• Tidak ada hasil yang ditemukan

TERHADAP KINERJA PNS

INDIKATOR PERAN KEPEMIMPINAN (X2)

2. Analisis Structural Equation Modelling (SEM) dengan Pendekatan Partial

Least Squares (PLS)

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah Analisis SEM dengan pendekatan PLS yang digunakan untuk melihat pengaruh langsung antar peubah kepuasan kerja dan peran kepemimpinan terhadap kinerja pegawai, serta pengaruh tidak langsung peran kepemimpinan terhadap kinerja pegawai melalui kepuasan kerja. Berdasarkan hasil analisis SEM dengan pendekatan PLS, juga akan diperoleh berbagai indikator yang benar-benar kuat dalam menggambarkan masing-masing variabel latennya.

PLS pertama kali dikembangkan oleh Herman Wold sebagai metode umum untuk mengestimasi path model yang menggunakan konstruk laten dengan

multiple indikator (Ghozali, 2008). PLS merupakan metode analisis yang

powerfull, karena dapat diterapkan pada semua jenis skala data (distribution free)

di mana tidak mengasumsikan data berdistribusi tertentu sehingga data dapat berupa nominal, kategori, ordinal, interval dan rasio. Di samping itu, pendekatan SEM dengan PLS juga tidak membutuhkan banyak asumsi dan ukuran sampel yang dibutuhkan juga tidak harus besar. Selain dapat digunakan sebagai konfirmasi teori, PLS juga dapat digunakan untuk membangun hubungan yang belum ada landasan teorinya atau untuk pengujian proposisi (Ghozali, 2008).

Pemodelan analisis jalur dalam PLS terdiri dari 3 set hubungan, yaitu : 1. Inner Model (structural model)

Inner model menspesifikasikan hubungan antar variabel laten berdasarkan teori. Model persamaannya adalah sebagai berikut:

j = Σi ji i + Σi jb b + j ………...………..…… (1)

Dimana  menggambarkan vector endogen (dependen) variabel laten, 

adalah vektor variabel eksogen, j adalah vector variabel residual, ji dan jb adalah koefisien jalur yang menghubungkan prediktor endogen dan laten eksogen sepanjang range indeks i dan b.

2. Outer Model (measurement model)

Outer Model menspesifikasikan hubungan antar variabel laten dengan indikator. Outer Model terdiri dari 2 macam mode, yaitu mode reflective

(mode A) dan mode formative (mode B). Mode reflektif merupakan relasi

dari peubah laten ke peubah indikator atau “effect”. Sedangkan mode

formative merupakan relasi dari peubah indikator membentuk peubah laten

“causal”.

Blok dengan indikator reflektif memiliki bentuk persamaan sebagai berikut: x = x  + 

y = y  +  ………...………..………. (2)

Dimana x dan y adalah indikator untuk variabel laten eksogen dan endogen. Sedangkan x dan y merupakan matrik loading yang menggambarkan koefisien regresi sederhana yang menghubungkan variabel laten dengan indikatornya. Residual diukur dengan  dan  sebagai kesalahan pengukuran. Blok dengan indikator formatif memiliki persamaan sebagai berikut:

 = y Y +  ………...………..………. (3)

Dimana ,  adalah vektor variabel eksogen, x dan y adalah koefisien regresi berganda dari variabel laten dan blok indikator, dimana  dan  adalah residual dari regresi.

3. Weight Relation

Inner dan Outer model memberikan spesifikasi yang diikuti dalam estimasi

algoritma PLS. Nilai kasus untuk setiap variabel laten di estimasi dalam PLS sebagai berikut:

ξb = ΣkbWkbXkb ………...………..……….... (4)

ηi= ΣkiWkiXki ………...………..……….... (5)

Dimana, Wkb dan Wki = k weight yang digunakan untuk membentuk estimasi

variabel laten ξb dan ηi. Estimasi variabel laten adalah linear agregat dari

indikator yang nilai weight-nya didapat dengan prosedur estimasi PLS seperti

dispesifikasikan oleh inner dan outer model dimana η adalah vektor variabel

laten endogen (dependen) dan ξ adalah vektor variabel laten eksogen (independen).

