• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata (mean), dan nilai standar deviasi, dari variabel Return on Assets (ROA), Current Ratio (CR), dan Debt to Equity Ratio (DER).

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan. Sampel data studi ini diperoleh dari perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 - 2010. Dari hasil penelitian yang dilakukan terdapat 31 sampel perusahaan perbankan yang mempublikasikan informasi tentang laporan keuangan tahun 2009 – 2010. Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh gambaran sampel sebagai berikut.

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif dari Return on Assets (ROA), Current Ratio (CR), dan Debt to Equity Ratio (DER)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation ROA Sebelum Penerapan

PSAK 50/55

31 -9.46 3.73 1.0448 2.21707 ROA Setelah Penerapan PSAK

50/55

31 -5.68 4.64 1.3700 1.70051 CR Sebelum Penerapan PSAK

50/55

31 .87 1.24 1.0481 .07867 CR Setelah Penerapan PSAK

50/55

31 .72 1.64 1.0832 .16509 DER Sebelum Penerapan

PSAK 50/55

31 -31.53 15.02 8.2410 7.86542 DER Setelah Penerapan PSAK

50/55

31 3.93 15.45 9.1729 2.98897 Valid N (listwise) 31

4.1.1. Profitabilitas

Profitabilitas dapat diukur dengan Return On Assets (ROA). ROA merupakan rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal (biaya yang digunakan mendanai aktiva) dikeluarkan dari analisis.

Berdasarkan Tabel 4.1. diketahui nilai ROA terendah sebelum penerapan PSAK 50/55 adalah -9,46 artinya untuk setiap Rp 1 aset yang digunakan, bank mengalami kerugian sebesar Rp. 0,0946. Bisa juga dikatakan, bank mengalami kerugian 9.46% dari total aset yang digunakan. Nilai tersebut terjadi pada Bank Pundi Indonesia Tbk, sedangkan nilai ROA terbesar sebelum penerapan PSAK 50/55 adalah 3,37 artinya sertiap Rp. 1 aset yang digunakan, bank mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 0,037. Nilai tersebut terjadi pada Bank Rakyat Indonesia Tbk. Diketahui nilai ROA terendah setelah penerapan PSAK 50/55 adalah -5,68 artinya setiap Rp. 1 aset yang digunakan, bank mengalami kerugian sebesar Rp. 0,0568. Nilai tersebut terjadi pada Bank Pundi Indonesia, sedangkan nilai ROA terbesar setelah penerapan PSAK 50/55 adalah 4,64 artinya setiap Rp. 1 aset yang digunakan, bank mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 0.046. Nilai tersebut terjadi pada Bank Rakyat Indonesia Tbk.

Diketahui nilai rata-rata ROA sebelum penerapan PSAK 50/55 bernilai 1,0448, sedangkan nilai rata-rata ROA setelah penerapan PSAK 50/55 bernilai 1,37. Perhatikan, bahwa terdapat kenaikan nilai ROA setelah penerapan PSAK 50/55. ROA adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi nilai ROA, maka semakin baik perusahaan tersebut, karena penghasilan laba meningkat. Penerapan PSAK 50/55 secara rata-rata meningkatkan nilai ROA perbankan dibandingkan sebelum penerapan PSAK 50/55. Jika mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang menyatakan bahwa standar terbaik ROA

adalah 1,5, maka perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia masih berada pada kondisi ideal karena memiliki nilai ROA diatas ketentuan BI.

4.1.2. Likuiditas

Likuiditas dapat diukur dengan Current Ratio (CR). CR merupakan rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan aktiva lancar perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancarnya. Ratio ini menunjukkan bahwa nilai kekayaan lancar yang segera dapat dijadikan uang ada sekian kalinya hutang jangka pendek.

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui nilai CR terendah sebelum penerapan PSAK 50/55 adalah 0,87 artinya terdapat Rp. 0,87 aset lancar yang tersedia untuk memenuhi tiap Rp. 1 kewajiban yang jatuh tempo saat ini. Nilai tersebut terjadi pada Bank Internasional Indonesia Tbk, sedangkan nilai CR terbesar sebelum penerapan PSAK 50/55 adalah 1,24 artinya terdapat Rp. 1,24 aset lancar yang tersedia untuk memenuhi tiap Rp.1 kewajiban yang jatuh tempo saat ini. Nilai tersebut terjadi pada Bank Danamon Indonesia Tbk. Diketahui nilai CR terendah setelah penerapan PSAK 50/55 adalah 0,72 artinya terdapat Rp. 0,72 aset lancar yang tersedia untuk memenuhi tiap Rp. 1 kewajiban yang jatuh tempo saat ini. Nilai tersebut terjadi pada Bank Pundi Indonesia, sedangkan nilai CR terbesar setelah penerapan PSAK 50/55 adalah 1,64 artinya terdapat Rp. 1,64 aset lancar yang tersedia untuk memenuhi tiap Rp 1 kewajiban yang jatuh tempo saat ini. Nilai tersebut terjadi pada Bank Central Asia Tbk.

Diketahui nilai rata-rata CR sebelum penerapan PSAK 50/55 bernilai 1,0481, sedangkan nilai rata-rata CR setelah penerapan PSAK 50/55 bernilai 1,0832. Perhatikan bahwa terdapat kenaikkan nilai CR, setelah penerapan PSAK 50/55. Penerapan PSAK 50/55 secara rata-rata meningkatkan nilai CR, dibandingkan sebelum penerapan PSAK 50/55. Akan tetapi, bila dibandingkan dengan standar CR menurut bank indonesia yaitu

sebesar 2.5, maka current ratio perbankan belum dapat dikatakan memuaskan atau dapat dikatakan bahwa bank masih kurang likuid.

4.1.3. Leverage

Leverage dapat diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER). DER merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan hutang) terhadap total

shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan.

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui nilai DER terendah sebelum penerapan PSAK 50/55 bernilai -31,53 ini mengindikasikan bahwa setiap Rp.1 pendanaan ekuitas, terdapat Rp. -31,53 pendanaan dari kreditor. Nilai tersebut terjadi pada Bank Pundi Indonesia Tbk, sedangkan nilai DER terbesar sebelum penerapan PSAK 50/55 bernilai 15,02 nilai ini mengindikasikan bahwa setiap Rp. 1 pendaan ekuitas, terdapat Rp. 15,02 pendanaan dari kreditor. Nilai tersebut terjadi pada Bank Artha Graha Internasional Tbk. Diketahui nilai DER terendah setelah penerapan PSAK 50/55 bernilai 3,93 nilai ini mengindikasikan bahwa setiap Rp. 2 pendanaan ekuitas, terdapat Rp. 3,93 pendanaan dari kreditor. Nilai tersebut terjadi pada Bank of India Indonesia, sedangkan nilai DER terbesar setelah penerapan PSAK 50/55 bernilai 15,45 nilai ini mengindikasikan bahwa setiap Rp. 1 pendanaan ekuitas, terdapat Rp. 15,45 pendanaan dari kreditor. Nilai tersebut terjadi pada Bank Bukopin Tbk.

Diketahui nilai rata-rata DER sebelum penerapan PSAK 50/55 bernilai 8,2410, sedangkan nilai rata-rata DER setelah penerapan PSAK 50/55 bernilai 9,1729. Perhatikan bahwa terdapat kenaikkan nilai DER, setelah penerapan PSAK 50/55. DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh modal sendiri yang digunakan sebagai pembayaran hutang. Penerapan PSAK 50/55 secara rata-rata meningkatkan nilai DER, dibandingkan sebelum penerapan PSAK 50/55.

Dokumen terkait