BAB III. METODE PENELITIAN
4.2. Kinerja Kawasan Agropolitan
4.2.2. Kemajuan Wilayah Berdasarkan Indeks Perkembangan
Indeks Perkembangan Desa merupakan indeks komposit yang dibangun berdasarkan indeks atau rasio-rasio yang menjadi ukuran tingkat kemajuan secara relatif dalam suatu wilayah. Beberapa indikator dan variabel operasional yang
digunakan dalam penentuan Indeks Perkembangan Desa, diantaranya meliputi: 1) tingkat kecukupan dan ketersediaan sarana perekonomian, 2) tingkat kecukupan sarana/prasarana pendidikan, 3) tingkat kecukupan sarana/prasaran informasi dan komunikasi, 4) tingkat kecukupan sarana/prasarana sosial dan keagamaan, 5) karakteristik penduduk dan rumah tangga yang meliputi, jumlah kemiskinan, mata pencaharian, jumlah keluarga pra sejahtera dan sejahtera I, dan jumlah penduduk penganggur; dan (6) karakteristik umum wilayah yang meliputi jarak desa terhadap pusat ibukota kecamatan dan kabupaten/kota, status daerah, dan tipe desa.
Dalam penentuan Indeks Perkembangan Desa (IPD) ini dilakukan beberapa tahapan analisis, diantaranya yaitu:
(a) Identifikasi terhadap jenis variabel atau peubah yang digunakan dalam
perhitungan penentuan indeks dari beberapa sumber data yang tersedia
(b) Setiap variabel atau peubah dilakukan pembobotan dengan menggunakan
luas wilayah, jumlah penduduk, dan jumlah keluarga (KK) atau proporsi terhadap jumlah penduduk/luas wilayah atau jumlah KK/luas wilayah;
(c) Masing-masing variabel atau peubah hasil pembobotan tersebut masih
memiliki satuan yang berbeda -beda dan semuanya belum memiliki arah yang sama. Oleh karena itu, sebelum digunakan dalam proses perhitungan selanjutnya data-data tersebut dila kukan standarisasi dengan menggunakan nilai standar deviasi. Sedangkan untuk data-data yang belum memiliki arah yang sama (ada data yang semakin besar nilainya menunjukan kondisi yang baik dan ada yang menunjukan kondisi yang sebaliknya. Untuk itu, sebelum digunakan dalam perhitungan selanjutnya, data -data tersebut standarisasi dengan penyamaan arah terlebih dahulu.
(d) Untuk penentuan nilai Indeks Perkembangan, selanjutnya nilai dari
masing-masing variable data yang telah distandarisasi dilakukan penjumlahan (indeks komposit). Hasil Penjumlahan tersebut merupakan indeks komposit yang merupakan Indeks Perkembangan Desa. Nilai Indeks Perkembangan tinggi menunjukkan bahwa tingkat perkembangan wilayah tersebut relatif maju/berkembang, sedangkan nilai Indeks Per kembangan Rendah menunjukkan bahwa tingkat perkembangan wilayah tersebut relatif lambat/tertinggal.
Struktur data yang digunakan dalam penentuan Indeks Perkembangan Desa merupakan data indeks/rasio yang bersumber darai Data Potensi Desa (PODES, 2003). Variabel indeks/rasio yang digunakan dalam analisis ini merupakan variabel yang berpengaruh nyata terhadap pembentukan Indeks Perkembangan Desa.
Untuk melihat gambaran umum tingkat perkembangan desa-desa pada setiap kawasan agropolitan dapat dilihat berdasarkan nilai koefisien ragam (CV), nilai minimum, nilai maksimum, dan nilai rataan. Berdasarkan nilai koefisien ragamya, kawasan-kawasan yang memiliki tingkat keragaman besar adalah kawasan agropolitan Cianjur dengan nilai koefisien ragam 1.06, kawasan agropolitan Brebes dengan nilai koefisien ragam 1,32, kawasan agropolitan Sleman dengan nilai
koefisien ragam 1,10 (Tabel 13). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat perkembangan
desa-desa di kawasan tersebut memiliki tingkat perkembangan yang relatif bervariasi. Sedangkan untuk kawasan agropolitan Pemalang, memiliki koefisien ragam < 1, ini menggambarkan bahwa tingkat keragaman nilai Indeks Perkembangan Desa untuk wilayah di kawasan tersebut relatih lebih homogen.
