KINERJA RANTAI PASOK DAN NILAI TAMBAH DENGAN
INTERNALISASI ASPEK LINGKUNGAN PADA
AGROINDUSTRI AYAM RAS PEDAGING
NURHAYATI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Kinerja Rantai Pasok dan Nilai Tambah Dengan Internalisasi Aspek Lingkungan Pada Agroindustri Ayam Ras Pedaging adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2016
RINGKASAN
NURHAYATI. Kinerja Rantai Pasok dan Nilai Tambah dengan Internalisasi Aspek Lingkungan pada Agroindustri Ayam Ras Pedaging. Dibimbing oleh MARIMIN, TAUFIK DJATNA dan IDAT GALIH PERMANA.
Agroindustri ayam ras pedaging merupakan bagian dari sub sektor peternakan yang berperan penting dalam penyediaan kebutuhan pangan. Kontribusi daging ayam dalam pola konsumsi protein hewani masyarakat terus meningkat. Kemajuan teknologi pakan dan genetika juga turut menunjang perkembangan agroindustri perunggasan khususnya ayam ras pedaging. Kemampuan dalam penyediaan lapangan kerja bagi lebih dari 2.5 juta penduduk menjadikan agroindustri ayam ras pedaging berperan dalam perekonomian makro. Rantai pasok ayam ras pedaging merupakan sistem yang komplek dan melibatkan beberapa pelaku usaha yang terdiri dari perusahaan pembibitan, perusahaan pakan, budidaya atau usaha ternak, industri obat-obatan dan Rumah Pemotongan Ayam (RPA).
Disamping pertumbuhannya yang cepat, agrindustri ini juga dihadapkan pada berbagai tantangan. Sektor peternakan termasuk industri ayam ras pedaging menyumbang berbagai permasalahan lingkungan seperti eutrifikasi, asidifikasi, potensi pemanasan global, ekotoksisitas dan lainnya. Hal ini menjadi tantangan bagi pelaku rantai pasok untuk menerapkan aktivitas usaha yang mengurangi dampak lingkungan dalam aktivitasnya.
Tujuan utama penelitian ini adalah mengukur kinerja dan nilai tambah rantai pasok dengan internalisasi aspek lingkungan, serta merumuskan alternatif mitigasi risiko pada agroindustri ayam ras pedaging. Pengukuran kinerja dilakukan dengan pendekatan Life Cycle Assessment (LCA) untuk menghitung dampak lingkungan sepanjang rantai pasok. Valuasi dampak lingkungan menjadi nilai mata uang dilakukan dengan metode stepwise2006. Pengukuran nilai tambah dilakukan dengan metode Hayami untuk mendapatkan nilai tambah pada setiap pelaku rantai pasok. Perumusan alternatif mitigasi risiko dilakukan dengan mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang terjadi pada agroindustri ayam ras pedaging menggunakan teknik Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan teknik US Millitary Standar 882C. Perumusan alternatif mitigasi risiko menggunakan Intepretative Structural Modeling (ISM) melalui strukturisasi tiga elemen kunci yakni elemen tujuan pengembangan, elemen kendala pengembangan dan elemen kebutuhan pengembangan. Hasil strukturisasi elemen kunci ini akan dijadikan dasar pengembangan kelembagaan untuk mitigasi risiko.
peternak dan dampak lingkungan serta penurunan dan pencemaran kualitas karkas pada tingkat RPA. Alternatif mitigasi yang direkomendasikan melalui instrumen kelembagaan adalah dengan peraturan pemerintah untuk pembentukan lembaga RPA secara kolektif bagi peternak dengan skala usaha yang kecil dan kewajiban bagi perusahaan inti untuk memiliki RPA. Hal ini diharapkan dapat menciptakan stabilisasi harga disaat pasokan berlebih dan juga mengurangi RPA tanpa ijin (illegal) yang menyebabkan banyaknya beredar karkas yang tidak hiegienis.
SUMMARY
NURHAYATI. Supply Chain Performance and Value Added with Internalization Environmental aspect on Broiler Agroindustry. Supervised by MARIMIN, TAUFIK DJATNA and IDAT GALIH PERMANA.
Broiler agroindustry is a part of the livestock sub sector that contributes significantly in provision of high quality food for the society. Contribution of poultry meat into national meat consumption growth increasingly. Advanced in feed technology and genetic engineering have increasing influenced the growth of industry. However, report of the United Nation Food and Agricultural Organization blamed the livestock industry including broiler supply chain caused serious environmental impacts, especially in climate change, water and air pollution, land degradation, and biodiversity loss.
Broiler supply chain involving many bussiness actors such us breeding farms, feed mills, broiler growers, slaughterhouses, processing industry, pharmaceutical and poultry equipment. These are a complex system. Currently, there are increasing recognition in developing more sustainable food and agricultural products. For that reasons, green supply chain management play an important role.
The main objective of this research were to measure performance and value added of broiler agroindustry supply chain with internalization of environmental aspects as well as to analyze the risk and formulated alternative of risk mitigation on broiler agroindustry. Performance measurement is conducted by Life Cycle Assessment (LCA) approach to calculate the environmental impact throughout the supply chain. Valuation of environmental impacts into currency value is done by stepwise2006 methods. Added value measurement is conducted by Hayami method to get value added at each supply chain actors. Alternative formulation of risk mitigation is conducted by identifying and analyzing the risks that occur in the broiler agroindustry using Failure Mode And Effect Analysis (FMEA) and US Millitary engineering Standard 882C techniques. Formulation of risk mitigation alternatives using Intepretative Structural Modeling (ISM) through structuring of the three key elements i.e. development goals element, development constraints elements and development needs element. Results of key element structuring will be used as basis for the institutional development of risk mitigation.
reducing the excess supply and slaughterhouse unauthorized (illegal) which caused the number of outstanding carcass not hyegienic.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada
Program Studi Teknologi Industri Pertanian
KINERJA RANTAI PASOK DAN NILAI TAMBAH DENGAN
INTERNALISASI ASPEK LINGKUNGAN PADA
AGROINDUSTRI AYAM RAS PEDAGING
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Penguji pada Ujian Tertutup: Prof Dr Ir Sukardi, MM Dr Ir Saptana, MSi
Judul Disertasi : Kinerja Rantai Pasok dan Nilai Tambah dengan Internalisasi Aspek Lingkungan pada Agroindustri Ayam Ras Pedaging Nama : Nurhayati
NIM : F361100191
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Prof Dr Ir Marimin, MSc Ketua
Dr Eng Taufik Djatna, STP MSi Anggota
Dr Ir Idat Galih Permana, MSc Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Teknologi Industri Pertanian
Prof Dr Ir Mahfud, MSi
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian Tertutup : 26 Januari 2016 Tanggal Sidang Promosi: 4 Februari 2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis diberi kekuatan dan kemudahan dalam menyelesaikan karya ilmiah dengan judul Kinerja Rantai Pasok dan Nilai Tambah Dengan Internalisasi Aspek Lingkungan Pada Agroindustri Ayam Ras Pedaging ini berhasil diselesaikan.
Penghargaan, terima kasih dan rasa hormat penulis sampaikan kepada Bapak Prof Dr Ir Marimin, MSc selaku Ketua Komisi Pembimbing, atas arahan, bimbingan, dukungan dan teladan kebaikan yang sangat berarti selama penulis menjalani proses pembimbingan, Bapak Dr Eng Taufik Djatna, STP MSi dan Bapak Dr Ir Idat Galih Permana, MSc atas curahan waktu, bimbingan, arahan dan saran yang telah diberikan selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan disertasi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof Dr Ir Sukardi, MM dan Dr Ir Saptana, MSi yang telah bersedia sebagai penguji luar komisi pada ujian tertutup dan sidang promosi doktor.
Terima kasih juga disampaikan pada narasumber ahli yang telah berkontribusi dan bersedia dimintai pendapat keahliannya dalam penelitian ini, selanjutnya khususnya kepada rekan-rekan angkatan 2010 TIP, kakak dan adik kelas Program Studi TIP, rekan-rekan kelompok bimbingan Prof Dr Ir Marimin, khususnya Sdri. Yuliana Kaneu Teniwut, STP, MSi dan ibu Sri Martini dari Lab.TSI dan kelompok bimbingan Bpk Dr Eng Taufik Djatna, STP MSi atas bantuan dan kebersamaan khususnya Azrifirwan, STP, MEng.
Terima kasih juga disampaikan pada Rektor Universitas Andalas atas kesempatan yang diberikan untuk melaksanakan studi doktor. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi atas Beasiswa Program Pasca Sarjana (BPPS) yang diberikan. Dekan Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Ketua Program Studi Teknologi Industri Pertanian dibawah pimpinan Prof. Dr. Ir. Machfud, MS. Dan staf sekretariat Ibu Nurjannah dan Bpk. Chandra yang telah membantu kelancaran administrasi selama pelaksanan studi
Terima kasih kepada Rektor Universitas Andalas dan Dekan Fakultas Peternakan Universitas Andalas atas kesempatan yang diberikan untuk melaksanakan studi doktor. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi atas Beasiswa Program Pasca Sarjana (BPPS) yang diberikan. Ketua Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Dekan Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
Ucapan terima kasih juga disampaikan pada pimpinan RPA Jambu Raya Bapak Asep Saiful, Bapak Darwin (SDM), Ibu Novi (Farm Manager), Bapak Ngatno dan Bapak Nanang (PPL Damar Satu), Bapak Harry (bagian marinasi), Bapak Agus (bagian RPA) yang telah memberikan kesempatan untuk penelitian dan banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.