Penelitian ini menggunakan alat analisis SEM dengan pendekatan PLS untuk melihat pengaruh langsung dan tidak langsung antar peubah penelitian, yaitu pengaruh peubah kinerja (sebagai variabel laten endogenous) dan faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja (kepuasan kerja dan peran kepemimpinan) (sebagai variabel laten eksogenous). Diagram alur penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Keterangan :

  = Ksi, variabel laten eksogen

  = Eta, variabel laten endogen

 x = Lamnda (kecil), loading faktor variabel latent eksogen

 y = Lamnda (kecil), loading faktor variabel latent endogen

  = Beta (kecil), koefisien pengaruh var. endogen terhadap endogen

  = Gamma (kecil), koefisien pengaruh var. eksogen terhadap endogen

  = Zeta (kecil), galat model

  = Delta (kecil), galat pengukuran pada variabel laten eksogen

  = Epsilon (kecil), galat pengukuran pada variabel latent endogen

Operasionalisasi Variabel

Definisi dari operasional adalah sebuah definisi yang dibuat dengan kriteria spesifik sesuai dengan kriteria pengukuran dan pengujian (Cooper & Schindler 2006). Variabel yang diteliti dalam penelitian ini dioperasionalisasikan ke dalam dua variabel utama, yaitu variabel eksogenous atau variabel independen dan variabel endogenous atau variabel dependen. Secara lebih rinci operasionalisasi masing-masing variabel dalam penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 2 berikut. Tabel 2 Definisi operasional variabel dan indikator penelitian

Variabel Sub variabel Definisi Indikator Laten Endogenous:

Kinerja

Hasil kerja karyawan selama kurun waktu tertentu yang diukur dari kualitas dan kuantitas output yang dihasilkan (Bernadin, 1993)

Kualitas kerja Kegiatan yang diberikan oleh suatu organisasi kepada para pegawai dengan memperhatikan mutu, pekerjaan itu diselesaikan sesuai dengan apa yang

diperintahkan, sesuai dengan data yang akurat, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Y.01= Y.02=

bekerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.

diberikan pengetahuan untuk menjalankan pekerjaan.

Kuantitas kerja Proses untuk menetapkan jumlah jam kerja orang yang digunakan akan dibutuhkan unuk merampungkan suatu pekerjaan dalam waktu tertentu.

Y.03=

Y.04=

banyak program kerja dikerjakan sesuai dengan jadwal.

sering mengerjakan tugas tambahan disamping tugas rutin.

Ketepatan waktu Waktu penyelesaian tugas (pekerjaan) sesuai dengan waktu yang diberikan.

Y.05= Y.06=

menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya. memanfaatkan waktu dengan baik dalam bekerja.

Efektivitas kerja Tingkatan di mana penggunaan sumber daya organisasi yang di dalamnya menyangkut

penggunaan fasilitas kantor berupa manusia, teknologi, dan keuangan untuk mendapatkan hasil yang tertinggi.

Y.07= Y.08=

merencanakan pekerjaan dengan baik.

melakukan pekerjaan secara efektif.

Lanjutan Tabel 2

Variabel Sub variabel Definisi Indikator

Kemandirian Tingkatan di mana seorang karyawan dapat melakukan pekerjaannya tanpa perlu meminta pertolongan atau bimbingan dari atasannya.

Y.09=

Y.10=

bekerja secara mandiri, sehingga tidak bergantung pada orang lain.

mampu menemukan solusi atas permasalahan dalam pekerjaan tanpa petunjuk atasan.

Komitmen Di mana seorang pegawai merasa percaya diri, punya keinginan yang baik dan bekerja sama dengan rekan kerja.

Y.11=

Y.12=

berupaya menyelesaikan tugas yang diberikan atasan dengan penuh tanggung jawab melebihi kepentingan pribadi.

mampu bekerja sama dalam sebuah tim kerja.

Laten Eksogenous:

Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja adalah hasil dari persepsi pegawai mengenai seberapa baik pekerjaan mereka memberikan hal yang dinilai penting (Luthan, 2005)

Kebijakan dan administrasi

Berhubungan dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan perusahaan, perhatian

perusahaan kepada kepentingan pegawai dan sistem penggajian.

X1.01=

X1.02=

X1.03=

kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh organisasi maupun pimpinan

menguntungkan kedua belah pihak.

administrasi keuangan yang berhubungan dengan

gaji/tunjangan sudah berjalan dengan baik.

administrasi kepegawaian yang berhubungan dengan dokumen pegawai sudah berjalan dengan baik. Supervisi Hubungan antara pimpinan dan

bawahan serta pengawasan kerja.

