• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

KEADAAN UMUM WILAYAH

Keadaan Umum Wilayah Kecamatan Amarasi

Berdasarkan letak geografis Kecamatan Amarasi merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Kupang yang memiliki ketinggian tempat sebesar 510 m dari permukaan laut. Iklim di Kecamatan Amarasi merupakan iklim tropis yang terdiri atas dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.

Musim kemarau berlangsung lebih lama dibandingkan dengan musim hujan dimana musim kemarau berlangsung selama 7-8 bulan sedangkan musim hujan berlangsung sekitar 4-5 bulan. Luas wilayah di Kecamatan Amarasi sebesar 155.09 km terdiri atas sembilan desa/kelurahan (BPS 2012). Adapun batas-batas wilayah di Kecamatan Amarasi sebagai berikut : sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kupang Timur dan Kecamatan Amabi Oefeto; sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Amarasi Selatan; sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Amarasi Timur; sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Kupang Tengah dan Kecamatan Kupang Barat.

Bentuk Wilayah Kecamatan Amarasi merupakan hamparan dengan padang rumput yang bersemak-semak (sabana) dan padang rumput yang luas (stepa). Bentuk hamparan yang luas dengan kemiringan 150 merupakan topografi sabana yang luas. Bentuk sabana di Kecamatan Amarasi terbentang diantara perbukitan dengan hamparan yang luas. Jenis flora yang hidup dan berkembang biak di Kecamatan Amarasi berupa tanaman liar seperti padang rumput, kayu kusambi, kelapa dan gewang, pohon beringin, rumput raja (kingres), rumput padang penggembalan. Jenis hewan yang dipelihara di Kecamatan Amarasi berupa ternak besar seperti sapi dan kuda, ternak kecil, babi dan jenis unggas seperti ayam dan bebek. Hasil hutan berupa kayu jati, kayu pohon akasia, kayu dari pohon tuak.

Jumlah penduduk di Kecamatan Amarasi mengalami peningkatan dari tahun 2009-2011. Jumlah penduduk di Kecamatan Amarasi pada tahun 2009 berjumlah 15 268 orang dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 7 763 orang dan jumlah penduduk wanita sebesar 7 505 orang (BPS 2012). Pada tahun 2010 jumlah penduduk di Kecamatan Amarasi mengalami peningkatan sejumlah 15 279 orang dengan jumlah penduduk laki-laki berjumlah 7 777 orang dan jumlah penduduk wanita sebesar 7 502 orang. Pada tahun 2011 jumlah penduduk di Kecamatan Amarasi berjumlah 15 391 orang dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 7 834 orang dan penduduk wanita sebesar 7 557 orang. Banyaknya rumah tangga yang terdapat di Kecamatan Amarasi adalah 3 608 kepala keluarga dengan rata-rata per keluarga sebesar empat.

Jenis Pekerjaan dan PDRB di Kecamatan Amarasi

Sektor pertanian merupakan sektor riil yang memberikan peningkatan terhadap PDRB dan lapangan pekerjaan. Salah satu kontribusi sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja di Kecamatan Amarasi adalah subsektor peternakan. Penduduk yang tinggal di lokasi tersebut memanfaatkan lahan hutan dan lahan penggembalaan untuk budidaya sapi potong terutama di tingkat penggemukan. Kondisi ini dapat memberikan harapan terhadap peningkatan produktivitas sapi potong di Kabupaten Kupang.

Sektor Pertanian merupakan sektor andalan bagi masyarakat di Kecamatan Amarasi. Hal ini dapat dilihat dari pengembangan sektor pertanian apat memberikan kontribusi terhadap PDRB di Kecamatan Amarasi. Kecamatan Amarasi memiliki delapan desa/kelurahan yaitu Desa Oesena, Kelurahan Nonbes, Desa Ponain, Desa Tesbatan, Desa Kotabes, Desa Apren, Desa Desa Oenoni, Desa Tesbatan II, Desa Oenoni II. Ada tujuh jenis pekerjaan yang memberikan peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Amarasi. Jenis pekerjaan

yang menjadi mata pencaharian penduduk di Kecamatan Amarasi yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS), pegawai swasta, Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polisi Republik Indonesia (POLRI), wiraswasta, petani, buruh dan pensiunan. Sebaran penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kecamatan Amarasi dapat ditunjukan pada Tabel 1.