Terima kasih juga penulis sampaikan pada seluruh keluarga terutama kedua orang tua H. Lukman dan Ibunda Hj Animar Naim, dan adik-adik semuanya, Pamanda Ir. H. Lukman Naim yang selalu memberikan dukungan moril dan materi, kedua mertua, (Alm) Sazli Abbas dan Sahida Sazli. Kepada suami tercinta Ivan Muftialdi, SE MM yang telah memberikan kesempatan, dukungan yang tak terbatas serta doa yang tidak henti dipanjatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini dan anak-anak ku tersayang: Muhammad Faiz Haitsam, Ghaida Hauna Khairunnisa dan Faiza Alila Khairunnisa atas pengertian yang diberikan selama ini serta kepada seluruh keluarga besar yang telah memberikan semangat dan doa agar studi doktoral ini dapat diselesaikan.
Akhir kata, tak ada gading yang tak retak. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Amin ya Rabbal alamin.
Bogor, Februari 2016
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xi
DAFTAR ISTILAH xii
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 3
Ruang Lingkup 3
Kebaruan Penelitian 3
2 TINJAUAN PUSTAKA 3
Manajemen Rantai Pasok 3
Kinerja Rantai Pasok 5
Nilai Tambah 6
Eksternalitas 8
Pengkajian siklus hidup (Life Cycle Assessment-LCA) 8
Manajemen Risiko Rantai Pasok 10
Kelembagaan 13
Prosedur Analisis Data 14
3. METODOLOGI 14
Kerangka Pemikiran 14
Tahapan Penelitian 15
Kinerja Rantai Pasok dengan Internalisasi pada Agroindustri Ayam Ras
Pedaging 18
Nilai Tambah dengan internalisasi dampak lingkungan pada Rantai Pasok
Agroindustri Ayam Ras Pedaging 19
Manajemen Risiko Rantai Pasok pada Agroindustri Ayam Ras Pedaging 20
Jenis dan Teknik Pengambilan Data 23
4. ANALISIS SITUASIONAL 22
Agroindustri Pakan 22
Agrondustri Ayam Ras Pedaging 23
Rumah Pemotongan Ayam (RPA) 26
Deskriptif Rantai Pasok Agroindustri Ayam Ras Pedaging 27 5. KINERJA RANTAI PASOK DAN NILAI TAMBAH DENGAN
INTERNALISASI ASPEK LINGKUNGAN PADA AGROINDUSTRI AYAM
RAS PEDAGING 37
Abstrak 37
Pendahuluan 37
Metode Penelitian 40
Hasil dan Pembahasan 44
6. ANALISIS DAN MITIGASI RISIKO RANTAI PASOK HIJAU PADA
AGROINDUSTRI AYAM RAS PEDAGING 50
Abstrak 50
Pendahuluan 50
Tinjauan Pustaka 51
Metodologi 53
Hasil dan Pembahasan 55
Simpulan 67
7. PEMBAHASAN UMUM 68
Risiko Rantai Pasok Hijau pada Agrondustri Ayam Pedaging 69 Analisis Komparatif Agroindustri Ayam Ras Pedaging 70
Implikasi Manajerial 71
8. SIMPULAN DAN SARAN 73
Simpulan 73
Saran 74
DAFTAR PUSTAKA 75
RIWAYAT HIDUP 103
DAFTAR TABEL
1 Prosedur perhitungan nilai tambah metode Hayami 7 2 Kebutuhan pelaku sistem rantai pasok agroindustri ayam ras
pedaging 17
3 Aktivitas dan data yang diamati dalam persedian siklus hidup 19 4 Tujuan, data, metode pengumpulan data dan teknik analisis data 21 5 Produksi Daging Nasional Tahun 2011-2015* (000 ton) 24 6 Populasi Ternak Unggas di Indonesia Tahun 2011-2015* (000
ekor) 24
7 Produksi daging nasional tahun 2007 – 2011 (ton) 25
8 Penggunaan jagung lokal 26
9 Inventori data untuk analisis dampak lingkungan dengan
pendekatan LCA 41
10 Prosedur perhitungan nilai tambah metode Hayami 42 11 Rataan parameter kunci keberhasilan usaha peternakan ayam ras
pedaging 45
12 Dampak lingkungan peternakan dengan satuan fungsional 20 000
ekor 46
13 Dampak lingkungan pada RPA dengan satuan fungsional 20 000
ekor 46
14 Dampak lingkungan pada industri pengolahan 47 15 Hasil valuasi dampak lingkungan dengan satuan fungsional 20
000 ekor 48
16 Nilai Tambah dan nilai tambah hijau pada setiap pelaku rantai
pasok 48
17 Hasil identifikasi risiko pada rantai pasok industri ayam ras
pedaging 57
18 Jenis risiko yang teridentifikasi pada RPA 57 19 Identifikasi risiko pada industri pengolahan 58 20 Konsekuensi derajat keparahan risiko pada rantai pasok 59 21 Hasil akusisi pendapat pakar dalam penilaian tingkat paparan
risiko pada peternak 59
22 Akusisi pendapat pakar untuk menilai derajat keparahan risiko
pada RPA 60
23 Akuisisi pendapat pakar untuk penilaian dampak risiko pada
industri ayam olahan 60
24 Agregasi kriteria untuk derajat keparahan risiko pada peternak 61
25 Agregasi kriteria untuk RPA 61
26 Hasil agregasi pakar untuk menilai derajat keparahan risiko pada
peternak 61
27 Hasil agregasi pakar untuk penilaian derajat keparahan risiko
pada RPA 62
28 Agregasi kriteria untuk risiko industri ayam olahan 62 29 Agregasi pakar untuk penilaian derajat keparahan risiko pada
industri ayam olahan 62
31 Nilai probabilitas dan indeks probabilitas risiko pada rantai pasok
ayam ras pedaging 63
32 Hasil penilaian risiko pada rantai pasok industri ayam ras
pedaging 64
DAFTAR GAMBAR
1 Rantai pasok sederhana (Vorst et al. 2007) 4
2 Tahapan LCA 8
3 Kerangka pemikiran 15
4 Sistem dan batasan kajian Life Cycle Assessment pada
agroindustri ayam ras pedaging 18
5 Tahapan perhitungan nilai tambah pada rantai pasok agroindustri
ayam ras pedaging 20
6 Tahapan proses manajemen risiko rantai pasok (Tummala dan
Schoenherr 2011) 21
7 Tahapan penyusunan sub model kelembagaan rantai pasok ayam
ras pedaging 22
8 Struktur rantai pasok industri ayam ras pedaging 35 9 Proses bisnis pada perusahaan unit pengamatan penelitian 36 10 Batasan sistem kajian LCA untuk menilai kinerja rantai pasok
hijau pada industri ayam ras pedaging 41
11 Struktur rantai pasok pada perusahaan 44
12 Struktur rantai pasok industri ayam ras pedaging 55 13 Strukturisasi sub-elemen tujuan pengembangan kelembagaan
rantai pasok 65
14 Strukturisasi kebutuhan pengembangan kelembagaan rantai pasok 65 Strukturisasi sub-elemen kendala pengembangan kelembagaan
rantai pasok 66
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuisioner yang digunakan pada penelitian ini 81
2 Produksi daging nasional, populasi ternak ungags, dan kunsumsi daging
nasional 95
3 Perhitungan Beban Energi 97
4 Data Input LCA 98
DAFTAR ISTILAH
Istilah Deskripsi Referensi
Agroindustri Kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang, dan
menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut
(Soekartawi 2000)
Asidifikasi Pengasaman dianggap sebagai efek regional. Pengasaman
disebabkan oleh rilis proton dalam ekosistem darat atau air.
acidifying yang zat hanya berkontribusi terhadap
pengasaman jika anion tersebut tercuci dari sistem
(Stranddorf,
Hoffmann, Schmidt 2005)
Broiler Istilah yang digunakan untuk ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk penggemukan atau pedaging
Dampak Pengaruh kuat yang dapat
mendatangkan akibat (baik positif ataupun negatif)
KBBI Online 2016
DOC (Day old chicken)
Anak ayam yang berumur di bawah 10 hari yang digunakan sebagai bibit untuk ternak ayam ras pedaging
Eco-toxicity Kemampuan agen kimia atau fisik memiliki efek buruk pada
lingkungan dan organisme hidup di dalamnya, seperti ikan, satwa liar, serangga, tanaman dan mikroorganisme
Eutrofikasi Respon ekosistem terhadap penambahan nutrisi buatan atau alami, terutama fosfat, melalui deterjen, pupuk, atau limbah, untuk sistem akuatik
(Schindler dan Vallentyne 2004)
FAO Food and Agriculture, lembaga dibawa PBB yang membidangi bidang pangan dan pertanian FCR (feed
conversion ratio)
ukuran efisiensi ternak dalam mengkonversi massa pakan terhadap pertambahan berat badan atau diartikan juga sebagai
banyaknya pakan yang
setiap kilogram (Kg) berat hidup ayam.
