• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Penelitian

2. Analisis Rasio Keuangan PT.Astra International Tbk

Analisis likuiditas digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar utang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang dimiliki perusahaan.

1. Current Rasio

Tabel 4.3 Perhitungan Current Ratio 2017-2019

Sumber data : Laporan posisi keuangan 2017-2019 (Telah Diolah) Current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan (Kasmir, 2010:134). Dalam praktiknya sering kali dipakai bahwa rasio lancar dengan standar 200% (2:1) yang terkadang sudah dianggap sebagai ukuran yang cukup baik atau memuaskan bagi suatu perusahaan (Kasmir, 2010:135).

Tahun Current Asset (a) Current Liability (b) Current rasio (a:b) Standar Industry 2017 121.293.000.000 98.722.000.000 1,228 200% 2018 131.180.000.000 116.467.000.000 1,126 200% 2019 129.058.000.000 99.962.000.000 1,291 200% Rata-rata 1,215

Current Rasio diukur dengan cara menjumlahkan antara total current Asset dibagi dengan total utang lancar yang dimiliki perusahaan. Berdasarkan pada tabel 4.3 current rasio pada tahun 2017 yang dihitung dengan cara jumlah asset sebesar Rp.121.293.000.000 dibagi dengan utang lancar sebesar Rp.98.722.000.000 maka diperoleh jumlah rasio tahun 2017 sebesar 1,228 artinya setiap 1 rupiah utang lancar dijamin 1,228 aktiva lancar perusahaan. Dan pada tahun 2018 current rasio sebanyak 1,126, artinya 1 rupiah utang lancar akan dijamin 0,216 aktiva lancar, jumlah rasio yang didapat mengalami penurunan dikarenakan jumlah current liability yang lebih besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2019 current rasio sebanyak 1,291 artinya setiap 1 rupiah utang lancar akan dijamin 1,291 aktiva lancar perusahaan.

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pembayaran kewajiban jangka pendek dengan menggunakan asset lancar belum sepenuhnya dapat dibayarkan karena selisih asset lancar dengan kewajiban jangka pendek perusahaan yang sedikit. Adapun jumlah rata-rata internal perusahaan untuk tiga tahun terakhir sebesar 1,215 dimana jumlah Current Rasio yang didapat tersebut masih berada dibawah standar rata-rata industry sebesar 200%. Current Ratio yang berada dibawah standar rata-rata industry perusahaan dapat menyebabkan perusahaan tidak dapat membayar utang jangka pendeknya bahkan dapat mengalami kebangkrutan. Untuk meningkatkan rasio lancar diharapkan agar PT.Astra International

Tbk dapat lebih memaksimalkan penggunaan aktiva lancar yang dimiliki yaitu dengan cara meningkatkan total pendapatan perusahaan dan mengurangi total hutang atau kewajibannya. 2. Quick Rasio

Tabel 4.4 Perhitungan Quick Ratio 2017-2019

Sumber data: Laporan Posisi Keuangan 2017-2019

Quick ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) nilai aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan (Kasmir, 2010:136-137). Dengan kata lain bahwa seberapa banyak asset lancar dikurangi persediaan yang tersedia untuk memenuhi kewajiban yang segera jatuh tempo. Untuk mencari quick ratio diiukur dari total aktiva lancar, kemudian dikurangi nilai sediaan, terkadang perusahaan juga memasukkan biaya yang dibayar dimuka jika memang ada dan dibandingkan dengan seluruh utang lancar (Kasmir, 2010:137).

Jika rata-rata industry untuk quick rasio adalah 150% atau 1,5 kali, maka keadaaan perusahaan lebih baik dari perusahaan lain (Kasmir, 2010:138). Kondisi ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak harus menjual persediaan bila hendak melunasi utang lancarnya, tetapi dapat menjual surat berharga atau penagihan utang. Sebaliknya jika quick rasio perusahaan dibawah

Tahu n Current Asset (a) Inventories (B) Current Liability (C) Jumla h (a-b):c Stand ar 2017 121.293.000.000 19.504.000.000 98.722.000.000 1,031 150% 2018 131.180.000.000 26.504.000.000 116.467.000.000 0,898 150% 2019 129.058.000.000 24.287.000.000 99.962.000.000 1,048 150% Rata-rata 0,992(1,02)

1,5 kali maka hal itu menunjukkan keadaan perusahaan dalam kondisi yang kurang baik.