Tabel 13. Resume Hasil Analisis Indeks Perkembangan Desa di Setiap Kawasan Agropolitan
Nilai Indeks Perkembangan Desa (IPD) Kawasan Agropolitan Nilai Minimum Nilai Maksimum Rataan Standar Deviasi Koefisien Keragaman (CV) Cianjur 1.15 96.69 15.19 16.11 1.06 Brebes 4.37 122.91 15.48 20.46 1.32 Pemalang 30.27 91.35 50.87 16.44 0.32 Sleman 0.74 62.74 14.53 15.92 1.10
a. Indeks Perkembangan Desa di Kawasan Agropolitan Cianjur
Berdasarkan hasil perhitungan Indeks Perkembangan Desa di Kawasan
Agropolitan Cianjur (Lampiran 5), desa-desa yang termasuk ke dalam kelompok
wilayah dengan tingkat perkembangan maju, yaitu: Desa Cipanas, Sindanglaya,
Gadog, Sukatani Kecamatan Pacet (Tabel 14). Wilayah tersebut memiliki tingkat
ketersediaan sarana dan prasarana dasar yang cukup tinggi, terutama kecukupan sarana yang menunjang dalam aktivitas ekonomi, kesehatan dan pendidikan.
Disamping itu juga, wilayah ini merupakan pusat aktivitas ekonomi dan merupakan jalur perhubungan yang cukup strategis yang menghubungkan ke pusat ibu kota kabupaten (Cianjur dan Bogor), serta jarak terhadap kota Jakarta. Sedangkan desa-desa yang termasuk ke dalam wilayah dengan tingkat perkembangan sedang, diantaranya adalah: Desa Ciloto, Ciherang, Cip utri, Sindangjaya, Cimacan (Kecamatan Pacet); Desa Kawungluwuk, Rawabelut, Cibadak, Ciwalen, dan Cikancana (Kecamatan Sukaresmi). Wilayah tersebut dicirikan dengan tingkat ketersediaan sarana/prasaran pelayanan relatif hampir sama dengan kecukupan ketersediaan sarana pelayanan di kelompok wilayah maju.
Tabel 14. Daftar Kelompok Desa Berdasarkan Tipe Perkembangan Wilayah untuk Desa-desa di Kawasan Agropolitan Cianjur
Tingkat Perkembangan Kecamatan Desa
Tingkat Perkembangan Wilayah Maju
Pacet Cipanas, Sindanglaya, Gadog, Palasari, dan
Sukatani
Pacet Ciloto, Ciherang, Ciputri, Sindangjaya, dan
Cimacan Tingkat Perkembangan
Wilayah Sedang Sukaresmi Kawungluwuk, Rawabelut, Cibadak, Ciwalen,
dan Cikancana
Pacet Cibodas, Sukanagalih, dan Batulawang
Tingkat Perkembangan
Wilayah Relatif Tertinggal Sukaresmi Pakuon, Sukamahi, Cikanyere, Cibanteng,
Sukaresmi, Kubang
Untuk aktivitas perekonomian, dominan masyarakat di wilayah ini pencahariannya masih tergantung pada sektor pertanian khususnya pertanian sayuran dan budidaya tanaman hias. Sedangkan aktivitas di sektor jasa dan pe rda gangan relatif masih sedikit dibandingkan dengan aktivitas pada wilayah dengan tingkat perkembangan maju. Untuk desa-desa yang termasuk ke dalam wilayah dengan tingkat perkembangan relatif tertinggal (lambat), diantaranya adalah: Desa Cibodas, Sukanagalih, Batulawang (Kecamatan Pacet); Desa Pakuon, Sukamahi, Cikanyere, Cibanteng, Kubang dan Sukaresmi (Kecamatan Sukaresmi). Tingkat perkembangan wilayah ini dicirikan dengan masih terbatasnya sarana/prasarana dasar pendidikan, kesehatan dan sarana perhubungan (jarak) ya ng relatif jauh terhadap pusat aktivitas dan ibu kota kabupaten. Di samping itu juga, aktivitas ekonomi, masyarakat wilayah
ini masih dominan dari sektor pertanian tanaman pangan, peranian hortikultur sayuran, dan budidaya tanaman hias.