Global Warming Mengacu pada perubahan keadaan iklim yang dapat diidentifikasi (misalnya, menggunakan uji statistik) oleh perubahan dalam rata-rata dan / atau variabilitas sifat-sifatnya, dan yang
berlangsung selama jangka waktu yang panjang, biasanya dekade
(IPCC Fourth Assesment Report: Climate Change 2007)
Karkas Bagian tubuh ternak yang telah disembelih, dibersihkan, dibuang kepala, kaki dan organ dalamnya. LCA (Life Cycle
Assassment)
Alat untuk menilai potensi dampak lingkungan dan sumber daya yang digunakan di seluruh siklus hidup produk, yaitu, dari akuisisi bahan baku, melalui produksi dan fase penggunaan sampai ke pengelolaan sampah
(ISO 2006)
Marinasi Proses perendaman makanan di dalam cairan yang telah dibumbui (biasanya asam) sebelum dimasak Model Representasi dari sistem nyata Mortalitas Ukuran atau persentase jumlah
kematian (umumnya,) pada suatu populasi.
Nilai Tambah Kegiatan atau langkah-langkah dalam proses yang menambah atau mengubah suatu produk atau jasa
Kamus Bisnis Online 2016
RPA (Rumah pemotongan ayam)
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Agroindustri ayam ras pedaging memiliki peran penting dalam pasokan pangan sumber protein. Kontribusi daging ayam terhadap pola konsumsi protein hewani masyarakat terus meningkat. Data BPS (2013) menunjukkan bahwa kntribusi daging ayam dalam pola konsumsi protein hewani asal ternak mencapai 62.4%. Dominannya proporsi konsumsi daging ayam, disebabkan karena ketersediaannya yang mudah didapat, harga yang relatif terjangkau, kesadaran konsumsi masyarakat yang makin baik, peningkatan pendapatan dan sifatnya yang dapat diterima oleh semua lapisan dan segmen masyarakat Indonesia.
FAO (2008) menyatakan bahwa agroindustri ayam ras pedaging mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Di Indonesia, tingginya pertumbuhan agroindustri ayam ras pedaging dapat dilihat dari peningkatan jumlah populasi ayam ras pedaging, statistik industri menunjukkan bahwa jumlah populasi ayam ras pedaging pada tahun 2009 adalah sebesar 1.3 milyar ekor, jauh meningkat dari populasi awal introduksi ayam ini di tahun 1980-an yang hanya berjumlah 250 000 ekor (Livestock review 2011).
Agroindustri ayam ras pedaging melibatkan banyak pihak yang saling terkait, yang meliputi perusahaan pembibitan, pabrik pakan ternak, usaha budidaya ayam ras pedaging, Rumah Pemotongan Ayam (RPA) dan agroindustri pengolahan berbahan baku daging ayam. Dalam rantai pasok masing-masing berperan dalam menyediakan bahan baku atau setengah jadi bagi tahapan berikutnya. Hal ini dipandang sebagai suatu kesatuan sistem rantai pasok.
Berlebihnya tingkat produksi pembibitan dan budidaya menyebabkan seringkali terjadi kelebihan pasokan yang membuat membuat harga menjadi tertekan. Hal ini disebabkan tidak seimbangnya pertumbuhan antara sektor hulu dalam hal ini usaha pembibitan, pakan ternak dan budidaya dengan sektor hilir yaitu RPA dan industri olahan berbahan dasar daging ayam. Menurut Ditjennak (2013) saat ini penjualan daging ayam ras sebagian besar masih dalam bentuk karkas yang dijual dipasar tradisional. Pengembangan produk bernilai tambah diharapkan menjadi jalan keluar bagi kelebihan produksi komoditas pertanian yang bersifat musiman. Nilai tambah dapat ditingkatkan melalui budidaya komoditas khusus, perubahan bentuk produk, perbaikan pengemasan produk, perubahan cara pemasaran atau mengembangkan unit usaha baru (Born dan Bachman 2006).
Kajian nilai tambah merupakan aspek yang penting dalam rantai pasok termasuk rantai pasok pertanian. Beberapa penelitian nilai tambah produk pertanian dilakukan oleh Marimin et al. (2010) tentang nilai tambah dan kinerja pada rantai pasok komoditas produk edamame. Astuti (2012) meneliti tentang nilai tambah pada rantai pasok buah manggis. Meskipun beberapa penelitian tentang komoditas ayam ras pedaging telah dilakukan, namun kajian nilai tambah pada rantai pasok agroindustri ayam ras pedaging belum ada dilakukan.
2
perusahaan pembibitan yang tidak ditangani dengan baik dan mencemari areal persawahan warga (Poultry Indonesia, 2015). Masalah bau dari kandang sering menjadi persoalan bagi usaha budidaya ayam ras pedaging , karena dikeluhkan oleh masyarakat sekitar kandang karena menganggu kenyamanan, meskipun usaha peternakan lebih dulu berdiri dan sudah mendapatkan ijin dari pihak terkait.
RPA merupakan bagian dari rantai pasok ayam ras pedaging yang aktifitasnya melakukan pemotongan ayam hidup menjadi karkas, pada tahapan ini banyak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. Sebagian besar proses pemotongan dilakukan tanpa mengikuti standar hieginitas yang ditetapkan. Penanganan limbah RPA tidak dilakukan sebagaimana mestinya. Limbah RPA merupakan limbah cair dan padat yang dapat mencemari lingkungan dan kesehatan serta mencemari karkas yang dihasilkan. Abubakar dan Budinuryanto 2003 menyatakan bahwa 83.33 % masih dilakukan di RPA yang tidak berijin dan tidak menerapkan standar kesehatan masyarakat veteriner serta tidak melakukan pengolahan limbah.
Mengetahui dampak lingkungan dari suatu rantai pasok, merupakan salah satu bentuk pengukuran kinerja rantai pasok hijau. Hervani dan Helm (2005) menyatakan bahwa salah satu tujuan rantai pasok hijau adalah meminimalkan dampak lingkungan sepanjang rantai pasok. Sedangkan pengukuran kinerja rantai pasok dilakukan untuk menilai pencapaian tujuan rantai pasok tersebut. Hal ini merupakan tantangan bagi agroindustri ayam ras pedaging yang dihadapkan pada berbagai risiko baik bersumber dari internal maupun eksternal. Risiko tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap pencapaian tujuan rantai pasok dan mengurangi nilai tambah sepanjang rantai pasok (Bogataj dan Bogataj 2007). Sehingga menjadi alasan untuk menjadikan manajemen risiko adalah hal yang penting dalam rantai pasok, terutama juga untuk produk pertanian. Beberapa kajian yang meneliti tentang aspek manajemen risiko rantai pasok dalam bidang agroindustri dapat dilihat pada Hadiguna (2010), Suharjito (2011) dan Saputera (2012).
Daya saing rantai pasok merupakan resultante kinerja dari integrasi semua pelaku yang ada sepanjang rantai pasok. Dengan demikian proses interaksi dan kolaborasi setiap anggota rantai pasok menjadi faktor penting dalam mencapai kinerja rantai pasok. Peningkatan daya saing dapat dilakukan melalui perbaikan kinerja infrastruktur dan juga kelembagaan, khususnya dalam agroindustri ayam ras pedaging sebagaimana disampaikan dalam Daryanto (2016).
Berdasarkan uraian di atas, maka pertanyaan penelitian yang ingin dijawab adalah:
1. Bagaimanakah kinerja rantai pasok dengan internalisasi aspek lingkungan pada agroindustri ayam ras pedaging;
2. Bagaimana nilai tambah rantai pasok dengan internalisasi aspek lingkungan pada agroindustri ayam ras pedaging;
3. Bagaimana analisis risiko dan rumusan mitigasi rantai pasok pada agroindustri ayam ras pedaging; dan
3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Menginternalisasi aspek lingkungan pada rantai pasok agroindustri ayam ras pedaging;
2. Mengukur kinerja dan nilai tambah rantai pasok agroindustri ayam ras pedaging dengan internalisasi aspek lingkungan;
3. Mengetahui risiko dan rumusan mitigasi risiko rantai pasok agroindustri ayam ras pedaging dengan internalisasi aspek lingkungan;
4. Merumuskan model kelembagaan yang mendukung pengembangan rantai pasok agroindustri ayam ras pedaging dengan internalisasi aspek lingkungan.
Ruang Lingkup
Untuk memfokuskan bahasan, ruang lingkup penelitian dibatasi menjadi: 1. Tingkatan rantai pasok yang dikaji pada penelitian ini dibatasi mulai dari
tingkatan budidaya hingga tingkatan pengolahan hilir primer, yaitu produk pangan olahan berbahan dasar daging ayam;
2. Lokasi penelitian untuk pengambilan data utama penelitian adalah di wilayah Kabupaten dan Kota Bogor, dengan pertimbangan wilayah ini memiliki populasi ayam ras pedaging yang besar dan mempunyai tingkatan rantai pasok yang lengkap.
Kebaruan Penelitian
Kebaruan penelitian ini adalah: (1) internalisasi aspek lingkungan pada rantai pasok agroindustri ayam ras pedaging (2) informasi kinerja, nilai tambah rantai pasok agroindustri, risiko dan mitigasi risiko rantai pasok ayam ras pedaging dengan internalisasi aspek lingkungan. (3) informasi kelembagaan dan informasi biaya eksternalitas lingkungan pada rantai pasok agroindustri ayam ras pedaging.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Manajemen Rantai Pasok
4
merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan secara efektif dan efisien aliran bahan baku, informasi dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen.