X1.04=

X1.05= X1.06=

sikap supportif dan positif pimpinan dalam melakukan pengawasan terhadap pekerjaan.

pimpinan memberikan bimbingan dalam bekerja. pimpinan memberikan solusi dari setiap permasalahan. Gaji/upah Besarnya gaji, kesesuaian gaji

dengan pekerjaan.

X1.07= X1.08= X1.09=

gaji/upah yang sudah sesuai dengan apa yang dikerjakan. tunjangan kinerja daerah yang diberikan sudah sesuai. tunjangan kesehatan yang diberikan sudah memadai. Hubungan antar

pribadi

Hubungan antar pegawai di organisasi.

X1.10=

X1.11=

hubungan dengan sesama rekan kerja sudah harmonis dan baik.

hubungan dengan sesama rekan kerja dapat mendorong keberhasilan/kesuksesan pekerjaan.

Lanjutan Tabel 2

Variabel Sub variabel Definisi Indikator

Kondisi kerja Meliputi lingkungan kerja, keamanan dan peralatan kerja.

X1.12= X1.13=

X1.14=

keamanan kerja terjamin. tempat kerja tidak memiliki tingkat resiko yang

berbahaya. organisasi sudah

menyediakan alat-alat kerja yang baik di tempat kerja. Keberhasilan

pelaksanaan

Tolak ukur tugas dan tanggung jawab yang diberikan dengan menggunakan standar tertentu.

X1.15=

X1.16= X1.17=

peningkatan pendapatan selalu berdasarkan prestasi kerja.

peningkatan jabatan selalu berdasarkan prestasi kerja. penilaian prestasi kerja sudah dilakukan dengan baik. Pengakuan/penghar

gaan

Pujian atas pekerjaan yang telah dilakukan dan penghargaan terhadap prestasi pegawai.

X1.18=

X1.19=

mendapatkan promosi jika melaksanakan pekerjaan dengan baik.

ucapan terima kasih pimpinan ketika menyelesaikan

pekerjaan. Pekerjaan itu

sendiri

Meliputi tugas-tugas yang diberikan, variasi dalam pekerjaan, dan kesempatan untuk belajar.

X1.20= X1.21=

X1.22=

suka/antusias dengan pekerjaan saat ini.

sudah menempatkan pegawai pada pekerjaan yang

memberikan tantangan untuk maju.

menempatkan pegawai sesuai dengan pendidikan yang dimiliki.

Tanggung jawab Dapat menanggung segala sesuatu.

X1.23=

X1.24=

diberikan tanggung jawab yang tinggi terhadap pekerjaan.

hadir tepat waktu dalam bekerja.

Pengembangan Peningkatan pengetahuan untuk melakukan pekerjaan di masa yang akan dating.

X1.25= X1.26= X1.27= kesempatan mengikuti pendidikan. kesempatan mengikuti pelatihan.

kesempatan untuk mengambil keputusan bagi penyelesaian pekerjaan.

Peran Kepemimpinan

Pemimpin (manajer) yang berorientasi peningkatan kemampuan berfokus pada pengembangan ketrampilan-ketrampilan pegawai untuk meningkatkan kualitas kinerja pegawai (Chalagalla & Shervani, 1998)

Mencontohkan Caranya (Modelling

The Way)

Pimpinan dapat mencontohkan perilaku yang diharapkan dari orang lain secara efektif.

X2.01=

X2.02=

X2.03=

memberikan contoh dalam mematuhi

peraturan/pelaksanaan disiplin.

memberikan keyakinan yang tinggi dalam menjalankan tugas.

memperbaiki sikap jika melakukan kesalahan.

Lanjutan Tabel 2

Variabel Sub variabel Definisi Indikator

Menginspirasi Visi Bersama (Inspiring

a Shared Vision)

Pimpinan menginspirasi visi & mengkomunikasikan melalui bahasa yang jelas dan ekspresif.

X2.04= X2.05= X2.06=

melibatkan pegawai untuk menentukan visi organisasi. mengkomunikasikan visi. memberikan arahan bekerja sesuai visi.

Menantang Proses

(Challenging The

Process)

Pimpinan mengenali ide-ide bagus, mendukung ide tersebut dan ketersediaannya untuk menantang sistem kerja yang ada dan penggunaan sistem baru.

