• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODE PENELITIAN

4.6. Metode Pengolahan Data

4.6.3. Analisis Regresi Berganda

Seringkali ditemui suatu permasalahan bisnis, yang dalam pendekatannya melibatkan lebih dari dua variabel, dengan hubungan yang bersifat kausal. Pada dasarnya, analisis regresi berganda merupakan suatu teknik untuk merepresentasikan pola hubungan fungsional satu variabel dependent (metrik), yang dipengaruhi oleh lebih dari satu variabel independent (metrik), dalam suatu model matematis. Data sampel digunakan sebagai basis untuk membangun model dugaan. Pola hubungan pada data sampel akan direpresentasikan ke dalam model

dugaan, sehingga akurasinya antara lain ditentukan oleh tingkat kesesuaian antara model dugaan dengan pola hubungan dalam data sampel. Bila pola hubungan dalam data sampel linier maka direpresentasikan dalam model regresi linier, sebaliknya, bila pola hubungan nonlinier maka direpresentasikan dalam model regresi nonlinier. Bentuk umum rumusan model strategi:

= 0+ � � +�

Keterangan :

Yi = Peubah tidak bebas, dengan i = 1,2,…,n (sampel)

0 = Intersep (konstanta)

� = Parameter penduga bagi � (koefisien regresi dari variabel bebas) � = Variabel bebas ke-n dengan n= 1,2,…., n

� = Error (galat)

Pendugaan model tersebut dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square). Oleh karena itu, kelayakan model tersebut akan diuji berdasarkan asumsi OLS melalui pemeriksaan sisaan. Sisaan adalah menyimpangnya nilai amatan yi terhadap dugaan nilai harapannya

( = � − � ). Nilai sisaan dapat mengetahui asumsi-asumsi yang disyaratkan pada pendugaan dengan metode OLS dipenuhi atau tidak. Beberapa asumsi yang mendasari model tersebut adalah uji multikolinieritas, asumsi kenormalan sisaan, kehomogenan sisaan, dan kebebasan sisaan. Apabila asumsi tersebut dapat terpenuhi maka koefisien regresi (parameter) yang diperoleh merupakan penduga tak bias linear terbaik (BLUE: Best Linear Unbiased Estimator).

Sebuah model dinyatakan terbebas dari masalah multikolinearitas apabila memiliki nilai VIF (Variance Inflation Factor) di bawah 10. Asumsi normalitas mengharuskan nilai residual dalam model menyebar atau terdistribusi secara normal. Untuk mengetahuinya dilakukan uji grafis normalitas residu dengan memplotkan nilai standar residual dengan probabilitasnya pada tes normal. Jika pada normal probability plot titik-titik residual yang ada tergambar mengikuti garis linier, maka dapat disimpulkan bahwa model terdistribusi secara normal. Kehomogenan sisaan berarti bahwa nilai-nilai bervariasi dalam satuan yang sama. Pengujian ini dapat menggunakan uji grafis residu yang melihat pada plot versus fit setiap sisaan memiliki lebar pita yang sama serta mendekati nol, maka asumsi

kehomogenan sisaan terpenuhi. Untuk menguji asumsi kebebasan sisaan dapat dilihat apakah tebaran berpola atau tidak. Jika pada plot versus order

menunjukkan bahwa setiap plot sisaan tidak membentuk pola, maka asumsi kebebasan sisaan terpenuhi.

Setelah diuji dan terbukti memenuhi asumsi-asumsi tersebut, maka dilanjutkan dengan melakukan regresi untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP untuk beras analog di Serambi Botani. Variabel bebas (independent) yang diduga mempengaruhi nilai WTP yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu karakteristik demografi responden seperti jenis kelamin, usia, status pernikahan, jumlah anggota keluarga, lama pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Selain itu, variabel independent lainnya yang diduga berpengaruh adalah konsumsi beras konvensional, tingkat kepedulian terhadap diversifikasi pangan, preferensi konsumen dalam mengonsumsi pangan sumber karbohidrat, dan pengetahuan mengenai beras analog. Pendugaan faktor tersebut berdasarkan pada observasi langsung keadaan yang sedang terjadi dan wawancara yang dilakukan dengan pihak Serambi Botani. Adapun model dugaan analisis regresi linier berganda yang digunakan pada penelitian ini, yaitu:

= �0+�1 1 +�2 +�3 +�4 2 +�5

+ �6 3 + �7 +�

8 4 +�9

+�10 5 +�11 6 +ε

Keterangan :

WTP = Nilai WTP beras analog (Rp/800gr) b0-b11 = Koefisien model

1JK = Dummy Jenis Kelamin (1=Perempuan; 0=Laki-laki)

USIA = Usia (1=16-18 tahun; 2=19-24 tahun; 3=25-35 tahun; 4=36-50 tahun; 5=51-65 tahun; 6=lebih dari 65 tahun)

PDDKN = Lama Pendidikan (Tahun)

2PNKHN = Dummy Status Pernikahan (Sudah menikah=1; Belum menikah=0)

JAK = Jumlah anggota keluarga (orang)

3PKRJN = Dummy pekerjaan (1=Pegawai; 0=Non Pegawai)

PDPTN = Pendapatan per bulan (1=kurang dari Rp 500.000; 2=Rp 500.000–Rp 1.499.999; 3=Rp 1.500.000-Rp 2.499.999; 4=Rp

2.500.000–Rp 3.499.999; 5=Rp 3.500.000–Rp 4.500.000; 6=lebih dari Rp 4.500.000)

4KONV = Dummy konsumsi beras konvensional (1=tidak mengonsumsi beras

konvensional setiap hari; 0=mengonsumsi beras konvensional setiap hari)

DIVER = Tingkat kepedulian terhadap diversifikasi pangan (3=Sangat Peduli; 2=Peduli; 1=Cukup Peduli)

5KARBO = Dummy preferensi pangan sumber karbohidrat (1=untuk

responden yang lebih memilih mengonsumsi pangan sumber karbohidrat berbahan baku lokal; 0=untuk responden yang lebih memilih pangan sumber karbohidrat berbahan baku impor)

6ANLG = Dummy pengetahuan beras analog (1=mengetahui beras analog

sebelumnya; 0=tidak mengetahui beras analog sebelumnya) i = Responden ke-i

ε = Galat (error)

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini sebagai jawaban sementara terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kesediaan membayar (Willingness to Pay) beras analog, yaitu:

1. Jenis kelamin perempuan diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai kesediaan membayar (Willingness to Pay) beras analog di Serambi Botani karena jenis kelamin perempuan cenderung lebih konsumtif dibanding laki-laki. Selain itu, umumnya perempuan memiliki andil yang besar dalam keputusan pembelian (pembayaran) pangan pokok, seperti beras analog sehingga perempuan diduga akan meningkatkan nilai WTP beras analog yang diberikan.

2. Usia diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai kesediaan membayar beras analog karena diduga semakin bertambah usia maka kebutuhan akan pangan yang lebih sehat semakin dibutuhkan, sehingga akan meningkatkan nilai WTP beras analog.

3. Lama pendidikan diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai WTP beras analog karena tingkat pendidikan yang telah ditempuh responden mempengaruhi pola pikir terhadap makanan yang akan dikonsumsinya.

Seseorang yang berpendidikan lebih tinggi lebih mengetahui makanan mana yang lebih baik untuk dikonsumsi sehingga menyebabkan seseorang tersebut lebih selektif dalam pemilihan konsumsi pangannya sehari-hari. Jadi, semakin lama seseorng menempuh pendidikan diduga akan semakin meningkatkan nilai WTP beras analog yang diberikan

4. Responden yang sudah menikah diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai WTP beras analog karena diduga responden yang sudah menikah dan berkeluarga lebih memilih untuk mengonsumsi pangan yang lebih sehat untuk keluarganya.

5. Jumlah anggota keluarga mempunyai pengaruh negatif terhadap nilai WTP yang diberikan. Semakin banyak jumlah anggota keluarga semakin akan mengurangi nilai WTP yang diberikan. Hal ini dikarenakan keluarga tersebut bertanggung jawab dalam pemenuhan konsumsi seluruh anggota keluarganya.

6. Pekerjaan yang dimiliki responden, terutama pegawai diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesediaan membayar beras analog karena diduga responden yang berprofesi sebagai pegawai cenderung memiliki pendapatan yang lebih banyak dan akan meningkatkan nilai WTP beras analog yang diberikan.

