Simulasi yang akan dilakukan dengan menggunakan Model GTAP ialah dengan melakukan shock kebijakan liberalisasi penuh di seluruh negara ASEAN dan Uni Eropa.
Dari simulasi yang dilakukan maka akan dianalisis dampaknya terhadap perekonomian negara-negara di ASEAN dan Uni Eropa dalam beberapa aspek, diantaranya ialah dampak terhadap volume perdagangan (ekspor dan impor), investasi, pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rumah tangga. Selain itu juga akan dilihat dampak kepada faktor produksi secara lebih detail yaitu menurut lima kategori: Land, Unskilled Labor (UnSkLab), Skilled Labor (SkLab),
Capital, dan Natural Resources (NatRes). Dan terakhir dilihat dampak detail
dampak terhadap ekspor dan impor komoditas menurut sektor. Empat tabel berikut secara berturut-turut menyajikan ikhtisar hasil simulasi tersebut. Tabel-16 menyajikan dampak arus perdagangan, pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan dan investasi atas liberalisasi penuh ASEAN-Uni Eropa. Terlihat bahwa secara umum liberalisasi perdagangan membawa dampak positif bagi peningkatan arus perdagangan dan ekonomi, tidak hanya bagi negara-negara di ASEAN tetapi juga bagi negara-negara di Uni Eropa. Benefit liberalisasi ini tentu tidak dibagi merata antarnegara. Banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain:
(1) kondisi struktur tarif impor sebelum liberalisasi,
(2) struktur kekuatan produksi untuk menghasilkan komoditas yang berbeda-beda antarnegara,
47
(3) struktur kebutuhan input bagi produksi yang berbeda, (4) struktur kebutuhan konsumsi yang berbeda, dan (5) faktor struktur interaksi antarnegara, serta
(6) faktor daya saing yang direpresentasikan dengan harga domestik dan harga internasional untuk suatu komoditas tertentu.
Sebagai contoh, dampak arus perdagangan bagi Indonesia menghasilkan pengaruh peningkatan nilai perdagangan yang cukup besar, baik dari sisi ekspor maupun impor. Namun demikian, dampak dari sisi impor lebih besar dari sisi ekspor (Lihat Tabel-16). Hal ini dapat disebabkan oleh factor-faktor tersebut di atas. Namun yang kasat mata ialah bahwa struktur tarif sebelum liberalisasi yang masih cukup besar untuk impor ke Indonesia dari negara mitra (Lihat kembali Tabel-14) dibanding dengan impor negara-negara mitra dari Indonesia (Lihat kembali Tabel-15). Untuk faktor-faktor yang lain harus dilakukan penelusuran lebih lanjut yang memerlukan data-data tambahan yang relevan.
Tabel-16: Dampak Arus Perdagangan, GDP, Kesejahteraan dan Investasi
Export (USD million) Import (USD million) GDP (%) HHINC (%) INV (%) IDN 1,991.59 2,704.08 0.51 0.54 0.08 MYS 1,626.36 2,551.14 0.21 0.30 0.19 PHL 759.00 1,172.02 (0.22) (0.21) 0.12 SGP 666.86 2,106.44 1.79 1.92 0.14 THA 2,230.31 4,359.91 1.48 1.73 0.28 VNM 1,277.49 2,928.67 2.53 2.79 0.71 R_SEA 410.88 588.77 (0.40) (0.37) 0.26 FRA 937.81 824.81 0.00 0.00 0.00 DEU 674.38 749.00 0.02 0.02 0.00 GBR 686.88 846.44 0.03 0.03 0.00 NLD 173.91 144.72 0.03 0.03 0.00 R_EU 1,667.00 1,528.75 0.01 0.01 (0.00)
48
Arus perdagangan yang meningkat akan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi meningkat hampir untuk semua negara, kecuali Philipinnes (PHI) dan negara lainnya di Asia Tenggara (R_SEA). Dari besaran persentase perubahan, lima negara utama di ASEAN – Indonesia (IDN), Malaysia (MYS), Singapore (SGP), Thailand (THA), dan Vietnam (VNM) – memperoleh persentase kenaikan lebih tinggi dibanding dengan negara-negara di Uni Eropa.
