• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISTILAH

4. ANALISIS SITUASIONAL

Ayam ras mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1950–an melalui program pemerintah yang bernama Rencana Kesejahteraan Istimewa (RKI). Pemerintah mendirikan taman ternak di berbagai wilayah di tanah air dan mengiimpor bibit ayam ras pedaging dan ayam petelur tipe Rhode Island Red (RIR), New Hampshire, Austrolorp, Plymouth Rock, Noord Holand Blauw (NHB), Leghorn dan Minorca. Pada dekade 1960-1970 mulai dilakukan pembibitan di dalam negeri, dan mulai dilakukan impor indukan parent stock. Pada dekade ini juga berdiri perunggasan pertama yaitu PT. Charoen Pokphan Indonesia (CPI). Setelah mengalami periode krisis tahun 1997-1998. Perkembangan pesat industri perunggasan terjadi pada tahun 1998 dengan adanya sistem kemitraan yang dilakukan oleh perusahaan besar seperti PT. CPI, Japfa Group, Sierad group dan lainnya.

Agroindustri ayam ras pedaging terdiri atas beberapa sub bagian yang saling terkait satu sama lain. Bagian yang mendukung industri tersebut adalah (1) agroindustri pakan; (2) usaha pembibitan; (3) usaha budidaya atau on farm; (4) industri farmasi; (5) Rumah Pemotongan Ayam dan (6) agroindustri pengolahan berbasis daging ayam.

Agroindustri Pakan

Pakan merupakan faktor penting dalam agroindustri ayam ras pedaging. Komponen terbesar untuk mencapai peternakan yang berdayasaing terletak pada aspek pakan. Telah sering dikemukakan bahwa biaya pakan menempati porsi terbesar atau mencapai 70-80 persen dari total biaya produksi. Industri pakan di Indonesia menggunakan basis pakan yang bersumber pada jagung dan kedelai sebagai sumber utama (corn/soy base diet). Dengan demikian ketersediaan bahan utama penyusun pakan sangatlah mempengaruhi keinerja peternakan termasuk ayam ras pedaging. Apalagi jika hal ini dikaitkan dengan bahan baku utama pakan unggas yang sebagian besar terdiri dari jagung, dimana kebutuhan jagung untuk pakan masih harus diimpor.

Produksi pakan nasional meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan sektor peternakan. Dinyatakan sekitar 70 persen pakan yang diproduksi adalah pakan yang diperuntukkan bagi ternak ayam ras pedaging. Data GPMT menunjukkan bahwa untuk tahun 2015 jumlah pakan yang diproduksi adalah 16.7 juta to. Dengan jumlah produksi tersebut kebutuhan jagung untuk pakan adalah sekitar 8.3 juta ton. Jumlah pabrik pakan skala besar meningkat dari 56 pabrik (2004) menjadi 68 pabrik (2014) dan meningkat menjadi 81 pada tahun 2016.

Industri pakan dalam negeri menghadapi beberapa tantangan besark disamping masalah ketersedian jagung, faktor mutu juga menjada kendala tersendiri bagi industri pakan dalam menyerap jagung lokal. Selain itu juga masalah harga jagung lokal yang lebih mahal juga menyebabkan meningkatnya harga pakan.

23 Agrondustri Ayam Ras Pedaging

Produksi

Ayam broiler merupakan jenis ras unggul hasil persilangan dari ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Hal ini disebabkan karena merupakan hasil persilangan ayam unggul yang mampu mengkonversi pakan menjadi daging secara efisien. Agrondustri ayam ras pedaging merupakan salah satu bagian dari subsektor peternakan yang berkembang pesat.

Pesatnya laju pertumbuhan peternakan ayam broiler telah menjadikan daging ayam broiler sebagai jenis daging yang paling banyak dihasilkan di Indonesia. Pada periode 2010-2015, produksi daging ayam broiler Tahun 2010 produksi daging ayam ras adalah sebesar 1 214 339 ton dan pada tahun 2015 produksi nya mencapai 1 687 107 ton. Kontribusi ayam ras pedaging terhadap ketersediaan daging nasional ditunjukkan pada Tabel 5. Histogram produksi daging nasional dapat dilihat pada Lampiran 2a.