Pada tabel 4.3 dapat diketahui jumlah rasio pada tahun 2017 sebesar Rp.1,031 yang artinya setiap Rp.1 utang lancar perusahaan akan dijamin sebesar 1,031 setelah dikurangi dengan persediaan. Untuk tahun 2018 diperoleh jumlah rasio dengan menggunakan rumus yang sama sebesar 0,898 dimana mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena jumlah current liability atau kewajiban perusahaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sedangkan pada tahun 2019 kembali mengalami peningkatan sebesar 1,048 artinya setiap Rp.1 utang lancar perusahaan akan dijamin sebesar 1,048 setelah dikurangi dengan persediaan. Rasio yang didapatkan mengalami penurunan untuk tahun 2019 karena jumlah kewajiban perusahaan yang menurun dari tahun sebelumnya. Dilihat dari laporan posisi keuangan yang disajikan PT.Astra International Tbk jumlah aktiva lancar setelah dikurangi dengan persediaan perusahaan akan semakin berkurang dan jumlah yang didapatkan hampir sama dengan jumlah hutang perusahaan sehingga mengakibatkan rasio lancar belum dapat mencapai standar rata-rata rasio sebesar 150%. Nilai rasio cepat yang diperoleh pada tahun 2017-2019 dapat dikatakan rendah namun jika piutang perusahaan tersebut ditagih, maka perusahaan dapat melunasi kewajiban lancarnya.

b. Analisis Solvabilitas

Analisis solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut telah dilikwidasikan baik kewajiban jangka panjang maupun jangka pendek (Munawir, 1979:32).

Rasio solvabilitas atau leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya seberapa besar utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktiva perusahaan tersebut.

1. Debt To Asset Ratio

Tabel 4.5 Perhitungan Debt To Asset Ratio 2017-2019 Tahun Total Debt

(a) Total Asset (b) Jumlah Standar 2017 139.317.000.000 295.646.000.000 0,471 35% 2018 170.348.000.000 344.711.000.000 0,494 35% 2019 165.195.000.000 351.958.000.000 0,469 35% Rata-rata internal 0,478

Sumber Data: laporan posisi keuangan 2017-2019 ( telah diolah) Rasio ini digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva, dengan kata lain seberapa besar perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolan aktiva. Rata-rata industry yang sering dipakai adalah 35%, jika total debt to asset ratio dibawah 35% maka perusahaan tersebut akan sulit mendapatkan pinjaman (Kasmir, 2010:156).

Berdasarkan tabel 4.5 diatas rasio ini menunjukkan bahwa pada tahun 2017 angka rastio yang didapatkan yaitu 47% yang berarti bahwa total aktiva sebesar Rp.100 dapat menutupi sebesar

0,47 utang yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Dan pada tahun 2018 menunjukkan bahwa angka rasio yang didapatkan sekitar 49% yang berarti bahwa total aktiva perusahaan sebesar Rp.100 dapat menutupi sebesar 0,49 utang perusahaan. Jumlah rasio yang didapatkan untuk tahun 2018 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya hal tersebut dikarenakan jumlah hutang perusahaan yang lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2017. Sedangkan pada tahun 2019 menunjukkan rasio sebesar 46% Artinya, yang berarti total aktiva sebesar Rp.100 dapat menutupi sebesar 0,46 utang perusahaan, yang kembali mengalami penurunan dikarenakan jumlah hutang perusahaan yang semakin rendah.

Dilihat dari tabel diatas dapat diketahui jumlah rata-rata internal perusahaan untuk 3 tahun terakhir yaitu 2017-2019 yang didapat sebesar 0,478, dimana angka tersebut sudah berada diatas standar rata-rata industry perusahaan sejenisnya yaitu sebesar 35%.

Untuk meningkatkan tingkat rasio utang terhadap total aktiva perusahaan maka sebaiknya perusahaan dapat lebih meningkatkan total aktiva yang dimiliki agar dapat menutupi jumlah hutang perusahaan. Jika angka atau nilai rasio yang diperoleh perusahaan tidak mencapai standar rata-rata industry perusahaan sejenisnya maka perusahaan tersebut akan sulit untuk mendapatkan kepercayaan dari pihak kreditur.

2. Debt To Equity Ratio

Tabel 4.6 Perhitungan Debt To Equity Ratio 2017-2019 Tahun Total Debt

(a) Total Equity (b) Jumlah (a:b) Standar 2017 139.317.000.000 156.329.000.000 0,891 80% 2018 170.348.000.000 174.363.000.000 0,976 80% 2019 165.195.000.000 186.763.000.000 0,884 80% Rata-rata 0,917

Sumber data: Laporan Posisi Keuangan 2017-2019 (Telah Diolah) Debt To Equity Ratio digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas (Kasmir, 2010:157). Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini juga berguna mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang (Merlisa Surya, 2010:36). Rasio ini dicari dengan menggunakan rumus total hutang dibagi dengan total ekuitas pada tahun tertentu.

