• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis ragam untuk berat badan anak puyuh umur 4 minggu

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung P

Keragaman Bebas Kuadrat Tengah

Perlakuan 2 11.5 5.7 0.25 0.780tn

Galat 12 616.4 22.8

Total 14 627.9

Keterangan: tn = tidak berbeda nyata (p>0.05)

Lampiran 52. Analisis ragam untuk tingkat mortalitas anak puyuh umur 1 minggu

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung P

Keragaman Bebas Kuadrat Tengah

Perlakuan 2 170.2 85.1 4.68 0.031*

Galat 12 218.2 18.2

Total 14 388.4

Keterangan: * = berbeda nyata (p<0.05) Uji lanjut Tukey

Family error rate = 0,0500 Individual error rate = 0,0206

Critical value = 3,77

Intervals for (column level mean) - (row level mean)

K TDK

TDK 1,014 15,394

TEK -2,334 -10,538 12,046 3,842

Lampiran 53. Analisis ragam untuk tingkat mortalitas anak puyuh umur 2 minggu

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung P

Keragaman Bebas Kuadrat Tengah

Perlakuan 2 98.7 49.3 0.98 0.405tn

Galat 12 606.9 50.6

Total 14 705.6

Keterangan: tn = tidak berbeda nyata (p>0.05)

Lampiran 54. Analisis ragam untuk tingkat mortalitas anak puyuh umur 3 minggu

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung P

Keragaman Bebas Kuadrat Tengah

Perlakuan 2 21.7 10.8 0.68 0.527tn

Galat 12 192.4 16.0

Total 14 214.1

Keterangan: tn = tidak berbeda nyata (p>0.05)

Lampiran 55. Analisis ragam untuk tingkat mortalitas anak puyuh umur 4 minggu

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung P

Keragaman Bebas Kuadrat Tengah

Perlakuan 2 5.03 2.51 0.56 0.586tn

Galat 12 54.00 4.50

Total 14 59.03

KOMPONEN STEROL DALAM EKSTRAK DAUN KATUK

(Sauropus androgynus L. Merr) DAN HUBUNGANNYA

DENGAN SISTEM REPRODUKSI PUYUH

SRI SUBEKTI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2007

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa disertasi saya dengan judul:

”Komponen Sterol dalam Ekstrak Daun Katuk (Sauropus androgynus) dan Hubungannya dengan Sistem Reproduksi Puyuh”

adalah benar-benar asli karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing, dan bukan hasil jiplakan atau tiruan dari tulisan siapapun serta belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun.

Bogor, April 2007

Sri Subekti

ABSTRAK

SRI SUBEKTI. Komponen Sterol dalam Ekstrak Daun Katuk (Sauropus

androgynus) dan Hubungannya dengan Sistem Reproduksi Puyuh. Dibimbing oleh WIRANDA GENTINI PILIANG, WASMEN MANALU dan TRI BUDHI MURDIATI.