Aliran investasi pun terjadi dengan kenaikan persentasi investasi lebih tinggi terjadi di negara-negara ASEAN, sementara persentasi perubahan investasi di negara-negara Uni Eropa relatif sangat kecil. Indonesia pun mendapat kenaikan invetasi, walaupun dengan persentase perubahan yang lebih kecil relatif dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Tabel-17: Dampak Pendapatan Faktor Relatif Terhadap Inflasi (%)
Land UnSkLab SkLab Capital NatRes
IDN -0.487 0.631 0.485 0.492 -1.773 MYS 1.807 1.494 1.379 1.515 -0.574 PHL -8.268 0.827 0.926 1.176 1.185 SGP 9.216 0.905 0.736 0.875 -0.531 THA 8.697 1.483 1.237 1.311 0.658 VNM 2.032 3.895 3.295 3.995 -4.996 R_SEA 2.038 2.199 2.120 2.119 -1.532 FRA -0.364 0.026 0.029 0.030 0.097 DEU -0.150 0.020 0.024 0.026 0.107 GBR -0.812 0.027 0.029 0.030 0.078 NLD -0.031 0.030 0.029 0.030 -0.018 R_EU -0.426 0.016 0.023 0.022 0.098
Sumber: Hasil analisis
Tabel-17 menyajikan dampak pendapatan bagi faktor produksi untuk setiap negara ASEAN dan Uni Eropa. Sebagaimana terlihat dengan mudah bahwa dampak ke negara ASEAN relatif lebih besar daripada ke
negara-49
negara Uni Eropa. Dampaknya pun bervariatif antarnegara. Yang menonjol, misalnya Thailand yang mendapat dampak kenaikan positif untuk semua pendapatan faktor produksinya dengan nilai persentasi kenaikan yang lumayan tinggi. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dalam proses liberalisasi ini, Thailand memiliki keunggulan yang merata dari sisi komoditas atau industrinya. Merata dalam pengertian bahwa perubahan struktur produksi untuk menghasilkan komoditas tambahan dalam perubahan liberalisasi memberikan dampak yang positif bagi semua faktor produksi yang dibutuhkan. Misalnya kenaikan produksi sektor pertanian sebagai akibat kenaikan permintaan dunia, akan mendorong peningkatan pendapatan dari faktor produksi tanah (Land), karena sektor pertanian merupakan sektor yang mengandalkan tanah sebagai salah satu faktor produksi utamanya.
Ini juga memberikan gambaran dampak keseluruhan atas keunggulan komparatif suatu negara yang merupakan akumulasi keseluruhan komoditas yang dihasilkan dalam interaksi perdagangan internasional. Dalam kasus ini yang dilihat ialah perdagangan internasional antarnegara ASEAN dan Uni Eropa. Perubahan dalam skema perdagangan ASEAN-Uni Eropa memberikan dampak langsung terhadap negara ini. Sementara interaksi negara-negara ASEAN-Uni Eropa dengan negara-negara-negara-negara di luar itu memberikan dampak tidak langsung. Semua ini terangkai dalam persamaan behavioural model yang mendefinisikan database perdagangan internasional negara-negara di dunia.
Indonesia, dalam proses liberalisasi perdagangan ASEAN-EU mendapatkan keuntungan dari peningkatan pendapatan faktor produksi tenaga kerja - baik terampil (SkLab) maupun tidak terampil (UnSkLab) dan kapital, akan tetapi mengalami penurunan pendapatan dari faktor produksi tanah dan sumber daya alam (NatRes).
Tabel-18 dan Tabel-19 berikut ini menyajikan dampak hasil simulasi terhadap
ekspor dan impor sektoral untuk masing-masing negara. Untuk
mempermudah analisis, diberikan arsir warna merah untuk dampak persentasi kenaikan >10% dan arsir warna hijau untuk dampak persentasi
50
penurunan >10%, untuk dampak ekspor (Tabel-18); diberikan arsir warna merah untuk dampak persentasi kenaikan >6% dan arsir warna hijau untuk dampak persentasi penurunan >6%, untuk dampak impor (Tabel-19). Untuk mempermudah penyajian karena keterbatasan ruang, dampak yang relatif kecil tidak ditampilkan di dalam Tabel.
