• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Revealed Comparative Advantage (RCA)

Dalam dokumen LAPORAN HASIL KAJIAN (Halaman 74-82)

74

Metode RCA merupakan metode analisis yang digunakan untuk menentukan keunggulan komparatif atau daya saing suatu komoditas. RCA adalah indeks yang mengukur kinerja ekspor suatu komoditas dari suatu negara dengan mengevaluasi peranan ekspor suatu komoditas dalam ekspor total negara

tersebut, dibandingkan dengan pangsa komoditas tersebut dalam

perdagangan dunia. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Ballasa (1965), yang menganggap bahwa keunggulan komparatif suatu negara direfleksikan atau terungkap dalam ekspornya.

Dengan menggunakan asumsi bahwa pola perdagangan komoditas mencerminkan perbedaan tiap negara dalam hal biaya relatif serta faktor non-harga, RCA dapat dianggap mengungkapkan keunggulan komparatif dari negara-negara tersebut dalam perdagangan internasional.

Secara matematis metode perhitungan RCA adalah sebagai berikut:

adalah indeks keunggulan komparatif terungkap dari produk ekspor pertanian Indonesia

adalah nilai ekspor atas komoditas produk ekspor pertanian oleh

negara Indonesia

adalah nilai total ekspor negara Indonesia

adalah nilai ekspor dari komoditas produk ekspor pertanian di

dunia

75

Jika nilai RCA lebih besar dari 1, maka produk tersebut memiliki keunggulan komparatif atau berdaya saing kuat. Jika nilai RCA lebih kecil dari 1, maka produk tersebut tidak memiliki keunggulan komparatif atau berdaya saing lemah.

Menurut Bender & Li (2002), keunggulan menggunakan indeks RCA adalah indeks ini mempertimbangkan keuntungan intrinsik komoditi ekspor tertentu dan konsisten dengan perubahan produktivitas di dalam suatu ekonomi produktivitas dan faktor anugerah relatif. Selain itu, dapat mengurangi dampak pengaruh dari campur tangan pemerintah sehingga keunggulan komparatif suatu komoditi komoditas dari waktu ke waktu terlihat jelas. Kelemahan metode RCA adalah indeks ini tidak dapat membedakan antara peningkatan di dalam faktor sumber daya dan penerapan kebijakan perdagangan yang sesuai. Menurut Batra & Khan (2005) indeks RCA ini memiliki kelemahan dalam mengukur keunggulan komparatif dari kinerja impor dan mengesampingkan pentingnya permintaan domestik, ukuran pasar domestik dan perkembangannya. Kelemahan lainnya adalah dalam metode ini suatu negara dianggap mengekspor semua komoditasi, indeks RCA tidak dapat menjelaskan apakah pola perdagangan yang sedang berlangsung sudah optimal atau belum, juga tidak dapat mendeteksi dan memprediksi produk-produk yang berpotensi di masa mendatang.

Gambar-15 menyajikan hasil perhitungan indeks RCA komoditas pertanian Indonesia dan perkembangannya untuk tahun 2003, 2007, dan 2011. Terlihat dari gambar bahwa Indonesia memiliki beberapa komoditas pertanian dengan keunggulan komparatif yang sangat dominan, antara lain: kacang-kacangan, the, ikan diolah, kopi, udang, bubuk coklat, biji kokoa, rempah-rempah, tebu, karet, dan minyak hewani dan nabati. Semua komoditas ini memiliki nilai indeks RCA yang tinggi (>2.0). Bahkan enam komoditas terakhir memiliki nilai indeks RCA yang sangat tinggi, yaitu di atas angka 5. Ini menunjukkan bahwa Indonesia mendominasi ekspor untuk komoditas tersebut.

76

Gambar-15 juga menunjukkan dinamika perubahan angka indeks RCA antarperiode. Ada beberapa komoditas yang mengalami perubahan angka indeks RCA yang relatif besar, baik itu meningkat atau pun menurun, misalnya: tebu, biji kokoa, minyak hewani dan nabati, karet, rempah-rempah, dan udang. Angka indeks RCA ini menjadi masukan menarik untuk mengindentifikasi awal

adanya masalah diperubahan daya saing ini. Sementara faktor

fundamentalnya harus ditelusuri lebih lanjut terhadap kejadian-kejadian faktual yang mempengaruhinya, baik itu yang berasal dari sumber domestik atau pun yang bersumber dari luar.