Tabel 1 Sebaran penduduk berdasarkan jenis pekerjaan di Kecamatan Amarasi tahun 2011.

Desa/Kelura han

Jenis pekerjaan

PNS swasta Peg. POLRI TNI/ Wiraswasta Petani Buruh Pensiunan

Oesena 13 5 0 14 336 41 6 Nonbes 76 12 24 96 388 89 25 Ponain 44 15 0 63 371 18 11 Tesbatan 20 11 2 65 420 15 15 Kotabes 31 9 1 60 382 36 12 Apren 12 3 0 42 731 20 9 Oenoni 18 7 0 32 497 24 11 Tesbatan II 20 4 0 36 365 19 6 Oenoni II 13 4 0 32 342 21 6 247 70 27 440 3 832 283 101 Sumber : BPS 2012

Tabel 1 menunjukan jumlah penduduk yang bekerja sebagai petani berjumlah 3 832 orang (76.64 %) kemudian diiukuti oleh wirausaha yang berjumlah 440 orang (8.8 %) dan buruh 283 (5.66 %) orang. Sedangkan jumlah penduduk yang bekerja di sektor kepegawaian seperti Pegawai Negeri Sipil berjumlah 247 orang (4.94 %) dan pegawai swasta 70 orang (1.4 %) sedangkan jumlah penduduk yang bekerja di sektor Pertahanan dan Keamanan (TNI/POLRI) berjumlah 27 orang (0.54 %) dan pensiunan berjumlah 101 orang (2.02 %). Hal ini memberikan gambaran bahwa sektor pertanian dapat meningkatka penyerapan tenaga kerja yang lebih besar di Kecamatan Amarasi.

Jika dilihat berdasarkan mata pencaharian penduduk sebagai petani di Kecamatan Amarasi khususnya di lokasi penelitian maka penduduk yang berprofesi sebagai petani terbesar terdapat di Desa Tesbatan yang berjumlah 420 orang kemudian diikuti oleh Kelurahan Nonbes berjumlah 388 orang, Desa Kotabes 382 orang dan Desa Ponain berjumlah 371 orang. Program pengembangan kegiatan di sektor pertanian dapat menjadi acuan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian. Penggolongan sektor pertanian terhadap peningkatan pendapatan petani terbesar adalah subsektor pertanian tanaman bahan pangan kemudian diiukuti oleh subsektor peternakan, subsektor perkebunan, subsektor kehutanan dan subsektor perikanan.

Produk Domestik Regional Bruto menggambarkan nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam setiap periode tahun atau triwulan menurut kegiatan ekonomi periode berjalan. Ada sembilan sektor yang memiliki kontribusi besar dalam meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan

Amarasi Kabupaten Kupang Provinsi NTT. Kesembilan sektor tersebut dapat memberikan sumbangan terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi wilayah di Kecamatan Amarasi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Sebaran persentase PDRB berdasarkan persentase lapangan usaha di Kecamatan Amarasi tahun 2009-2011.