b. Indeks Perkembangan Desa di Kawasan Agropolitan Brebes-Larangan Kabupaten Brebes
Berdasarkan hasil analisis Indeks Perkembangan Desa (Lampiran 6), IPD di
kawasan agropolitan Brebes-Larangan, Kabupaten Brebes memiliki nilai koefisien keragaman 1.32 yang menunjukkan bahwa desa-desa di kawasan agropolitan Brebes memiliki tingkat perkembangan yang cukup beragam. Sedangkan nilai minimum untuk dari indeks perkembangan desa menunjukkan bahwa desa tersebut merupakan wilayah yang tergolong pada kelompok wilayah dengan tingkat perkembangan lambat (relatif tertinggal), sedangkan nilai maksimum menunjukkan bahwa wilayah tersebut termasuk ke dalam kelompok wilayah dengan tingkat perkembangan maju (berkembang).
Berdasarkan indeks perkembangannya, desa-desa di kawasan agropolitan Brebes dapat dikelompokan ke dalam tiga kelompok, yaitu: (i) wilayah dengan tingkat perkembangan maju; (ii) wilayah dengan tingkat perkembangan sedang (berkembang); (iii) wilayah dengan tingkat perkembangan relatif tertinggal (lambat). Desa-desa yang tergolong ke dalam wilayah dengan tingkat perkembangan maju, antara lain: Desa Brebes, Pasar Batang, Limbangan Wetan, Kalingangsa Wetan, Randusanga Kulon (Kec. Brebes); Desa Larangan, Sitanggal, Rengaspendawa, dan
Slatri (Kec. Larangan) (Tabel 15). Desa-desa ya ng termasuk ke dalam kelompok
dengan tingkat perkembangan sedang, diantaranya adalah: Desa Banjaranyar, Gandasuli, Terlangu, Pemaron, Wangun Dalam, Kalingangsa Kulon, Tengki, Limbangan Kulon, Pagejugan, Krasak, Padasugih, Pulosari (Kec. Brebes); Desa Pamulihan, Siandong, Kedungbokor, dan Wlahar (Kec. Larangan). Desa-desa yang termasuk ke dalam klompok dengan tingkat perkembangan relatif tertinggal, diantaranya adalah: Desa Kedunguter, Sigambir, Lembarawa, Radusanga Wetan, Kalimati, Kaliwlingi (Kec. Brebes); Desa Kamal, Karangbale, dan Luwunggede (Kec. Larangan).
Tabel 15. Daftar Kelompok Desa Berdasarkan Tipe Perkembangan Wilayah untuk Desa-Desa di Kawasan Agropolitan Brebes-Larangan Kabupaten Brebes
Tingkat Perkembangan Kecamatan Desa
Brebes Brebes, Pasar Batang, Limbangan Wetan,
Kalingangsa Wetan, Randusangka Kulon Tingkat Perkemban gan
Wilayah Maju
Larangan Larangan, Sitanggal, Rengaspendawa, Slatri
Brebes Banjaranyar, Gandasuli, Terlangu, Pemaron,
Wangandalam, Ka lingangsa Kulon, Tengki, Limbangan Kulon, Pagejugan, Krasak, Padasugih, Pulosari
Tingkat Perkembangan Wilayah Sedang
Larangan Pamulihan, Siandong, Kedungbokor, Wlahar
Brebes Kedunguter, Sigambir, Lembarawa, Radusanga
Wetan, Kalimati, Kaliwlingi Tingkat Perkembangan
Wilayah Relatif Tertinggal
Larangan Kamal, Karangbale, Luwunggede
c. Indeks Perkembangan Desa di Kawasan Agropolitan Belik -Pulosari Kabupaten Pemalang
Berdasarkan hasil analisis indeks perkembanga n desa (Lampiran 7), desa di
kawasan agropolitan Pemalang dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu: (i) wilayah dengan tingkat perkembangan maju; (ii) wilayah dengan tingkat perkembangan sedang (berkembang); (iii) wilayah dengan tingkat perkembangan relatif tertinngal (lambat). Desa-desa yang tergolong ke dalam kelompok wilayah dengan tingkat perkembangan maju, diantaranya adalah: Desa Belik, Kuta, Bulakan, Beluk (Kec. Belik) , Pulosari, Karangsari (Kec. Pulosari); Desa-desa yang tergolong ke dalam wilayah dengan tingkat perkembangan sedang, antara lain: Gombong, Gunungjaya, Badak, Simpur, Sikasur (Kec. Belik); Desa Siremeng, Gambuhan,
Clekatakan, Penakir, Gunungsari, Pagenteran (Kec. Pulosari) (Tabel 16). Desa-desa
yang tergolong ke dalam kelompok wilayah dengan tingkat perkembangan relatif tertinggal, diantaranya adalah: Desa Gunungtiga, Kalisaleh (Kec. Belik); Desa Cikedung, Nyalembeng, Batursari, Jurangmangu (Kec. Pulosari).