Katuk (Sauropus androgynus L Merr) diketahui mengandung karotenoid, vitamin E, vitamin C, protein, dan komponen sterol. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh fitosterol dari daun katuk pada sistem reproduksi puyuh betina. Seratus lima puluh ekor puyuh betina umur 2 minggu dipelihara sampai berumur 27 minggu, dibagi dalam tiga perlakuan ransum, dengan lima ulangan, dan sepuluh ekor puyuh pada setiap ulangan. Perlakuan ransum terdiri atas 1) ransum kontrol, 2) ransum dengan 9% tepung ekstrak katuk (TEK), 3) ransum dengan 9% tepung daun katuk (TDK). Saluran reproduksi puyuh yang diberi ransum TDK tumbuh lebih cepat (p<0.05) dibandingkan dengan puyuh yang diberi ransum kontrol dan TEK pada umur lima minggu. Bobot badan puyuh yang diberi ransum TDK pada umur 5 minggu juga lebih berat (p<0.05) dibandingkan dengan yang diberi ransum kontrol dan TEK. Puyuh yang diberi ransum TDK mulai bertelur sekitar 5 – 6 hari lebih awal (p<0.05) dibandingkan dengan yang diberi ransum kontrol dan ransum TEK. Kualitas telur yang meliputi bobot telur, bobot putih telur, indeks HU, dan intensitas warna kuning telur pada puyuh yang diberi ransum TEK dan TDK meningkat (p<0.05) dibandingkan dengan yang diberi ransum kontrol. Kolesterol total pada kuning telur, karkas, dan hati puyuh yang diberi ransum TEK dan TDK lebih rendah (p<0.05) dibandingkan dengan yang diberi ransum kontrol, kecuali kolesterol yang terdapat dalam serum. Vitamin A dalam serum dan kuning telur puyuh yang diberi ransum TDK lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberi TEK, dan yang diberi TEK lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberi ransum kontrol (p<0.05). Konsentrasi tertinggi vitamin E dan vitamin C serum terdapat pada puyuh yang diberi ransum TDK. Vitamin E dan vitamin C serum puyuh yang diberi ransum TEK lebih tinggi dibandingkan dengan serum puyuh yang diberi ransum kontrol. Pemberian ransum TDK dan TEK pada puyuh meningkatkan estradiol serum selama masa pertumbuhan. Fertilitas tertinggi (94.55%) dicapai oleh puyuh yang diberi ransum TDK pada umur 23 minggu, sedangkan daya tetas tertinggi (93.29%) juga dicapai puyuh yang diberi ransum TDK pada umur 24 minggu. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sistem reproduksi puyuh betina bukan hanya ditingkatkan oleh fitosterol daun katuk saja, tetapi juga dipengaruhi oleh kandungan β-karoten, vitamin C, dan α-tokoferol dalam daun katuk.

ABSTRACT

SRI SUBEKTI. Sterols Component of Katuk Leaves Extract (Sauropus

androgynus) and Its Relation to Japanese Quail Reproduction System. Under the direction of WIRANDA GENTINI PILIANG, WASMEN MANALU and TRI BUDHI MURDIATI.

Katuk (Sauropus androgynus L Merr) is known to contain carotenoids, vitamin E, vitamin C, protein, and sterol compounds. This study was aimed to determine whether phytosterol in Sauropus androgynus (SA) leaf affected the reproductive system of female quails. One hundred and fifty female quails were raised from 2-27 weeks old, divided into three treatment diets, with five replicates with 10 quails in each replicate. The treatment diets were: 1) Control group: diet without katuk leaf meal; 2) Diet with 9% SA ethanol extract (SAE); 3) Diet containing 9% SA meal (SAM). The oviduct grew more rapidly (p<0,05) in SAM-fed quails than that of the control group and SAE-fed quails at 5 weeks old. In addition, the body weight of SAM-fed quails were significantly greater (p<0.05) than that of the SAE and the control group at 5 weeks old. The SAM-fed quails laid their first eggs approximately 5-6 days earlier (p<0.05) than that of the SAE and the control-fed quails. The SAE and SAM-fed quails increased the egg weight, albumen weight, haugh unit, and yolk colour intensity significantly (p<0.05). Total cholesterol in the egg yolk, carcass and liver of SAE and SAM fed-quails were lower (p<0.05) than that of the control-fed quails, except the cholesterol content in the serum. Vitamin A in the serum and egg yolk of SAM fed-quails were higher than that of the SAE-fed quails, and the SAE-fed quails were higher than that of the control-fed quails (p<0.05). The highest concentration of serum vitamin E and serum vitamin C were obtained from the SAM-fed quails. Serum vitamin C and serum vitamin E of the SAE-fed quails were higher than that of the control group. The SAE and SAM fed quails increased serum estradiol during the growing phase. The highest fertility (94.55%) and hatchability (93.29%) were obtained from the SAM fed quails at the age of 23 and 24 weeks, respectively. These findings indicated that the reproductive systems of female quails was improved not only by phytosterol in SA leaf, but also by the β- carotene, vitamin C, α-tocopherol in SA leaf.