X2.07= X2.08= X2.09=

penggunaan metode baru untuk menyelesaikan masalah. memberikan pekerjaan di luar rutinitas.

bersedia mengambil resiko. Memungkinkan

Orang Lain Bertindak

(Enabling Other to

Act)

Pemimpin membuat bawahan merasa kuat dan mampu, sehingga dapat memberikan kinerja yang baik dan setia dalam jangka waktu yang lama.

X2.10=

X2.11= X2.12=

menciptakan suasana saling percaya, saling menghormati dan menghargai.

melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan. menanamkan sikap positif kepada bawahan.

Menyemangati Jiwa

(Encouraging The

Heart)

Tindakan tulus yang dilakukan pimpinan untuk memperdulikan bawahan, sehingga dapat mengangkat semangat dan membuat orang terus maju.

X2.13= X2.14= X2.15=

memberikan semangat kepada bawahan.

memberikan pujian.

merayakan keberhasilan suatu program kerja.

Sumber : Dikembangkan untuk penelitian ini, 2013

Hasil dan Pembahasan Sejarah Terbentuknya Diskominfomas DKI Jakarta

Humas dibentuk pada Tahun 1962, di mana Walikota Jakarta Raya saat itu, Soemarno acap kali berpidato tanpa teks. Urusan catat mencatat pidato kemudian menjadi tanggung jawab jabatan penerangan DKI Jakarta Raya yang dikepalai oleh Soemarno Hadisoemantoro. Lalu ia pun menunjuk Syariful Alam selaku Kepala Bagian Penerangan dan Publisitas untuk mengemban tugas tersebut.

Seiring dengan berjalannya waktu, maka tugas pun berkembang. Dari tugas pencatat pidato Walikota DKI Jakarta berkembang dengan keharusan menyebarkan pidato tersebut ke pihak pers, hingga melayani pers dengan informasi tentang kebijakan Walikota DKI Jakarta. Setelah berada di bawah gubernur Ali Sadikin, Tahun 1966, Humas dilembagakan. Syariful Alam menjadi Kepala Bagian Humas, di bawah Biro II (Biro Kepala Daerah) dipimpin oleh Ir. Wardiman Djojonegoro. Saat itu Humas bekerja dengan lima orang staf. Masing- masing bertugas sebagai petugas realease, juru kamera TV, juru foto, petugas kliping dan petugas administrasi. Mereka melayani sekitar 30 orang wartawan.

Selama dua periode kepemimpinan Gubernur Ali Sadikin (1966 – 1977), jumlah karyawan Humas bertambah karena kegiatan internal maupun eksternal kian meningkat. Didukung situasi dan kondisi serta kedekatan Humas dengan pucuk pimpinan (gubernur), Humas waktu itu cukup disegani, baik oleh jajaran Pemda sendiri, maupun pihak instansi luar, seperti sipil/swasta ABRI. Hubungan dan kerjasama dengan pihak media massa cetak maupun elektronik sangat baik. Sebagai indikator, terlihat seringnya pemberian media cetak saat itu,

menempatkan berita kegiatan, kebijakan Gubernur pada halaman utama sebagai berita utama.

Berdasarkan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2001, seluruh unit yang ada di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengalami perubahan, tidak terkecuali Biro Humas yang berganti nama manjadi Biro Humas Dan Protokol. Biro Humas dan Protokol merupakan penggabungan dua unit kerja yang ada sebelumnya (yang diatur dalam Perda No. 10 Tahun 1992), yaitu Biro Humas dan sebagian tugas dan fungsi dari Biro Administrasi Pimpinan dan Protokol (APP). Sebagian lain dari tugas dan fungsi Biro APP dilebur ke dalam Biro Umum. Untuk Biro Humas dan Protokol ini, berdasarkan surat keputusan Gubernur No. 2264 Tahun 2001, tanggal 19 September 2001, Drs. Muhayat tetap menjadi Kepala Biro.

Untuk meningkatkan Pelaksanaan Daerah yang berorientasi pada pelayanan publik dan pengembangan informasi serta memperhatikan kewenangan Pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonomi berdasarkan UU No. 22/1999, telah diterbitkan Perda Provinsi DKI Jakarta Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah, maka dibentuklah Diskominfomas sebagai gabungan antara Kantor Pengelola Teknologi Informasi (KPTI), Biro Humas dan Protokol (Bidang Humas) dan Dinas Perhubungan (Bidang POS dan Telekomunikasi), dengan adanya penambahan beberapa fungsi yang sebelumnya ditangani instansi lain. Diskominfomas DKI Jakarta dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.

