• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Strategi yang diperlukan untuk Pengembangan sapi Potong melalui Kelompok Peternak di Kabupaten Serdang Bedagai

HASIL DAN PEMBAHASAN

F. Analisis Strategi yang diperlukan untuk Pengembangan sapi Potong melalui Kelompok Peternak di Kabupaten Serdang Bedagai

Analisis Faktor Internal

Analisis faktor lingkungan internal digunakan sebagai kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness).

1. Kekuatan (Strenghts)

Beberapa faktor internal yang merupakan kekuatan untuk pengembangan sapi potong melalui kelompok peternak di Kabupaten Serdang Bedagai yaitu :

a. Tingginya Minat Peternak Bergabung dalam Kelompok Peternak

Peternak di Kabupaten Serdang Bedagai sudah banyak yang ikut bergabung dalam kelompok peternak, terlihat dari jumlah kelompok peternak di Kabupaten Serdang Bedagai yaitu sebanyak 378 kelompok peternak yang tersebar di 17 Kecamatan. Hal ini menunjukkan peternak sudah memahami pentingnya berkelompok, karena dengan ikut bergabung dalam kelompok, peternak dapat memperoleh informasi dan teknologi peternakan melalui sesama anggota kelompok peternak, pemerintah maupun pihak swasta. Dengan menjadi anggota

51 kelompok, peternak juga dapat belajar cara berorganisasi, memperoleh pendidikan dan pelatihan dari penyuluh, dan merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah.

b. Pengalaman Beternak Sapi Memadai

Peternak sudah memiliki pengalaman yang memadai dalam beternak sapi potong yaitu 6 – 20 tahun. Pengalaman beternak yang cukup lama merupakan kekuatan dalam pengembangan sapi potong karena beternak bukanlah suatu hal yang baru, peternak akan lebih mudah mengatasi/menghadapi masalah-masalah yang timbul dalam mengelola usaha ternaknya.

c. Usia Peternak masih Produktif

Usia peternak rata-rata masih relatif muda yaitu 30 – 50 tahun, dan memiliki fisik yang kuat serta mempunyai kemampuan berpikir yang lebih tajam dalam mengelola usaha ternaknya dibandingkan dengan mereka yang sudah berusia lanjut. Semakin muda usia peternak umumnya rasa keingintahuan terhadap sesuatu sangat tinggi dan semakin cepat mengadopsi teknologi serta kemampuan beternak lebih maksimal dibandingkan peternak yang telah tua.

d. Pencatatan (Recording) sudah dilakukan Peternak

Pencatatan (Recording) meliputi perkawinan, kelahiran anak, kematian dan status kesahatan ternak. Melalui kegiatan pencatatan (recording) untuk mengetahui perkembangan sapi dan tindakan apa yang akan dilakukan untuk memaksimalkan produktifitas ternak sapi misalnya : kapan ternak dikawinkan, umur kebuntingan, kelahiran anak, penyakit apa yang diderita sapi dan tindakan yang telah dilakukan, baik berupa pencegahan maupun pengobatan penyakit. peternak pada umumnya telah melakukan pencatatan (recording) pada usaha ternaknya walaupun masih terbatas pada waktu perkawinan (inseminasi buatan) dan kapan anak sapi dilahirkan.

e. Penjualan / Pemotongan Betina Produktif Rendah

Rendahnya penjualan/pemotongan betina produktif merupakan faktor pendukung bagi kelangsungan pengembangan sapi potong karena dapat menekan dan menanggulangi penurunan populasi ternak sapi. Peternak terpaksa menjual

52 sapi betina produktif karena beberapa alasan diantaranya karena terdesak kebutuhan ekonomi dan karena sapi majir/mandul.

f. Pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) sudah dilakukan

Peternak sudah memahami pentingnya mengikuti program Inseminasi Buatan (IB) untuk menghasilkan bibit ternak sapi yang unggul. Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai telah menempatkan penyuluh/petugas inseminator yang siap untuk melayani peternak, membantu menghasilkan bibit ternak yang unggul melalui program Inseminasi Buatan (IB) di setiap Kecamatan yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai.

g. Iklim dan Kondisi Alam yang mendukung

Kabupaten Serdang Bedagai termasuk daerah yang beriklim tropis dan memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan dengan rata-rata kelembapan udara perbulan sekitar 83 persen, curah hujan berkisar antara 27 sampai dengan 248 mm perbulan. Kondisi iklim seperti ini sangat mendukung untuk pengembangan sapi potong karena vegetasi tersedia sepanjang tahun yang merupakan potensi sumber pakan ternak sapi.