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007

Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya

KOMPONEN STEROL DALAM EKSTRAK DAUN KATUK

(Sauropus androgynus L. Merr) DAN HUBUNGANNYA

DENGAN SISTEM REPRODUKSI PUYUH

SRI SUBEKTI

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2007

Judul Disertasi : Komponen Sterol dalam Ekstrak Daun Katuk (Sauropus androgynus) dan Hubungannya dengan Sistem Reproduksi Puyuh

Nama : Sri Subekti

NIM : D061030161

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Wiranda Gentini Piliang, MSc. Ketua

Prof. Dr. Ir. Wasmen Manalu Dr. dra. Tri Budhi Murdiati, MSc. Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Ilmu Ternak Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Nahrowi, MSc. Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2005 ini ialah komponen aktif dalam daun katuk, dengan judul ”Komponen Sterol dalam Ekstrak Daun Katuk (Sauropus androgynus) dan Hubungannya dengan Sistem Reproduksi Puyuh”. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan pengikut-Nya.

Disertasi ini ditulis berdasarkan serangkaian penelitian yang terdiri atas 3 percobaan yang dilakukan di beberapa laboratorium, yaitu Laboratorium Toksikologi, Balai Besar Penelitian Veteriner, Bogor untuk feeding trial dan ekstraksi daun katuk; Laboratorium Fisiologi, Fakultas Kedokteran Hewan, IPB, Bogor untuk analisis hormon steroid dan kolesterol; Laboratorium Kesehatan DKI Jakarta untuk analisis GCMS ekstrak katuk, Balai Besar Industri Agro untuk analisis vitamin.

Terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir Wiranda G Piliang, MSC., selaku ketua komisi pembimbing atas saran dan bimbingannya, Prof. Dr. Ir. Wasmen Manalu dan Dr. Dra. Tri Budhi Murdiati, MSc. selaku anggota komisi pembimbing, yang telah membimbing penulis hingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Dra. Yvone Matindap dari PT Phytochemindo Reksa yang telah membantu penulis dalam penyelesaian penelitian ini. Secara khusus penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Pak Eman yang telah membantu pemeliharaan puyuh dengan sebaik-baiknya sehingga penelitian ini berhasil.

Kepada Dekan Sekolah Pascasarjana, Dekan Fakultas Peternakan dan Ketua serta seluruh pengelola Program Studi Ilmu Ternak disampaikan terima kasih atas kesempatan studi yang diberikan. Kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional yang telah memberikan beasiswa untuk menempuh Program Pascasarjana melalui BPPS penulis juga menyampaikan terima kasih.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada suamiku yang paling kukagumi, anakku tersayang dan kedua orang tuaku serta seluruh keluarga atas segala dukungan, doa, dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2007

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pati pada tanggal 20 Juli 1977 dari ayah Ismail Yahya BcHk. dan Ibu Dra. Siti Soepami. Penulis merupakan putri ketiga dari tiga bersaudara.

Tahun 1995 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Pati dan pada tahun yang sama masuk Undip melalui jalur UMPTN. Penulis memilih Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan lulus pada tahun 1999. Pada tahun 2001, penulis diterima di Program Studi Ilmu Ternak pada Program Pascasarjana IPB dan menamatkannya pada tahun 2003. Kesempatan untuk melanjutkan ke program doktor pada program studi dan pada perguruan tinggi yang sama diperoleh pada tahun 2003. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari BPPS.

Pada bulan Februari tahun 2004 penulis menikah dengan Firman Agus Heriyansyah ST, MSi. dan dikaruniai seorang putri pada bulan November 2004, yaitu Syadia Nabilla Dinayasakti.

Penulis bekerja sebagai Dosen di Akademi Pertanian Pragola Pati sejak tahun 1999 sampai dengan sekarang.

Sebuah artikel akan diterbitkan dengan judul PENGGUNAAN TEPUNG DAUN

KATUK DAN EKSTRAK DAUN KATUK (Sauropus androgynus L.Merr)

SEBAGAI SUBSTITUSI RANSUM YANG DAPAT MENGHASILKAN PRODUK TERNAK RENDAH KOLESTEROL pada Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. Karya ilmiah tersebut merupakan bagian dari program S3 penulis.

