• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.2 Metode Analisis Identifikasi Potensi di Kabupaten Kupang

5.3.1 Analisis Spasial/Keruangan

Hasil analisis evaluasi kesesuaian lahan yang dilakukan dalam studi ini merupakan kesesuaian lahan pada saat ini, dimana kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan berdasarkan pada data yang tersedia dan belum mempertimbangkan asumsi/usaha perbaikan bagi tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala fisik atau faktor-faktor penghambat yang ada. Evaluasi kesesuaian lahan dalam penelitian ini ada empat peruntukkan budidaya laut yaitu budidaya rumput laut, keramba jaring apung, tiram mutiara, dan teripang.

a. Rumput Laut

Hasil analisis evaluasi kesesuaian lahan untuk kegiatan budidaya rumput laut di Kecamatan Semau, Sulamu, dan Kupang Barat disajikan pada Tabel 6, sedangkan peta kesesuaian untuk masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Gambar 6 sampai 8.

Tabel 6 Hasil analisis evaluasi kesesuaian lahan untuk budidaya rumput laut Kecamatan Kesesuaian lahan (km

2

) Jumlah total perairan yang sesuai (km2) Sangat sesuai Sesuai Tidak sesuai

Semau 5,94 0,32 0,63 6,26

Sulamu 3,20 0,28 0,17 3,48

Kupang Barat 22,29 3,96 4,16 26,25

Sumber : Hasil analisis 2011

Dalam penentuan kesesuaian lahan ini dievaluasi beberapa parameter fisik dan kimia perairan, namun parameter-parameter yang memiliki bobot terbesar dalam kesesuaian perairan untuk budidaya rumput laut adalah fosfat, nitrat, kedalaman, kecerahan, dan kecepatan arus. Hasil evaluasi di lapangan diperoleh nilai fosfat berkisar antara 0,2-0,7 mg/l, nitrat 0,8-1,5mg/l, kedalaman perairan 15-20 m, kecerahan perairan berkisar antara 5-9 m, dan kecepatan arus 15-20 cm/dtk.

b. Keramba Jaring Apung

Hasil analisis evaluasi kesesuaian lahan untuk kegiatan budidaya ikan kerapu dengan keramba jaring apung (KJA) di Kecamatan Semau, Sulamu, dan Kupang Barat disajikan pada Tabel 7, sedangkan peta kesesuaian untuk masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Gambar 9 sampai 11.

Tabel 7 Hasil analisis evaluasi kesesuaian lahan untuk budidaya KJA Kecamatan Kesesuaian lahan (km

2

) Jumlah total perairan yang sesuai (km2) Sangat sesuai Sesuai Tidak sesuai

Semau 2,13 4,29 0,48 6,24

Sulamu 0,45 0,55 2,66 1,00

Kupang Barat 1,33 3,96 25,11 5,29

Sumber : Hasil analisis 2011

Dari hasil evaluasi kesesuaian lahan yang didapatkan (Tabel 7) terungkap bahwa lokasi yang sesuai untuk usaha budidaya KJA tersebar di tiga kecamatan namun Kecamatan Semau yang memiliki potensi kesesuaian lahan yang luas sebesar 2,13 km2. Adapun persentase masing-masing kategori yang sesuai terhadap luas wilayah perairan kecamatan yaitu Semau 100%, Sulamu 99,99% dan Kupang Barat 100%. Penentuan lokasi tersebut dengan mempertimbangkan beberapa parameter seperti kecepatan arus, kedalaman air, muatan padatan tersuspensi, material dasar perairan, oksigen terlarut, kecerahan perairan, suhu, salinitas, pH, fosfat, nitrat, kepadatan fitoplankton dan klorofil-a.

Hasil pengamatan lapangan di Kecamatan Semau diperoleh kedalaman perairan 27-32 m, kecepatan arus 25-30 cm/dtk dengan jenis substrat dasar perairan berpasir dan pecahan karang, serta kecerahan perairan 5-10 m memungkinkan untuk dikembangkannya budidaya ikan kerapu dengan KJA. Untuk perairan Kecamatan Sulamu diperoleh kedalaman perairan 25-30 m, kecepatan arus 30-35 cm/dtk dengan jenis substrat dasar perairan berpasir, serta kecerahan perairan 5-10 m memungkinkan untuk dikembangkannya budidaya ikan kerapu dengan KJA. Sedangkan perairan Kecamatan Kupang Barat diperoleh kedalaman perairan 20-25 m, kecepatan arus 15-19 cm/dtk dengan jenis substrat dasar perairan berpasir, serta kecerahan perairan 10-15 m memungkinkan untuk dikembangkannya budidaya ikan kerapu dengan KJA.