Lapangan Usaha Tahun

2009 2010 2011

Pertanian 55.66 53.19 53.08

a.Tanaman bahan pangan 33.21 31 33.08

b.Tanaman perkebunan 6.21 6.52 5.83

c. Peternakan dan hasil-hasilnya 15.39 14.76 13.33

d. Kehutanan 0.63 0.67 0.65

e. Perikanan 0.23 0.24 0.2

Pertambangan dan penggalian 0.21 0.22 0.22

Industri pengolahan 1.87 1.82 1.65

Listrik, gas dan air Bersih 0.27 0.29 0.34

Bangunan 2.16 2.01 1.99

Perdagangan, hotel dan restoran 17.16 18.9 18.73

Pengangkutan dan komunikasi 6.15 6.05 5.5

Keuangan, persewaan dan jasa-jasa perusahaan 0.91 0.9 0.83

Jasa-jasa lainnya 15.61 16.62 17.67

Sumber : BPS 2012

Tabel 2 menunjukan bahwa sektor pertanian memberikan sumbangan terbesar terhadap PDRB kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-Jasa lainnya. Pada tahun 2012 sektor pertanian memberikan sumbanan terhadap PDRB sebesar 53.08% menurun dibandingkan tahun 2010 yaitu sebesar 53.19%. Sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa lainnya mengalami peningkatan dari tahun 2009- 2011 dimana pada tahun 2009 persentase sektor tersebut menyumbang sebesar 17.16% meningkat hingga tahun 2011 mencapai 18.73. Sektor jasa-jasa lainnya mengalami peningkatan dar tahun 2009-2011 dimana pada tahun 2009 sektor tersebut menyumbang sebesar 15.61 % lalu mengalami peningkatan hingga tahun 2011 mencapai 17.67 %.

Jika PDRB dilihat berdasarkan subsektor dari sektor pertanian maka subsektor tanaman bahan makanan memberikan kontribusi yang paling besar terhadap PDRB Kecamatan Amarasi, kemudian diikuti subsektor peternakan dan subsektor perkebunan. Pada tahun 2010 subsektor tanaman bahan pangan memberikan sumbangan terhadap PDRB sebesar 31% dan subsektor peternakan dan subsektor perkebunan memberikan kontribusi terhadap PDRB sebesar 14.76% dan 6.52% lalu mengalami penurunan. Pada tahun 2011 subsektor Tanaman bahan makanan memberikan sumbangan PDRB sebesar 33.08% sedangkan untuk subsektor peternakan dan subsektor perkebunan hanya memberikan kontribusi terhadap PDRB sebesar 13.33% dan 5.83%.

Populasi Sapi Potong di Kecamatan Amarasi

Peranan subsektor peternakan di Kecamatan Amarasi memberikan pengaruh terhadap peningkatan terhadap PDRB Kecamatan Amarasi. Menurut Data BPS (2012) bahwa subsektor peternakan di Kecamatan Amarasi dapat memberikan sumbangan terhadap PDRB sebesar 13.33%. Berdasarkan Data BPS (2012) bahwa populasi sapi potong di Provinsi NTT mengalami peningkatan hingga tahun 2012 dengan jumlah sapi sebesar 814 450 ekor. Populasi sapi potong di Kecamatan Amarasi mengalami peningkatan dari tahun 2009-2011. Hal ini dilihat dari potensi luas lahan penggembalaan yang memenuhi syarat terhadap peningkatan penggemukan sapi potong. Populasi sapi dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 3 Sebaran luas lahan dan populasi sapi potong di Kecamatan Amarasi

tahun 2009-2011.

Desa/Kel Luas lahan (ha) Jumlah sapi (ekor)

2009 2010 2011 Oesena 248 374 556 537 Nonbes 61.47 469 552 957 Ponain 288.1 555 453 945 Tesbatan 180 656 423 489 Kotabes 63.43 354 546 613 Apren 310.5 647 697 635 Oenoni 141.8 505 503 434 Tesbatan II 256.8 544 545 919 Oenoni II 427 454 577 789 Jumlah 1 977.1 4 558 4 852 6 318 Sumber : BPS 2012

Kecamatan Amarasi merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Kupang yang memiliki potensi terhadap perkembangbiakan ternak sapi potong. Luas wilayah untuk pakan ternak menjadi indikator terhadap perkembangbiakan ternak sapi. Berdasarkan Data BPS (2012) luas lahan untuk pakan ternak di Kecamatan Amarasi sebesar 1 977.1 ha (38.58 %). Pemanfaatan lahan sebagai pakan ternak dapat memberikan peluang terhadap bidudaya sapi potong di Kecamatan Amarasi. Tabel 4 menunjukan populasi sapi potong di Kecamatan Amarasi mengalami peningkatan setiap tahun. pada tahun 2009 populasi sapi di Kecamatan Amarasi berjumlah 4 558 ekor (28.98 %) lalu meningkat tahun 2010 hingga tahun 2011 populasi sapi potong yang terdapat di wilayah tersebut mencapai 6 318 ekor (40.17%). Jika dilihat dari sembilan desa/kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Amarasi maka populasi sapi potong terbesar terdapat di Desa Oesena kemudian diikuti oleh Desa Kotabes dan Desa Oenoni II. Jumlah sapi yang terdapat di Desa Oesena sebesar 957 ekor, Desa Kotabes sebesar 947 ekor dan Desa Oenoni II sebesar 919 ekor sedangkan jumah sapi potong terkecil terdapat di Desa oenoni yaitu berjumlah 437 ekor. Jika dilihat dari lokasi penelitan maka luas lahan pakan ternak terbesar terdapat di Desa Ponain yaitu sebesar 288.1 ha