Perkembangan industri ayam broiler diperkirakan akan terus terjadi meskipun produksi dalam negeri telah melebihi kebutuhan nasional atau diistilahkan produksi ayam ras pedaging telah mencapai swasembada. Data dari GPPU menunjukkan bahwa populasi ayam ras pedaging diperkirakan mencapai 3 milyar ekor pada tahun 2015.

24

Tabel 5 Produksi Daging Nasional Tahun 2011-2015* (000 ton)

No Jenis Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 1 Ayam Buras 264.8 267.5 319.6 297.7 314 2 Ayam Ras Pedaging 1 337.9 1 400.5 1 497.9 1 544.4 1 627.1 3 Ayam Ras Petelur 62.1 66.1 77.1 97.2 95.6 4 Babi 224.8 232.1 298.4 302.3 319.1 5 Domba 46.8 44.4 41.5 43.6 41 6 Itik 28.2 33.6 36.2 38.0 39.8 7 Kambing 66.3 65.2 65.1 65.1 65.9 8 Kerbau 35.3 37.0 37.8 35.2 31.7 9 Kuda 2.2 2.9 1.8 2.3 2.5 10 Sapi 485.3 508.9 504.8 497.7 523.9

Sumber: Badan Pusat Statistik 2015 Catatan: *Data Sementara

Laju pertumbuhan produksi daging ayam broiler turun drastis menjadi 3.31 persen per tahun pada periode 1990-1999. Turunnya pertumbuhan produksi daging ayam broiler di periode ini adalah akibat dari krisis ekonomi 1997-1999. Pada periode 2000-2010, produksi daging ayam broiler kembali meningkat dengan laju pertumbuhan 9.5 persen per tahun. Rata-rata produksi daging ayam broiler pada periode 2000-2010 telah mencapai 849 008 ton per tahun. Populasi ayam ras pedaging terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tabel 6 menunjukkan perkembangan populasi ayam ras pedaging dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Histogram populasi ternak unggas nasional dapat dilihat pada Lampiran 2b.

Tabel 6 Populasi Ternak Unggas di Indonesia Tahun 2011-2015* (000 ekor)

Unggas Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 Ayam Buras 264 339.6 274 564.4 276 776.6 275 116.1 285 021.1 Ayam ras pedaging 1 177 990.9 1 244 402.0 1 344 191.1 1 443 349.1 1 497 625.7 Ayam Petelur 124 635.8 138 717.8 146 621.5 146 660.4 151 419.0 Itik Manila 43 487.5 49 295.0 51 355.1 52 683.0 54 681.2

Sumber: Badan Pusat Statistik 2015 Catatan: *Data Sementara

Konsumsi

Peningkatan produksi daging ayam juga diiringi dengan peningkatan konsumsi. Daging ayam merupakan penyumbang terbesar dalam penyedia pasokan daging nasional. Konsumsi daging ayam nasional pada beberapa tahun

25 terakhir mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seperti yang disajikan pada Tabel 7. Histogram konsumsi daging nasional dapat dilihat pada Lampiran 2c. Tabel 7 Produksi daging nasional tahun 2007 – 2011 (ton)

No Jenis Ternak Tahun

2007 2008 2009 2011 1 Sapi 94.77 82.27 77.28 87.21 2 Kerbau 11.28 - 3.24 4.04 3 Kambing 58.67 11.43 5.78 5.7 4 Babi 773.95 47.99 43.50 50.14 5 Ayam broiler 927.39 868.39 705.68 835.07 6 Kampung 115.92 143.06 7 Unggas lainnya 11.28 11.43 9.95 11.41 8 Daging lainnya 11.28 11.43 9.95 7.60

Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2011

Berdasarkan data konsumsi daging ayam nasional, terlihat bahwa konsumsi per kapita penduduk untuk daging ayam masih rendah, sekitar 6 kg/kapita/tahun (BPS 2011). Meskipun hal ini masih tergantung pada daya beli masyarakat, namun pertumbuhan permintaan mempunyai korelasi positif dengan pertumbuhan penduduk. Sebenarnya agroindustri broiler masih memiliki peluang besar untuk berkembang mengingat masih rendahnya jumlah konsumsi daging ayam nasional. Beberapa faktor pendukung lainnya yang meningkatkan permintaan produk daging ayam broiler adalah terutama karena penduduk Indonesia sebagian besar muslim, relatif lebih rendahnya harga daging ayam dibandingkan daging sapi, dan adanya keyakinan bahwa daging putih lebih sehat dari daging merah. Dari segi potensi dan kebutuhan terhadap protein hewani, ayam ras pedaging dan petelur memiliki prospek yang baik.

