• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Gambaran Umum Responden

Penelitian ini berlangsung di 3 (tiga) Kecamatan yaitu Kecamatan Sipispis, Kecamatan Bintang Bayu dan Kecamatan Tanjung Beringin dengan jumlah responden sebanyak 120 responden yaitu sebanyak 20 responden kelompok peternak dan 20 responden non kelompok peternak pada setiap Kecamatan penelitian.

1) Usia Peternak

Data karakteristik responden di lokasi penelitian berdasarkan usia disajikan pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3 Karakteristik responden di lokasi penelitian berdasarkan usia No Usia

Responden (Tahun)

Kelompok Peternak Non Kelompok Peternak Jumlah (Orang) Persentase (%) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 30 – 40 24 40,00 17 28,33 2 41 – 50 20 33,33 30 50,00 3 51 – 60 15 25,00 9 15,00 4 > 60 1 1,67 4 6,67 Total 60 100 60 100

Berdasarkan Tabel 3 tersebut diatas diperoleh usia responden kelompok peternak antara 30 – 40 tahun berjumlah 24 orang atau sebesar 40 persen, berusia 41 – 50 tahun berjumlah 20 orang atau sebesar 33,33 persen, berusia 51 – 60 tahun berjumlah 15 orang atau sebesar 25 persen, berusia diatas 60 tahun berjumlah 1 orang atau sebesar 1,67 persen. Usia responden non kelompok peternak antara 30 – 40 tahun berjumlah 17 orang atau sebesar 28,33 persen, berusia 41 – 50 tahun berjumlah 30 orang atau sebesar 50 persen, berusia 51 – 60 tahun berjumlah 9 orang atau sebesar 15 persen, berusia diatas 60 tahun berjumlah

31 4 orang atau sebesar 6,67 persen. Hal ini berarti usia peternak pada penelitian ini pada umumnya masih tergolong pada usia relatif muda yaitu antara 30 – 50 tahun sebanyak 91 orang. Pada usia ini umumnya peternak masih memiliki kemampuan fisik dan berpikir yang lebih baik dibandingkan usia yang lebih tua dalam hal menghadapi tantangan dan inovasi baru dalam mengelola usaha peternakannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Adiwilaga (1973) menyatakan bahwa peternak yang berada pada usia produktif akan lebih efektif dalam mengelola usahanya bila dibandingkan dengan peternak yang lebih tua. Soekartiwi (2002) menyatakan bahwa petani yang berusia lanjut biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian – pengertian yang dapat mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidupnya. Chamdi (2003) menambahkan semakin muda usia peternak umumnya rasa keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap introduksi teknologi semakin tinggi.

2) Tingkat Pendidikan

Data karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan disajikan pada Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4 Karakteristik responden di lokasi penelitian berdasarkan tingkat pendidikan

No Pendidikan Terakhir

Kelompok Peternak Non Kelompok Peternak Jumlah (Orang) Persentase (%) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 Tidak tamat SD 1 1,67 4 6,66 2 SD 25 41,67 35 58,33 3 SMP 18 30,00 10 16,67 4 SMA 12 20,00 10 16,67 5 Perguruan Tinggi 4 6,66 1 1,67 Total 60 100 60 100

Berdasarkan Tabel 4 tersebut diatas dapat dilihat jumlah responden kelompok peternak yang tidak tamat SD sebanyak 1 orang atau sebesar 6,67 persen, tamat SD sebanyak 25 orang atau sebesar 41,67 persen, tamat SMP sebanyak 18 orang atau sebesar 30 persen, tamat SMA sebanyak 12 orang atau sebesar 20 persen, dan tamat dari Perguruan Tinggi sebanyak 4 orang atau

32 sebesar 6,66 persen. Responden non kelompok peternak yang tidak tamat SD sebanyak 4 orang atau sebesar 6,66 persen, tamat SD sebanyak 35 orang atau sebesar 58,33 persen, tamat SMP sebanyak 10 orang atau sebesar 16,17 persen, tamat SMA sebanyak 10 orang atau sebesar 16,17 persen, dan tamat dari Perguruan Tinggi sebanyak 1 orang atau sebesar 1,67 persen. Jumlah responden dengan tingkat pendidikan tidak tamat SD sampai dengan SMP berjumlah 93 orang, sedangkan yang berpendidikan tamat SMA dan Perguruan Tinggi hanya 27 orang. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden masih rendah. Kondisi ini berpengaruh terhadap kemampuan peternak dalam mengelola sapi potong terutama terhadap laju penyerapan inovasi, perubahan pola pikir dan kepekaan terhadap perubahan sosial lainnya di masa yang akan datang. Menurut Soekartiwi (1986) bahwa tingkat pendidikan peternak cenderung mempengaruhi cara berpikir dan tingkat penerimaan mereka terhadap inovasi dan teknologi baru.