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR GAMBAR ... v PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Kerangka Pemikiran... 3 TINJAUAN PUSTAKA

Kajian Karakteristik Tanaman Katuk ... 5 Kandungan Nutrisi Daun Katuk ... 7 Senyawa Aktif dalam Daun Katuk ... 8 Senyawa Steroid ... 9 Fitosterol ... 11 Biosintesis Kolesterol ... 13 Hormon Steroid ... 15 Perkembangan Penelitian Katuk pada Ternak ... 17

MATERI METODE

Waktu dan Tempat ... 19 Materi ... 19 Prosedur Penelitian ... 21 Analisis Hormon ... 24 Analisis Kolesterol ... 25 Analisis Kadar Vitamin A ... 26 Analisis Kadar Vitamin C ... 27 Analisis Kadar Vitamin E ... 28 Analisis Bilangan TBA ... 29 Rancangan Percobaan dan Analisis Data ... 29 HASIL DAN PEMBAHASAN

Fitosterol dalam Daun Katuk ... 32 Konsumsi dan Konversi Ransum ... 33 Saluran Reproduksi ... 34 Hormon Progesteron dan Estradiol dalam Serum ... 36 Umur Dewasa Kelamin dan Produksi Telur ... 39 Kualitas Telur ... 40 Kolesterol Ransum, Serum, Telur, Karkas, dan Hati ... 42 Kandungan Vitamin A dalam Ransum, Kuning Telur, dan Serum 44 Kandungan Vitamin E dalam Ransum dan Serum... 45 Kandungan Vitamin C dalam Ransum dan Serum ... 47 Bilangan Thiobarbituric Acid dalam Ransum ... 48 Fertilitas dan Daya Tetas ... 49

Bobot Tetas dan Bobot Badan Anak Puyuh ... 51 Tingkat Mortalitas Anak Puyuh ... 53

PEMBAHASAN UMUM ... 55 KESIMPULAN ... 63 DAFTAR PUSTAKA ... 64

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Kandungan vitamin dan provitamin dalam daun katuk ... 7 2 Komposisi nutrien daun katuk ... 8 3 Perkembangan penelitian pengaruh daun katuk pada hewan ... 17 4 Ransum penelitian ... 20 5 Komposisi nutrien ransum ... 20 6 Senyawa-senyawa dalam ekstrak daun katuk dengan etanol 70% ... 32 7 Konsumsi dan konversi ransum puyuh yang diberi ransum kontrol,

tepung ekstrak katuk (TEK), dan tepung daun katuk (TDK) selama

penelitian (25 minggu)... 33 8 Bobot badan dan saluran reproduksi puyuh yang diberi ransum kontrol,

tepung ekstrak daun katuk (TEK), dan tepung daun katuk (TDK) pada umur 2 (base line), 3, 4, dan 5 minggu ... 36 9 Kandungan progesteron dalam serum puyuh (ng/ml) yang diberi ransum

kontrol, tepung ekstrak daun katuk (TEK), dan tepung daun katuk

(TDK) selama masa perkembangan (umur 2-5 minggu)... 38 10 Kandungan estradiol dalam serum puyuh (pg/ml) yang diberi ransum

kontrol, tepung ekstrak daun katuk (TEK), dan tepung daun katuk

(TDK) selama masa perkembangan (umur 2-5 minggu)... 38

11 Umur dewasa kelamin dan produksi telur puyuh yang diberi ransum

kontrol, tepung ekstrak daun katuk (TEK), dan tepung daun katuk (TDK) 39 12 Kualitas telur puyuh yang diberi ransum kontrol, tepung ekstrak

daun katuk (TEK), dan tepung daun katuk (TDK)………. 41 13 Kandungan kolesterol kuning telur, serum, karkas, dan hati puyuh yang

diberi ransum kontrol, tepung ekstrak daun katuk (TEK), dan tepung

daun katuk (TDK)... 43 14 Kandungan vitamin A dalam ransum, kuning telur, dan serum puyuh