Peran Jagung dalam Agroindustri Ayam Ras Pedaging

Jagung merupakan komoditas pertanian yang strategis karena penggunaanya bukan hanya sebagai keperluan pangan (Food) tapi juga untuk keperluan pakan ternak (feed) dan juga energi (fuel). Peningkatan daya saing agroindustri ayam ras pedaging sangat ditentukan oleh ketersediaan dan harga komoditas jagung lokal. Utomo (2016) menyatakan bahwa 90 persen dari produksi pabrik pakan merupakan pakan unggas termasuk pakan ayam ras pedaging. Jagung merupakan bahan utama penyusun pakan ayam ras pedaging. Jagung berperan sebagai sumber energi. Persentase jagung dalam pakan ayam ras pedaging berkisar antara 50-60 %. Dalam beberapa waktu terakhir terjadi perubahan kebijakan pemerintah terkait perijinan importasi jagung. Pemerintah melarang impor jagung untuk meningatkan daya saing jagung lokal . Kebijakan ini akan mempengaruhi harga jagung sebagai bahan pakan. Data BPS (2014) menunjukkan bahwa produksi jagung nasional dalam bentuk jagung pipilan kering adalah sebanyak 19.01 juta ton. Pertumbuhan pabrik pakan menyebabkan naiknya permintaan terhadap jagung. Saat ini terdapat 68 pabrik pakan dengan kapasitas produksi 18.5 juta ton (BPS 2014), Gabungan Perusahaan Pakan Ternak (GPPT) memprediksi kebutuhan jagung untuk pakan ternak mencapai 8.5 juta ton pada tahun 2015 dengan demikian porsi penggunaan jagung untuk keperluan pakan ternak memang

26

sangat dominan dibandingkan kebutuhan lainnya seperti yang disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Penggunaan jagung lokal

No Pengguna jagung Persentase (%)

1 Pabrik pakan 27.17 2 Peternak 39.13 3 Pedagang besar 18.48 4 Industri lain 7.61 5 Rumah tangga 4.35 6 Pasar 3.26 7 Bibit 0.56

Sumber : Direktorat Pakan, Dirjen PKHI (2015)

Menurut data Asosiasi Produsen Pakan Indonesia/GPMT, kebutuhan jagung di Indonesia 5.3 juta ton (2010), 5.6 juta ton (2011), 6.3 juta ton (2012), 6.9 juta ton (2013), 7.5 juta ton (2014). GPMT memprediksi kebutuhan jagung untuk pakan tahun 2015 sebesar 8.4 juta ton. Sementara produksi jagung lokal untuk pakan berfluktuasi: 3.4 juta ton (2010), 2.4 juta ton (2011), 4.6 juta ton (2012), 3.7 juta ton (2013), 3.7 juta ton (2014).

Rumah Pemotongan Ayam (RPA)

Perkembangan pesat pada sektor hulu agroindustri ayam ras pedaging tidak seimbang dengan sektor hilir. Sektor hilir terdiri dari RPA dan agroindustri olahan berbahan baku daging ayam. RPA adalah pelaku dalam rantai pasok ayam ras pedaging yang aktivitasnya melakukan pemotongan ayam hidup menjadi karkas segar. Saat ini jumlah RPA yang memenuhi standar kesehatan masyarakat veteriner masih terbatas. Idealnya RPH dan RPA harus diberlakukan persyaratan hewan hidup agar tercapai kriteria yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner yang mengatur bahwa layak dikonsumsi manusia harus memenuhi kriteria aman, sehat, utuh dan halal (ASUH).