kemudian diikuti oleh Desa Tesbatan dengan luas sebesar 188 ha, Desa Kotabes dengan luas lahan pakan ternak sebesar 63.43 ha dan Kelurahan Nonbes dengan luas lahan pakan ternak sebesar 61.47 ha.

Perkembangan Kredit di Kecamatan Amarasi

Perkembangan kredit di Kecamatan Amarasi dapat dilakukan oleh pemerintah dan lembaga keuangan semi formal seperti PUSKUD dan Koperasi. Hal ini dapat dilihat dari besarnya bantuan yang diberikan setiap peternak sapi di Kecamatan Amarasi. Mekanisme bantuan modal sapi dari Pemerintah adalah mengkoordinasikan antara kelompok ternak untuk diberikan bantuan modal berupa ternak sapi yang dipelihara peternak . Nilai bantuan modal sapi dari pemerintah kepada setiap kelompok. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 4 Sebaran nilai pinjaman berdasarkan kelompok ternak di Kecamatan Amarasi 2011 Nama Kelompok Jumlah Anggota (orang) Permohonan

pinjaman (Rp) Jumlah sapi (ekor)

Tunas baru 12 43 417 000 12 Oematan 12 43 417 000 12 Bakait 12 43 417 000 12 Noka mabe 9 32 915 000 9 Pioner 12 43 417 000 12 Sehati 12 43 417 000 12 Total 69 250 000 000 69

Sumber : Kecamatan Amarasi 2011

Data sekunder menunjukan bahwa penggunaan kredit yang dari pemerintah daerah kepada setiap peternak yaitu dengan memberikan bantuan sapi potong jantan kepada setiap kelompk ternak. Mekanisme bantuan modal sapi potong tersebut adalah pemerintah hanya membatasi pemberikan bantuan sapi untuk setiap peternak maksimal dua ekor untuk dipelihara namun jika sapi potong tersebut hilang atau mati maka proses penggantian sapi bakalan dilakukan dengan membeli atau mengambil dari hasil ternak mereka untuk digantikan dengan sapi yang hilang atau mati.

Bagi peternak bantuan pinjaman sangat diperluan sehingga sapi yang dijual diharapkan dapat memberikan tambahan pendapatan bagi peternak sapi potong. Selain itu sapi yang diperoleh dari hasil pemeliharaan menjadi investasi atau tabungan bagi peternak sehingga dapat memberikan sejumlah manfaat yang besar bagi peternak sapi potong. Berdasarkan hasil kajian data primer menunjukan rata- rata kepemilikan sapi dari peternak sapi adalah satu ekor sapi potong. Hal ini menunjukan usaha penggemukan sapi potong di wilayah tersebut berskala mikro.

Pemerintah sebagai motor penggerak unuk meningkatkan pendapatan peternak di Kabupaten Kupang-NTT telah membuat suatu program yang bernama

“Anggur εerah (Anggaran εenuju Rakyat Sejahtera). Program Desa Anggur

lebih produktif mengembangkan usahaternak sapi di 21 Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2009-2013 yaitu terwujudnya masyarakat Nusa Tenggara Timur yang berkualitas, sejahtera, adil dan demokratis dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia maka program pelaksanaan kegiatan menuju kesejahteraan masyarakat dilakukan dengan tiga tipe pendekatan yaitu :

1. Pembangunan ekonomi produktif melalui pemberdayaan masyarakat, dimana pemberdayaan ini diarahkan untuk mengembangkan ekonomi desa dengan didasarkan pada pendayagunaan potensi sumberdaya lokal (sumberdaya alam, manusia, sumberdaya kelembagaan, serta sumberdaya fisik) yang dimiliki masing-masing desa, oleh pemerintah dan masyarakat melalui pemberdayaan kelompok-kelompok kelembagaan ekonomi berbasis masyarakat dengan fokus utama pada kelembagaan peternakan, jagung, cendana dan koperasi. 2. Peningkatan produktivitas dan perluasan kesempatan kerja, dimana

pendekatan ini diarahkan pada penciptaan lapangan kerja dan peningkatan produktivitas tenaga kerja pada sektor pertanian dengan fokus kegiatan ekonomi produktif masyarakat yang sesuai dengan sumberdaya setempat dan mempunyai prospek meningkatkan ketahanan pangan dan peningkatan ekonomi masyarakat.