Beberapa ahli pada bidang manajemen rantai pasok telah mendefenisikan istilah manajemen rantai pasok, diantaranya Vorst et al. (2007) menyatakan bahwa manajemen rantai pasok adalah keterpaduan antara perencanaan, koordinasi seluruh proses dan aktivitas bisnis untuk menyampaikannya kepihak konsumen untuk memenuhi kepentingan-kepentingan dari pihak yang terlibat pada sistem tersebut. Simchi-Levi et al. (2000) mendefenisikan manajemen rantai pasok sebagai suatu pendekatan yang digunakan untuk mengkoordinasikan beberapa pelaku usaha yang terdiri dari para pemasok, pabrik, gudang, distribusi sehingga barang-barang yang diproduksi sampai ke pihak konsumen secara efektif dan efisien.
Christoper (1998) menyatakan bahwa manajemen pantai pasok sebagai manajemen hubungan dari hulu hingga hilir (pemasok hingga konsumen) dalam rangka menyampaikan suatu nilai (entitas) secara efektif dan efisien. Secara keseluruhan manajemen rantai pasok tidak hanya berorientasi kepada urusan internal perusahaan, tetapi juga mencakup urusan eksternal yang menyangkut hubungan dengan perusahaan-perusahaan partner yang dimanifestasikan ke dalam bentuk kolaborasi dan koordinasi yang saling menguntungkan, dengan kata lain bahwa semangat pada manajemen rantai pasok adalah tidak dibenarkan adanya saling mengorbankan kepentingan tiap individu perusahaan yang terlibat (Thomas dan Griffin 1996; Pujawan 2005).
Manajemen rantai pasok (SCM) adalah pengelolaan jaringan fasilitas yang memproduksi bahan baku, mengubahnya menjadi produk antara hingga produk akhir, dan menyampaikannya kepada konsumen melalui sistem distribusi untuk memenuhi kepuasan konsumen dan memenangkan persaingan (Awad dan Nasar 2010; Cuthbertson 2011; Habib 2010; Jain et al. 2010; Shukla et al. 2011). SCM juga meliputi koordinasi dan kolaborasi dengan saluran mitra baik pemasok, perantara, pihak ketiga penyedia jasa dan pelanggan (Mentzer et al. 2001; Mentzer dan Gundlach 2010). Ilustrasi rantai pasok sederhana disajikan pada Gambar 1.
Penanganan
pascapanen Pengolahan
Distribusi dan logistik
Konsumsi Bahan baku
Aliran barang
Aliran informasi dan dana
Gambar 1 Rantai pasok sederhana (Vorst et al. 2007)
5 manajemen rantai pasok hijau tidak dapat dipisahkan dari konsep manajemen rantai pasok dan manajemen lingkungan.
Kinerja Rantai Pasok
Kebrhasilan rantai pasok dapat dilihat dari kinerjanya. Chopra dan Meidle (2007) mendefinisikan kinerja rantai pasok merupakan ukuran kinerja secara keseluruhan rantai pasok tersebut . Sementara Vorst et al. (2007) kinerja rantai pasok adalah kemampuan rantai pasok tersebut untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan mempertimbangkan indikator kinerja kunci yang sesuai pada waktu dan biaya tertentu.
Sharma dan Bhagwat (2007) menyatakan bahwa kinerja rantai pasok dapat dilihat dari aspek-aspek beikut :
1. Prosedur dan rencana pemesanan
Indikator ini digunakan untuk mengukur kinerja kegiatan yang terkait dengan pemesana. Beberapa indikator tersebut adalah metode pemasukan pemasukan pemesanan , lead time pemesanan, dan urutan pemesanan.
2. Kerjasama rantai pasok dan yang terkait dengannya
Indikator ini digunakan untuk menilai tingkat koordinasi diantara anggota rantai pasok . Beberapa kriteria untuk indikator ini adalah tingkatan dan pembagian informasi, biaya inisiatif pembeli dan pedagang, perluasan kerjasama dalam perbaikan kualitas, serta perluasan pendampingan salam usaha penyelasaian masalah..
3. Tingkat produksi
Kategori kinerja ini terdiri dari produk dan pelayanan, penggunaan kapasitas serta efektifitas teknik penjadwalan.
4. Ukuran yang terkait dengan pengiriman
Kategori ini dirancang untuk evaluasi kinerja pengiriman dan biaya distribusi. 5. Pelayanan konsumen dan kepuasan konsumen
Ukuran ini bertujuan untuk mengintegrasikan spesifikasi konsumen dalam perancangan, menetapkan dimensi kualitas, serta sebagai umpan balikuntuk proses pengendalian. Ukuran ini terdiri dari fleksibelitas produk/pelayanan, ketepatan waktu, dan pelayanan setelah transaksi.
6. Keuangan dan biaya logistik
Indikator ini digunakan untuk menilai kineja finansial dan non-finansial rantai pasok, seperti biaya asset, pengembalian modal serta biaya persediaa n total.
Gunasekaran et al.(2001) mengkasifikasikan kinerja rantai pasok pada dimensi strategis, taktis dan operasional. Selain itu juga dapat digunakan untuk menilai kinerja dari sisi finansial dan non finansial sehingga metode pembiayaan berdasarkan analisis kegiatan dapat dilaksanakan.
6
keamanan produk dan (7) faktor-faktor alami yang mempengaruhi kualitas dan jumlah produksi yang dihasilkan.
Aramyan et al. (2006) menyebutkan bahwa terdapat beberapa metode dalam mengukur kinerja rantai pasok, beberapa teknik terbaik yang telah dikembangkan dalam mengukur kinerja diantaranya adalah SCOR, Balance Scorecard (BSC), Multicriteria Analisys, Data Envelopment Analisys (DEA), Actifity Based Costing (ABC), Economic Value Added dan Life Cycle Analysis (LCA).
Sementara itu Supply Chain Operation Reference (SCOR) menetapkan 2 jenis atribut kinerja yaitu :
1. Kinerja terkait dengan pelanggan yang terdiri dari :
a. Reliabilitas, yaitu kinerja rantai pasok dalam mengirim produk yang benar ke tempat, waktu dan kondisi dan pengemasan, kuantitas, dokumentasi serta pelanggan yang tepat
b. Responsiveness, yaitu kecepatan rantai pasok memberikan produk kepada pelanggan
c. Agility, yaitu kemampuan rantai pasok dalam menanggapi perubahan pasar untuk memperoleh dan mempertahankan keunggulan bersaingnya.
2. Kinerja yang terkait dengan internal yang terdiri :
a. Biaya, yaitu biaya yang terkaot dengan pengoperasian rantai pasok
b. Pengelolaan asset, yaitu keefektifan organisasi dalam mengelola aset untuk medukung pemenuhan permintaan. Termasuk pengelolaan modal kerja dan modal tetap
Beberapa penelitian yang dilakukan terkait dengan pengukuran kinerja rantai pasok khususnya kinerja rantai pasok pertanian telah dilakukan oleh Bunte (2006), Arymyan et al. (2006) Marimin et al.(2010), dan Astuti (2012).
Nilai Tambah
Setiap pelaku dalam rantai pasok berkontribusi dalam memberikan nilai tambah bagi rantai paso (Ritchie dan Briendley 2002). Nilai tambah merupakan faktor yang penting dalam agroindustri yang berdaya saing. Nilai tambah dapat dilihat dari perbedaan nilai output dan input atau dengan melihat kontribusi tenaga kerja dan kontribusi modal (Simatupang 1989; Simatupang dan Purwoto 1990). Coltrain et al. (2000) mendefinisikan nilai tambah sebagai pertambahan nilai yang dihasilkan akibat adanya proses pengolahan lebih lanjut pada suatu komoditas.
Sudiyono (2001) mendefinisikan nilai tambah sebagai pengembangan nilai yang terjadi karena adanya input yang diperlakukan pada suatu komoditas. Nilai tambah juga dinyatakan sebagai besarnya nilai diperoleh dari pengurangan bahan baku dan bahan input lainnya terhadap poduk yang dihasilkan termasuk tenaga kerja (Marimin et al. 2010).
Terkait dengan nilai tambah dalam rantai pasok telah dilakukan oleh Gurãu (2004), Bates et al (2006), Gloy dan Stephenson (2006), Marimin et al. (2010) dan Hidayat et al. (2012). Astuti (2012). Namun pengukuran nilai tambah tersebut belum memperhitungkan aspek lingkungan.
7 tambah beberapa komoditas pertanian yang sifatnya semusim. Secara formulasi nilai tambah dapat dinyatakan seperti pada Persamaan 1.