yang diberi ransum kontrol, tepung ekstrak daun katuk (TEK), dan

tepung daun katuk (TDK) ... 45 15 Kandungan vitamin E dalam ransum, kuning telur, dan serum puyuh

yang diberi ransum kontrol, tepung ekstrak daun katuk (TEK), dan

tepung daun katuk (TDK) ... 46 16 Kandungan vitamin C dalam ransum, kuning telur, dan serum puyuh

tepung daun katuk (TDK) ... 47 17 Kandungan bilangan TBA dalam ransum ... 48 18 Fertilitas (%) puyuh yang diberi ransum kontrol, tepung ekstrak

daun katuk (TEK), dan tepung daun katuk (TDK) ... 49 19 Daya tetas (%) puyuh yang diberi ransum kontrol, tepung ekstrak

daun katuk (TEK), dan tepung daun katuk (TDK) ... 49 20 Bobot tetas (g) dan bobot badan (g) anak puyuh yang diberi ransum

kontrol, tepung ekstrak daun katuk (TEK), dan tepung daun

katuk (TDK) ... 52 21 Tingkat mortalitas (%) anak puyuh yang diberi ransum

kontrol, tepung ekstrak daun katuk (TEK), dan tepung daun

katuk (TDK) ... 53

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Bagan kerangka pemikiran ... 4 2 Tanaman katuk ... 5 3 Kerangka inti steroid ... 9 4 Jalur biosintesis fitosterol ... 12 5 Biosintesis mevalonat ... 14 6 Konversi mevalonat menjadi squalen ... 14 7 Konversi squalen menjadi kolesterol ... 15 8 Biosintesis hormon steroid ... 16 9 Bagan persiapan tepung ekstrak katuk... 21 10 Prosedur penelitian pada pengujian TEK dan TDK dalam ransum ... 22 11 Saluran reproduksi unggas ... 23 12 Bobot badan puyuh (A) dan panjang saluran reproduksi (B) puyuh

yang diberi ransum kontrol, tepung ekstrak daun katuk (TEK),

dan tepung daun katuk (TDK) ... 35 13 Kandungan progesteron dalam serum puyuh yang diberi ransum

kontrol, tepung ekstrak daun katuk (TEK), dan tepung daun katuk

(TDK) ... ... 37 14 Kandungan estradiol dalam serum puyuh yang diberi ransum kontrol,

tepung ekstrak daun katuk (TEK), dan tepung daun katuk

(TDK) ... ... 37 15 Produksi telur puyuh umur 6 – 27 minggu ... 40 16 Warna kuning telur puyuh ... 42 17 Kandungan kolesterol ransum, serum, kuning telur, karkas, dan hati

puyuh yang diberi ransum kontrol, tepung ekstrak daun katuk

(TEK), dan tepung daun katuk (TDK) ... 43 18 Fertilitas dan daya tetas puyuh perlakuan pada umur 21 – 24 minggu.. 51 19 Bobot tetas dan bobot badan anak puyuh yang diberi ransum kontrol,

tepung ekstrak daun katuk (TEK), dan tepung daun katuk (TDK) ... 52 20 Penggantian kolesterol oleh fitosterol/stanol dalam misel ... 56 21 Mekanisme penurunan kolesterol, kokristalisasi fitosterol dan

kolesterol (A), dan penghambatan aktivitas acyl-coenzyme

A cholesterol acyltransferase/ACAT (B)... 57 22 Jalur biosintesis kolesterol (Modifikasi dari Mathews et al. 2000) ... 59

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Analisis proksimat pakan (Kontrol/K, Tepung Ekstrak Katuk/

TEK, Tepung Daun Katuk/TDK) dan Ekstrak Katuk (EK) ... 71 2 Hasil formulasi ransum isonitrogen dan isokalori pakan K,

TEK, dan TDK... 72 3 Kandungan fitosterol dari bahan pangan terseleksi ... 74 4 Senyawa-senyawa yang terdapat dalam ekstrak daun katuk