Tabel-18: Dampak Ekspor Sektoral (FOB weights, %)
qxw R_SEA R_EU IDN MYS PHL SGP THA VNM FRA DEU GBR NLD
pdr 13.7 -7.7 22.6 32.1 146.5 -29.3 26.9 16.2 -4.1 -7.2 -7.5 -10.8 c_b 2.3 1.7 10.0 -13.0 12.5 -12.2 -27.2 -13.6 0.0 -0.1 0.0 -0.2 ocr 16.8 0.7 3.5 4.2 43.2 11.4 -0.1 -5.7 0.7 1.9 0.6 0.0 ctl 8.1 0.0 2.8 -0.1 8.4 -3.2 -13.4 -12.1 -0.1 -0.1 0.1 0.1 rmk 7.6 0.1 -1.4 -2.7 13.6 -16.3 -36.5 -10.4 0.0 -0.1 0.1 -0.4 wol 11.2 -0.8 -0.8 -10.7 53.3 -20.2 -50.3 -18.4 -0.7 -0.8 -0.7 -1.0 gas -0.2 0.0 -0.2 -0.8 -3.4 -0.9 90.7 105.4 0.0 0.0 0.0 0.0 cmt 26.4 0.5 9.2 11.9 8.9 1.7 22.2 3.4 0.2 0.6 1.4 0.8 omt -2.8 -1.0 58.2 -1.3 31.0 21.0 34.5 -6.6 -0.3 -1.1 -0.2 -1.6 mil 27.4 0.6 16.7 7.1 4.8 0.9 11.5 24.1 0.9 0.4 0.5 1.2 pcr 17.3 -11.9 10.5 20.3 22.1 9.9 1.4 15.6 -7.3 -8.9 -10.8 -2.2 sgr 45.7 -0.3 0.2 14.9 19.4 23.5 12.1 15.4 -0.4 0.0 -0.1 -0.3 ofd 2.6 -0.1 5.0 10.8 12.1 2.6 5.1 0.8 -0.3 -0.3 -0.1 0.3 b_t 0.9 0.1 8.8 26.4 35.4 33.7 5.2 2.9 0.4 0.1 0.8 0.1 tex 3.5 -0.3 10.2 11.5 7.2 19.9 5.7 6.6 0.3 -0.1 0.3 -0.8 wap 5.4 -0.6 10.6 10.6 5.2 11.4 9.2 10.7 -0.5 -0.6 -0.2 -1.4 lea 3.1 -1.6 12.6 19.5 4.9 7.0 9.3 25.2 -0.9 -1.1 -1.1 -2.5 lum 3.3 0.1 -2.0 -0.7 0.2 15.8 -2.1 -8.6 0.2 0.2 0.3 0.2 ppp 2.7 0.2 -1.0 5.9 4.4 18.4 -1.1 -2.9 0.3 0.1 0.3 0.2 p_c -0.1 0.0 0.7 2.6 3.5 2.8 8.2 24.8 0.1 0.0 0.0 0.0 fmp 10.3 0.2 3.4 8.2 2.9 31.2 -2.6 2.0 0.3 0.3 0.8 0.4 mvh 22.4 -0.1 13.5 11.6 23.3 49.1 13.1 3.3 0.0 0.0 0.0 1.1 otn 7.8 0.7 3.6 1.7 0.9 -3.5 20.2 7.6 0.1 -0.5 0.3 -0.4 ome 14.3 0.1 0.8 1.6 -0.5 1.8 -1.9 -4.8 0.2 0.1 0.3 0.0 omf 18.0 2.1 -1.8 1.8 -0.9 6.6 8.4 -5.1 0.6 0.0 0.6 0.0 ely 12.2 0.0 -1.0 -2.1 -1.8 -3.5 -4.8 -14.3 0.1 0.0 -0.1 0.0 gdt -4.2 0.1 -3.5 -3.9 -1.8 -1.0 -8.3 -19.4 0.1 0.0 0.1 0.0 wtr -1.8 0.2 -3.0 -3.1 -2.0 -7.7 -8.4 -18.8 0.2 0.1 0.0 0.1 cmn -3.1 0.1 -2.9 -2.9 -1.4 -6.4 -6.3 -12.5 0.1 0.1 0.0 0.0 ofi -2.9 0.0 -3.0 -3.1 -1.6 -3.6 -6.4 -13.7 0.0 0.0 -0.1 -0.1
Sumber: Hasil analisis
Dari Tabel-18 terlihat bahwa Indonesia (IDN) tidak memiliki dampak penurunan ekspor yang nilainya >10%, tetapi tidak terlalu banyak pula yang
51
memiliki dampak kenaikan >10%. Secara berurut dari dampak yang terbesar adalah: meat products nec. (omt), paddy rice (pdr), dairy products (mil), motor
vehicles and parts (mvh), leather products (lea), wearing apparel (wap), processed rice (pcr), textiles (tex), dan sugar cane, sugar beet (c_b). Namun
demikian, dampak kenaikan yang cukup besar dari sisi ekspor untuk komoditas padi (paddy rice) dan beras atau olahannya (processed rice) secara pemodelan, akan sulit dilakukan secara factual, mengingat kebutuhan untuk menjaga ketahanan pangan dan padi/beras merupkan staple food utama masyarakat Indonesia.