Tugas Pokok dan Fungsi Diskominfomas DKI Jakarta

Tugas pokok Diskominfomas DKI Jakarta adalah melaksanakan urusan komunikasi, informatika, dan kehumasan.

Fungsi Diskominfomas DKI Jakarta:

1. Penyusunan, dan pelaksanaan rencana kerja dan anggaran dinas komunikasi, informatika, dan kehumasan;

2. Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan urusan komunikasi, informatika, dan kehumasan;

3. Pelaksanaan kehumasan;

4. Pengelolaan, pembinaan, dan pengembangan teknologi informasi; 5. Pengelolaan, pembinaan, dan pengembangan komunikasi;

6. Pembinaan pos dan telekomunikasi;

7. Pembinaan, dan pengembangan tenaga fungsional pranata kehumasan dan pranata komputer;

8. Pengembangan jejaring kerja kehumasan;

9. Publikasi, pelayanan informasi dan pendokumentasian kegiatan kebijakan pemerintah daerah;

10. Fasilitasi dan pengoordinasian akses publik terhadap pemerintah daerah; 11. Pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan klarifikasi sikap masyarakat

terhadap pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah; 12. Pengelolaan media cetak dan elektronik;

13. Pelayanan, pembinaan, dan pengendalian perizinan dan/atau rekomendasi usaha pos, telekomunikasi dan informatika;

14. Pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan, dan pertanggungjawaban penerimaan retribusi di bidang komunikasi dan informatika;

15. Pengawasan dan pengendalian kegiatan penyelenggaraan usaha pos, telekomunikasi dan informatika;

16. Pemberian dukungan teknis kepada masyarakat dan perangkat daerah;

17. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, barang, dan ketatausahaan dinas komunikasi, informatika, dan kehumasan; dan

18. Pelaporan, dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi.

Diskominfomas DKI Jakarta memiliki visi, yaitu “Membangun citra kota Jakarta yang nyaman dan sejahtera untuk semua”. Sedangkan misinya adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan ketersediaan berita, data, dan informasi yang mudah diakses oleh masyarakat dan/ atau media massa;

2. Meningkatkan wawasan dan kepedulian masyarakat, baik secara individual, komunal maupun institusional;

3. Mendukung terwujudnya peningkatan sarana & prasarana komunikasi dan informatika;

4. Mendukung terwujudnya peningkatan efisiensi dan transparansi birokrasi.

Struktur Organisasi Diskominfomas DKI Jakarta

Diskominfomas DKI Jakarta dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2008 dengan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Diskominfomas DKI Jakarta dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dikoordinasikan oleh Asisten Pemerintahan. Bagan susunan organisasi Diskominfomas DKI Jakarta sebagaimana tercantum dalam Lampiran 4.

Diskominfomas DKI Jakarta mempunyai struktur organisasi untuk menjalankan tugas dan fungsinya sebagai berikut:

a. Kepala Dinas;

b. Sekretariat, terdiri dari : 1. Subbagian Umum; 2. Subbagian Kepegawaian;

3. Subbagian Program dan Anggaran; 4. Subbagian Keuangan.

c. Bidang Media Massa, terdiri dari: 1. Seksi Analisa dan Monitoring Berita;

2. Seksi Kemitraan dan Kerjasama Kehumasan; 3. Seksi Penyiapan Materi dan Publikasi. d. Bidang Informasi Publik, terdiri dari:

1. Seksi Informasi Publik;

2. Seksi Penerbitan dan Media Luar Ruang; 3. Seksi Data dan Informasi Kehumasan.

e. Bidang Infrastruktur Perangkat Lunak, terdiri dari: 1. Seksi Sistem Perangkat Lunak;

2. Seksi Sistem Basis Data; 3. Seksi Telematika.

1. Seksi Manajemen Pemerintahan;

2. Seksi Manajemen Perekonomian, Keuangan, dan Administrasi; 3. Seksi Manajemen Pembangunan.

g. Bidang Infrastruktur Perangkat Keras, terdiri dari: 1. Seksi Operasi Perangkat Keras;