h. Perkebunan Kelapa Sawit Luas

Luas perkebunan di Kabupaten Serdang Bedagai mencapai 101,057,04 ha. Perkebunan kelapa sawit merupakan yang paling luas yaitu mencapai 60.080,64 ha atau sebesar 59,45 persen dari luas perkebunan yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai. Perkebunan kelapa sawit tersebut terdiri atas perkebunan rakyat seluas 12.075,49 ha, perkebunan sawit milik negara (PTPN) seluas 24.646,26 ha, perkebunan sawit milik swasta nasional 12.544,24 ha dan perkebunan sawit milik swasta asing seluas 10.814,65 ha (Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Serdang Bedagai 2011).

2. Kelemahan (Weaknesses)

Ada beberapa faktor yang merupakan kelemahan untuk pengembangan sapi potong melalui kelompok peternak di Kabupaten Serdang Bedagai yaitu :

53 a. Tingkat Pendidikan Peternak Relatif Rendah

Tingkat pendidikan peternak yang relatif rendah terkait erat kepada pengetahuan dan keterampilan peternak dalam mengelola usahanya. Peternak hanya mengadalkan pengalaman dalam mengatasi berbagai masalah, sehingga peternak dalam mengembangkan usahanya masih bersifat tradisional karena lambat dalam penyerapan inovasi, perubahan pola pikir dan kepekaan terhadap perubahan lainnya.

b. Kurangnya Pelatihan Keterampilan Peternak

Peternak sulit untuk mengikuti pelatihan keterampilan karena kendala waktu, peternak sibuk untuk bekerja memenuhi kehidupannya dan kurangnya program pemerintah dalam hal pelatihan keterampilan peternak, sehingga penguasaan teknologi dan informasi serta keterampilan untuk mengembangkan usaha peternakannya belum optimal.

c. Minimnya Lahan untuk Penggembalaan

Lahan untuk penggembalaan sapi tidak saja berfungsi sebagai ruang jelajah tetapi juga merupakan sumber ketersediaan air dan sumber ketersediaan pakan berupa hijauan. Karena keterbatasan lahan penggembalaan, peternak memanfaatkan lahan perkebunan milik PTPN sebagai tempat penggembalaan ternaknya.

d. Minimnya Sarana dan Prasarana

Pemeliharaan ternak sapi memerlukan alat mesin peternakan yang mendukung keberhasilan dari usaha peternakan sehingga sumberdaya yang tersedia dapat dimafaatkan secara optimal dan menghemat tenaga kerja seperti mesin pencacah rumput (chopper), mesin pembuat pupuk kompos, instalasi biogas dan masih banyak lagi alat dan mesin peternakan yang ada sekarang ini belum dimiliki oleh peternak. Hal ini mengakibatkan penggunaan teknologi oleh peternak dalam mengembangkan usahanya masih rendah.

e. Beternak sebagai Usaha Sambilan/Keluarga

Beternak sapi potong bukan sebagai pekerjaan utama para peternak melainkan bersifat peternakan rakyat dengan pola pemeliharaan yang bersifat sambilan, sehingga tidak ada usaha meningkatkan usaha ternak secara intensif untuk meningkatkan pendapatan. Peternak menggunakan waktu luang atau

54 memanfaatkan waktu anggota keluarga untuk memelihara ternak sapi. Sewaktu pulang sekolah kebanyakan anak peternak membantu menggembalakan ternak. Sebelum pergi bekerja, peternak memanfaatkan waktu untuk mengurus ternak, demikian juga sesudah pulang kerja, peternak menggunakan waktunya untuk memasukkan ternak ke kandang. Peternak mengupah tenaga orang lain (selain anggota keluarga) disaat peternak tidak memiliki waktu (peternak sakit, ada pesta) untuk menyabit rumput atau menggembalakan ternak.

f. Kurangnya Kerjasama antar Anggota Kelompok

Peternak tidak memelihara ternak sapi secara bersama-sama pada satu kandang kelompok karena beberapa alasan antara lain sulit mengatur jadwal anggota peternak secara bergiliran untuk menyabit rumput dan jaga malam ternak kelompok, sebab masing-masing peternak memiliki pekerjaan utama selain beternak sapi sehingga peternak lebih memilih menyabit rumput dan jaga malam ternak masing-masing anggota peternak.

g. Kurangnya Pemanfaatan Limbah Perkebunan Kelapa Sawit Sebagai Pakan Ternak Sapi Potong

Peternak belum memanfaatkan limbah hasil perkebunan kelapa sawit karena beberapa hal antara lain karena keterbatasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), modal, sarana dan prasarana yang minim serta kurangnya pelatihan keterampilan dalam mengolah limbah perkebunan kelapa sawit.