Nilai tambah = f [K, B , T, U, H, h, L] (1) dimana:
K = Kapasitas produksi
B = Bahan Baku yang digunakan T = Tenaga Kerja yang digunakan U = Upah tenaga kerja
H = Harga output h = harga bahan baku L = Nilai input lain
[image:32.595.78.506.268.800.2]Tahapan perhitungan nialai tambah dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Prosedur perhitungan nilai tambah metode Hayami
No. Variabel Nilai
Output, Input, Harga
1 Output (Kg) (1)
2 Bahan baku (Kg) (2)
3 Tenaga kerjalangsung (HOK) (3)
4 Faktor konversi (4) = (1) / (2)
5
Koofisien tenaga kerja langsung
(HOK/Kg) (5) = (3) / (2)
6 Harga Output (Rp/Kg) (6)
7 Upah tenaga kerja langsung (Rp/HOK) (7) Penerimaan dan keuntungan
8 Harga bahan baku (Rp/Kg) (8)
9 Harga input lain (Rp/Kg) (9)
10 Nilai output (Rp/Kg) (10) =(4) X (6)
11 a. Nilai tambah (Rp/Kg) (11a) = (10) – (8) – (9) b. Rasio nilai tambah (%) (11b) = (11a)/10 x 100 12 a. Pendapatan tenaga kerja langsung
(Rp/Kg) (12a) = (5) x (7)
b. Pangsa tenaga kerja langsung (%) (12b) = (12a)/(11a)x 100 13 a. Keuntungan (Rp/Kg) (13a) = (11a) – (12a)
b. Tingkat keuntungan (%) (13b) = (13a) /(10)x 100 Balas jasa pemilik faktor produski
14 Marjin (Rp/Kg) (14) =(10) X (8)
a. Pendapatan tenaga kerja langsung (%) (14a) = (12a) /(14)x 100 b. Sumbangan input lain (%) (14b) = (9) /(14)x 100 c. Keuntungan perusahaan (%) (14c) = (13a) /(14)x 100
8
Perhitungan nilai tambah untuk rantai pasok pertanian dilakukan oleh Marimin et al. (2010) menghitung nilai tambah pada rantai pasok tanaman holtikulura, yaitu produk edamame. Astuti (2012) menghitung nilai tambah pada rantai pasok buah manggis dengan menggunakan pendekatan Hayami. Selanjutnya, perhitungan nilai tambah pada rantai pasok minyak kelapa sawit, dilakukan oleh Hidayat (2012). Pada penelitian ini nilai tambah dihitung dengan menggunakan pendekatan Hayami yang telah dimodifikasi.
Eksternalitas
Eksternalitas adalah efek dari suatu aktifitas ekonomi yang dilakukan suatu pihak terhadap pihak lain (Rosen 1988). Sementara itu, Nguyen (2012) menyatakan bahwa salah satu bentuk eksternalitas biaya eksternal. Biaya eksternal mengacu pada biaya lingkungan, dimana Bickel and Friedrich (2005) menyatakan biaya eksternal sebagai biaya yang ditimbulkan karena adanya kerusakan terhadap manusia, sumber daya dan ekosistem. Biasanya eksternalitas ini tidak dihitung sebagai biaya dalam proses produksi suatu barang (Nguyen et al. 2012). Beberapa kajian tentang eksternalitas Nguyen dan Ghewala (2008); Wang et al. (2010) dan Nguyen et al. (2012).
Pengkajian siklus hidup (Life Cycle Assessment-LCA)
Pengkajian siklus hidup atau yang dikenal dengan LCA adalah suatu pendekatan yang digunakan untuk mengkaji dampak lingkungan yang ditimbulkan suatu produk atau jasa, mulai dari pengadaan bahan baku, proses produksi, penggunaan hingga pengelolaan limbahnya (ISO 14044 2006; Finveden et al 2009). Terdapat empat tahapan dalam LCA yaitu: (1) penentuan tujuan dan ruang lingkup; (2) inventori siklus hidup; (3) pengkajian dampak siklus hidup dan (4) interpretasi (Gambar 2). Dengan pendekatan LCA ini setiap entitas yang terlibat sepanjang rantai pasok akan diidentifikasi dalam hal produk yang dihasilkan, proses yang dilalui, aktivitas transportasi yang terjadi, energi yang digunakan serta emisi yang dihasilkan (Indrasti dan Fauzi 2009).
1
2
3
4
Tujuan dan ruang lingkup
Analisis persediaan
Analisis dampak
[image:33.595.167.390.567.748.2]Interpretasi
9
1. Tahapan penentuan tujuan dan ruang lingkup
Definisi dan ruang lingkup suatu kajian LCA harus dibuat secara transaparan, obejktif dan Mudah dimengerti (Indrasti dan Fauzi 2009). Tahapan ini meliputi alasan untuk apa studi LCA tersebut dilakukan, penentuan unit fungsi, serta batasan sistem.
Penentuan Unit Fungsional
Evaluasi suatu proses produk harus selalu dilaksanakan sehubungan dengan alternatif. Unit fungsi merupakan standar pengukuran yang dilakukan, dimana hasil dari kajian LCA nantinya merupakan gabungan dari input, output dari suatu produk sepanjang siklus hidupnya pada setiap satuan unit fungsi (Finnveden et al. 2009)
Dalam kajian LCA untuk sistem pertanian terdapat 3 (tiga) dasar perhitungan unit fungsional yaitu: (1) fungsional unit atas dasar massa (misalnya per kg produk yang dihasilkan ), fungsional unit atas dasar area (hektar lahan atau per tahun) dan fungsional unit atas dasar kualitas massa (misalnya per gram protein)
Batasan Sistem. Batasan sistem perlu ditetapkan untuk membatasi unit-unit proses apa saja yang akan dimasukkan dalam LCA. Hal ini harus konsisten dengan tujuan kajian yang sudah ditetapkan (ISO 14044 2006).
2. Analisis persediaan siklus hidup (life cycle inventory)
Adalah tahap identifikasi terhadap seluruh data input dan output terkait sistem yang dikaji. Dari identifikasi tersebut didapat data-data yang dibutuhkan untuk mencapai tujaun kajian yang telah ditetapkan. Keberhasilan suatu penilain dampak dengan menggunakan pendekatan LCA akan sangat ditentukan oleh data yang dikumpulkan.
3. Analisis dampak
Terdapat beberapa dampak yang dinilai dalam suatu kajian LCA, diantaranya adalah :
Potensi Pemanasan Global. Dampak ini adalah peningkatan suhu bumi yang diakibatkan oleh pelepasan gas seperti CO2, Metan dan Nitrogenoksida.
Penggunaan Energi. Mengacu kepada kandungan emerge bahan bakar produk utama yang diperlukan untuk memproduksi atau menghasilkan kuantitas yang dapat dipakai atau energi akhir. Biasanya dikelompokkan menjadi sumber energi yang dapat diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui.
Potensi Sumber Ozon. Adalah hasil dari emisi zat seperti baahan pelarut organic, nitrogen dan nitrogen oksida (NOx).
Potensi Pengasaman. Merupakan dampak terjadinya pengasaman tanah yang akan menyebabkan berbegai gangguan yang terhadap tanaman, diakibatkan berbagai emisi zat seperti nitrogen oksida (NOx), dan sulfur oksida (SO2). Udara Beracun. Dampak yang berakibat pada kesehatan manusia dan hewan melalui unsur udara yang beracun yang akan terhirup melalui campuran organic dan nitrogen oksida (NOx)
10
Eutrofikasi. Gangguan pada kandungan nutrisi dari badan air dan tanah dengan unsure yang merupakan sumber nutrisi tanaman, terdiri dari nitrat, fosfat, amonium dan lainnya
Manajemen Risiko Rantai Pasok
Risiko rantai pasok dapat didefinisikan sebagai kerusakan yang dikaji dengan kemungkinan terjadinya disebabkan oleh suatu kejadian dalam sebuah perusahaan, dalam rantai pasok atau lingkungannya menimbulkan pengaruh negatif terhadap proses bisnis pada lebih dari satu perusahaan dalam rantai pasok (Kersten et al. 2007). Dari definisi tersebut dapat diketahui dua dimensi yang diperlukan untuk mengkaji risiko yakni kemungkinan terjadinya dan penyebab kerusakan.
Kombinasi dari dimensi ini sangat bergantung pada tingkah laku individu terhadap risiko. Oleh karena itu sangat berguna bagi pengkaji risiko praktis untuk menggunakan suatu matrik representasi kedua dimensi kemungkinan dan dampaknya. Bagian kedua dari difinisi tersebut berkaitan dengan perbedaan dari risiko rantai pasok dan risiko bisnis umumnya. Oleh karena itu jangkauan risiko yang diperkenalkan yang membedakan antara risiko rantai pasok dengan risiko secara umum. Risiko rantai pasok merupakan risiko yang hanya berpengaruh pada paling sedikit dua perusahaan dalam rantai pasok. Akan tetapi, tidak dikaitkan apakah sebuah perusahaan dipengaruhi secara langsung ataupun tidak langsung oleh risiko rantai pasok. Jika perusahaan melewatkannya sendiri, kebanyakan risiko internal pada mitra rantai pasoknya, mitra tersebut terpengaruh secara tidak langsung oleh risiko ini, dimana berkonsekuensi terjadinya kerusakan. Pengaruh ini tidak terbatas pada satu tingkat pada rantai pasok. Bahkan perusahaan yang hanya terpengaruh secara tidak langsung menyebarkan risiko ini pada anggota lain selanjutnya dalam jaringannya. Perusahaan biasanya tidak dapat menangani risiko rantai pasok tak langsung karena asal usul dari risiko ini diluar dari jangkauan penglihatannya. Fenomena ini yang menyebabkan meningkatnya portofolio risiko rantai pasok disebut dalam literature sebagai penyebab terjadinya kerusakan atau vulnerability (Suharjito 2011).