3) Status Pekerjaan

Data karakteristik responden berdasarkan status pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5 Karakteristik responden di lokasi penelitian berdasarkan status pekerjaan

No Status Pekerjaan Kelompok Peternak Non Kelompok Peternak Jumlah (Orang) Persentase (%) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 Petani 34 56,67 31 51,67 2 Karyawan 7 11,67 7 11,67 3 Pedagang 4 6,66 5 8,33 4 PNS 8 13,33 2 3,33 5 Wiraswasta 7 11,67 15 25,00 Total 60 100 60 100

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya responden kelompok peternak sebagian besar bekerja sebagai petani sebanyak 34 orang atau sebesar 56,67 persen, bekerja sebagai karyawan sebanyak 7 orang atau sebesar 11,67 persen, bekerja sebagai pedagang sebanyak 4 orang atau sebesar 6,66 persen, bekerja sebagai PNS sebanyak 8 orang atau sebesar 13,33 persen dan wiraswasta

33 sebanyak 7 orang atau sebesar 11,67 persen. Responden non kelompok peternak sebagian besar bekerja sebagai petani sebanyak 31 orang atau sebesar 51,67 persen, bekerja sebagai karyawan sebanyak 7 orang atau sebesar 11,67 persen, bekerja sebagai pedagang sebanyak 5 orang atau sebesar 8,33 persen, bekerja sebagai PNS sebanyak 2 orang atau sebesar 3,33 persen dan wiraswasta sebanyak 15 orang atau sebesar 25 persen. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat umumnya responden mempunyai pekerjaan utama sebagai petani yaitu sebanyak 65 orang. Hal ini menunjukkan beternak hanya sebagai pekerjaan sambilan sehingga peternak tidak dapat fokus mengelola usaha peternakannya.

4) Pengalaman Beternak

Pengalaman peternak dalam memelihara sapi potong merupakan pedoman yang sangat berharga untuk mengembangkan usaha peternakannya yang akan mempermudah dalam mengatasi berbagai permasalahan yang akan dihadapi dalam pemeliharaan ternak sapi. Pengalaman responden beternak sapi potong dapat disajikan dalam Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6 Pengalaman responden beternak sapi potong di lokasi penelitian No Pengalaman

Beternak (Tahun)

Kelompok Peternak Non Kelompok Peternak Jumlah (Orang) Persentase (%) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 2 – 5 8 13,33 12 20,00 2 6 – 10 30 50,00 29 48,34 3 11 – 15 15 25,00 14 23,33 4 16 – 20 4 6,67 3 5,00 5 > 20 3 5,00 2 3,33 Total 60 100 60 100

Hasil penelitian diperoleh pengalaman responden kelompok peternak 2 – 5 tahun sebanyak 8 orang atau sebesar 13,33 persen, 6 – 10 tahun sebanyak 30 orang atau sebesar 50 persen, 11 – 15 tahun sebanyak 15 orang atau sebesar 25 persen, 16 – 20 tahun sebanyak 4 orang atau sebesar 6,67 persen dan lebih dari 20 tahun sebanyak 3 orang atau sebesar 5 persen. Pengalaman responden non kelompok peternak 2 – 5 tahun sebanyak 12 orang atau sebesar 20 persen, 6 – 10 tahun sebanyak 29 orang atau sebesar 48,34 persen, 11 – 15 tahun sebanyak 14

34 orang atau sebesar 23,33 persen, 16 – 20 tahun sebanyak 3 orang atau sebesar 5 persen dan lebih dari 20 tahun sebanyak 2 orang atau sebesar 3,33 persen. Sebagian besar peternak sudah cukup memiliki pengalaman beternak sapi potong yaitu antara 6 – 20 tahun keatas sebanyak 100 orang. Soeharjo dan Patong (1982) menyatakan bahwa umur dan pengalaman beternak akan mempengaruhi kemampuan peternak dalam menjalankan usaha, peternak yang mempunyai pengalaman lebih banyak akan selalu hati-hati dalam bertindak dengan adanya pengalaman buruk dimasa lalu.

5) Lahan Pengembalaan

Ketersediaan lahan penggembalaan ternak sapi yang dimiliki oleh peternak disajikan pada Tabel 7 berikut ini.