3. Peningkatan kapasitas kelembagaan, dimana pendekatan ini diarahkan pada peningkatan kapasitas kelembagaan dan sumberdaya manusia pemerintah desa dan masyarakat sehingga dapat meningkatkan manajemen pengelolaan sumberdaya pembangunan untuk mencapai pembangunan yang efisien dan efektif dan mampu menghadapi persaingan global.

Dalam mengembangkan kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat di Kabupaten Kupang-NTT maka kegiatan penyaluran dana kepada masyarakat dari sumber pendanaan yang didapatkan adalah sebagai berikut : (1) kelompok masyarakat (POKMAS), dimana pendanaan POKMAS bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi NTT dan sumber dana lainnya yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (2) pendampingan Kelompok Masyarakat (PKM), dimana pembayaran gaji PKM bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi NTT.

Dalam mengelola Anggaran Menuju Rakyat Sejahtera (ANGGUR MERAH) terdapat tujuh mekanisme pengelolaan dana Kelompok Masyarakat (POKMAS) yaitu :

1. Melompok masyarakat menyepakati kegiatan yang akan dilaksanakan secara partisipatif sesuai dengan potensi desa dan kesepakatan kelompok yang dibuat secara partisipatif.

2. Kelompok masyarakat membuat proposal kebutuhan dana kepada Gubernur Cq Bupati/Wali kota, proposal bermaksud ditandatangani oleh ketua kelompok, mengetahui kepala desa/lurah.

3. Proposal diverifikasi oleh tim teknis gabungan (Kepala desa/Lurah, Camat, Pengurus Koperasi, SKPD teknis dan unsur BPMPD serta dibantu tim supervisi Bank NTT) dan Bappeda Kabupaten/Kota.

4. Setelah dilakukan verifikasi, proposal diajukan ke bank NTT cabang yang ditunjuk untuk proses pencairan.

5. Pencairan dilakukan oleh Bank NTT Cabang yang ditunjuk pada rekening masing-masing desa/kelurahan.

6. Besaran pencairan dana pada rekening desa/kelurahan untuk kelompok masyarakat sesuai proposal yang telah diverifikasi.

7. Pencairan dana dilakukan secara bertahap sesuai dengan proposal yang telah diverifikasi, perkembangan pelaksanaan dan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan sebelumnya.

Dalam menyalurkan kredit Kepada masyarakat maka setiap desa/kelurahan diberikan bantuan sebesar Rp 250.000.000,- untuk meningkatkan peran serta petani dalam mengelola anggaran di sektor pertanian dengan mekanisme penyaluran dana yang baik. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 14.

Keterangan :

Gambar 14 Mekanisme penyaluran POKMAS di Kabupaten Kupang.

Identifikasi peternak di Kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang

Hasil observasi di lokasi penelitian menunjukan empat wilayah yang sangat berkontribusi terhadap kegiatan peternakan sapi potong di tingkat penggemukan di Kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang Provinsi NTT. Berdasarkan hasil kajian terhadap 76 responden peternak penerima kredit dan peternak bukan penerima kredit menunjukan karakteristik peternak sangat beragam jika dilihat dari umur, pendidikan, jenis kelamin dan pengalaman beternak. Kajian tersebut memberikan gambaran sosial ekonomi peternak di Kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Hasil wawancara terhadap 76 responden yang ada di Kecamatan Amarasi terdapat empat desa yang menjadi wilayah potensial terhadap penggemukan sapi potong yaitu Kelurahan Nonbes, Desa Ponain, Desa Kotabes dan Desa Tesbatan. Hasil dari wawancara didapatkan identitas responden jika dilihat dari umur, jenis kelamin, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, pengalaman beternak,