Tang (2006) mendifinisikan manajemen risiko rantai pasok sebagai suatu suatu tindakan yang terkoordinasi diantara seluruh untuk satu tujuan yaitu keuntungan dan keberlanjutan bisnis. Secara umum manajemen risiko rantai pasok terdiri dari identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko dan mitigasi risiko (Hallikas et al. 2004). Manajemen risiko rantai pasok merupakan hal mendasar dalam kegiatan rantai pasok yang bertujuan untuk menghindari atau setidaknya mengurangi dampak risiko terhadap suatu kegiatan bisnis.
Menurut Hallikas et al. (2004), proses manajemen risiko yang umum terjadi pada suatu perusahaan terdiri dari empat kegiatan utama, yaitu identifikasi risiko, pengkajian risiko, pengambilan keputusan dan implementasi pada kegiatan manajemen resiko serta pengawasan risiko.
1. Identifikasi risiko
11 risiko secara proaktif. Risiko yang bersifat potensial harus diidentifikasi, jika tidak akan menimbulkan kesalahan arah dalam manajemen resiko yang mengakibatkan tidak tepatnya strategi penanggulangan.
2. Pengkajian risiko
Pengkajian risiko meliputi pengukuran risiko rantai pasok secara kualitatif dan kuantitatif, yaitu mengukur besarnya dampak kerugian yang akan muncul baik kerugian sosial atau ekonomi dan probabilitas terjadinya risiko tersebut. Dua metode pengukuran risiko adalah metode pengukuran berdasar pendapat pakar dan bersifat subjektif, sedangkan metode pengukuran statistik bersifat lebih objektif. Pengukuran risiko secara statistik berdasarkan pada nilai rata-rata, tingkat simpangan, tingkat probabilitas, koefisien risiko dan skala risiko. Penilaian tersebut menghasilkan suatu nilai ukuran Value at Risk (VaR), Inventory at Risk (IaR) dan Demand at Risk (DaR).
3. Keputusan dan implementasi tindakan manajemen risiko
Tahap ini adalah untuk memilih metode manajemen yang akan digunakan untuk mencegah atau mengurangi risiko yang akan terjadi baik secara parsial ataupun menyeluruh, sehingga mampu meminimalkan dampak terhadap risiko rantai pasok. Metode yang digunakan dalam menanggulangi resiko menurut (Culp et al. 2001; IRM 2003; Chapman 2006) adalah:
a. Menghindari risiko
Metode ini merupakan cara paling sederhana dalam menghindari resiko dengan cara tidak mengambil tindakan yang akan berpotensi terjadinya risiko tersebut.
b. Mitigasi atau eliminasi risiko
Mitigasi merupakan metode yang mengurangi kemungkinan terjadinya suatu risiko ataupun mengurangi dampak kerusakan yang dihasilkan oleh suatu risiko.
c. Pengalihan risiko
Memindahkan risiko kepada pihak lain umumnya melalui suatu asuransi dengan membayar premi yang berkaitan dengan kemungkinan terjadinya risiko tersebut. Selain itu dapat juga dilakukan melalui kontrak dengan menyediakan kompensasi terhadap seluruh pelaku yang terpengaruh oleh risiko dan melalui hedging.
d. Penyerapan dan pengumpulan risiko
Ketika risiko tidak dapat dieliminasi dialihkan ataupun dihindari maka risiko tersebut harus diserap dan dianggap bagian penting dari aktivitas. Risiko sebaiknya tidak menjadi beban bagi satu aktor saja, melainkan sebaiknya dapat dikumpulkan ataupun dibagi dengan seluruh anggota rantai pasok.
4. Pengawasan risiko
Status risiko dapat berubah-ubah sesuai kondisi, sehingga faktor-faktor risiko harus dimonitor untuk mengetahui keefektifan respon yang telah dipilih dan mengidentifikasi adanya risiko baru maupun berubah dari kemungkinan dan konsekuensinya. Ketika suatu risiko terjadi maka respon yang dipilih akan sesuai dan diimplementasikan secara efektif.
12
eksternal dari sisi pemasok dan lingkungannya (Chopra dan Meindl 2007). Metode utama dalam mengevaluasi risiko adalah model evaluasi risiko secara kualitatif dengan menggunakan pendapat pakar dan model evaluasi secara kuantitatif yaitu secara determenistik dan statistik. Wu dan Blackhurst (2009) mengembangkan beberapa model evaluasi risiko kualitatif, sedangkan evaluasi risiko secara kuantitatif dilakukan oleh Nagurney dan Matsyapura (2005). Selanjutnya Arisoy (2007) serta Wu dan Olson (2008) menggabungkan model evaluasi risiko secara kualitatif dan kuantitatif. Tummala dan Schcoenherr (2011) mengusulkan proses manajemen risiko untuk mengkaji manajemen risiko dalam rantai pasok, dimana terdapat tiga tahapan atau fase dalam proses manajemen risiko rantai pasok, yaitu:
1. Tahapan 1, terdiri dari:
1.1.Identifikasi risiko. Ini adalah langkah pertama dari tahap 1. Identifikasi risiko merupakan aktivitas menentukan risiko rantai pasok secara terstruktur dan menyeluruh dari berbagai risiko yang terkait dengan permasalahan rantai pasok. Risiko dapat dikategorikan menjadi beberapa kelompok diantaranya; (1) risiko permintaan; (2) risiko penundaan; (3) risiko gangguan; (4) risiko persediaan; (5) risiko proses; (6) risiko fisik; (7) risiko pasokan; (8) risiko sistem; dan (9) risiko transportasi.
Untuk mengidentifikasi risiko ini Tummala dan Schcoenherr (2011) mengusulkan beberapa pendekatan yang dapat digunakan yaitu pemetaan rantai pasok, checklist analysis, even tree analysis, Failure mode and effect analysis (FMEA) dan analisis sebab akibat atau Ishikawa analisis.
1.2.Pengukuran risiko, adalah langkah kedua dalam tahapan 1, dimana langkah ini adalah untuk menentukan konsekuensi dan besaran risko yang sudah teridentifikasi dalam langkah 1. Konsekuensi risiko dapat diklasifikasikan menjadi trivial: small, medium dan large.
1.3.Pengkajian risiko. Langkah ini bertujuan untuk menentukan kemungkinan dari tiap-tiap faktor risiko. Pendekatan yang diusulkan dalam langkah ini adalah metode Delphi atau pun pendekatan Focus Group Discussion (FGD) atau dengan menggunakan kategori probabilitas. Dari tahapan ini didapat probablitas risiko, selanjutnya dinilai indeks probabilitas, yang digunakan untuk mendapatkan nilai paparan atau exposure value.
2. Tahapan 2 terdiri dari: 2.1. Evaluasi risiko
Langkah evaluasi risiko terdiri sub langkah pemeringkatan risiko dan penetapan risiko. Pemeringkatan risiko didapatkan dari nilai paparan risiko, dapat diformulasikan sebagai berikut:
Nilai paparan risiko = Nilai Indeks konsekuensi risiko x Indeks probabilitas risiko
13 Kelembagaan
Kolaborasi dan interaksi dengan stakeholder merupakan salah satu unsur keberlanjutan bisnis (Stubs dan Cocklin 2008; D’Amato et al. 2009). Daya saing rantai pasok merupakan resultan dari integrasi semua pelaku yang ada sepanjang rantai pasok khususnya pemasok, pabrik dan distributor. Perusahaan akan mampu bersaing ketika mampu menciptakan dan memberikan nilai kepada pelanggan dan seluruh pelakunya (Naslund dan Williamson 2010; Verma dan Seth 2010). Perdagangan yang adil harus menjadi kontrak sosial dengan prinsip penciptaan kesempatan ekonomi bagi produsen marjinal, transparansi dan akuntabilitas, pembangunan dan pemberdayaan kapasitas, pembayaran harga yang adil, pengelolaan lingkungan yang lebih baik, dan kemitraan dagang yang pantas dan berkelanjutan (WFTO 2009). Dalam kaitannya untuk mencapai keberhasilan tujuan rantai pasok diperlukan mekanisme kelembagaan yang mengatur interaksi dalam rantai pasok.
Kelembagaan adalah hubungan kerja yang sistematis, teratur dan saling mendukung diantara beberapa lembaga baik sejenis maupun tidak dan terkait dengan nilai-nilai dan norma-norma yang disepakati bersama dalam rangka mencapai satu atau lebih tujuan yang menguntungkan semua pihak. Terdapat dua jenis pengertian kelembagaan yaitu kelembagaan sebagai aturan main dan kelembagaan sebagai organisasi. Sebagai aturan main kelembagaan merupakan perangkat aturan yang membatasi aktivitas anggota dan pengurus dalam mencapai tujuan organisasi.
Menurut Pakpahan (1990) terdapat tiga hal yang menjadi cirri kelembagaan yaitu hak kepemilikan (property right), batas yuridiksi (jurisdictional boundary) dan aturan representasi (rule or representation).