Analisis Faktor Eksternal

Analisis lingkungan eksternal digunakan untuk mengetahui peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats).

1. Peluang (Opportunities)

Beberapa faktor eksternal yang merupakan peluang untuk pengembangan sapi potong melalui kelompok peternak di Kabupaten Serdang Bedagai, yaitu : a. Pemanfaatan limbah perkebunan kelapa sawit

Limbah dari kelapa sawit seperti pelepah dan daun sawit dapat diolah menjadi pengganti hijauan dan sebagai sumber serat bagi ternak sapi. Selain itu lumpur sawit, bungkil inti sawit dan serat buah sawit dapat menjadi alternatif lain sebagai sumber pakan sapi. Mengingat ketersediaan hijauan pakan ternak sangat

55 terbatas maka peternak perlu memanfaatkan limbah hasil samping kelapa sawit sebagai alternatif lain sumber pakan sapi.

b. Posisi yang Strategis untuk Pemasaran Ternak

Kabupaten Serdang Bedagai berada pada posisi yang strategis antara lain dilintasi oleh Jalan Lintas Sumatera (JALINSUM), berbatasan dengan Ibukota Kabupaten Deli Serdang (Lubuk Pakam), mengelilingi Kotamadya Tebing Tinggi, tidak jauh dari Kotamadya Siantar dan Medan ibukota Provinsi Sumatera Utara (jarak tempuh sekitar 1 – 2 jam). Hal ini menunjukkan peternak di Kabupaten Serdang Bedagai memiliki pemasaran hasil produk peternakan yang luas selain di Kabupaten Serdang Bedagai.

c. Adanya Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

RTRW Kabupaten Serdang Bedagai berfungsi sebagai acuan dalam pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten, acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah Kabupaten, acuan lokasi investasi dalam wilayah Kabupaten yang dilakukan pemerintah, masyarakat dan swasta, pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang di wilayah Kabupaten dan dasar pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten yang meliputi penetapan peraturan zonasi, perijinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi, dan acuan untuk pengembangan ternak sapi potong di Kabupaten Serdang Bedagai.

d. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Perkembangan ilmu dan Teknologi (IPTEK) pada saat sekarang ini semakin pesat perkembangannya yang dapat memudahkan peternak dalam mengembangkan usaha peternakannya dan juga merupakan peluang yang dapat digunakan peternak dalam meningkatkan kualitas dan inovasi produk dari usaha peternakan.

e. Adanya Industri Pendukung Pakan Ternak

Industri pengolah ubi kayu menjadi pati ubi kayu (tepung ubi kayu) di Kabupaten Serdang Bedagai tercatat sebanyak 50 (lima puluh) unit usaha dimana limbah dari pengolahan industri tersebut menghasilkan ampas ubi kayu yang sudah banyak digunakan peternak sebagai pakan ternak sapi potong. Pada

56 Kabupaten Serdang Bedagai juga terdapat 207 pabrik gilingan padi yang mengolah biji padi menjadi beras yang menghasilkan limbah dedak padi yang telah lama digunakan peternak sebagai pakan ternak.

f. Fasilitas Pendukung Pada Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan dan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 3 Tahun 2010 tentang organisasi dan tata kerja perangkat daerah Kabupaten Serdang Bedagai, dukungan Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai terlihat dari telah terbentuk nya Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BP2KP) dan Dinas Pertanian dan Peternakan. Salah satu fungsi dari Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan adalah pembinaan dan pelaksanaan tugas dalam bidang penyuluhan dan ketahanan pangan dan Dinas Pertanian dan Peternakan menyelenggarakan fungsi perumusan kebijakan teknis di bidang pertanian dan peternakan, pemberian izin dan pelaksanaan pelayanan umum di bidang pertanian dan peternakan.

Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur pada umumnya melaksanakan tugas pokok dan fungsinya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan khususnya pada para petani/peternak di Kabupaten Serdang Bedagai disajikan pada Tabel 26 berikut ini.

Tabel 26 Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BP2KP) dan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai

No Pendidikan PNS (orang) Honor/Kontrak (orang) PPL/THLTB (orang) 1 SLTA/SNAKMA 23 19 49 2 Diploma 11 3 11 3 Sarjana (S1) 109 11 53 4 Magister (S2) 1 - - Jumlah 144 33 113

Sumber : Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BP2KP) dan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai (2012)

Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur tersebut diatas memiliki profesi sesuai dengan bidang keahlian masing-masing disajikan pada Tabel 27 berikut ini.