Menurut Abubakar dan Budinuryanto (2003) sebanyak 83,33% aktivitas pemotongan tidak terkontrol dari aspek kesehatan masyarakat veteriner (kesmavet), tidak melakukan labelisasi, pengemasan karkas dan tidak melakukan penyimpanan dingin (Abubakar dan Budinuryanto 2003). Untuk menjamin bahwa daging ayam yang dihasilkan telah memenuhi kaidah hieginis dan hiegienitas pangan maka RPA harus memiliki Nomor Kontrol Veteriner (NKV). Berdasarkan data dari Dirjen Kesmavet (2014) baru ada 34 RPA seluruh Indonesia yang memiliki NKV (Nomor Kontrol Veteriner).

Fakta saat ini pemotongan ayam masih dilakukan pada tempat-tempat yang tidak terdaftar dan tidak mengacu kepada SNI (Standar Nasional Indonesia). Untuk karkas ayam proses produksi harus mengacu pada SNI Nomor 01-6160- 1999. Persyaratan yang diajukan oleh Standar Nasional Indonesia adalah sebagai berikut:

27 1. Menggunakan ayam hidup yang sehat, sesuai dengan ketentuan peraturan

yang berlaku;

2. Pemotongan dilakukan di tempat yang bersih, cukup air berasal dari sumber berkualitas baik, dan khusus;

3. Cara pemotongan harus mengikuti persyaratan agama Islam;

4. Pengeluaran darah (bleeding) harus tuntas sehingga ayam benar- benar mati; 5. Sebelum pencabutan bulu, ayam diseduh (scalding) dengan temperatur 52-

60°C selama 3-5 menit;

6. Setelah dilakukan pencabutan bulu, kemudian karkas yam dicuci dengan air yang mengalir dan didinginkan (chilling) dengan temperature 0-5°C;

7. Pemeriksaan terhadap karkas dapat dilakukan sebelum dipisahkan dari tubuh oleh petugas yang berwenang;

8. Setelah pemeriksaan dan pencucian, karkas didinginkan.

Dirjen Peternakan dan Keswan (2010) dalam pedoman produksi dan penangan daging ayam yang higienis membagi penanganan kaskas ayam menjadi dua bagian, yaitu pencucian dan pendinginan/ pembilasan karkas serta pewadahan dan pengiriman karkas. Pencucian dan pendinginan/pembilasan dilakukan dengan tahap sebagai berikut:

1. Penyemprotan terhadap karkas dengan menggunakan air bersih bertekanan, hal ini bertujuan untuk membersihkan perlekatan kotoran pada kulit;

2. Perendaman dalam bak (stainless/proselen/drum plastik) yang berisi air selama beberapa menit (kira-kira 10 menit). Pada tahap ini air dapat ditambahkan dengan sanitaiser dengan konsentrasi tertentu (maksimum 50 ppm);

3. Pendinginan dalam bak (stainless/proselen/drum plastik) yang berisi air dingin (es berasal dari air bersih) kira- kira 5-10°C selama 30 menit. Pendinginan ini bertujuan untuk menurunkan karkas, sehingga pertumbuhan mikroorganisme pada karkas dapat dihambat.

Deskriptif Rantai Pasok Agroindustri Ayam Ras Pedaging

Model rantai pasok komoditas pertanian bisa dibahas secara deskriptif dengan menggunakan metode pengembangan rantai pasok produk pertanian yang diusulkan oleh Asian Productivity Organization (APO), dimana metode ini juga mengacu pada kerangka yang dikembangkan oleh Vorst et al.(2007).

Struktur Rantai Pasok (Network Structure)

Pada bagian ini akan diuraikan mengenai anggota yang terlibat dalam rantai pasokan, aliran komoditas mulai dari hulu hingga hilir serta penyebarannya serta penjelasan tentang kerja sama antara anggota rantai.

a. Anggota Rantai dan Aliran Komoditas

Rantai pasok ayam ras pedaging merupakan sistem produksi pangan yang melibatkan beberapa pihak diantaranya adalah peternakan (perusahaan peternakan skala besar, peternakan kemitraan dan peternak mandiri). pedagang, RPA, agroindustri pengolahan, distribusi dan konsumen akhir.

28

Struktur rantai pasok ayam ras pedaging sebagaimana yang dijelaskan pada Gambar 8. menunjukkan aliran komoditas ayam ras pedaging mulai dari input hingga output. Anggota rantai pasok ayam ras pedaging terdiri dari perusahaan pembibitan, pabrik pakan, perusahaan obat-obatan, perusahaan peralatan peternakan, usaha peternakan, pedagang, RPA, agroindustri pengolahan, transportasi dan distribusi hingga konsumen.