Disamping itu, dampak ekspor sektoral juga terlihat lebih banyak dinikmati bagi negara ASEAN dibandangkan dengan dampaknya bagi negara-negara Uni Eropa. Dampak bagi negara-negara-negara-negara ASEAN walaupun bervariasi tetapi secara besaran prosentase terlihat relatif merata.
Tabel-19 menyajikan gambaran dampak sektoral dari sisi impor. Terlihat pula bahwa dampak relatif lebih besar di negara-negara ASEAN dibandingkan dengan di negara-negara Uni Eropa. Bagi Indonesia (IDN), benefit dengan persentasi terbesar terjadi untuk penurunan impor komoditas sugar cane
sugar beet (c_b). Sementara dampaknya terhadap kenaikan impor cukup modest. Yang cukup menonjol ialah kenaikan impor beras dan porduk
olahannya (processed rice/pcr), ini kemungkinan dalam bentuk impor beras dengan kualitas tertentu atau produk olahan makanan berbahan baku utama beras.
Thailand (THA) dan Vietnam (VNM) memiliki dampak impor sektoral yang cukup banyak serta dengan nilai persentase perubahan yang cukup besar. Sementara Philippines (PHL) memiliki variansi yang cukup mencolok, dari persentase penurunan impor sampai dengan kenaikan impor, dan dengan persentase yang cukup besar walaupun hanya melibatkan beberapa sektor/komoditas saja. Dampak impor untuk Singapore (SGP) relatif kecil, hal ini berbeda dengan dampak dari sisi ekspornya (Lihat kembali Tabel-18) yang memiliki variansi dampak yang cukup besar.
52
Tabel-19: Dampak Impor Sektoral (CIF weights, %)
R_SEA R_EU IDN MYS PHL SGP THA VNM FRA DEU GBR NLD
pdr 10.04 -2.52 1.09 84.54 -26.74 1.30 25.08 27.58 -0.70 -5.89 -3.53 -5.75 gro -1.68 -0.07 -0.18 1.14 -0.94 1.27 19.51 0.90 0.06 -0.09 -0.14 -0.22 v_f 8.50 0.00 0.63 0.86 -1.99 1.41 11.14 4.24 0.08 0.00 0.01 0.01 c_b -3.36 -0.20 -11.06 5.78 -6.13 2.17 5.68 4.44 2.18 -0.11 -0.07 -0.10 pfb 1.97 -0.27 6.95 2.82 -0.80 1.89 2.27 2.73 -0.15 -0.15 -0.03 -0.26 ocr 3.89 -0.10 2.41 2.06 0.12 1.64 25.33 8.84 -0.04 -0.11 0.01 0.11 ctl 3.38 -0.07 1.05 2.80 -3.44 0.53 13.30 5.92 0.20 0.15 -0.22 0.26 rmk -0.52 0.03 0.86 1.67 -7.59 0.60 19.36 1.51 0.04 0.09 0.06 0.35 wol 1.79 -0.44 4.50 3.18 -0.54 0.77 28.00 7.80 -0.22 -0.27 -0.20 -0.30 frs 9.27 0.10 1.76 1.22 0.54 1.30 5.83 -4.66 0.10 0.06 0.05 0.04 coa 2.43 0.01 6.81 0.34 0.47 1.01 0.49 0.63 0.02 0.06 0.02 0.01 gas 4.78 0.01 -0.09 0.99 2.83 0.91 0.63 -52.74 0.02 0.02 0.02 -0.02 cmt 5.51 0.01 2.39 0.45 0.27 2.06 11.39 -0.41 1.92 0.08 0.11 -0.01 omt 10.29 0.28 3.70 3.23 6.28 1.32 13.89 10.48 1.02 0.36 1.37 0.93 mil 6.84 0.05 4.03 1.04 1.03 1.56 10.98 9.41 1.56 0.07 0.09 0.24 pcr 1.01 2.95 11.96 25.81 48.95 -0.25 11.66 17.34 1.02 -0.05 -0.20 0.05 sgr 4.77 -0.02 8.46 0.92 30.60 4.07 11.10 26.69 1.38 -0.19 0.01 0.36 ofd 9.25 0.31 6.44 