commit to user
E. ANALISIS SISTEM UTILITAS
1. Analisis Sistem Pengolahan Sampah
Tujuan
Menentukan sistematia pengolahan sampah di TPA Kaliori.
Kriteria/Dasar Pertimbangan
a. Menggunakan sistem pengolahan sampah terpadu b. Tidak mencemari lingkungan
Analisis dan Hasil
Sampah yang ada di TPA Kaliori diolah sesuai dengan jenis sampahnya. Berikut ini sistem pengolahan sampah pada TPA Kaliori:
a. Sampah organik
Gambar V.37. Atap dak beton Sumber: www.arsindo.com, 2015
commit to user
V - 61 Sampah organik pada TPA Kaliori diolah menjadi pupuk kompos dengan proses anaerobik. Berikut ini adalah alur pengolahan sampah organik:
b. Sampah anorganik
Sampah anorganik yang ada dikumpulkan untuk dijadikan bahan kerajinan dan dijual dalam bentuk block.
Berikut ini proses pengolahan sampah anorganik:
c. Sampah kaca & metal
Kedua jenis sampah ini tidka diolah di TPA Kaliori dan hanya dikumpulkan untuk dibawa ke pengepul.
sampah datang
sampah dipisahkan menjad sampah organik, anorganik, kaca dan metal
sampah organik dicacah menjadi bagian-bagian kecil
Masuk ke kamar fermentasi Sampah dibolak balik 1x
setiap hari selama 6 hari Sampah diayak, dipisahkan
menurut kualitasnya Masuk ke mesin
penepung
Masuk ke mesin
granule dijemur/ Granule dioven
Pupuk kompos siap dikemas
sampah datang
sampah dipisahkan menjad sampah organik, anorganik, kaca dan metal
sampah anorganik masuk ke mesin pencucian,
sekaligus disortir Sampah dijemur - Sampah plastik (tas kresek) dipress menjadi balok
dengan mesin press
- Sampah botol plastik yang akan dijual dicacah terlebih dahulu, kemudian dikemas
- Sampah botol plastik/kaca yang akan dibuat kerajinan dibawa ke tempat workshop
Skema V.15. Alur pengolahan sampah organik Sumber: analisis penulis, 2015
Skema V.16. Alur pengolahan sampah anorganik Sumber: analisis penulis, 2015
commit to user
V - 62 2. Analisis Sistem Air Bersih
Tujuan
Tujuan dari analisis sistem air bersih adalah menentukan sistem air bersih yang akan digunakan pada TPA Kaliori
Kriteria
a. Kemampuan untuk menyediakan air bersih b. Luas bangunan atau wilayah yang terlayani.
Analisis
Dalam pengadaan air bersih terdapat dua sumber untuk mendapatkannya, yakni dengan sistem gravitasi dan sistem tangki tekan.
a. Sistem Gravitasi (Tangki Atap)
Pada sistem ini air dari sumber air (PAM/sumur) ditampung lebih dahulu di tangki bawah (ground tank), kemudian dipompa ke tangki atas (elevated water tank). Tangki atas biasanya diletakan di atas atap, di lantai tertinggi bangunan, atau menara air tersendiri. Dari tangki atas ini air dialirkan ke lantai-lantai dibawahnya dengan sistim gravitasi. Keuntungan dari sistem gravitasi ini adalah sebagai berikut.
1) Perubahan tekanan hampir tidak terjadi selama airnya dipakai. 2) Pompa untuk menaikan air bekerja secara otomatis dan bekerja
secara sederhana.
3) Perawatan tangki cukup sederhana jika dibanding dengan tangki tekan.
