BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.4. Analisis Sensitivitas Model
bawah dalam naungan tingkat semai-pancang. Jika dibandingkan pada kondisi savana yang terbuka, biomassa tumbuhan bawah ini hanya mencapai 1,35%.
Populasi Acacia nilotica mencapai puncak pada tahun ketiga simulasi kemudian menurun. Penurunan Acacia nilotica pada tahun kelima hingga hampir mencapai nol, tidak mengembalikan produksi hijauan maupun kehadiran banteng di Padang Savana Bekol seperti semula. Hal ini karena recovery lahan terbuka bekas penebangan Acacia nilotica memerlukan waktu untuk kembali membentuk ekosistem savana baru yang stabil secara alami. Pencucian polong dan daun yang tersisa dari penebangan Acacia nilotica oleh air hujan melepaskan zat yang mampu menghambat perkecambahan dan pertumbuhan semai hijauan pakan satwa (El Khawas dan Shehata, 2005). Setelah penebangan Acacia nilotica pertumbuhan kapasan dan widuri lebih cepat daripada hijauan pakan satwa sehingga menghambat produksi hijauan pakan. Kapasan dan widuri ini tidak dikonsumsi oleh satwa herbivora.
Acacia nilotica di Padang Savana Bekol memiliki potensi untuk tumbuh kembali karena hasil simulasi menunjukkan bahwa Acacia nilotica masih ada. Keberadaan Acacia nilotica dapat mengakibatkan perubahan tutupan lahan padang savana apabila kondisi fisik lingkungan mendukung pertumbuhan Acacia nilotica karena memiliki kemampuan mendesak vegetasi endemik. Menurut Huston (1995), suksesi tumbuhan di savana dapat membentuk hutan tertutup apabila terdapat kelembaban yang mencukupi untuk mendukung spesies berkayu yang mempunyai toleransi untuk tumbuh dan berkembang biak di savana. Acacia nilotica merupakan suatu spesies pohon yang dapat bersaing dengan rumput pada tahap semai dan menyukai daerah terbuka untuk tumbuh dan berkembang. Tumbuhan ini menjadi invasif di padang savana karena dapat berkembang cepat pada saat terdapat kelembaban tinggi dan pada kondisi kering dapat bertahan dari kematian (Huston, 1995).
5.4. Analisis Sensitivitas Model
Sensitivitas model adalah respon model terhadap suatu stimulus berupa perlakuan tertentu terhadap unsur atau struktur model (Muhammadi, Aminullah, dan Soesilo, 2001). Respon berupa perubahan perilaku atau kinerja model. Analisis sensitivitas bertujuan untuk mengetahui variabel yang paling sensitif.
54
Perubahan nilai variabel tersebut akan memberikan pengaruh paling besar terhadap sistem.
Faktor yang berpengaruh terhadap jumlah banteng, produksi hijauan pakan dan jumlah Acacia nilotica secara ringkas terangkum dalam tabel berikut:
Tabel 4. Hasil Analisis Sensitivitas terhadap Variabel-variabel dalam Model Dinamika Banteng di Padang Savana Bekol
Variabel Faktor
Jumlah banteng Produksi hijauan pakan Jumlah Acacia nilotica Perkembangbiakan banteng TS - - Kematian banteng TS Perpindahan banteng ke luar S - - Perpindahan banteng ke dalam TS - - Produktivitas hijauan - S - Hijauan mati - TS - Konsumsi satwa - S - Penyebaran Acacia nilotica - - S Kematian Acacia nilotica - - TS Eradikasi Acacia nilotica - - S
Hasil analisis sensitivitas pada data hasil simulasi menunjukkan bahwa perubahan populasi banteng di Padang Savana Bekol dipengaruhi secara nyata oleh perpindahan banteng keluar Padang Savana Bekol (Gambar 14). Perpindahan banteng keluar padang savana dipengaruhi oleh ketersediaan ruang untuk banteng melakukan aktivitas di Padang Savana Bekol. Selain itu, banteng cenderung memilih jalur baru sebagai alternatif wilayah jelajahnya. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan Kusdiana dan Sabarno (2005) yang mengemukakan ditemukannya jejak/bekas hunian satwa banteng pada lokasi yang baru. Kehadiran banteng di Padang Savana Bekol yang masih terus ada di atas tahun keempat simulasi karena banteng masih melintasi kawasan tersebut untuk mencapai daerah pantai sebagai pemenuhan kebutuhan mineral. Hal ini karena topografi kawasan tersebut ke arah pantai relatif landai.