Kedalaman perairan sangat berperan dalam pengoperasian KJA untuk mengetahui kedalaman jaring yang akan digunakan dapat ditentukan. Parameter kecepatan arus sangat berperan untuk membawa/membilas (flushing) sisa pakan atau kotoran ikan tetapi tidak sampai mengganggu jaring sehingga mengurangi luasan ruang ikan dalam keramba. Kecerahan perairan juga mempengaruhi kegiatan budidaya KJA dalam menunjukkan kemampuan cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu, faktor-faktor yang mempengaruhi kecerahan adalah kandungan lumpur, plankton, dan bahan-bahan yang terlarut lainnya.

Keadaan tersebut dapat mengurangi laju fotosintesis serta mengganggu pernapasan hewan di air dan bahkan tidak layak untuk pengamatan lapangan bahwa suhu perairan berkisar antara 26-30 0C, salinitas perairan berkisar antara 29-35 gr/kg, pH air laut berkisar antara 7-9. Menurut Baveridge (1987) dalam pemilihan lokasi untuk pengembangan KJA di laut kriteria (suhu, salinitas, DO, pH, kekeruhan, pencemaran, padatan terlarut dan alga) lebih diperuntukkan pada kondisi fisika-kimia air laut yang akan menentukan bagi pemilihan/perkembangan ikan budidaya.

c. Tiram Mutiara

Hasil analisis evaluasi kesesuaian lahan untuk kegiatan budidaya tiram mutiara di Kecamatan Semau, Sulamu, dan Kupang Barat disajikan pada Tabel 8, sedangkan peta kesesuaian untuk masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Gambar 12 sampai 14.

Tabel 8 Hasil analisis evaluasi kesesuaian lahan untuk budidaya tiram mutiara Kecamatan Kesesuaian lahan (km

2

) Jumlah total perairan yang sesuai (km2) Sesuai Tidak sesuai

Semau 0,72 6,18 0,72

Sulamu 0,15 3,51 0,15

Kupang Barat 1,04 29,36 1,04

Sumber : Hasil analisis 2011

Hasil dari parameter-parameter penting yang berpengaruh terhadap usaha budidaya tiram mutiara adalah kecepatan arus 35 cm/dtk, muatan padatan terlarut berkisar antara 50-65 mg/l, kedalaman perairan berkisar antara 25-30 m, dan kepadatan fitoplankton yang berkisar antara 5.105 - 2.106 sel/l.

d. Teripang

Hasil analisis evaluasi kesesuaian lahan untuk kegiatan budidaya teripang di Kecamatan Semau, Sulamu, dan Kupang Barat disajikan pada Tabel 9, sedangkan peta kesesuaian untuk masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Gambar 15 sampai 17.

Tabel 9 Hasil analisis evaluasi kesesuaian lahan untuk budidaya teripang Kecamatan Kesesuaian lahan (km

2

) Jumlah total perairan yang sesuai (km2) Sesuai Tidak sesuai

Semau 0,61 6,28 0,61

Sulamu 0,17 3,49 0,17

Kupang Barat 1,59 28,81 1,59

Hasil evaluasi parameter-parameter yang penting untuk kesesuaian lahan budidaya teripang adalah kecepatan arus 10-15 cm/dtk, kedalaman yang berkisar antara 5-10 m, kecerahan perairan 3-8 m, material dasar perairan agak landai dan berpasir, dan kondisi perairan terbuka. Dari Gambar 15 sampai 17 dapat disimpulkan bahwa budidaya teripang tidak sesuai dibudidayakan untuk Kecamatan Kupang Barat dan Kecamatan Semau karena kondisi kedua wilayah ini terbuka dan kondisi arus yang tidak memungkinkan untuk dibudidayakan usaha teripang.

5.3.2 Analisis Daya Dukung