(dengan etanol 70%) ... 76 5 Analisis ragam untuk konsumsi ransum puyuh ... 77 6 Analisis ragam untuk konversi ransum puyuh ... 77 7 Analisis ragam untuk total bobot telur puyuh ... 77 8 Analisis ragam untuk bobot badan puyuh umur 3 minggu ... 77 9 Analisis ragam untuk bobot badan puyuh umur 4 minggu ... 78 10 Analisis ragam untuk bobot badan puyuh umur 5 minggu ... 78 11 Analisis ragam untuk panjang saluran reproduksi umur 3 minggu ... 79 12 Analisis ragam untuk panjang saluran reproduksi umur 4 minggu ... 79 13 Analisis ragam untuk panjang saluran reproduksi umur 5 minggu ... 79 14 Analisis ragam untuk umur dewasa kelamin puyuh ... 80 15 Analisis ragam untuk bobot badan pada saat dewasa kelamin ... 80 16 Analsis ragam untuk bobot telur pertama puyuh ... 81 17 Analisis ragam untuk produksi telur puyuh ... 81 18 Analisis ragam untuk bobot telur puyuh ... 81 19 Analisis ragam untuk bobot cangkang telur puyuh ... 82 20 Analisis ragam untuk tebal cangkang telur puyuh ... 82 21 Analisis ragam untuk bobot kuning telur puyuh ……… 82 22 Analisis ragam untuk bobot putih telur puyuh ……… 82 23 Analisis ragam untuk warna kuning telur puyuh ... 83 24 Analisis ragam untuk HU index telur puyuh ... 83 25 Analisis ragam untuk kolesterol serum puyuh ... 84 26 Analisis ragam untuk kolesterol kuning telur puyuh ... 84 27 Analisis ragam untuk kolesterol karkas puyuh ... 85 28 Analisis ragam untuk kolesterol hati puyuh ... 85

29 Analisis ragam untuk vitamin A serum puyuh ... 86 30 Analisis ragam untuk vitamin A kuning telur puyuh ... 86 31 Analisis ragam untuk vitamin E serum puyuh ... 87 32 Analisis ragam untuk vitamin C serum puyuh ... 87 33 Analisis ragam untuk progesteron serum puyuh umur 3 minggu ... 88 34 Analisis ragam untuk progesteron serum puyuh umur 4 minggu ... 88 35 Analisis ragam untuk progesteron serum puyuh umur 5 minggu ... 88 36 Analisis ragam untuk estradiol serum puyuh umur 3 minggu ... 89 37 Analisis ragam untuk estradiol serum puyuh umur 4 minggu ... 89 38 Analisis ragam untuk estradiol serum puyuh umur 5 minggu ... 90 39 Analisis ragam untuk fertilitas puyuh umur 21 minggu ... 90 40 Analisis ragam untuk fertilitas puyuh umur 22 minggu ... 91 41 Analisis ragam untuk fertilitas puyuh umur 23 minggu ... 91 42 Analisis ragam untuk fertilitas puyuh umur 24 minggu ... 91 43 Analisis ragam untuk daya tetas puyuh umur 21 minggu ... 92 44 Analisis ragam untuk daya tetas puyuh umur 22 minggu ... 92 45 Analisis ragam untuk daya tetas puyuh umur 23 minggu ... 92 46 Analisis ragam untuk daya tetas puyuh umur 24 minggu ... 92 47 Analisis ragam untuk berat badan anak puyuh umur 0 minggu ... 93 48 Analisis ragam untuk berat badan anak puyuh umur 1 minggu ... 93 49 Analisis ragam untuk berat badan anak puyuh umur 2 minggu ... 94 50 Analisis ragam untuk berat badan anak puyuh umur 3 minggu ... 94 51 Analisis ragam untuk berat badan anak puyuh umur 4 minggu ... 94 52 Analisis ragam untuk tingkat mortalitas anak puyuh umur 1 minggu 94 53 Analisis ragam untuk tingkat mortalitas anak puyuh umur 2 minggu 95 54 Analisis ragam untuk tingkat mortalitas anak puyuh umur 3 minggu 95 55 Analisis ragam untuk tingkat mortalitas anak puyuh umur 4 minggu 95

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Katuk (Sauropus androgynus L. Merr) merupakan tanaman obat yang termasuk dalam famili Euphorbiaceae. Kandungan kimia katuk adalah protein, lemak, kalsium, fosfat, besi, vitamin A, B, C, steroid, flavonoid, dan polifenol. Pemanfaatan tanaman ini sebagai obat tradisional sangat bervariasi, seperti untuk pelancar ASI, obat demam, obat bisul, darah kotor, selain itu akarnya berkhasiat sebagai obat frambusia, susah kencing, dan obat panas (Astuti et al. 1997).