4) Pada tangki atas dan bawah diberi alarm sebagai tanda bila air kurang/penuh.
commit to user
V - 63
Skema V.17. Sistem Tangki Atap Sumber : Kuliah Utilitas Bangunan, 2013
b. Sistem Tangki Tekan
Sistem ini dipakai bila sambungan langsung tidak bisa diterapkan (misal: tekanan air dari PAM rendah). Pada sistem ini, air dari ground tank dipompakan ke dalam suatu bejana tertutup sehingga udara di dalamnya terkompresi. Air dari tangki terkompresi ini didistribusikan keseluruh bangunan yang dilayani. Pompa bekerja secara otomatis yang diatur suatu detektor tekanan/pressure switch yang akan membuka atau menutup saklar motor penggerak pompa. Pompa berhenti bekerja kalau tekanan dalam tangki telah mencapai tekanan tertentu yang telah ditetapkan, dan kembali bekerja setelah tekanan mendekati batas minimum yang telah ditetapkan. Daerah fluktuasi tekanan berkisar antara 1,00 kg/cm2 – 1,50 kg/cm2. Sumber air yang digunakan pada sistem ini biasanya dari PDAM, atau sumur dangkal/dalam. Keuntungan dari sistem tangki tekan ini adalah sebagai berikut.
1) Lebih baik dari segi estetika dibanding tangki atap.
2) Perawatan mudah karena dapat diletakkan di ruang pompa. 3) Biaya awal lebih murah.
Sedangkan kekurangan dari sistem tangki tekan ini adalah sebagai berikut.
1) Fluktuasi tekanan 1,0 kg/cm2 - 1,5 kg/cm2 sangat besar dibandingkan sistem gravitasi yang hampir tanpa perubahan tekanan.
commit to user
V - 64 2) Fluktuasi tekanan akan berpengaruh pada aliran alat plumbing. Misalnya pada alat pemanas gas dapat menghasilkan suhu yang berubah-ubah.
3) Udara dalam tangki tekan akan makin berkurang, sehingga setiap beberapa hari harus menambah udara.
4) Pompa lebih sering bekarja, karena jumlah air dalam tangki tekan relatif sedikit, sakelar cepat aus.
Skema V.18. Sistem Tangki Tekan Sumber : Kuliah Utilitas Bangunan, 2013 Hasil
Dari analisis mengenai sistem pengadaan air bersih disimpulkan bahwa air bersih pada perencanaan bangunan ini menggunakan sistem tangki atap. Sumber air diperoleh dari PAM dan deep well. Berikut ini adalah skema sistem air bersih yang digunakan pada perancangan TPA Kaliori
Skema V.19. Jaringan Air Bersih yang Bersumber dari PDAM dan Deep Well Sumber : Kuliah Utilitas Bangunan, 2013
commit to user
V - 65 3. Analisis Sistem Pembuangan Air Kotor
Tujuan
Tujuan dari analisis sistem pembuangan air kotor adalah untuk menentukan sistem pembuangan air kotor, berupa limbah dari sampah/air lindi, toilet, pantry, cafe, dan air hujan.
Kriteria
Terdapat beberapa kriteria dalam menganalisis sistem pembuangan air kotor, yakni sebagai berikut.
a. Pembuangan limbah air kotor tidak mengganggu kesehatan, lingkungan, penciuman, dan visual.
b. Memelihara sumber air di dalam tanah.
Analisis
Berdasarkan sumbernya air kotor dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Air bekas buangan
Air bekas buangan yang dimaksud adalah air bekas cucian pakaian, peralatan masak, dan lain sebagainya. Pembuangan air bekas buangan menggunakan pipa PVC baik yang digunakan untuk pipa vertikal maupun pipa horizontal.
b. Air lindi
Air limbah adalah air bekas buangan sampah. Air ini tidak boleh dibuang langsung ke lingkungan, tetapi harus melalui proses di dalam bak penampungan. Di bak penampungan ini air lindi diendapkan dan diurai oleh bakteri/vegetasi pada dasar bak penampungan. Hasil pengolahan air lindi berupa pupuk cair yang sangat baik. Pupuk dapat dikemas ke dalam botol untuk dijual dan dialirkan ke sawah-sawah di sekitar TPA Kaliori.
c. Air limbah khusus.
Air limbah khusus diantaranya adalah air bekas cucian kotoran dan alat tertentu seperti buangan rumah sakit, laboratorium, restoran, pabrik, dan sebagainya. Sebagai contoh air limbah dari restoran yang banyak
commit to user
V - 66 mengandung lemak treatment-nya berupa grease trap (penangkap lemak)
d. Air hujan
Air hujan yang jatuh langsung ke tanah sebaiknya dibuatkan resapan (hidropori) agar air dengan mudah meresap ke tanah. Air hujan yang jatuh di atap bangunan tinggi (atap plat atau dak) diatur alirannya ke lobang pembuangan yang kemudian disalurkan ke bawah melalui pipa-pipa yang diletakan di ruang shaft.