Rantai pasok ayam ras pedaging merupakan sistem produksi pangan yang melibatkan beberapa pihak diantaranya adalah perusahaan pembibitan, pabrik pakan, peternakan ayam ras pedaging, pedagang, RPA, agroindustri pengolahan, distribusi dan konsumen akhir. Perusahaan pembibitan melakukan aktivitas penyediaan bibit yang dibutuhkan oleh peternak sebagai input. Bibit yang telah menetas yang dikenal dengan sebutan (DOC) Day old chick akan langsung dikirim ke tahapan berikutnya dalam rantai pasok.

Perusahaan pembibitan berperan dalam menyediakan bibit yang dikenal dengan istilah DOC (day old chick). Untuk menghasilkan DOC perusahaan pembibitan melakukan impor indukan yang dikenal dengan istilah grand parent stock (GPS). Grand Parent Stock akan menghasilkan parent stock yang akan menghasilkan final stock (DOC). Dari perusahaan pembibitan DOC akan dikirim ke pelaku berikutnya dalam rantai pasok yaitu perusahaan integrasi (inti) dan poultry shop.

Pelaku rantai pasok berikutnya adalah usaha ternak ayam ras pedaging. Ada tiga kelompok yang melakukan proses peternakan ayam ras pedaging pertama, perusahaan peternakan komersial dengan skala usaha besar, biasanya perusahaan ini terdimiliki oleh perusahaan besar, integrasi dengan pembibitan dan pabrik pakan hingga ke sektor hilir seperti RPA dan agroindustri olahan berbahan baku ayam. Kedua, peternak kemitraan, melibatkan dua pihak yaitu perusahaan integrasi (inti) yang menyediakan input seperti pakan, DOC dan obat-obatan dengan peternak mitra yang melakukan proses pemeliharaan DOC menjadi ayam ras pedaging. Mekanisme kemitraan mengikuti pola tertentu yang disepakati oleh kedua belah pihak.

Pedagang. Dalam rantai pasok ayam ras pedaging, pedagang memfasilitasi proses jual beli antara peternak dengan pihak berikutnya seperti RPA, ataupun dengan pedagang berikutnya dalam mata rantai tataniaga ayam ras pedaging. Terdapat beberapa tingkatan pedagang yang menjadi perantara dalam tataniaga ayam ras pedaging. Proses yang terjadi dalam tataniaga adalah jual beli (DOC), sehingga pembeli DO yang terakhirlah yang mengambil ayam yang siap dipanen ke kandang milik peternak.

RPA (Rumah Pemotongan Ayam). Pada tingkatan rantai pasok ini dilakukan proses pemotongan ayam hidup menjadi karkas. Karkas adalah bagian dari tubuh ternak ayam ras yang sudah disembelih, dibuang bulu, kaki, kepala dan jeroan. Proses yang terjadi pada RPA adalah: (1) unloading, penurunan ayam dari kendaraan yang menjadi alat transportasi, (2) penggantungan; (3) penyembelihan; (4) pemeriksaan untuk memastikan ayam telah mati dan darah telah keluar dengan sempurna;(5) pembuangan bulu (sculding); (6) pembuangan jeroan; (7) pembuangan kaki dan kepala.

29 Agroindustri ayam olahan. Pada beberapa tahun terakhir terjadi pertumbuhan yang signifikan dari agroindustri ayam olahan. Beberapa perusahaan integrasi mengembangkan bisnis hilir dengan menghasilkan produk olahan yang berbasis daging ayam. Data dari National Meat Processing Association (NAMPA) menunjukkan bahwa tahun 2012 kapasitas produksi daging olahan adalah sebesar 173.000 Ton. Jumlah ini naik sekitar 14 % menjadi 210 000 pada tahun 2013. Beberapa perusahaan penghasil daging ayam olahan diantaranya adalah PT. Charoen Pokhpan Indonesia, JAPFA Group, PT. Sierad Produce, PT. Malindo, PT. Dagsap dan lain sebagainya.

b. Entitas Rantai Pasokan Produk.

