-rata lebih kecil dari rata-rata bobot awal sapi peternak bukan penerima kredit sehingga tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap peningkatan bobot badan sapi potong di Kecamatan Amarasi.

Analisis Skala Usaha

Konsep analisis skala usaha ditujukan untuk menganalisis pertambahan bobot badan sapi potong terletak pada kondisi increasing return to scale, constant return to scale, decreasing return to scale di Kecamatan Amarasi khususnya di Kelurahan Nonbes, Desa Ponain, Desa Kotabes dan Desa Tesbatan. Nilai dari

paramaeter Σ xi dari persamaan regresi berganda fungsi produksi Cobb Douglas menyimpulkan dugaan parameter dari setiap tambahan produk yang dihasilkan selama proses produksi.

Hasil analisis pada Tabel 12 menunjukan penggemukan sapi potong di Kecamatan Amarasi khususnya di Kelurahan Nonbes, Desa Ponain, Desa Kotabes dan Desa Tesbatan menunjukan kenaikan hasil yang semakin berkurang (diminishing return to scale) penjumlahan parameter penduga dari fungsi produksi berada pada daerah yang rasional atau daerah dua. Nilai skala usaha maka fungsi produksi berada pada daerah decreasing return to scale yang berarti setiap penambahan input produksi dalam jangka panjang akan memberikan penambahan output yang semakin berkurang atau nilai Σ xi sebesar 0.9227.

Penggambaran skala usaha penggemukan sapi potong di Kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur sesuai dengan hasil analisis dari Mandaka dan Hutagaol dalam penelitian kredit sapi perah di Kecamatan Kebon Pedes. Kondisi tersebut mengakibatkan setiap pertambahan input dapat menghasilkan pertambahan output semakin menurun atau belum optimal. Kondisi optimal terjadi ketika jumlah parameter penduga estimasi sama dengan satu namun fungsi produksi msih berada pada wilayah yang rasional. Skala usaha yang menurun mencapai decreasing return to scale perlu pertimbangan yang baik terhadap penggunaan input fisik, manajemen pengelolaan dan kredit agar fungsi produksi dan pendugaan skala usaha dapat memberikan kenaikan hasil yang konstan (kondisi optimal). Kondisi optimal dapat terjadi pada rata-rata penggemukan sapi di Kecamatan Amarasi khususnya di Kelurahan Nonbes, Desa Ponain, Desa Kotabes, Desa Tesbatan menunjukan syarat efisien karena nilai marginal produk masih pada daerah positif.

Kondisi rasional penggemukan sapi potong di Kecamatan Amarasi dapat memberikan pengaruh terhadap penggunaan teknologi yaitu modal dan manajemen yang tepat sehingga nilai parameter estimasi dapat mencapai kondisi optimal. Pendugaan fungsi produksi Cobb Douglas yang mengisyaratkan penggunaan teknologi menjadi pertimbangan penting untuk meningkatkan skala usaha dan hasilnya menunjukan kenaikan yang konstan dan tambahan produk tidak menurun. Peternak harus memilih kombinasi setiap penggunaan salah satu faktor produksi sehingga pertambahan bobot sapi yang dihasilkan dapat bersifat konstan.

Elastisitas Produksi

Analisis elastisitas produksi bertujuan melihat tanggapan perubahan hasil produksi yang dicapai jika penggunaan salah satu faktor produksi berubah dan faktor-faktor produksi lain dianggap konstan (cateris paribus). Elastisitas produksi menunjukan perubahan output produksi bertambah atau berkurang akibat peubahan input produksi. Kenaikan bobot awal, pakan, tenaga kerja, vitamin, obat-obatan, aquades, lama penggemukan, pengalaman beternak, tingkat pendidikan, kredit akan merespon terhadap perubahana pertambahan bobot sapi sebesar satu persen. Pendugaan elastisitas produksi sapi potong di Kabupaten Kupang khususnya di Kelurahan Nonbes, Desa Ponain, Desa Kotabes dan Desa

Tesbatan untuk melihat pengaruh perubahaan faktor produksi yang dapat saling bersubsitusi ketika rasio masing-masing produksi tidak rasional.