Garis usulan kegiatan

Garis verifikasi dan pencairan dana Gubernur Cq.Bupati/Walikota

Tim gabungan Kabupaten

Bank NTT

Rekening Desa

Lembaga Koperasi Rekening

Kelompok POKMAS

kepemilikan lahan dan status peternak. Pengambilan sampel berdasarkan faktor internal menunjukan karakteristik usahaternak sapi potong dengan pertimbangan peternak tersebut mengembangkan kegiatan ternak sapi dari awal memulai usaha hingga sekarang. Identitas peternak dapat memberikan informasi kondisi peternak secara deskriptif dalam suatu rumah tangga. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Sebaran jumlah peternak berdasarkan karakteristik di Kecamatan

Amarasi tahun 2013

Karakteristik Peternak Peternak Jumlah (Orang) Persentase (%) Berdasarkan Umur ≤ 50 tahun 38 50 >50 tahun 38 50 Berdasarkan Pendidikan Sampai Tamat SD 46 60.52 SLTP-Tamat SMU/SMK 27 35.52 Perguruan Tinggi 3 3.96

Berdasarkan Jenis Kelamin

Laki-laki 69 90.79

Perempuan 7 9.21

Berdasarkan Pengalaman Beternak

≤ 15 tahun 45 59.21

>15 tahun 3 40.79

Tabel 5 menunjukan rata-rata umur peternak responden di Kecamatan Amarasi khususnya di Kelurahan Nonbes, Desa Ponain, Desa Kotabes, Desa Tesbatan memasuki usia produktif dimana penduduk yang berusia sampai dengan 50 tahun sebanyak 38 orang (50%) dan peternak yang berumur di atas 50 tahun sebanyak 38 orang (50%). Rata-rata penduduk dari 76 responden yaitu 50 tahun. Umur peternak di Kecamatan Amarasi menunjukan bahwa kegiatan peternakan sapi lebih banyak dikerjakan oleh kepala keluarga dengan status suami dalam satu rumah tangga daripada istri dan anak-anak. Hal ini disebabkan anak-anak lebih banyak bekerja sebagai tukang ojek dan buruh bangunan atau menjadi pegawai. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin maka mayoritas penduduk memelihara ternak sapi di tingkat penggemukan adalah laki-laki yaitu berjumlah 69 orang (90.79 %) dan peternak yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 7 orang (9.21 %). Kondisi ini menunjukan bahwa kegiatan penggemukan sapi potong banyak dikerjakan oleh kaum pria daripada wanita. Jika seorang suami sebagai kepala rumah tangga meninggal maka kegiatan usaha peternakan dikerjakan oleh istri dengan tujuan untuk tabungan dan untuk dijual sedangkan anak-anak hanya sebagai pekerja sukarela seperti menjaga sapi maupun mengambil pakan di padang penggembalaan dan lahan hutan.

Tingkat pendidikan di Kecamatan Amarasi khususnya di Kelurahan Nonbes, Desa Ponain, Desa Kotabes, dan Desa Tesbatan sebagian besar hanya sampai pada tamat SD, Kemudian dari SLTP sampai dengan SMU dan Perguruan tinggi. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 76 responden diketahui peternak yang memiliki pendidikan sampai dengan tamat Sekolah Dasar sebanyak 46 orang

(60.52%), peternak yang pendidikan dari SLTP hingga Tamat SMU sebanyak 27 orang (35.52%) dan peternak yang sampai ke Perguruan Tinggi sebanyak 3 orang (3.96%). Jika dilihat dari pengalaman beternak bahwa kegiatan usahaternak sapi potong di Kecamatan Amarasi menunjukan rata-rata pengalaman beternak di Kecamatan Amarasi khususnya di Kelurahan Nonbes, Desa Ponain, Desa Kotabes dan Desa Tesbatan adalah 15 tahun. Dari 76 responden bahwa peternak yang memiliki pengalaman beternak yang memelihara ternak sapi potong yang sampai dengan 15 tahun sebanyak 45 orang (59.21%) dan peternak yang memiliki pengalaman beternak di atas 15 tahun sebanyak 31 orang (40.79%).