77

Sumber: FAOSTAT diakses pada 11 Maret 2013

Analisis Dynamic RCA (RCA Dinamis)

78

Metode RCA dinamis merupakan modifikasi dari RCA. RCA Dinamis telah digunakan oleh Edwards & Schoer (2001) untuk menganalisis struktur dan daya saing dari perdagangan Afrika Selatan. Rumus dari RCA dinamis yang mengacu pada Edwards & Schoer (2001) ialah sebagai berikut:

adalah Dynamic Revealed Comparative Advantage (RCA Dinamis)

adalah nilai ekspor atas komoditi produk ekspor pertanian oleh negara Indonesia

adalah nilai total ekspor negara Indonesia

adalah nilai ekspor dari komoditi produk ekspor pertanian di dunia

adalah nilai total ekspor di seluruh dunia

Bagian pertama dari sisi sebelah kanan persamaan mengacu pada bagian ekspor dari komoditas produk ekspor pertanian Indonesia terhadap total nilai ekspor negara Indonesia. Bagian kedua mengacu pada bagian ekspor atas komoditas produk ekspor pertanian di pasar internasional terhadap total ekspor pasar internasional. Edwards & Schoer (2001a) memberikan matriks penempatan yang sangat berguna untuk menganalisis daya saing dari suatu produk. Matriks ini sebagaimana ditunjukkan pada Tabel-30. Dengan alat bantu matriks maka dapat dipetakan kondisi dinamis daya saing suatu komoditas dibandingkan dengan kompetitornya di dunia.

79 Pangsa produk di Indonesia Pangsa produk di Dunia Posisi RCA Naik ↑ > ↑ Rising Star ↑ > ↓ Falling Star ↓ > ↓ Lagging Retreat RCA Turun ↓ < ↑ Lost Opportunity ↓ < ↓ Leading Retreat ↑ < ↑ Lagging Opportunity

Sumber: Edwards & Schoer (2001a)

Posisi Rising Star menunjukkan bahwa suatu produk memiliki keunggulan daya saing yang meningkat terhadap produk sejenis di dunia ketika permintaan ekspor dunia terhadap produk tersebut sedang meningkat. Posisi

Falling Star menunjukkan bahwa suatu produk memiliki keunggulan daya

saing yang meningkat terhadap produk sejenis di dunia tetapi permintaan ekspor dunia terhadap produk tersebut cenderung menurun. Posisi Lagging

Retreat menunjukkan bahwa suatu produk masih memiliki keunggulan daya

saing terhadap produk sejenis di dunia tetapi permintaan ekspor dunia terhadap produk tersebut cenderung menurun dimana penurunan ekspor untuk produk tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan kecenderungan tingkat penurunan permintaan dunia untuk produk tersebut. Ketiga posisi tersebut menunjukkan bahwa suatu produk masih memiliki keunggulan daya saing.

Posisi Lost Opportunity menunjukkan bahwa tingkat daya saing suatu produk ekspor menurun ketika permintaan ekspor dunia terhadap produk tersebut sedang meningkat. Posisi Leading Retreat menunjukkan bahwa tingkat daya saing suatu produk ekspor menurun ketika permintaan ekspor dunia terhadap produk tersebut juga sedang menurun dimana penurunan ekspor untuk produk tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan kecenderungan tingkat penurunan permintaan dunia untuk produk tersebut. Posisi Lagging

80

Opportunity menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan ekspor suatu produk

masih lebih rendah dibandingkan peningkatan permintaan ekspor dunia terhadap produk tersebut.

Dari Tabel-31 terlihat bahwa hanya ada empat komoditas pertanian Indonesia yang memiliki daya saing tak tergoyahkan (Rising Star), yaitu: rempah-rempah, ekstrak kopi, minyak hewani dan nabati, dan karet. Terhadap komoditas ini, Indonesia tidak akan terganggu dengan proses liberalisasi bahkan akan menambah keuntungan bagi Indonesia. Sedangkan untuk yang lainnya diperlukan perhatian untuk mengembangkan kebijakan yang mampu untuk menjaga atau meningkatkan daya saing.

Tabel-31: Daya Saing RCA Dinamis Komoditas Pertanian Indonesia

Share Agricultures in Indonesia Export > Share Agricultures in World Export

Increasing RCA (Product Groups)

Rising Star (4) Falling Star (10) Lagging Retreat (14) Rempah Buah Mak. lain Hewan hdp ara

Eks. kopi Jerami Min. Nonalk Daging sapi Dag & Jer aw Miny. H & T Miny. Biji Min. alkohol Daging lain Keju

Karet Dag & Jero Telur cgkg Telur no cgkg Mak. Ringan Jagung Umbian Coklat bbk Sayuran sgr Coklat Dedak Buah lain Bag. H & T

Share Agricultures in Indonesia Export < Share Agricultures in World Export

Decreasing RCA (Product Groups)

Lost Opportunity (11) Leading Retreat (13) Lagging Opportunity (3) Susu Susu kons. Madu Alam Pengan gula Gula raf

Beras Mentega Biji kakao Temb pab Jangat & kul Jelai Gula buatan Teh Ikan segar Serat tekstil Sereal Gabus Tmb nonpab Ikan kering

Kacangan Buah awet Udang segar Gula Jus B &S Ikan awet

Kopi Tebu

81

7

7

7

7

Dalam dokumen LAPORAN HASIL KAJIAN (Halaman 74-82)

Dokumen terkait