Tabel 7 Ketersediaan lahan penggembalaan ternak sapi di lokasi penelitian No Ketersediaan

Lahan Penggembalaan

Kelompok Peternak Non Kelompok Peternak Jumlah (Orang) Persentase (%) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 Tidak Tersedia 5 8,33 8 13,33 2 Tersedia 55 91,67 52 86,67 Total 60 100 60 100

Ketersediaan lahan penggembalaan ternak sapi yang dimiliki responden kelompok peternak sebanyak 55 orang atau sebesar 91,67 persen sedangkan peternak yang tidak memiliki lahan penggembalaan sebanyak 5 orang atau sebesar 8,33 persen. Ketersediaan lahan penggembalaan ternak sapi yang dimiliki responden non kelompok peternak sebanyak 52 orang atau sebesar 86,67 persen sedangkan peternak yang tidak memiliki lahan penggembalaan sebanyak 8 orang atau sebesar 13,33 persen. Responden yang memiliki ketersediaan lahan penggembalaan ternak sapi sebanyak 107 orang. Mayoritas responden yang memiliki lahan penggembalahan adalah lahan perkebunan kelapa sawit dan karet (yang sudah tidak berproduksi lagi) milik PTPN. Hal ini menunjukkan peternak dalam memenuhi kebutuhan pakan ternaknya mengandalkan rumput yang tumbuh disekitar perkebunan kelapa sawit dan karet milik PTPN. Peternak menggembalakan ternak di lahan perkebunan milik PTPN pada pagi hingga sore

35 hari dan pada malam hari ternak dikandangkan di kandang peternak masing-masing.

6) Keikutsertaan dalam Pelatihan

Keikutsertaan dalam pelatihan tentang peternakan yang diperoleh peternak disajikan pada Tabel 8 berikut ini.

Tabel 8 Keikutsertaan dalam pelatihan yang diperoleh peternak di lokasi penelitian

No Keikutsertaan dalam Pelatihan

Kelompok Peternak Non Kelompok Peternak Jumlah (Orang) Persentase (%) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 Pernah 26 43,33 - - 2 Belum 34 56,67 60 100 Total 60 100 60 100

Responden kelompok peternak sebanyak 26 orang atau 43,33 persen pernah mengikuti pelatihan tentang peternakan sedangkan 34 orang atau 56,67 persen belum pernah mengikuti pelatihan. Responden non kelompok peternak sebanyak 60 orang atau 100 persen belum pernah mengikuti pelatihan tentang peternakan. Hal ini disebabkan karena ketersediaan dana dan program pemerintah yang belum menyentuh pada aspek pelatihan dan pengembangan teknologi. Peternak yang belum bergabung dalam kelompok peternak sulit untuk mengakses berbagai program pemerintah untuk pelatihan tentang peternakan karena petugas penyuluh memberikan informasi kepada ketua atau pengurus kelompok peternak untuk disampaikan pada setiap anggota kelompok dan sulit untuk melakukan penyuluhan dan pelatihan bagi peternak yang belum tergabung dalam satu kelompok peternak.

7) Pelaksanaan Pencatatan (Recording)

Pencatatan (recording) sangat membantu peternak dalam pengelolaan usaha ternak sapi, karena dengan adanya pencatatan maka peternak dapat mengetahui kapan ternaknya dikawinkan (inseminasi buatan), kebuntingan, kelahiran dan penyapihan anak, status penyakit yang pernah diderita, pencegahan dan pengobatan penyakit dan catatan lainnya yang berhubungan dengan

36 pengembangan usaha peternakannya. Ada tidaknya pencatatan (recording) yang telah dilakukan oleh peternak disajikan pada Tabel 9 berikut ini.

Tabel 9 Pelaksanaan pencatatan (recording) yang dilakukan oleh peternak di lokasi penelitian

No Pencatatan (Recording)

Kelompok Peternak Non Kelompok Peternak Jumlah (Orang) Persentase (%) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 Ada 51 85,00 35 58,33 2 Tidak ada 9 15,00 25 41,67 Total 60 100 60 100

Berdasarkan Tabel 9 tersebut diatas menunjukkan responden kelompok peternak yang melakukan pencatatan sebanyak 51 orang atau sebesar 85 persen dan sebanyak 9 orang atau sebesar 15 persen tidak ada melakukan pencatatan. Responden non kelompok peternak yang melakukan pencatatan sebanyak 35 orang atau sebesar 58,33 persen dan sebanyak 25 orang atau sebesar 41,67 persen tidak ada melakukan pencatatan. Hal ini berarti peternak pada umumnya telah melakukan pencatatan (recording) pada usaha ternaknya walaupun pencatatan yang telah dilakukan peternak masih terbatas pada waktu perkawinan (inseminasi buatan) dan kapan anak sapi dilahirkan.