Tabel 4.6 diatas dapat dilihat angka rasio yang didapat untuk tahun 2017 dihitung dengan cara total hutang 2017 sebesar Rp.139.317.000.000 dibagi dengan total ekuitas sebesar Rp.156.329.000.000 maka diperoleh jumlah utang terhadap ekuitas sebesar Rp.0,891, yang berarti setiap 1 rupiah utang perusahaan akan dibiayai atau dijamin sebesar 0,891 ekuitas perusahaan. Ditahun 2018 jumlah rasio yang didapat yaitu 0,976 hal ini berarti setiap 1 rupiah dari total hutang perusahaan mampu dijamin dengan 0,976 dari modal sendiri atau dapat dikatakan bahwa kemampuan perusahaan dalam menutup seluruh utang dengan modal perusahaan sebesar 0,976. sedangkan pada tahun 2019 didapat jumlah Debt To Equity Ratio sebesar 0,886.

Dilihat dari rata-rata internal perusahaan selama 3 tahun terakhir yaitu pada tahun 2017-2019 sebesar 0,917, kondisi seperti ini dapat dikatakan baik karena dalam laporan keuangan PT.Astra International Tbk dapat dilihat bahwa jumlah modal (ekuitas) yang dimiliki perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan total hutang perusahaan yang dimilki pada tahun 2017-2019. Untuk menurunkan resiko yang dapat dialami oleh perusahaan maka perusahaan tersebutnya berusaha untuk meningkatkan modal yang dimiliki agar perusahaan dapat membayar atau memenuhi hutang yang akan jatuh tempo dan mendapatkan kepercayaan dari pihak luar atau kreditur.

c. Analisis Rentabilitas

Analisis rentabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada periode tertentu atau selama 1 tahun.

1. Gross Profit Margin

Tabel 4.7 Perhitungan Gross Profit Margin 2017-2019

Sumber data: Laporan Laba Rugi 2017-2019 (Telah Diolah)

Gross Profit Margin digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui pendapatan yang dilakukan oleh perusahaan. GPM dapat diukur dengan cara jumlah Tahun Gross profit

(a) Net sales (b) GPM (a:b) Standar 2017 42.368.000.000 206.057.000.000 20,56 30% 2018 50.239.000.000 239.205.000.000 21,18 30% 2019 50.769.000.000 237.166.000.000 21,22 30% Rata-rata 20,98

laba kotor dibagi dengan jumlah pendapatan atau penjualan bersih perusahaan.

Berdasarkan pada tabel 4.7 dalam perhitungan GPM diketahui bahwa rasio pada tahun 2017 sebesar 20,56 dicari dengan cara total laba bruto tahun 2017 sebesar Rp.42.368.000.000 dibagi dengan total penjualan bersih tahun 2017 sebesar Rp.206.057.000.000 dan hasilnya dikalikan dengan 100%, maka diperoleh jumlah Gross Profit Margin sebesar 20,56%, artnya setiap penjualan bersih yang dilakukan perusahaan dapat menghasilkan laba besih sebesar 20,56%. Sedangkan pada tahun 2018 dicari dengan menggunakan rumus yang sama dan memperoleh jumlah rasio sebesar 21,18.. Dan pada tahun 2019 Gross Profit Margin rasionya sebesar 21,22 yang berarti bahwa setiap satu rupiah penjualan mendapatkan laba kotor sebesar 21,22. Rasio ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rasio laba kotor atas setiap penjualan yang dilakukan oleh PT.Astra International Tbk untuk tiga tahun terakhir yaitu 2017-2019.

Rata-rata industri untuk rasio Gross Profit Margin yaitu 30%, maka rata-rata rasio GPM pada PT.Astra International Tbk untuk tahun 2017-2019 sebesar 20,98 berada dibawah rata-rata industry perusahaan yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan karena jumlah pendapatan bersih ditahun 2019 lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2019. Dilihat dari rata-rata internal perusahaan jumlah rasio yang didapatkan masih berada dibawah standar rata-rata industri sebesar 30%.

2. Net Profit Margin

Tabel 4.8 Perhitungan Net Profit Margin 2017-2019

Sumber data: Laporan Laba Rugi 2017-2019(Telah Diolah)

Net Profit Margin atau margin laba atas penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan (Kasmir, 2010:198). Cara pengukuran rasio ini adalah dengan cara membandingkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih.

Rasio ini menggambarkan persentase besarnya keuntungan bersih perusahaan yang diperoleh untuk setiap penjualan yang dilakukannya. Jumlah NPM yang didapat pada tahun 2017 sebesar 11,23 artinya setiap satu rupiah penjualan perusahaan mendapatkan keuntungan bersih sebesar 11,23. Ditahun 2018 sebesar 13,28. Sedangkan pada tahun 2019 sebesar 11,22 dari proses penjualan yang dilakukan oleh perusahaan.