55
Perkembangbiakan banteng di Padang Savana Bekol tidak terjadi selama simulasi. Hal ini karena penurunan jumlah betina siap bunting dan angka kebuntingan yang bernilai negatif. Angka kebuntingan ini dipengaruhi oleh rasio ketersediaan hijauan pakan satwa sehingga adanya dinamika pada produksi hijauan berpengaruh pada populasi banteng. Menurut Utami (2004), pada rasio ketersediaan hijauan 0,2 memberikan angka kebuntingan -0,393 sedangkan ketersediaan hijauan 1 memberikan angka kebuntingan 0,146.
Gambar 14. Analisis Sensitivitas terhadap Hasil Simulasi Sub Model Dinamika Banteng di Padang Savana Bekol selama 10 tahun (Berdasarkan Data 2003)
Gambar 15. Analisis Sensitivitas terhadap Hasil Simulasi Sub Model Dinamika Hijauan Pakan di Padang Savana Bekol selama 10 tahun (Berdasarkan Data 2003)
Perubahan produksi hijauan pakan secara nyata dipengaruhi oleh produksi hijauan dan konsumsi oleh satwa (Gambar 15). Produksi hijauan dipengaruhi oleh kondisi savana yang mengalami invasi serta persaingan yang terjadi dengan perkembangbiakan dan kepadatan Acacia nilotica di padang savana. Menurut
56
Barata (2000), biomassa tumbuhan bawah dalam naungan Acacia nilotica pada tingkat tiang-pohon 96% lebih kecil daripada biomassa tumbuhan bawah dalam naungan tingkat semai-pancang. Jika dibandingkan pada kondisi savana yang terbuka, biomassa tumbuhan bawah ini hanya mencapai 1,35%. Selain itu, jenis hijauan yang mampu bertahan di bawah tajuk Acacia nilotica umumnya tidak dikonsumsi satwa, yaitu widuri dan kapasan
Konsumsi satwa berfluktuasi sesuai dengan kehadiran satwa di Padang Savana Bekol dan tingkat konsumsi dari setiap jenis satwa. Kehadiran Acacia nilotica muda (pada tahap semai dan sapihan) mensuplai sebagian dari kebutuhan pakan satwa. Selain itu satwa herbivora juga mengkonsumsi polong Acacia nilotica. Menurut UGM (1993), biji-biji Acacia nilotica ditemukan dalam kotoran herbivora mencapai 200-300 biji per kotoran.
Perubahan tingkat invasi Acacia nilotica disebabkan oleh eradikasi dan penyebaran Acacia nilotica (Gambar 16). Dengan dilakukan eradikasi Acacia nilotica sebesar 30% per tahun dapat menurunkan populasi Acacia nilotica hampir mendekati titik nol (0,00965). Hal ini karena eradikasi dapat menghilangkan seluruh tumbuhan Acacia nilotica namun masih menyisakan benih yang memungkinkan adanya pertumbuhan Acacia nilotica baru di masa yang akan datang. Benih ini dapat berupa biji maupun bonggol Acacia nilotica yang tidak dibakar secara sempurna.
Gambar 16. Analisis Sensitivitas terhadap Hasil Simulasi Sub Model Dinamika Acacia nilotica di Padang Savana Bekol selama 10 tahun (Berdasarkan Data 2003)
57
Pada tahun kesembilan hasil simulasi menunjukkan mulai muncul kembali penyebaran Acacia nilotica. Menurut Department of Natural Resources and Mines (2003), biji Acacia nilotica memiliki waktu dormansi mencapai 8 tahun. Oleh karena itu perlu dilakukan pembersihan lahan dengan seksama untuk mencegah benih Acacia nilotica dapat mulai tumbuh kembali pada kondisi padang savana yang ideal.