• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Saluran Pemasaran

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN

7.1 Analisis Pendapatan Cabang Usahatani Padi

7.2.2. Analisis Saluran Pemasaran

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan petani padi dan pedagang beras yang berada di Kecamatan Salem maka diketahui bahwa terdapat 2 pola saluran pemasaran yang penjelasannya adalah sebagai berikut :

1. Pola Pemasaran I

Pada pola pemasaran I ini petani menjual hasil panennya ke pedagang besar kecamatan dengan jumlah gabah yang dijual adalah sebanyak 18.216 kg. Setelah dari pedagang besar kemudian gabah tersebut diolah sampai menjadi beras. Setelah menjadi beras kemudian disalurkan kembali melalui pedagang pengecer untuk disampaikan kepada konsumen akhir. Adapun Persentase jumlah petani yang menggunakan pola I ini adalah 36,67 persen dari total petani.

2. Pola Pemasaran II

Pada pola pemasaran II ini petani menyalurkan produknya melalui pedagang pengumpul dengan jumlah gabah yang disalurkan adalah sama dengan 29.294 kg. Persentase jumlah petani yang menggunakan pola pemasaran II ini adalah sebanyak 63,33 persen dari total petani.

Setelah dibeli ole h pedagang pengumpul kemudian gabah tersebut disalurkan lagi melalui pedagang besar yang berada diluar Kecamatan Salem untuk kemudian oleh pedagang besar gabah tersebut diolah menjadi beras. Setelah menjadi beras baru kemudian disalurkan melalui pedagang pengecer untuk disampaikan kepada konsumen akhir.

Gambar 3. Saluran Pemasaran Padi di Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes

6.2.1. Marjin Pemasaran

Marjin pemasaran terdiri dari biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran. Pada penelitian ini yang termasuk ke dalam biaya pemasaran meliputi, biaya angkut, biaya pengolahan (penimbangan,' pengeringan, penggilingan), biaya pengemasan dan biaya transportasi. Perincian biaya pemasaran selengkapnya pada Tabel 19.

Tabel 19. Marjin Pemasaran Padi untuk Pola Saluran Pemasaran I dan II pada 7 Desa di Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Tahun 2002

Keterangan Pola I Pola II

Rp/Kg Prosentase Rp/Kg Prosentase Petani 1. Biaya produksi - - - - 2. Keuntungan - - - - 3. Harga jual 1.278,33 - 1.278,33 - Pedagang pengumpul 1. Harga beli - - 1.278,33 53,19 2. Biaya - - 41,87 1,76 3. Keuntungan - - 17,29 0,73 4. Margin - - 59,22 2,49 5. Harga jual - - 1.337,50 56,32 Pedagang besar 1.Harga beli 1.917,50* 50,00 2.006,25* 84,47 2. Biaya 360,00 40,87 340,00 14,32 3. Keuntungan 172,50 3,37 28,75 1,21 4. Margin 532,50 44,14 368,75 15,53 5. Harga jual 2.450,00 94,23 2.375,00 100,00 Pedagang pengecer 1. Harga beli 2.450,00 94,23 - - 2. Biaya 30,00 0,58 - - 3. Keuntungan 20,00 5,19 - - 4. Margin 50,00 5,77 - - 5. Harga jual 2.500,00 100,00 - -

Total Marjin Pemasaran 582,50 23,30 427,97 18,00

Total Biaya Pemasaran 390,00 15,60 381,88 16,00

Total Keuntungan 192,50 7,70 46,05 2,00

Efisiensi 0,49 0,12

Keterangan

*1 Kg beras sama dengan 1,67 Kg GKP (Rendemen 60%)

Berdasarkan Tabel 19 diketahui bahwa terdapat dua pola pemasaran yang bisa dipilih oleh petani, yaitu pola I dan pola II. Pola tersebut terbentuk dari tiga lembaga pemasaran yang berbeda. Adapun lembaga tersebut adalah petani- pedagang besar-pedagang pengecer-konsumen untuk pola I dan petani-pedagang pengumpul-pedagang besar-pedagang pengecer-konsumen untuk pola II. Walaupun jumlah lembaga pemasaran yang membentuk pola pemasaran tersebut sama tetapi apabila dilihat dari nilai total marjin pemasarannya tidak sama. Hal

ini terjadi karena kegiatan fungsi pemasaran yang dilakukan oleh masing- masing pola tersebut adalah tidak sama.

Pada Tabel 19 diketahui bahwa pola pemasaran yang memiliki nilai total marjin pemasaran terbesar adalah pola pemasaran I dengan nilai total marjin pemasaran adalah sama dengan Rp 582,50 atau sama dengan 23,30 persen dari harga eceran. Sedangkan pola pemasaran II hanya memperoleh nilai total marjin pemasaran sebesar Rp 427,97 atau sama dengan 18 persen dari harga eceran.

Besarnya nilai total marjin pemasaran yang diperoleh pola pemasaran I dikarenakan nilai total biaya pemasaran dan keuntungan yang diperoleh pola pemasaran ini lebih besar dari pola pemasaran II. Adapun nilai total biaya pemasaran yang harus dikeluarkan oleh pola pemasaran I adalah sama dengan Rp 390 atau 15,60 persen dari harga eceran dan keuntungan yang diperoleh adalah sama dengan Rp 192,50 atau 7,20 persen dari harga eceran.