Sistem Peternakan di Kecamatan Amarasi

Secara geografis Kecamatan Amarasi merupakan wilayah dengan perkembangan penduduk yang bekerja di sektor pertanian sebagai mata pencaharian utama. Luas lahan di Kecamatan Amarasi sangat cocok untuk perkembangbiakan ternak sapi. Berdasarkan data BPS (2012) bahwa Kepemilikan lahan setiap peternak di Kecamatan Amarasi adalah > 1.5 ha. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk yang tinggal di wilayah Kecamatan Amarasi sebagian besar sebagai petani dengan rasio luas lahan lebih besar dari jumlah penuduk yang tinggal di wilayah tersebut. Dilihat dari data primer bahwa peternak yang memiliki luas lahan yang mengembangbiakan ternak sapi di Kecamatan Amarasi khususnya di Kelurahan Nonbes, Desa Ponain, Desa Kotabes dan Desa Tesbatan.

Kepemilikan ternak sapi dari peternak penerima kredit dan peternak bukan penerima kredit di Kecamatan Amarasi memiliki indikator terhadap kesejahteraan bagi keluarga peternak. Kepemilikan sapi di Kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang Provinsi NTT yaitu sapi bali untuk satu ekor sapi bakalan berjenis kelamin jantan. Sapi betina yang produktif tidak untuk dijual melainkan untuk pengembangbiakan untuk setiap rumah tangga peternak. Rumah tangga peternak memainkan peranan penting dalam mengembangbiakan ternak sapi di tingkat penggemukan sehingga peternak dalam satu rumah tangga dapat mengelola ternak sapi baik sebagai usaha pokok maupun usaha sampingan dengan memanfaatkan lahan sebagai pakan ternak serta sistem peternakan yang dikelola oleh peternak. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Sebaran jumlah peternak berdasarkan usaha, luas lahan dan sistem peternakan di Kecamatan Amarasi tahun 2013

Sebaran Peternak Jumlah Persentase (%)

Usaha peternak

a.Usaha pokok (peternak) 24.00 32.90

b.Usaha sambilan (peternak) 51.00 67.10

Luas lahan peternak (ha)

a. Peternak penerima kredit 56.50 51.06

b. Peternak bukan penerima kredit 54.16 48.94

Sistem peternakan

a.Perkandangan (peternak) 40 .00 52.63

Tabel 6 menunjukan bahwa luas lahan peternak dalam mengembangbiakan ternak sapi skala mikro dimana peternak mendapat bantuan pinjaman berupa satu ekor sapi jantan untuk dipelihara selama penggemukan. Hasil ini memberikan peluang usaha dalam jangka panjang terhadap kegiatan ternak sapi di Kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang Provinsi NTT. Jenis usaha peternakan sapi yang dilakukan oleh peternak sebagian besar merupakan usaha sambilan. Hasil pengamatan terhadap 76 responden di Kecamatan Amarasi menunjukan bahwa 51 peternak (67.10 %) mengusahakan ternak sapi potong sebagai tabungan dan investasi sementara (usaha sambilan) dan 24 peternak (31.57 %) mengusahakan ternak sapi potong sebagai usaha pokok.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kepemilikan lahan maka jumlah luas lahan yang diperoleh oleh peternak sapi di Kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang Provinsi NTT sebesar 110.66 ha dengan rata-rata kepemilikan lahan dari peternak sapi yang sebesar 1.46 ha dimana total luas lahan peternak penerima kredit sebesar 56.5 ha (51.06%) dan jumlah luas lahan yang dimiliki peternak bukan penerima kredit sebesar 54.16 ha (54.16%).

Sistem peternakan yang dijalankan oleh peternak di Kecamatan Amarasi adalah penggembalaan dengan memanfaatkan lahan penggembalaan dan lahan hutan yang dekat dengan lokasi rumah. Namun peternak sapi yang mendapat bantuan pemerintah memanfaatkan lahan koloni di tingkat penggemukan untuk dimanfaatkan sebagai pembuatan kandang. Berdasarkan hasil kajian di lapangan menunjukan bahwa peternak yang melakukan kegiatan penggemukan sapi dengan sistem perkandangan sebanyak 40 peternak (52.63 %) dan peternak yang

Dokumen terkait