57 Tabel 27 Profesi Aparatur Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang

Bedagai

No Profesi Jumlah (orang)

1 Dokter Hewan 6

2 Inseminator 27

3 Petugas PKB 7

4 Petugas ATR 1

Jumlah 41

Sumber : Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BP2KP) dan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai (2012)

Fasilitas/infrasuktur pada Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BP2KP) dan Dinas Pertanian dan Peternakan disajikan pada Tabel 28 berikut ini

Tabel 28. Fasilitas/Infrastruktur Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BP2KP) Kabupaten Serdang Bedagai.

No Fasilitas/Infrastruktur Jumlah (unit)

1 Kantor Dinas 2

2 Kendaraan Dinas 73

3 Kantor UPT 5

Jumlah 80

Sumber : Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BP2KP) dan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai (2012) 2. Ancaman (Treathts)

Faktor eksternal yang merupakan ancaman dalam pengembangan sapi potong melalui kelompok peternak di Kabupaten Serdang Bedagai, yaitu ;

a. Rendahnya Dokumentasi Kelembagaan Kelompok Peternak

Kelompok peternak yang terdokumentasikan saat ini belum terupdate dengan baik berdasarkan kondisi saat ini, belum jelasnya jumlah kelompok peternak yang eksis di lapangan baik berdasarkan tingkatan kelompok (pemula, lanjut, madya, utama) maupun klasifikasi peternak berdasarkan tipologi usahanya (sambilan, cabang usaha, usaha pokok, industri) sehingga belum teridentifikasi kelembagaan kelompok peternak dan belum dapat mendeteksi mana kelompok yang aktif dan tidak aktif. Hal ini disebabkan kurangnya dana di dinas atau

58 instansi Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai untuk program atau kegiatan mendata kelompok-kelompok peternak tersebut.

b. Kurangnya dukungan dari pihak Perkebunan (PTPN)

Pihak perkebunan kurang mendukung adanya ternak sapi masuk ke areal perkebunan kelapa sawit milik mereka dikarenakan ternak sapi mengganggu tanaman kelapa sawit seperti pengerasan tanah, kemungkinan sapi memakan pelepah muda tanaman kelapa sawit yang belum menghasilkan. Hal ini ditandai dengan semakin banyak parit-parit yang dibuat pihak perkebunan. Parit-parit tersebut digali menggunakan alat berat (beko) mengelilingi perkebunan kelapa sawit yang mengakibatkan ternak tidak bisa masuk ke areal perkebunan.

c. Adanya Impor Daging/Ternak Sapi

Kebijakan untuk mengimpor daging/ternak sapi yang dilakukan memberikan dampak yang kurang baik bagi peternak karena mempengaruhi harga dan pemasaran ternak sapi milik peternak. Demikian juga apabila daging yang masuk lewat jalur ilegal dengan harga yang lebih murah dan tidak diketahui riwayat kesehatan ternak tersebut sehingga dapat merugikan konsumen yang memakan produk peternakan tersebut.

d. Sulitnya mendapatkan Pinjaman/Modal

Peternak belum banyak menjalin kerjasama dengan perbankan. Menurut peternak, pihak perbankan membuat aturan yang sulit dipenuhi peternak, meminta jaminan/agunan yang dirasakan terlalu sulit/memberatkan dan disertai dengan bunga yang cukup berat untuk ditanggung peternak. Kerjasama/kemitraaan dengan pemilik modal dari pihak swasta juga belum banyak dilakukan peternak, karena alasan yang sama, juga dirasakan sulit untuk memenuhi persyaratan/aturan yang ditetapkan oleh pemilik modal dari pihak swasta yang. Karena keterbatasan anggaran, program bantuan pinjaman/modal dari Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai bagi peternak juga belum maksimal dirasakan oleh peternak.

e. Adanya Agen Ternak

Penjualan produk hasil peternakan (sapi/kompos) yang dihasilkan oleh peternak masih tergantung pada mekanisme pasar yang kurang menguntungkan

59 bagi peternak. Harga ditentukan berdasarkan taksiran yang jelas mengandung resiko kerugian bagi peternak. Menurut peternak, agen terkadang membuat kecurangan dalam menaksir dan menawar harga ternak peternak, namun karena kebutuhan, peternak terkadang menerima harga yang ditawarkan oleh para agen.

G. Perencanaan Strategis

Dokumen terkait