Tabel 12 menunjukan nilai dari setiap tambahan produksi 1 persen setiap faktor produksi akan memberikan pertambahan bobot sapi selama proses penggemukan. Peningkatan pertambahan bobot sapi dilihat dari masing-masing faktor produksi dapat memberikan tanggapan terhadap faktor produksi lain berubah yang mengakibatkan pertambahan output produksi berubah. Kenaikan nilai elastisitas produksi dari perubahan setiap faktor produksi dijelaskan sebagai berikut : Pertama, kenaikan 1 persen bobot awal akan meningkatkn pertambahan bobot badan sapi akhir sebesar 0,21679 persen; Kedua, kenaikan 1 persen pakan akan meningkatkan pertambahan bobot badan awal sebesar 0.11749 persen; Ketiga, kenaikan 1 persen tenaga kerja akan menaikan pertambahan bobot badan sapi sebesar 0.12740 persen; Keempat, kenaikan 1 persen obat-obatan akan menaikan pertambahan bobot badan sapi sebesar 0.00389 persen: Kelima, kenaikan 1 persen vitamin akan menaikan pertambahan bobot badan sapi sebesar 0.15757 persen; Keenam, kenaikan 1 persen aquades akan menaikan pertambahan bobot badan sapi sebesar 0.36891 persen; Ketujuh, kenaikan 1 persen lama penggemukan akan menurunkan pertambahan bobot badan sapi sebesar 0.02926; Kedelapan, Kenaikan 1 persen pengalaman beternak akan meningkatkan pertambahan bobot badan sapi sebesar 0.01198 persen; Kesembilan, kenaikan 10 persen tingkat pendidikan akan menurunkan pertambahan bobot badan sapi sebesar 0.04116; Kesepuluh, kenaikan 1 persen kredit akan menurunkan pertambahan bobot badan sapi sebesar 0.01084.

Pengaruh respon pertambahan bobot badan sapi potong di Kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur akibat tambahan tiap- tiap faktor produksi menjadi pertimbangan bagi peternak dalam mengelola sapi potong pada tingkat penggemukan sehingga substitusi antara faktor produksi dapat dilakukan akibat pertambahan salah satu faktor produksi mencapai maksimal. Tiap penggunaan faktor produksi akan memberikan hasil produksi yang optimal dengan tambahan produksi yang konstan.

Efisiensi Produksi dan Nilai Produk Marginal

Efisiensi produksi menggambarkan penggunaan faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan produksi atau produktivitas yang optimal. Konsep dari fungsi produksi menggambarkan kondisi diminshing return to scale dimana pertambahan faktor produksi yang digunakan menaikan pertambahan kenaikan output yang semakin berkurang. Nilai efisiensi produksi yaitu melihat rasio antara nilai produk marginal (NPMxi) dan harga faktor produksi (Pxi). NPM diperoleh

dari hasil perkalian antara harga produk dan tambahan hasil produksi. Nilai Pxi diperoleh dari harga masing-masing faktor produksi. Secara ekonomis nilai produksi menjadi efisien jika Nilai Produk Marginal (NPMxi) sama dengan harga

faktor produksi fisik (Pxi) (Mubyarto 1989). Nilai Produk Marginal yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pakan, tenaga kerja, vitamin dan obat- obatan dari peternak penerima kredit dengan peternak bukan penerima kredit.

Berdasarkan kajian di lapangan harga rata-rata bobot hidup 1 kg sapi potong di Kelurahan Nonbes, Desa Ponain, Desa Kotabes dan Desa Tesbatan

sebesar Rp 23 500 kg/ekor dan rata-rata bobot akhir sapi potong 298 kg/ekor selama periode penggemukan dan rata-rata pertambahan bobot sapi untuk satu ekor selama periode penggemukan sebesar 149.01 kg/ekor. Biaya produksi dari masing-masing faktor produksi didapatkan dari harga persatuan faktor produksi dari masing-masing produksi sapi potong.

Tabel 13 Nilai produk marginal (NPM) dan harga faktor Produksi (Pxi) dari penggemukan sapi potong di Kecamatan Amarasi

Produksi Rata-rata Faktor Produksi

Koefisien NPM Pxi Rasio

Bobot awal (kg) 148.57 0.21679 5 109.65 23 500 0.2174

Pakan (kg) 7422.15 0.11749 55.43 100 0.5543

Tenaga kerja (Jam) 1266 0.12840 355.15 8 750 0.0406 Obat (ml) 127.51 0.00389 106.83 43 684 0.0024 Vitamin (ml) 125.87 0.15757 4 383.63 47 500 0.0922 Tabel 13 menunjukan bahwa penggunaan faktor produksi dari variabel bobot awal, pakan, tenaga belum mencapai optimal karena nilai NPMxi terhadap

Dokumen terkait