BAB III. METODE PENELITIAN
3.2. Rancangan Penelitian
3.2.3. Analisis Sistem Dinamis Pengembangan Model
Masalah pengembangan agropolitan dalam rangka pembangunan perdesaan yang be rkelanjutan meliputi banyak aspek yang saling terkait satu sama lain.
Aspek-aspek tersebut secara umum dapat dikelompokkan ke dalam Aspek-aspek pertanian on farm,
aspek pengolahan hasil pertanian, aspek pemasaran, aspek perkembangan ekonomi perdesaan, dan aspek kelestarian lingkungan. Setiap aspek tersebut melibatkan banyak pihak sehingga masalah pengembangan agropolitan menjadi masalah yang kompleks. Oleh karena itu alternatif pendekatan yang paling sesuai adalah pendekatan holistik dengan melibatkan seluruh aspek dan pihak terkait secara terpadu.
Studi pengembangan model sistem dinamis bertujuan untuk mendapatkan model keterkaitan secara dinamis antar variabel yang berpengaruh terhadap perkembangan perdesaan yang berkelanjutan. Model yang disusun tersebut didasarkan pada konsep-konsep pengembangan agropolitan.
Tahapan yang dilakukan dalam pendekatan system dynamics ini meliputi: (1) formulasi masalah, (2) pembuatan konsep, (3) pembuatan model, (4) input data, (5) simulasi model, (6) validasi model. Siklus permodelan se perti pada gambar 6.
Gambar 6. Siklus Permodelan
Sumber: Soesilo dan Hafsaridewi (2003)
Faktor-faktor yang dominan sebagai variabel dapat digambarkan pada
diagram lingkar sebab-akibat (causal loop) seperti pada Gambar 7.
Sistem Thinking Tidak Valid Pembuat Konsep Pembuat Model Validasi Uji, Simulasi MASALAH CLD SFD / MODEL Grafik / Tabel DATA Uji Sensitivitas Analisis Kebijakan Valid SIKLUS PERMODELAN Sistem Dynamic
CLD = Causal Loop Diagram SFD = Stock Flow Diagram
Gambar 7. Causal Loop Pembangunan Perdesaan Berkelanjutan
Melalui Model Pengembangan Agropolitan
potensi unggulan kemitraan UKM kelompok tani kegiatan ekonomi berkembang potensi SDM subsistem produksi subsistem pengolahan modal investasi kelembagaan daya saing peraturan,per undangan prasarana,sar ana pemasaran hasil produk subsistim penunjang -- -- + + + + -+ + + + + + + -+ + -+ + + + + + -+ +
-Mengingat kompleksitas keterkaitan antara faktor dalam sistem yang dikaji, maka secara umum struktur pengembangan kebijakan Agropolitan dapat
digambarkan dalam konsep sistem seperti pada Gambar 8.
Gambar 8. Diagram Black Box (INPUT-OUTPUT) Pembangunan Perdesaan
Berkelanjutan Melalui Model Pengembangan Agropolitan
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan dalam penyusunan model sistem dinamis. Data yang dip erlukan dalam kajian ini meluputi data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan pengamatan langsung di lapangan. Wawancara
dilakukan langsung terhadap stakeholdesr pembangunan perdesaan, yaitu antara lain
masyaraka t perdesaan, petani, pedagang pengumpul, pedagang di pasar, penjual sarana produksi, kelompok tani, Lembaga Penyuluh Pertanian pengurus koperasi, pelaku industri pengolah produk pertanian, pengusaha agribisnis, LSM, Dinas-dinas
terkait dengan pengembangan agropolitan, seperti Pemerintah Daerah, Dinas
INPUT LINGKUNGAN
• Kebijakan Pemerintah
• Kapasitas Hukum /P.P
• Iklim Investasi Kondusif
• SDM Profesional
• Daya saing Kompetitive
OUTPUT DIHARAPKAN
• Ekonomi perdesaan maju dan mandiri
• Kesejahteraan rakyat perdesaan meningkat
• Ada kemitraan antara Pemerintah, swasta dan masyarakat .