2.37 3.52 2.19 6.43 8.56 0.54 0.43 0.47 0.44 b_t 4.83 0.03 8.83 19.60 1.54 1.20 23.30 12.92 0.26 0.07 0.08 0.06 tex 3.90 0.15 6.33 4.55 2.95 5.56 7.05 11.05 0.33 0.15 0.49 0.19 wap 8.50 0.53 6.74 1.37 5.86 1.75 42.58 10.55 0.61 0.77 0.91 0.56 lea 7.31 0.64 8.92 2.14 3.16 3.38 11.63 25.98 0.82 1.18 0.89 0.52 lum 18.08 0.10 4.26 1.88 4.68 2.63 7.28 2.69 0.05 0.00 0.04 -0.03 nmm 4.50 0.04 5.43 4.17 2.93 2.22 8.79 10.70 0.12 0.08 0.16 0.07 fmp 0.95 0.05 8.06 7.97 4.09 4.06 8.40 3.12 0.12 0.06 0.13 0.09 mvh 9.11 0.02 4.98 3.87 6.20 3.78 9.35 3.30 0.14 0.07 0.12 0.16 otn 2.93 0.16 1.51 2.46 5.14 1.87 7.84 9.23 0.09 -0.01 0.22 0.16 ele 7.61 0.05 1.22 -0.14 -0.13 -2.02 -1.02 2.91 0.11 0.04 0.06 -0.06 omf 10.51 0.21 5.64 5.16 3.28 1.02 6.05 9.07 0.16 0.27 0.27 0.11 ely -1.28 0.02 0.50 2.17 0.97 2.52 3.74 8.45 -0.01 0.03 0.05 0.03 gdt 2.09 -0.01 1.05 2.25 0.93 0.91 1.13 8.64 -0.03 0.01 -0.04 -0.01 wtr 1.66 -0.12 0.94 1.84 1.47 0.78 4.84 10.04 -0.16 -0.16 -0.09 -0.05
Sumber: Hasil analisis
Ikhtisar
Dengan mengamati hasil simulasi dan analisis dalam uraian di atas maka ada beberapa kesimpulan:
53
1. Secara umum, liberalisasi perdagangan antara ASEAN dengan Uni Eropa
memberi keuntungan kepada semua pihak, namun dampaknya lebih banyak dinikmati oleh negara-negara ASEAN jika dilihat dari persentasi perubahan masing-masing indikatornya, arus perdagangan (ekspor-impor), pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan rumah tangga dan investasi. Hal ini jamak terjadi mengingat negara-negara ASEAn pada awalnya masih memiliki tarif impor yang lebih tinggi untuk jenis komoditas yang lebih variatif.
2. Indonesia pun mengalami keuntungan dari adanya liberalisasi
perdagangan ASEAN-Uni Eropa ini walau pun tidak sebaik yang dialami oleh Thailand. Misalnya Indonesia mengalami dampak negative untuk pendapatan faktor produksi tanah dan sumber daya alam. Hal ini sangat mungkin disebabkan oleh adanya kompetisi dengan negara ASEAN lainnya yang merupakan penghasil komoditas dengan faktor produksi utama tanah dan sumber daya alam tersebut.
3. Ketika dilihat dari dampak sektoralnya terlihat bahwa kekuatan komoditas
Indonesia tidak banyak, yaitu komoditas yang memiliki keunggulan kompatif dibandingkan dengan komoditas negara lain. Indonesia memiliki komoditas yang sangat kuat keunggulan komparatifnya, namun jumlahnya relatif tidak banyak. Sehingga secara keseluruhan daya saingnya relatif rendah.
4. Uni Eropa lebih sebagai sumber investasi bagi ASEAN, hal ini terlihat dari
indikasi dampak terhadap investasi yang cukup tinggi bagi negara-negara ASEAN namun tidak cukup bagi negara-negara Uni Eropa. Uni Eropa juga merupakan sumber investasi terbesar di dunia.
54