Produk yang dihasilkan dalam rantai pasok ayam ras pedaging adalah ayam hidup (live bird) dan ayam olahan Ayam ras pedaging merupakan produk utama yang dihasilkan pada rantai pasok ayam ras pedaging. Ayam yang dihasilkan oleh peternak akan dijual ke konsumen melalui beberapa alternatif saluran pemasaran sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.

Pasar.

Permintaan terhadap ayam ras pedaging terus mengalami peningkatan. Hal ini dipicu oleh mengingkatnya jumlah penduduk, pertambahan pendapatan dan baiknya kesadaran gizi dalam masyarakat. Saat ini produksi ayam ras pedaging hanya diperuntukkan bagi pasar lokal. Beberapa waktu sebelumnya pernah melakukan ekspor daging ayam olahan ke Jepang namun dihentikan karena merebaknya kasus flu burung (Avian Influenza).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasar ayam ras pedaging dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :

 Pasar individu. Kelompok ini merupakan pasar terbesar dalam menyerap produksi ayam hidup yang dihasilkan peternak.

 Pasar lembaga. Kelompok pasar ini adalah entitas bisnis yang membeli daging ayam untuk dijadikan input dalam proses produksi berikutnya. Sebagai contoh adalah restoran/rumah makan, catering dan rumah sakit.

 Pasar industri ayam olahan. Kelompok ini pada dasarnya pengembangan dari pasar lembaga, namun pada kajian ini dijadikan kelompok pasar tersendiri karena produk yang dihasilkan lebih spesifik. Pada aktifitas nya melakukan pengolahan daging ayam menjadi beraneka bentuk seperti sosis, bakso, nugget, karage dan lainnya

Pemangku kepentingan (stakeholder)

Dalam suatu rantai pasok terdapat pihak-pihak yang berkepentingan, baik langsung maupun tidak langsung. Pada rantai pasokan ayam ras pedaging melibatkan banyak stakeholder sebagaimana telah dirinci pada bagian sebelumnya. Anggota rantai pasok dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu anggota primer dan anggota rantai pasok sekunder. Yang termasuk pada anggota primer rantai pasok adalah peternak, pedagang, RPA, industri ayam olahan dan ritel. Sedangkan anggota sekunder rantai pasok adalah perusahaan pembibitan, pemasok obat-obatan hewan, industri pakan, penyedia transportasi khusus dan pemerintan. Namun disamping itu juga terdapat stakeholder lainnya

30

yang juga berpengaruh dan mampu menstimulasi terjadinya proses bisnis dalam rantai pasok, diantaranya perbankan, berbagai asosiasi bisnis, penelit/akademisi dan lainnya.

c. Kemitraan Rantai Pasok

Praktek kemitraan yang umum sudah dilaksanakan dalam industri ayam pedaging adalah kemitraan yang terjadi antara peternak yang disebut plasma dengan perusahaan yang disebut dengan inti. Mekanisme yang terjadi secara umum adalah dalam proses produksi pihak inti bertanggung jawab dalam menyediakan sara produksi seperti bibit (DOC), pakan dan obat-obatan. Sementara pihak plasma bertanggung jawab dalam penyediaan kandang, proses pemeliharaan ayam selama periode pemeliharaan. Setelah periode pemeliharaan diselesai dan ayam dipanen, pihak inti bertanggung jawab atas pemasaran produk, yaitu ayam hidup (live bird).

Beberapa perusahaan besar industri peternakan yang melakukan sistem kemitraan diantara nya adala PT. Charoen Pokhpan Indonesia, PT. JAPFA, PT. Sierad Produce dan lain-lain. Selain perusahaan industri peternakan yang berskala besar, terdapat juga perusahaan lain yang bertindak sebagai inti dalam kemitraan, dimana perusahaan ini biasanya bergerak dalam bisnis perdagangan sarana produksi peternakan seperti bibit, pakan, obat-obatan hewan dan peralatan peternakan.