8) Pelaksanaan Teknologi Inseminasi Buatan (IB)

Teknologi inseminasi buatan (IB) dilakukan untuk meningkatkan angka kelahiran atau produktifitas ternak dan mutu genetik ternak. Data pelaksanaan IB yang dilakukan oleh responden kelompok peternak dan non kelompok peternak dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini.

Tabel 10 Pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) di lokasi penelitian

No Pelaksanaan IB Kelompok Peternak Non Kelompok Peternak Jumlah (Orang) Persentase (%) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 Tidak Ada 3 5,00 11 18,33 2 1 – 2 kali 18 30,00 15 25,00 3 3 – 4 kali 21 35,00 28 46,67 4 5 – 6 kali 12 20,00 5 8,33 5 ≥ 7 kali 6 10,00 1 1,67 Total 60 100 60 100

37 Dari data pada Tabel 10 tersebut diatas menunjukkan responden kelompok peternak sebanyak 3 orang atau sebesar 5 persen peternak tidak ada melaksanakan inseminasi buatan pada ternaknya, sebanyak 18 orang atau sebesar 30 persen peternak melaksanakan 1 – 2 kali inseminasi buatan pada ternaknya, sebanyak 21 orang peternak atau sebesar 35 persen melaksanakan 3 – 4 kali inseminasi buatan pada ternaknya, sebanyak 12 orang peternak atau sebesar 20 persen melaksanakan 5 – 6 kali inseminasi buatan pada ternaknya dan sebanyak 6 orang peternak atau sebesar 10 persen peternak telah melakukan lebih dari 7 kali inseminasi buatan pada ternaknya. Responden non kelompok peternak sebanyak 11 orang atau sebesar 18,33 persen peternak tidak ada melaksanakan inseminasi buatan pada ternaknya, sebanyak 15 orang atau sebesar 25 persen peternak melaksanakan 1 – 2 kali inseminasi buatan pada ternaknya, sebanyak 28 orang peternak atau sebesar 46,67 persen melaksanakan 3 – 4 kali inseminasi buatan pada ternaknya, sebanyak 5 orang peternak atau sebesar 8,33 persen melaksanakan 5 – 6 kali inseminasi buatan pada ternaknya dan sebanyak 1 orang peternak atau sebesar 1,67 persen peternak telah melakukan lebih dari 7 kali inseminasi buatan pada ternaknya. Data tersebut menunjukkan sebanyak 106 orang peternak telah melaksanakan program inseminasi buatan. Program inseminasi buatan difasilitasi oleh petugas Inseminator dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai yang berada di setiap Kecamatan.

9) Penjualan Sapi Betina Produktif

Penjualan ternak sapi betina produktif yang dilakukan responden dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini.

Tabel 11 Penjualan sapi betina produktif di lokasi penelitian No Pencatatan

(Recording)

Kelompok Peternak Non Kelompok Peternak Jumlah (Orang) Persentase (%) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 Pernah 11 18,33 23 38,33 2 Tidak pernah 49 81,67 37 61,67 Total 60 100 60 100

Berdasarkan data tersebut diatas menunjukkan responden kelompok peternak sebanyak 11 peternak atau sebesar 18,33 persen tidak pernah menjual

38 sapi betina produktif dan sebanyak 49 peternak atau sebesar 81,67 persen pernah menjual sapi betina produktif. Responden non kelompok peternak sebanyak 23 peternak atau sebesar 38,33 persen tidak pernah menjual sapi betina produktif dan sebanyak 37 peternak atau sebesar 61,67 persen pernah menjual sapi betina produktif. Pada umumnya atau sebanyak 86 peternak tidak pernah menjual sapi betina produktif. Peternak tidak menjual betina produktif karena peternak mengandalkan betina produktif untuk dikawinkan dan menghasilkan anak yang akan dipelihara dan dibesarkan untuk dijual atau dipergunakan untuk menggantikan induk yang tidak produktif lagi. Peternak juga telah mendapatkan penyuluhan dari Dinas Pertanian dan Peternakan agar tidak menjual sapi betina yang masih produktif. Peternak yang menjual sapi betina produktif karena beberapa alasan diantaranya karena terdesak kebutuhan ekonomi dan karena sapi majir/mandul.