1. Hak kepemilikan (property right), diartikan sebagai hak dan kewajiban yang didefinisikan dan diatur dalam hukum, adat, tradisi atau konsensus yang mengatur hubungan antara anggota dalam hal kepentingan terhadap sumberdaya, situasi dan kondisi. Hak dan kewajiban sebagai pemilik sumberdaya, dijamin dalam produk hukum. Property right juga mengandung makna sosial yang berimplikasi ekonomi. Dalam hubungan dengan Property right yang paling penting adalah faktor kepemilikan terhadap sumber daya seperti lahan, hasil produksi dan lain-lain. Hak pemilikan yang lebih jelas akan menentukan besarnya bargaining power atau kekuatan tawar menawar terhadap suatu persoalan.
2. Batas yuridiksi (jurisdictional boundary) diartikan sebagai batasan untuk menentukan siapa dan apa yang tercakup dalam kelembagaan. Konsep batas yuridiksi dapat diartikan batas wilayah kekuasaan yang dimiliki oleh suatu kelembagaan, sehingga dapat bermakna peran dalam mengatur alokasi dan nilai sumber daya. Juga menyangkut wilayah kewenangan menentukan harga ouput dan lain-lain, mempunyai arti penting dan cukup besar pengaruh dalam keberhasilan produksi.
14
Prosedur Analisis Data
Analisis data menjelaskan cara menganalisis atau teknik mengolah data yang digunakan untuk menarik simpulan dari hasil kajian dari topik yang diteliti. Untuk disertasi dengan pola rangkaian penelitian, Metode diuraikan secara terpisah-pisah sesuai dengan subjudul penelitian.
3.
METODOLOGI
Kerangka Pemikiran
Penelitian ini didasari dari pemikiran bahwa konsep berkelanjutan atau sustainable telah mempengaruhi banyak aspek manajemen termasuk manajemen rantai pasok. Adopsi aspek keberlanjutan pada penelitian manajemen rantai pasok telah menjadikan berkembangnya bidang kajian rantai pasok berkelanjutan atau sustainable supply chain management. Rantai pasok hijau atau hijau merupakan bagian dari rantai pasok yang berkelanjutan yang lebih menekankan pada aspek ekonomi dan lingkungan. Pada manajemen rantai pasok hijau menekankan agar pencapaian laba ekonomi juga harus berimbang dengan aspek lingkungan, dengan demikian setiap aktivitas rantai pasok harus meminimalkan dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan.
Banyaknya kerusakan lingkungan hidup telah menuntut setiap pelaku usaha sepanjang rantai pasok agar menjadi lebih peduli dengan aspek lingkungan, termasuk rantai pasok pertanian (peternakan), tidak terkecuali agroindustri ayam ras pedaging. Beberapa penelitian melaporkan bahwa aktivitas sepanjang rantai pasok ayam ras pedaging telah menyebabkan ganngguan seperti emisi metan, nitrifikasi, eutrofikasi.
Agroindustri ayam ras pedaging merupakan sistem yang komplek. Rantai pasok ayam ras pedaging terdiri dari beberapa pelaku usaha yaitu peternak, pedagang, rumah pemotongan ayam, industri pengolahan daging ayam hingga ritel. Berbagai persoalan yang dihadapi oleh pelaku usaha rantai pasok ayam ras pedaging, sehingga memerlukan keterpaduan antara sektor hulu dan hilir. Peternak seringkali dihadapkan pada harga yang sangat fluktuatif sehingga sering merugi, juga ancaman penyakit penting seperti wabah flu burung, ND dan gumboro (IBD).
15 demikian dapat dihitung nilai tambah sebenarnya setelah dikurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan.
Masalah permintaan, fluktuasi harga telah menyebabkan rantai pasok agroindustri ayam ras pedaging berhadapan dengan risisko yang terjadi sepanjang rantai pasok. Pengelolaan risiko yang tepat diperlukan untuk menjadikan rantai pasok tetap berkelanjutan. Proses manajemen risiko pada dasar nya terdiri dari beberapa tahapan, mulai dari proses identifikasi, pengkajian risiko dan pengelolaan risiko.
Pencapaian tujuan rantai pasok membutuhkan koordinasi berbagai pihak yang terlibat. Identifikasi berbagai kebutuhan dan kendala diperlukan agar kepentingan setiap pelaku dapat dicapai. Kerangka pemikiran penelitian ditampilkan pada Gambar 3.
Identifikasi struktur rantai
pasok
Kinerja rantai pasok dengan internalisasi dampak lingkungan
Perhitungan nilai tambah dengan internalisasi dampak
lingkungan Analisis risiko
rantai pasok Strukturisasi elemen kunci
[image:40.595.108.502.250.488.2]Model Kelembagaan
Gambar 3 Kerangka pemikiran Penelitian Tahapan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahapan yang mengacu pada kerangka penelitian yang menggunaan pendekataan sistem (Marimin 2008). Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan analisis organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak analisis. Penelitian dirancang melalui beberapa tahapan yang sistematis, logis, dan terstruktur terdiri dari empat tahapan utama, meliputi: (i) studi pendahuluan, (ii) analisis sistem, (iii) pemodelan sistem, serta (iv) verifikasi dan validasi.
Studi Pendahuluan
16
ayam ras pedaging, yang nantinya akan digunakan untuk menjawab tujuan penelitian.
Tahapan kedua dari penelitian ini adalah analisis sistem. Kegiatan ini meliputi analisis kebutuhan, formulasi permasalahan serta identifikasi sistem. Proses analisis sistem ini dilakukan dengan studi literature dan wawancara dengan pihak terkait. Dalam analisis sistem dinyatakan kebutuhan-kebutuhan komponen yang terkait dengan sistem. Kebutuhan pelaku utama dalam sistem rantai pasok ayam ras pedaging secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 2.
Formulasi masalah merupakan tahapan yang mesti dilakukan setelah analisis sistem. Berdasarkan formulasi permasalahan dilakukan identifikasi sistem. Identifikasi sistem adalah bertujuan mengenali sistem, menetapkan batasannya (boundary), menganalisis perilaku sistem dan pola hubungan antara pelaku serta komponen lainnya dalam mencapai tujuan yang ditetapkan (Eriyatno 1998; Marimin 2008).
Tahapan ketiga dari pelaksanaan penelitian ini adalah memetakan rantai pasok ayam ras pedaging. Pemetaan ini dilakukan dengan tujuan lebih memahami tentang rantai pasok yang dikaji dan kegiatan yang terjadi sepanjang rantai pasok. Kegiatan ini dilakukan dengan pengamatan langsung pada rantai pasok, mulai dari peternak, rumah pemotongan ayam dan pengolahan. Output dari kegiatan ini adalah peta dan karakterisasi rantai pasok ayam ras pedaging. Pemetaan rantai pasok dilakukan dengan mengacu pada Vorst et al. (2007), yang terdiri dari (1) struktur rantai pasok; (2) manajemen rantai pasok; (3) proses pendukung bisnis rantai pasok dan (4) sumber daya rantai pasok.
17 Tabel 2 Kebutuhan pelaku sistem rantai pasok agroindustri ayam ras pedaging
Pelaku Utama Aspek Kebutuhan
Peternak Input usaha Ketersediaan bibit dengan harga yang wajar
Ketersediaan pakan dengan harga yang wajar
Pemasaran Harga jual live bird diatas HPP Ketersediaan informasi harga
Teknologi Pendampingan dan pelatihan Ketersediaan informasi teknologi terbaru
Kebijakan Adanya kebijakan untuk stabilitas harga Adanya kebijakan yang mendukung ketersedian bahan pakan murah Kelembagaan Dukungan yang meningkatkan daya
saing
RPA Pemasaran Ketersedian fasilitas coldchain Bahan baku Fasilitas pembayaran bahan baku
(livebrid)
Pembiayaan Fasilitas pembiayaan untuk mengembangkan RPA standar Teknologi Penerapan RPA yang sesuai standar Agroindustri ayam
olahan
Bahan baku Kebutuhan bahan baku yang mencukupi Harga bahan baku yang bersaing
Kebijakan Peraturan pemerintah terkait kebijakan impor bahan baku
Konsumen Produk Produk ayam dan ayam olahan yang terjangkau
Produk ayam dan ayam olahan yang aman, sehat, halal dan utuh
Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem merupakan suatu metode pemecahan masalah dengan cara penyederhanaan sistem nyata. Beberapa hal yang menjadi ciri pendekatan sistem adalah, metodologi perencanaan atau pengelolaan kegiatan yang bersifat multi disiplindan terorganisir, penggunaan model matematika, mampu berfikir kuantitatif, penggunaan teknik optimasi dan simulasi serta diaplikasikan dengan bantuan komputer.
18
komponen lainnya dalam mencapai tujuan yang ditetapkan (Eriyatno 1998; Marimin 2008).
Kinerja Rantai Pasok dengan Internalisasi pada Agroindustri Ayam Ras Pedaging
Pengukuran kinerja merupakan salah satu topik yang penting dalam menajemen rantai pasok. Pengukuran kinerja rantai pasok hijau memerlukan metrik yang berbeda dibandingkan rantai pasok konvensional, terkait dengan kontek rantai pasok hijau yang menekankan pada aspek lingkungan. Dalam penelitian ini kinerja rantai pasok dilihat dari aspek lingkungan, untuk mengetahui kinerja rantai pasok hijau pada agroindustri ayam ras pedaging digunakan pendekatan Pengkajian Siklus Hidup atau LCA (Life Cycle Assessment).