Hasil
Dari analisis mengenai sistem pembuangan air kotor disimpulkan bahwa air sistem utilitas kotor dibedakan menjadi tiga bagian, yakni air kotor yang berasal dari toilet, air lindi, limbah pantry atau cafe, dan air hujan.
a. Untuk air kotor dari toilet, dibagi menjadi dua limbah, yaitu limbah cair dan limbah padat. Keduanya ditampung di STP (Sewage Treatment Plan) untuk diolah dan diproses. Sisa air dari proses STP ini kemudian dibuang ke riol kota.
b. Air lindi dari sampah, disalurkan ke kolam pengolahan lindi dan kemudian dimanfaatkan sebagai pupuk cair.
c. Air limbah dari pantry dan cafe, disalurkan ke sumur resapan, kemudian disalurkan ke riol kota.
d. Air hujan, melalui talang air dan plumbing/pipa-pipa, sebagian ditampung pada kolam penampungan dan sebagian langsung dibuang ke riol kota, setelah melalui bak kontrol dan resapan.
commit to user
V - 67 4. Analisis Sistem Pengolahan Gas Metan
Tujuan
Menentukan sistem pengolahan gas metan di TPA Kaliori
Kriteria
Tidak mencemari dan membahayakan lingkungan
Hasil dan Analisis
Gas metan (CH4) merupakan gas yang dihasilkan dari proses pembusukan sampah. Gas metan pada TPA kaliori dikonversikan menjadi biogas yang dapat dimanfaatkan untuk memasak pada Organic Cafe dan warga sekitar TPA. Berikut ini alur pengolahan gas metan pada TPA Kaliori:
Bak tampung
Air lindi Kolam pengolah
an Dikemas
Timbunan sampah menghasilkan gas
metan
Gas metan dialirkan melalui pipa dengan menggunakn kompresor
Gas metan dikonversi menjadi biogas Dialirkan ke tempat yang
membutuhkan melaui pipa
Skema V.21. Alur pengolahan gas metan Sumber: analisis penulis, 2015 Skema V.20. Skema pengolahan air kotor
commit to user
V - 68 5. Analisis Sistem Jaringan Listrik
Tujuan
Menentukan sistem jaringan listrik yang digunakan pada bangunan untuk memenuhi kebutuhan dan menunjang aktivitas pengguna di dalam bangunan.
Kriteria
a. Macam aktivitas yang terjadi membutuhkan tenaga listrik (penerangan, penghawaan, pengkondisian suara, dan lain-lain).
b. Kelancaran distribusi sumbernya.
c. Efektifitas dan efisiensi sumber listrik terhadap bangunan.
AnalisisDalam pengadaan sumber tenaga listrik ada dua sumber untuk mendapatkannya. Kedua sumber tersebut berasal dan PLN dan genset. a. PLN
Daya listrik utama untuk bangunan TPA Kaliori menggunakan sumber listrik yang berasal dari PLN.
Kelebihan : Daya listrik besar, biaya murah, perawatan dan operasional mudah serta murah.
Kekurangan : Terkadang terjadi pemadaman listrik secara mendadak dan voltage tidak stabil.
b. Genset
Genset sebagai pembangkit listrik dalam keadaan darurat, ketika sumber listrik dari PLN sedang mengalami gangguan.
Kelebihan : Dapat digunakan kapan saja, tegangan yang dikeluarkan dapat diatur.
Kekurangan : Biaya pengadaan danperawatn cukup besar.
Hasil
Dari analisis sistem jaringan listrik diatas, didapat hasil bahwa kedua sumber tersebut dapat digunakan secara bersamaan dan saling melengkapi. Sumber listrik dari PLN dan genset dihubungkan dengan sebuah alat bernama automatic transfer system atau lebih dikenal dengan sistem ATS,
commit to user
V - 69 yaitu suatu alat transfer yang secara otomatis akan menjalankan genset apabila aliran listrik dari PLN padam.
Skema V.22. Jaringan Listrik Bersumber dari PLN dan Genset Sumber : Kuliah Utilitas Bangunan, 2013