• Agropolitan berkembang berkelanjutan
PEMBANGUNAN PERDESAAN BERKELANJUTAN
MELALUI MODEL PEN GEM BAN GAN AGROPOLI TAN
INPUT TERKONTROL
• Alokasi Pembiayaan Pembangun an Agro
• Jumlah penduduk
• Produksi masing – masing stakeholder
• Tata ruang kawasan Agro/industri
• Prasarana dan sarana pendukung
MANAJEMEN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN AGROPOLITAN
BERKELANJUTAN
OUTPUT TIDAK DIKEHENDAKI
• Investasi berkurang
• Biaya produksi naik
• Dukungan pemerintah Daerah kurang
• Sulit pemasaran produk INPUT TAK TERKENDALI
• Perubahan Organisasi Pemerintah • Inmigrasi penduduk ke wilayah perkotaan • Komoditas unggulan berkurang
Pertanian, Dinas Ketenaga kerjaan, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Lembaga Keuangan seperti perbankan, Badan Perkreditan Rakyat. Pengamatan langsung di lapangan dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kondisi kawasan agropolitan dan daerah perdesaan di sekitarnya. Pengamatan dilakukan terhadap kondisi fisik daerah pertanian, antara lain ketersediaan sumber air, kualitas air, topografi lahan usahatani, kesuburan tanah, kondisi tanaman/ternak yang diusahakan, teknik budidaya; kondisi pengolahan hasil pertanian yang meliputi teknik pengolahan, jenis produk yang dihasilkan, kapasitas pengolahan dan bahan baku yang dibutuhkan; serta dampak lingkungan yang terjadi yang meliputi lingkungan fisika, kimia, biologi dan sosial.
Pengambilan contoh responden dilakukan dengan metode ‘purposive
sampling’. Penentuan lokasi pengamatan dilakukan secara acak sehingga dapat mewakili kondisi kawasan agropolitan.
Data sekunder berupa data potensi desa, data monografi desa, data iklim, data industri dan perdagangan hasil pertanian, dan peta rupa bumi digital. Data sekunder tersebut akan diperoleh dari lembaga/instansi terkait seperti Pemerintah daerah (tingkat desa, kecamatan, dan kabupaten), BPS, Dinas Perhubungan, Dinas Pertanian, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, serta Bakosurtanal.
b. Analisis Data
Analisis data yang diperlukan sebagai pendukung dalam pengembangan model sistem dinamis pembangunan perdesaan berkelanjutan melalui pengembangan agropolitan meliputi antara lain: analisis kebutuhan, formulasi masalah, analisis keruangan, analisis usahatani, analisis kelembagaan, dan analisis perbandingan exponensial.
Analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan (need analysis) bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan setiap pelaku yang terlibat dalam pengembangan agropolitan. Pelaku tersebut meliputi: pemerintah, petani/peternak/nelayan, lembaga keuangan, pedagang lokal, pengumpul dan pedagang besar, industri pengolahan, masyarakat/LSM, dan penyedia jasa transportasi. Beberapa kebutuhan dari para
Tabel 4. Kebutuhan dari Pelaku Pengembangan Agropolitan
Pelaku Kebutuhan/tujuan
Pemerintah - master plan kawasan agropolitan
- penentuan potensi unggulan
- meningkatkan kesejahteraan rakyat
- meningkatkan pendapatan daerah
- pembangunan wilayah
- kemitraan
- keamanan yang kondusif
Petani/Peternak/ Nelayan
- peningkatan pendapatan
- kontinyuitas permintaan
- tersedianya saprodi
- harga jual produk yang tinggi - akses pasar
- akses informasi harga
- tersedianya modal
Lembaga Keuangan - keamanan usaha
- profitabilitas usaha
- resiko kegagalan pengembalian pinjaman modal
Pengusaha - kemitraan
- ketersediaan bahan baku
- daya saing kompetitif
- iklim usaha yang sehat
Pedagang
(lokal/pengumpul)
- terjaminnya mutu
- harga beli yang rasional
- kontinyuitas persediaan (supply)
- marjin keuntungan tinggi
- akses pasar
- tersediannya modal
Pedagang Besar - terjaminnya mutu
- terjaminnya jumlah
- harga beli rasional
- ketepatan waktu penyerahan
- akses modal
- jaring an pemasaran yang kondusif
Industri pengolahan - terjaminnya mutu
- harga beli rasional
- terjaminnya persediaan
- keamanan berusaha
Masyarakat/LSM - lingkungan sehat
- tidak terjadi konflik sosial
- transparansi - good governance - keamanan Penyedia jasa transportasi - keamanan berusaha
- kemitraan dengan pedagang dan atau
petani/peternak/nelayan
Berdasarkan analisis kebutuhan di atas maka perlu dirinci kebutuhan yang saling sinergis seperti peningkatan pendapatan masyarakat dan faktor yang saling bertentangan seperti tingkat harga yang berbeda di tiap pelaku sistem. Sebagai contoh petani menginginkan pembeli membeli produknya dengan harga relatif tinggi, akan tetapi pedagang menginginkan harga beli tersebut relatif rendah. Hal semacam ini menjadi dasar konflik dalam pencapaian tujuan sistem yang telah ditetapkan.
Berdasarkan analisis kebutuhan diuraikan pula faktor -faktor yang
mempengaruhi pengembangan agropolitan. Penguraian faktor-faktor ini dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap pihak-pihak terlibat dalam pengembangan agropolitan.