Tingkatan rantai pasok yang dilihat dimulai dari tingkatan budidaya, tempat pemotongan, dan agroindustri pengolahan. Unit fungsi yang menjadi dasar perhitungan dalam melihat dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh agroindustri ayam ras pedaging adalah didasarkan unit input (masukan) yaitu 20 000 Kg berat hidup ayam yang dipanen. Gambar 4 merupakan batasan sistem LCA yang digunakan untuk menilai kinerja rantai pasok hijau pada agroindustri ayam ras pedaging.
Jagung
Bungkil kedelai
Dedak
Bibit
Pakan
Obat-obatan
Proses budidaya
Rumah pemotongan ayam
Pengolahan
Ritel
Gambar 4 Sistem dan batasan kajian Life Cycle Assessment pada agroindustri ayam ras pedaging
Penilaian Persediaan Siklus Hidup (Life Cycle Inventory Assessment)
19 Tabel 3 Aktivitas dan data yang diamati dalam persedian siklus hidup
Aktivitas Data yang diamati
Budidaya Pakan
Penggunaan energi Penggunaan air Lama pemeliharaan Pengelolaan limbah Rumah Pemotongan Hewan Pengelolaan limbah
Energi
Pengolahan Penggunaan Energi
Emisi Penilaian Dampak (Impact Assesment)
Setelah aktivitas inventori pada sistem yang diamati selesai dilakukan, tahapan berikutnya adalah melakukan analisis dampak. Tahapan ini bertujuan menentukan dampak lingkungan yang akan diukur pada sistem yang diamati. Pada pendekatan LCA dampak yang diukur dikategorikan menjadi midpoint impact dan endpoint impact. Dampak yang termasuk pada midpoint adalah Global warming, eutrifikasi, asidifikasi, eutrofikasi, ekotoksisitas, sedangkan dampak yang termasuk pada endpoint adalah efek rumah kaca, penggunaan energi, penggunaan air.
Interpretasi (Interpretation)
Proses menghitung dan menggambungkan dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh rantai pasok ayam ras pedaging secara total. Proses perhitungan dampak pada LCA dapat dilakukan dengan berbagai metode. Pada penelitian ini perhitungan dilakukan dengan menggunakan metode stepwised2006 (Widema 2008). Pemilihan metode stepwised2006 dikarenakan pada metode ini memungkinkan dilakukannya langsung valuasi dampak lingkungan untuk mendapatkan biaya lingkungan.
Nilai Tambah dengan internalisasi dampak lingkungan pada Rantai Pasok Agroindustri Ayam Ras Pedaging
Setelah mendapatkan model kinerja rantai pasok hijau pada agroindustri ayam ras pedaging, tahapan selanjutnya adalah menghitung nilai tambah hijau (green value added) pada rantai pasok hijau agroindustri ayam ras pedaging. Perhitungan nilai tambah pada rantai pasok hijau memodifikasi konsep nilai tambah Hayami. Pendekatan yang dikembangkan oleh Hayami et al. (1987) menyatakan bahwa nilai tambah merupakan fungsi dari input yang digunakan dan output yang digunakan dan output yang dihasilkan. Secara formulasi nilai tambah dapat dinyatakan seperti pada Persamaan 1.
20
atau L. Pengambilan data terkait nilai tambah menggunakan perangkat kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 1a.
Modifikasi yang dilakukan adalah dengan mempertimbangkan aspek lingkungan sebagai salah satu komponen biaya. Penentuan dampak lingkungan didapat dari hasil perhitungan kinerja rantai pasok hijau dengan menggunakan pendekatan LCA. Hasil kajian dampak lingkungan dari LCA divaluasi dengan menggunakan pendekatan stepwise2006 (Nguyen et al. 2012). Tahapan penghitungan nilai tambah disajikan pada Gambar 5.
Mulai
Identifikasi permasalahan
Penetapan tujuan penelitian
Penggambaran peta dan struktur rantai pasok
Pengumpulan data
Pengolahan dan analisis data
Profil rantai pasok Nilai tambah rantai pasok dengan internalisasi aspek lingkungan
Selesai
Gambar 5 Tahapan perhitungan nilai tambah pada rantai pasok agroindustri ayam ras pedaging
21 Identifikasi Risiko
Pengkajian Risiko Pengukuran Risiko
Evaluasi Risiko
Perencanaan dan Alternatif Risiko
Pengendalian dan Pengawasan Risiko Tahap I
Tahap II
Tahap III
Gambar 6 Tahapan proses manajemen risiko rantai pasok (Tummala dan Schoenherr 2011)
Kajian Kelembagaan Rantai Pasok Agroindustri Ayam Ras Pedaging
Model kelembagaan rantai pasok ayam ras pedaging menggunakan Interpretive Structural Modeling (ISM). Teknik ISM menghasilkan: 1) struktur hierarki elemen sistem dan 2) klasifikasi sub-elemen kunci. Informasi dari suatu sistem yang dikaji distrukturisasi dalam bentuk matrik yang disebut stuctured self interaction matrix (SSIM) yang menggambarkan hubungan kontekstual antar sub-elemen dan sub-elemen-sub-elemen sistem. Selanjutnya SSIM ditransformasi menjadi reachability matrix (RM), yakni matrik bilangan biner yang menyatakan hubungan matematis antar elemen di dalam sistem yang dikaji memiliki sifat transitivitas dan reflektivitas. Struktur sistem berbentuk hierarki dan hubungan antar elemen selanjutnya dibangun berdasarkan RM.
Penyusunan elemen-elemen yang dikaji mengacu pada Saxena et al. (1992), terdiri dari delapan elemen, yaitu elemen tujuan pengembangan kelembagaan rantai pasok ayam ras pedaging, elemen kebutuhan pengembangan, elemen kendala utama pengembangan, elemen tolok ukur keberhasilan, elemen aktivitas yang dibutuhkan, elemen lembaga pelaku utama, elemen perubahan yang diinginkan, dan elemen sektor masyarakat yang terpengaruh. Penentuan jumlah dan elemen-elemen yang digunakan sangat tergantung pada ruang lingkup dan tujuan penelitian.
22
SSIM terbentuk, selanjutnya dibuat tabel Reachability Matrik (RM) dengan mengganti V, A, X, dan O menjadi bilangan 1 dan 0. Selanjutnya dilakukan perhitungan menurut aturan Transivity dengan membuat koleksi terhadap SSIM hingga terbentuk matrik tertutup yang kemudian diproses lebih lanjut. Revisi dilakukan jika belum memenuhi aturan transivity. Pengolahan lebih lanjut dari tabel RM yang telah memenuhi aturan transivity adalah penetapan pilihan berjenjang (level partition). Secara lengkap tahapan penyusunan sub model kelembagaan rantai pasok ayam ras pedaging dapat dilihat pada Gambar 7.
Mulai
Penentuan elemen kunci Saxena (1992)
Penentuan sub elemen dari setiap elemen kunci yang akan dikaji
Penentuan hubungan kontekstual antara sub elemen pada setiap elemen kunci
Pembentukan reachability matrix (RM) pada setiap elemen
Pengujian matriks dengan aturan transitivitas
Sesuai Modifikasi SSIM
Penentuan level melalui pemilihan
Perubahan RM menjadi format lower triangular RM
Penetapan drive dan drive power dari sub elemen
Penentuan peringkat dan hierarki dari sub elemen
Penetapan drive dependence matrik setiap elemen
Penetapan sub elemen pada empat sektor
Klasifikasi sub elemen pada empat peubah kategori Penyusunan diagram
dari lower triangular
Struktur ISM dari setiap elemen
Selesai
[image:47.595.62.482.115.749.2]23 Jenis dan Teknik Pengambilan Data
Untuk mencapai tujuan penelitian ini, diperlukan data-data yang berasal dari berbagai sumber baik yang berupa data primer maupun data sekunder. Data primer berasal dari hasil pengamatan langsung dan wawancara pakar. Sedangkan data sekunder berasal dari studi literatur, baik publikasi ilmiah yaitu jurnal terkait dan juga publikasi industri tentang rantai pasok.
Dalam penelitian ini beberapa data didapat melalui wawancara yang mendalam dengan responden pakar. Pakar yang menjadi responden dipilih secara purposive sampling Kriteria pemilihan pakar ditetapkan berdasarkan kualifikasi keahlian dan pengalaman yang dimiliki. Dalam penelitian ini responden pakar berjumlah 7 orang responden pakar. Responden berasal dari perguruan tinggi (IPB),lembaga penelitian (litbang pertanian) pemerintahan (Dinas Peternakan), praktisi dan asosiasi.
Tujuan, data dan sumber data, metode pengumpulan dan teknik analisis data penelitian disajikan pada Tabel 5. Pengambilan data terkait nilai tambah menggunakan perangkat kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 1a. Data kuesioner nilai tambah diperoleh melalui wawancara mendalam dengan praktisi pada suatu usaha peternakan yang terintegrasi, hal ini dimaksudkan agar aliran rantai psok ayam ras pedaging yang diamati lebih jelas dan berada dalam satu pola yang jelas. Data untuk perhitungan nilai tambah pada peternak dilakukan dengan mengamati aktifitas pada peternakan ayam ras pedaging dan melakukan wawancara dengan pihak peternakan.
Data kinerja lingkungan dari rantai pasok dilakukan melakukan pengamtan terkait dengan input-otput serta proses pada