Untuk pola pemasaran II, total biaya pemasaran yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 381,88 atau 16 persen dari harga eceran dengan keuntungan sebesar Rp 46,05 atau 2 persen dari harga eceran. Besarnya nilai total biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pola pemasaran I dikarenakan aktifitas fungsi fisik yang dilakukan oleh lembaga pemasaran yang terdapat pada pola ini lebih banyak dibandingkan pola pemasaran II. Adapun kegiatannya meliputi pengolahan, pengemasan, pengangkutan dan pengantaran. Perbedaannya dengan kegiatan yang dilakukan oleh pola pemasaran II terletak pada kegiatan pengangkutan. Hal ini karena untuk pola pemasaran II tidak melakukan pengangkutan gabah dari petani ke lembaga pemasaran. Penyebabnya adalah karena jarak antara petani dengan lembaga pemasaran tidak begitu jauh seperti pola pemasaran I.

Selain itu untuk pola pemasaran II ini, dalam melakukan kegiatan pengantaran produk ke lembaga pemasaran lain tidak sejauh pola pemasaran I. Akibat dari hal tersebut biaya transportasi yang harus dikeluarkan oleh pola ini menjadi lebih rendah dari pola pemasaran I.

Sementara itu, besarnya total keuntungan yang diperoleh pola pemasaran I adalah dikarenakan pada pola ini petani dalam menyalurkan gabahnya ke lembaga pemasaran tidak melalui lembaga pemasaran pedagang pengumpul seperti pola pemasaran II tetapi langsung ke pedagang besar. Dampaknya adalah lembaga pemasaran yang terdapat pada pola ini dapat membeli gabah dengan harga yang lebih murah dari petani. Adapun harganya adalah sama dengan Rp 1.917,50 untuk 1,67 Kg GKP (setara 1 Kg beras), sedangkan pola II untuk memperoleh satu Kg beras, pedagang besarnya harus membeli GKP dari pedagang pengumpul dengan harga Rp 2.006,25.

Selain itu yang menyebabkan besarnya nilai keuntungan yang diperoleh pola pemasaran I adalah dikarenakan lembaga pemasran yang terdapat pada pola ini mampu menjual berasnya dengan harga yang lebih mahal dari harga beras yang ditawarkan oleh pola pemasaran II. Adapun nilainya adalah sama dengan Rp 2.500 perkilogram, sedangkan pola pemasaran II hanya mampu menjual dengan harga sebesar Rp 2.375 perkilogram.

Besarnya nilai total keuntungan yang diperoleh masing- masing pola pemasaran tersebut tidak lepas dari peranan lembaga pemasaran yang ada pada pola pemasaran tersebut. Berdasarkan Tabel 19 diketahui keuntungan yang diperoleh masing- masing lembaga pemasaran bila dihitung untuk setiap kilogram

berasnya ternyata nilainya tidak sama. Hal ini terjadi karena masing- masing lembaga pemasaran tersebut memiliki aktifitas fungsi pemasaran yang berbeda.

Pada tingkat pedagang besar, keuntungan terbesar diperoleh pola pemasaran I dengan nilai sebesar Rp 172,50, sedangkan keuntungan yang diperoleh pedagang besar pada pola pemasaran II hanya sebesar Rp 28,75. Besarnya keuntungan yang diperoleh pedagang besar pada pola I dikarenakan harga beli gabah yang diperoleh pedagang ini lebih rendah dari pedagang besar pola II, sementara itu harga jual beras yang diperoleh pedagang besar pola I lebih tinggi dari pedagang pada pola II. Selain pedagang besar terdapat lembaga pemasaran lain yang memperoleh keuntungan. Lembaga pemasaran tersebut adalah pedagang pengumpul yang terdapat pada pola pemasaran II dan pedagang pengecer yang terdapat pada pola pemasaran I. Adapun nilainya adalah sama dengan Rp 17,29 untuk pedagang pengumpul pola II dan Rp 20,00 untuk pedagang pengecer pola I.

Selain melihat dari nilai total marjin pemasaran, pada penelitian ini efisiensi pemasaran pun diukur dengan menggunakan analisis imbangan keuntungan - biaya (Li/Ci). Berdasarkan analisis rasio keuntungan - biaya tersebut diketahui ternyata pola pemasaran yang memiliki nilai efisiensi paling tinggi adalah pola pemasaran I, yaitu dengan nilai 0,59. Hal ini berarti bahwa setiap rupiah biaya ya ng dikeluarkan oleh lembaga pemasaran akan memberikan keuntungan sebesar Rp 0,49. Sedangkan pola pemasaran II hanya memperoleh nilai efisiensi sebesar 0,12.

Namun walaupun nilai total marjin dan efisiensi pemasaran terbesar diperoleh pola pemasaran I, tetapi apabila dilihat dari volume gabah atau beras

yang disalurkannya ternyata tidak sebanyak pola pemasaran II. Hal ini terjadi karena jarak antara petani dengan lembaga pemasaran yang terdapat pada pola pemasaran I lebih jauh bila dibandingkan dengan jarak antara petani dengan lembaga pemasaran yang terdapat pada pola pemasaran II. Akibatnya petani banyak yang menggunakan pola pemasaran II untuk menyalurkan produk hasil pertaniannya kepada konsumen. Hal ini dikarenakan petani dapat menekan biaya pemasaran.

Dokumen terkait