Dilihat dari tabel diatas terjadi peningkatan antara tahun 2017 ketahun 2018 dikarenakan jumlah pendapatan bersih dan laba bersih setelah pajak mengalami kenaikan dari tahun 2017. Akan tetapi pada tahun 2019 mengalami penurunan hal ini dikarenakan jumlah laba bersih setelah pajak dan jumlah pendapatan bersih untuk tahun 2019 lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2018. Rata-rata industri perusahaan adalah sebesar 20% untuk menilai rasio NPM perusahaan

Tahun Net Profit (a) Net Sales (b) Jumlah (a:b) Standar 2017 23.165.000.000 206.057.000.000 11,23 20% 2018 27.372.000.000 239.205.000.000 13,28 20% 2019 26.621.000.000 237.166.000.000 11,22 20% Rata-rata 11,91

(Kasmir, 2010:201). Semakin tinggi rasio yang didapatkan oleh PT.Astra International Tbk maka akan semakin baik pula kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba atas proses penjualan yang dilakukan oleh perusahaan.

3. ROA (Return On Asset)

Tabel 4.9 Perhitungan Return On Asset 2017-2019 Tahun Laba bersih

setelah pajak (a)

Total asset (b) ROA (a:b) Standar 2017 23.165.000.000 295.646.000.000 7,83 30% 2018 27.372.000.000 344.711.000.000 7,94 30% 2019 26.621.000.000 351.958.000.000 7,56 30% Rata-rata 7.77

Sumber data:Laporan Laba Rugi 2017-2019 (Telah Diolah)

Return On Asset digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan jumlah aktiva yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Semakin besar nilai ROA yang diperoleh perusahaan maka perusahaan tersebut mempunyai kinerja yang cukup bagus dalam mengembalikan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.

Rata-rata internal perusahaan pada tahun 2017-2019 adalah sebesar 7,38 atau berbanding 7,77:1 Artinya setiap Rp 1 modal sendiri yang ditanamkan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 0,0777. Return On Asset pada tahun 2017 sebesar 7,83 yang artinya setiap 1 aktiva perusahaan mampu menghasilkan laba sebesar 0,0783, sehingga dapat dikatakan baik karena berada diatas rata-rata internal perusahaan dan pada tahun 2018 sebesar 7,94

Jumlah rasio yang didapatkan unutk tahun 2019 mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena jumlah laba bersih setelah pajak

lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2018 walaupun jumlah asset perusahaan untuk setiap tahunnya mengalami peningkatan.

Maka perusahaan dapat dikatakan profit dalam menghasilkan laba dari jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan. Untuk mempertahankan keuntungan yang telah didapat dari total aktiva perusahaan sebaiknya PT.Astra International Tbk lebih meningkatkan pendapatan agar laba yang didapat juga lebih besar dan dapat mencapai standar rasio telah ditetapkan sebesar 30%. Standar rata-rata industri perusahaan dikatakan cukup baik jika telah memenuhi standar yang ditetapkan sebesar 30% (Kasmir, 2008:203).

4. ROE (Return On Equity)

Tabel 4.10 Perhitungan Return On Equity 2017-2019 Tahun Laba bersih

setelah pajak (a)

Total Ekuitas (b) ROA (a:b) Standar 2017 23.165.000.000 156.329.000.000 14, 81 40% 2018 27.372.000.000 174.363.000.000 15,69 40% 2019 26.621.000.000 186.763.000.000 15,26 40% Rata-rata 15,25

Sumber Data: Laporan Keuangan 2017-2019 (Telah Diolah)

Return On Equity digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba menggunakan modal sendiri. Rasio ini dihitung dengan cara jumlah laba bersih setelah pajak dibagi dengan total ekuitas perusahaan.

Rata-rata rasio internal perusahaan tahun 2017-2019 sebesar 15,25 atau sama dengan 15,25:1 Artinya setiap Rp.1 modal sendiri yang ditanamkan mendapatkan keuntungan atau laba sebesar Rp 0,1525. Jumlah rasio Return On Equity yang diperoleh pada tahun 2017 sebesar 14,81 dan pada tahun 2018 sebesar 15,69. Hal ini

dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan jumlah rasio pada tahun 2017 ketahun 2018. Sedangkan pada tahun 2019 ROE yang didapat sebesar 15,26 yang mengalami penurunan disebabkan karena jumlah laba bersih setelah pajak mengalami penurunan dari tahun 2018 ketahun 2019 meskipun jumlah ekuitas masih terus mengalami peningkatan dari tahun ketahun.

Standar yang dijadikan acuan untuk mengukur seberapa baik perusahaan dalam menghasilkan laba adalah sebesar 40%. Jika rata-rata industri perusahaan adalah sebesar 40% maka dikatakan baik jika berada diatas rata-rata standar tersebut (Kasmir, 2010:205). Jika jumlah rasio didapatkan rendah maka PT.Astra International Tbk dapat mengalami kerugian akibat tidak dapat memaksimalkan penggunaan ekuitasnya untuk mendapatkan laba yang maksimal.

Dokumen terkait