7. Pendapatan responden diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai WTP beras analog. Hal ini diduga karena semakin tinggi pendapatan responden akan meningkatkan daya beli terhadap suatu produk, sehingga akan meningkatkan nilai WTP beras analog yang diberikan.

8. Responden yang tidak mengonsumsi beras konvensional setiap hari diduga mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai WTP yang diberikan. Hal ini dikarenakan jika seseorang yang sudah terbiasa menyelingi konsumsi pangannya setiap hari dengan pangan alternatif lainnya, diduga akan responsif terhadap pangan alternatif seperti beras analog dan akan meningkatkan nilai WTP yang diberikan.

9. Tingkat kepedulian terhadap diversifikasi pangan diduga mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai WTP yang diberikan. Semakin

seseorang peduli terhadap diversifikasi pangan akan semakin meningkatkan nilai WTP beras analog yang diberikan.

10. Responden yang mengonsumsi pangan sumber karbohidrat berbahan baku lokal diduga mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai WTP yang diberikan. Seseorang yang lebih memilih untuk mengonsumsi pangan berbahan baku lokal diduga akan meningkatkan nilai WTP beras analog yang diberikan karena karakteristik beras analog yang dibuat dari tepung berbahan baku lokal.

11. Responden yang telah mengetahui beras analog sebelumnya, diduga mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai WTP yang diberikan. Apabila seseorang telah mengetahui produk beras analog sebelumnya diduga akan meningkatkan nilai WTP yang diberikan dikarenakan seseorang tersebut telah memiliki gambaran mengenai karakteristik maupun fungsi beras analog.

Model regresi yang dianalisis membutuhkan pengujian terhadap hipotesis- hipotesis yang dilakukan. Pengujian hipotesis secara statistik bertujuan untuk melihat nyata atau tidaknya pengaruh peubah-peubah bebas yang dipilih terhadap peubah tidak bebas yang diteliti. Adapun pengujian yang dilakukan, antara lain: 1. Pengujian terhadap model penduga

Pengujian ini untuk mengetahui apakah faktor yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap nilai WTP beras analog.

Hipotesis:

H0 : b1 = b2 = . . . = bi = 0

H1 : minimal ada salah satu dari bi ada yang ≠ 0

Uji statistik yang digunakan adalah uji F. Kriteria uji digunakan dengan melihat nilai P-value, dengan kriteria sebagai berikut:

a. Tolak H0 = P-value < α, maka secara bersama-sama variabel yang

digunakan berpengaruh nyata terhadap nilai WTP beras analog.

b. Terima H0 = P-value > α, maka variabel yang digunakan secara bersama-

sama tidak berpengaruh nyata terhadap nilai WTP beras analog.

Selain itu dihitung besarnya koefsien determinasi yang merupakan suatu nilai statistik yang dapat digunakan untuk mengukur ketepatan/kecocokan suatu

garis regresi serta dapat pula digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel bebas (X) terhadap variasi variabel (Y) dari suatu persamaan regresi. Dalam Hanley dan Spash (1993), Mitchell dan Carson (1989) merekomendasikan 15% atau 0,15 sebagai batas minimum dari R2 yang realibel. Apabila nilai R2 yang diperoleh lebih kecil dari 0,15 maka penggunaan CVM ini tidak realibel, sedangkan nilai R2 yang tinggi atau lebih besar dari 0,15 menunjukkan tingkat reabilitas yang baik dalam penggunaan CVM.

2. Pengujian untuk masing-masing parameter

Pengujian untuk masing-masing parameter yaitu dengan uji-t yang menguji secara statistik bagaimana pengaruh nyata dari setiap parameter bebas (X) yang digunakan secara terpisah terhadap parameter tidak bebas (Y). Hipotesis pengujian secara statistik adalah sebagai berikut:

Hipotesis: H0 : bi = 0

H1 : bi≠ 0

Kriteria uji digunakan dengan melihat nilai P-value, dengan kriteria sebagai berikut:

a. Tolak H0 = P-value < α, maka variabel yang diuji berpengaruh nyata

terhadap variabel tidak bebas.

b. Terima H0 = P-value > α, maka variabel yang diuji tidak berpengaruh

Dokumen terkait