Sasaran Rantai a. Sasaran Pasar

Rantai pasok produk pertanian terdiri dari dua kategori produk yaitu produk segar dan produk olahan. Demikian juga dengan rantai pasok ayam pedaging, Saat ini produk rantai pasok ayam ras pedaging masih dipasarkan pada pasar lokal. Dengan kondisi pasokan yang cenderung berlebih mengembangkan pasar ekspor merupakan suatu keharusan. Dengan berkembangnya kerja sama Masyarakat Ekonomi Asean , (MEA), telah menjadikan pasar diantara negara ASEAN sebagai wilayah perdagangan bebas. Potensi penduduk yang besar harus dimanfaatkan sedemikain rupa.

b. Sasaran Pengembangan

Industri ayam pedaging merupakan satu-satu nya bagian dari subsektor peternakan yang telah berskala industri dengan penerapan teknologi yang maju dibandingkan dengan bagian peternakan yang lainnya. Pada tingkat an peternakan ayam ras pedaging telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini dapat diketahui dari jumlah produksi ayam ras yang terus meningkat setiap tahunnya.

Pada tingkatan rantai pasok berikutnya yaitu RPA dan industri ayam olahan perkembangan yang ada saat ini masih berada dibawah perkembangan sektor budi daya. Perlu berbagai upaya untuk menumbuhkan kesadaran peternak dan konsumen untuk menggerakkan sektor hilir dalam rantai pasok ayam ras pedaging.

31 Kemitraan dalam rantai pasok ayam ras pedaging telah berjalan sejak sejak tahun 1980 an dengan adanya program inti plasma. Adanya kebijakan pemerintah yang mengijinkan perusahaan peternakan besar terjun ke usaha budi daya dengan melakukan pembinaan dengan peternak rayat, maka perkembangan kerjasama dalam bentuk kemitraan menjadi semakin pesat.

Namun kerja sama dan kemitraan yang ada hanya ada ditingkat peternakan saja. Sementara ditingat hilir belum terjadi kerja sama kemitraan .

Manajemen Rantai

a. Struktur Manajemen

Proses aktifitas dalam rantai pasok dimulai dengan penyaluran bibit yang akan dipelihara oleh peternak. Selanjutnya pemeliharaan peternak akan dilakukan sesuai dengan petunjuk teknis yang diberikan. Peternak akan diberi pendampingan dari perusahaan mitra melalui technical service yang akan membantu peternak dalam operasional pemeliharaan ayam ras pedaging. Ayam ras pedaging akan dipelihara sampai batas yang ditetapkan sebelum periode dimulai atau sesuai dengan permintaan dari perusahaan mitra yang memberikan informasi tentang waktu panen. Penjualan ayam yang dipanen menjadi tanggung jawab perusahaan mitra. Setelah panen ayam hidup (live bird) akan dijual dengan beberapa mekanisme sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.

b. Pemilihan Mitra

Dalam rantai pasok ini, sistem kemittraan terjadi pada tingkat peternak. Kemitraan terjadi antara perusahaan peternakan pemasok dengan petani. Hak dan kewajiban pelaku kemitraan diatur dalam kontrak. Pemilihan mitra didasarkan atas kesepakan, dimana peternak harus menyediakan kandang dengan sesuai dengan ketentuan dari pihak perusahaan, dan berkewajiban melakukan pemeliharan dari awal sampai panen

c. Kesepakatan kontraktual

Dalam sistem kemitraan antara perusahaan mitra dengan peternak, kontrak kemitraan biasanya akan menyepakati beberapa hal diantaranya adalah: populasi yang dipelihara, jumlah dan harga input (DOC, pakan dan lainnya), lama pemeliharan, sistem bagi hasil, harga jual, dan sistem penilaian. Pada aliran perdagang ayam hidup, tidak ditemui adanya kontrak yang mengikat antara perusahaan mitra dengan pedagang.

d. Sistem transaksi

Terdapat beberapa sistem trasaksi yang berlaku dalam proses bisnis rantai pasok ayam ras pedaging. Pertama, sistem transaksi dengan mengunakan noata bisnis atau yang pada praktek dalam industri ayam ras pedaging dikenal sebagai DO. Praktek ini terjadi pada transaksi antara peternak dengan pedagang. Peternak akan memberikan suatu nota atau catatan yang berisi informasi kuantitas dan harga ayam yang telah disepakati untuk ditransaksikan. Kedua, sistem transaksi dengan memberikan tenggang waktu, biasanya untuk suatu pengiriman akan dilakukan pada pengiriman berikutnya., Ketiga, pembayaran transaksi tunai, biasanya dilakukan pada transaksi dengan ritel dan consumer akhir.

Dokumen terkait