Analisis Pendapatan Usahatani. Analisis finansial ini dilakukan untuk mengetahui keragaan usahatani secara terpadu dari aspek ekonomi. Hasil analisis ini berupa kriteria kelayakan usaha berdasarkan instrumen-instrumen ekonomi seperti keuntungan usahatani per tahun. Input dari model ini adalah input finansial meliputi biaya tetap, biaya investasi dan biaya tidak tetap, bunga bank dan bunga produk usahatani dan nilai produksi pertanian.
c. Pengembangan Model Sistem Dinamis
Pengembangan model dilakukan berdasarkan variabel-variabel sebagai berikut: (1) jumlah penduduk; (2) laju pertambahan penduduk; (3) luas wilayah agropolitan (ha); (4) laju pertambahan luas lahan; (5) produksi komoditas (wortel, bawang daun, kubis, sawi, cabai merah, bawang merah, salak); (6) input produksi (tenaga kerja, benih/bibit, pupuk, insektisida); (7) harga produk; (8) jumlah industri; (9) laju pertambahan industri; (10) rata -rata pendapatan penduduk; (11) jumlah TK wilayah agrop; (12) jumlah TK industri; (13) gaji rata -rata TK produksi; (14) gaji rata-rata TK industri; (15) pajak; (16) jumlah rata -rata limbah industri; (17) harga mesin industri; dan (18) PAD. Dalam pengkajian sistem pengembangan kebijakan agropolitan, keterkaitan antar variabel digambarkan dalam diagram lingkar sebab-akibat (causal loop).
d. Validitas Model dan Perumusan Kebijakan.
Validitas atau keabsahan adalah salah satu kriteria penilaian keobyektifan dari suatu pekerjaan ilmiah. Dalam pekerjaan pemodelan, obyektif itu ditunjukan dengan sejauh mana model dapat menirukan fakta. Ada dua teknik pengujian validitas model yaitu uji validitas struktur model dan validitas kinerja.
Uji validitas struktur. Ada dua jenis validitas struktur,yaitu validitas konstruksi dan kesetabilan struktur. Validitas konstruksi yaitu keyakinan terhadap konstruksi model valid secara ilmiah atau diterima secara akademis.Kesetabilan struktur yaitu keberlakuan struktur dalam dimensi waktu. Pengujian ini bertujuan untuk memperoleh keyakinan sejauh mana keserupaan struktur model mendekati struktur nyata..
Uji validitas kinerja. Validitas kinerja adalah aspek pelengkap dalam metode berpikir sistem. Uji validitas kinerja ini dilakukan untuk memperoleh
keyakinan sejauh mana kinerja model sesuai (compatible) dengan kinerja sistem
nyata, sehingga memenuhi syarat sebagai model ilmiah yang taat fakta Pengujian
dilakukan dengan cara memvalidasi output model, yaitu dengan membandingkan
output model dengan data empirik. Ada beberapa teknik uji statistik yang dapat
digunakan antara lain AME (absolute mean error) dan AVE (absolut variation
error). Batas penyimpangan yang masih dapat ditolerir adalah 5 – 10%.
Uji kestabilan model. Uji ini dilakukan untuk melihat kestabilan atau kekuatan model dalam dimensi waktu. Uji dilakukan dengan cara menguji struktur model agregat yang diwakili oleh sub-submodel (variabel utama). Pengujian dilakukan terhadap output dari masing-masing model. Model dikatakan stabil jika struktur model agregat dan disagregat me miliki kemiripan.
Verifikasi model. Setelah model dikatakan valid dan stabil, selanjutnya dilakukan ujisensitivitas melalui simulasi model untuk mengetahui perilaku sistem model dinamik. Selanjutnya hasil yang diperoleh digunakan untuk bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan pengembangan agropolitan sebagai strategi pembangunan perdesaan berkelanjutan.
3.2.4. Formulasi Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Perdesaan Melalui Pengembangan Agropolitan
Rekomendasi kebijakan pembangunan perdesaan melalui pe ngembangan agropolitan merupakan masukan bagi pengambil keputusan dalam merumuskan kebijakan strategis dalam pembangunan perdesaan melalui pengembangan agropolitan sehingga implementasi di lapangan dapat mencapai sasaran yang diharapkan. Kajian tahap ini adalah merumuskan rekomendasi kebijakan dalam pembangunan perdesaan melalui pengembangan agropolitan.
Data/informasi yang digunakan dalam merumuskan rekomendasi ini adalah data/informasi hasil-hasil analisis yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya, ter utama hasil analisis kelembagaan dan analisis sistem dinamis, yang dipadukan dengan kepustakaan yang terkait.