10) Ketersediaan Alat dan Mesin Peternakan

Pemeliharaan ternak sapi memerlukan alat mesin peternakan yang mendukung keberhasilan dari usaha peternakan sehingga sumberdaya yang tersedia dapat dimafaatkan secara optimal dan menghemat tenaga kerja seperti mesin pencacah rumput (chopper), mesin pembuat pupuk kompos, instalasi biogas dan masih banyak lagi alat dan mesin peternakan yang ada sekarang ini untuk mendukung keberhasilan dari usaha peternakan. Ketersediaan alat dan mesin peternakan yang dimiliki responden di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini.

Tabel 12 Ketersediaan alat dan mesin peternakan di lokasi penelitian No Ketersediaan

Alat dan Mesin Peternakan

Kelompok Peternak Non Kelompok Peternak Jumlah (Orang) Persentase (%) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 Ada 4 6,67 - - 2 Tidak Ada 56 93,33 60 100 Total 60 100 60 100

Responden kelompok peternak yang memiliki alat dan mesin peternakan sebanyak 4 orang atau sebesar 6,67 persen dan sebanyak 56 orang peternak atau

39 sebesar 93,33 persen peternak tidak memiliki mesin peternakan, sedangkan responden non kelompok peternak tidak memiliki alat dan mesin peternakan. Peternak yang memiliki mesin pencacah rumput tersebut berasal dari bantuan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai.

11) Jumlah Ternak Sapi Potong yang dipelihara

Jumlah ternak sapi potong yang dipelihara peternak disajikan pada Tabel 13 berikut ini.

Tabel 13 Jumlah ternak sapi potong yang dipelihara responden No Jumlah Ternak

Sapi Potong yang dipelihara (ekor)

Kelompok Peternak Non Kelompok Peternak Jumlah (Orang) Persentase (%) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 2 - 3 26 43,34 29 48,33 2 4 - 5 24 40,00 22 36,67 3 6 - 7 2 3,33 3 5,00 4 8 - 9 5 8,33 4 6,67 5 ≥ 10 3 5,00 2 3,33 Total 60 100 60 100

Dari data pada Tabel 13 tersebut diatas menunjukkan responden kelompok peternak sebanyak 26 orang atau sebesar 43,34 persen memelihara ternak sapi potong sebanyak 2 – 3 ekor, sebanyak 24 orang atau sebesar 40 persen memelihara ternak sapi potong sebanyak 4 – 5 ekor, sebanyak 2 orang atau sebesar 3,33 persen memelihara ternak sapi potong sebanyak 6 – 7 ekor, sebanyak 5 orang atau sebesar 8,33 persen memelihara ternak sapi potong sebanyak 8 – 9 ekor dan sebanyak 3 orang peternak atau sebesar 5 persen memelihara ternak sapi potong 10 ekor atau lebih. Responden non kelompok peternak sebanyak 29 orang atau sebesar 48,33 persen memelihara ternak sapi potong sebanyak 2 – 3 ekor, sebanyak 22 orang atau sebesar 36,67 persen memelihara ternak sapi potong sebanyak 4 – 5 ekor, sebanyak 3 orang atau sebesar 5 persen memelihara ternak sapi potong sebanyak 6 – 7 ekor, sebanyak 4 orang atau sebesar 6,67 persen memelihara ternak sapi potong sebanyak 8 – 9 ekor dan sebanyak 2 orang peternak atau sebesar 3,33 persen memelihara ternak sapi potong 10 ekor atau lebih. Jumlah ternak sapi potong yang dipelihara responden per Kecamatan disajikan pada Tabel 14 berikut ini.

40 Tabel 14 Jumlah ternak sapi potong yang dipelihara responden per Kecamatan

No Kecamatan Kelompok Peternak Non Kelompok Peternak Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)

1 Tanjung Beringin 70 64

2 Bintang Bayu 84 68

3 Sipispis 98 83

Total 252 233

Rata-rata 4,2 3,89

Berdasarkan Tabel tersebut diatas menunjukkan kelompok peternak memelihara ternak sapi sebanyak 252 ekor dan jumlah ternak sapi yang dipelihara responden non kelompok peternak sebanyak 233 ekor. Rata-rata jumlah ternak sapi yang dipelihara kelompok peternak sebanyak 4,2 ekor dan non kelompok peternak sebanyak 3,89 ekor.

Dokumen terkait