Katuk, dalam kaitannya sebagai obat tradisional, telah mendorong para peneliti untuk mengungkapkan senyawa-senyawa aktif serta zat-zat fitokimia yang terkandung di dalamnya. Agusta et al. (1997) telah menemukan enam senyawa utama dalam daun katuk, yaitu monometil suksinat, cis 2-metil siklopentanol asetat, asam benzoat, asam fenil malonat, 2-pirolidinon, dan metil piroglutamat. Dalam penelusuran ilmiahnya, Malik (1997) menyebutkan tanaman ini mengandung minyak atsiri, sterol, saponin, flavonoid, asam-asam organik, asam-asam amino, alkaloid, dan tanin. Prajonggo et al. (1983) menduga bahwa kandungan sterol dalam tanaman ini kemungkinan mempunyai peranan dalam meningkatkan produksi ASI secara hormonal karena beberapa tanaman yang mengandung sterol diketahui mempunyai sifat estrogenik.

Penelitian tentang pengaruh daun katuk pada peningkatan produksi susu telah banyak dilakukan. Prajonggo et al. (1983) mengamati perubahan jumlah asini kelenjar susu mencit betina yang baru melahirkan dan menyusui anaknya. Hasilnya adalah perbedaan yang nyata dalam jumlah asini antara mencit kontrol dan mencit yang diberi daun katuk. Selain itu, Agil (1991) juga menemukan peningkatan produksi air susu mencit yang diberi ekstrak daun katuk. Hasil ini kemungkinan karena adanya peningkatan hormon oksitosin dan prolaktin sebagai konsekuensi mengkonsumsi daun katuk. Pada domba laktasi juga terjadi peningkatan produksi air susu pada domba yang mengkonsumsi tepung daun katuk (Suprayogi 2000). Lebih lanjut dikemukakan keberadaan senyawa-senyawa aktif dalam daun katuk, yang merupakan prekursor hormon androgen dan estrogen.

Pada unggas juga telah diteliti efek penambahan daun katuk pada ransum ayam kampung. Pada taraf 9% penambahan DK dapat meningkatkan produksi telur, mempercepat umur dewasa kelamin, dan meningkatkan kualitas telur dan karkas (Subekti 2003). Hasil ini diduga karena adanya kandungan karoten yang tinggi pada daun katuk, serta kemungkinan adanya kandungan mineral dalam daun katuk.

Hal tersebut di atas merupakan pendorong untuk mengkaji lebih dalam mengenai pengaruh daun katuk pada tingkat fertilitas, hormon-hormon reproduksi, serta meneliti lebih dalam pada aspek peningkatan fungsi reproduksi pada hewan coba. Hal ini disebabkan adanya fenomena menarik dari komponen yang terdapat dalam daun katuk, yang mengandung senyawa sterol sehingga menimbulkan efek estrogenik yang dapat meningkatkan produksi susu pada mamalia, dan produksi telur pada ayam. Namun, adanya pengaruh daun katuk pada peningkatan hormon oksitosin dan prolaktin (Agil 1991), yang merupakan hormon untuk memacu produksi susu, diduga mempunyai efek lain, yaitu oksitosin diperkirakan dapat mengurangi fertilitas sesudah melahirkan dengan cara melakukan rangsangan terhadap otot uterus (Djojosoebagio 1990).

Mencermati hal tersebut di atas, dapat diduga adanya pengaruh positif senyawa-senyawa aktif dalam daun katuk pada fertilitas dan fungsi reproduksi pada hewan jantan dan betina. Pada hewan betina, daun katuk dapat memacu

Dokumen terkait