Tabel 16. Daftar Kelompok Desa Berdasarkan Tipe Perkembangan Wilayah untuk Desa-desa di Kawasan Agropolitan Belik-Pulosari
Kabupaten Pemalang
Tingkat Perkembangan Kecamatan Desa
Belik Belik, Kuta, Bulakan, Beluk
Tingkat Perkembangan Wilayah Maju
Pulosari Pulosari, Karangsari
Belik Gombong, Gunungjaya, Badak, Simpur,
Sikasur Tingkat Perkembangan
Wilayah Sedang
Pulosari Siremeng, Gambuhan, Clekatakan, Penakir,
Gunungsari, Pagenteran
Belik Gunungtiga, Kalisaleh
Tingkat Perkembangan Wilayah Relatif Tertinggal
Pulosari Cikedung, Nyalembeng, Batursari,
Jurangmangu
d. Indeks Perkembangan Desa di Kawasan Agropolitan Sleman
Indeks Perkemba ngan Desa di Kawasan Agropolitan Sleman memiliki nilai koefisien keragaman 1.32, hal ini menunjukkan bahwa indeks perkembangan desa-desa di kawasan agropolitan Sleman memiliki tingkat perkembangan wilayah
dengan variasi yang cukup beragam (Lampiran 8). Sedangkan nilai minimum dari
indeks perkembangan desa menunjukkan bahwa desa tersebut tergolong wilayah dengan tingkat perkembangan lambat (relatif tertinggal), sedangkan nilai maksimum menunjukkan bahwa wilayah tersebut termasuk ke dalam kelompok wilayah dengan tingkat perkembangan maju (berkembang).
Berdasarkan indeks perkembangannya, desa -desa yang tergolong ke dalam kelompok wilayah maju, antara lain Desa Pakem Binangun, Harjo Binangun, Candi Binangun (Kec. Pakem); Desa Argo Mulyo (Kec. Cangkringan). Desa yang tergolong ke dalam kelompok perkembangan sedang, di antaranya adalah: Desa Purwo Binangun, Hargo Binangun (Kec. Pakem); Desa Wukir Sari, Umbul Harjo (Kec. Cangkringan); Desa Dono Kerto, dan Bangun Kerto (Kec. Turi). Sedangkan Desa yang tergolong ke dalam kelompok wilayah relatif tertinggal, antara lain Desa Kepuh Harjo, Glagah Harjo (Kec. Cangkringan); Desa Giri Kerto, dan Wono Kerto (Kec. Turi) (Tabel 17).
Tabel 17. Daftar Kelompok Desa Berdasarkan Tipe Perkembangan Wilayah untuk Desa-desa di Kawasan Agropolitan Sleman
Tingkat Perkembangan Kecamatan Desa
Pakem Pakem Binangun, Harjo Binangun,
Candi Binangun Tingkat Perkembangan Wilayah
Maju
Cangkringan Argo Mulyo
Pakem Purwo Binamgun, Hargo Binangun
Cangkringan Wukir Sari, Umbul Harjo
Tingkat Perkembangan Wilayah Sedang
Turi Dono Kerto, Bangun Kerto
Cangkringan Kepuh Harjo, Glagah Harjo
Tingkat Perkembangan Wilayah Relatif Tertinggal
Turi Giri Kerto, Wono Kerto