2. Seksi Pengelolaan Jaringan; 3. Seksi Pemeliharaan.

h. Bidang Pos dan Telekomunikasi, terdiri dari: 1. Seksi Pos;

2. Seksi Telekomunikasi.

Di setiap Kota Administrasi dan Kabupaten Administrasi dibentuk Suku Dinas Komunikasi, Informatika, dan Kehumasan. Susunan organisasi Suku Diskominfomas Kota Administrasi, terdiri dari:

a. Kepala Suku Dinas; b. Subbagian Tata Usaha; c. Seksi Kehumasan;

d. Seksi Infrastruktur Teknologi Informasi; e. Seksi Sistem Informasi;

f. Seksi Pos dan Telekomunikasi.

Susunan organisasi Suku Dinas Komunikasi, Informatika, dan Kehumasan Kabupaten Administrasi, terdiri dari:

a. Kepala Suku Dinas; b. Subbag Tata Usaha; c. Seksi Kehumasan;

d. Seksi Teknologi Informasi, Komunikasi, Pos, dan Telekomunikasi.

Identitas Responden

Sebanyak 70 kuesioner telah didistribusikan kepada PNS di lingkungan Diskominfomas, Balaikota DKI Jakarta, di mana jumlah populasinya sebanyak 179 orang PNS. Penelitian ini mengenai peran kepuasan kerja dan kepemimpinan terhadap kinerja pegawai yang merupakan refleksi dari sikap seseorang terhadap pekerjaanya dan sebagaimana dimaklumi sikap pegawai dalam memberikan jawaban sangat dipengaruhi oleh karakter masing-masing pada saat yang bersangkutan memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Sedangkan karakter seseorang erat hubungannya dengan jenis kelamin, usia, status, masa kerja, pendidikan, jenjang kepangkatan dan jabatan. Berikut ini gambaran responden berdasarkan kriteria tersebut, yaitu :

1. Responden berdasarkan jenis kelamin

Jumlah responden PNS sebanyak 70 orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Adapun identitas responden dalam penelitian ini berdasarkan jenis kelamin disajikan dalam Tabel 3. Berdasarkan tabel 3, terlihat bahwa responden dalam penelitian ini didominasi oleh laki-laki, yaitu sebanyak 40 orang (57,1%), sedangkan responden perempuan sebanyak 30 orang (42,9%). Berdasarkan observasi lapangan diketahui bahwa dominasi tugas di Diskominfomas DKI Jakarta adalah sebagai pegawai di lapangan. Salah satu contohnya dibuktikan

dengan banyaknya pegawai laki-laki yang diberikan tugas untuk meliput atau melakukan dokumentasi terhadap suatu acara yang dilakukan oleh Pemerintah DKI Jakarta.

Tabel 3 Responden Diskominfomas DKI Jakarta berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Responden

(orang) Persentase (%)

Laki-laki 40 57,1

Perempuan 30 42,9

Jumlah 70 100

Sumber : Diolah dari data primer (2012)

2. Responden berdasarkan usia

Usia PNS di Diskominfomas DKI Jakarta memiliki usia yang bervariasi antara lebih dari 24 tahun sampai 56 tahun. Adapun identitas responden berdasarkan usia disajikan dalam Tabel 4. Diketahui bahwa sebagian besar usia responden antara 24 – 31 tahun sebanyak 31 orang (44,3%), sedangkan jumlah terkecil adalah responden yang memiliki usia 40 – 47 tahun yaitu 9 orang (12,9%).

Pada tahun 2006 dan 2009 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengadakan penerimaan lowongan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), salah satunya formasi untuk Diskominfomas DKI Jakarta, di mana batas usia untuk mendaftar menjadi CPNS adalah maksimal 35 tahun. Oleh karena itu, kelompok usia 24 – 31 tahun merupakan kelompok usia yang dominan di Diskominfomas DKI Jakarta. Jenis pekerjaan di Diskominfomas DKI Jakarta juga membutuhkan beban kerja, kreatifitas dan inovasi yang tinggi, sehingga usia yang produktif diharapkan dapat mendukung operasional organisasi dan akan mampu menghasilkan kinerja yang tinggi untuk organisasi.

Tabel 4 Responden Diskominfomas DKI Jakarta berdasarkan usia Usia (tahun) Jumlah Responden (orang) Persentase (%) 24 – 31 31 44,3 32 – 39 13 18,6 40 – 47 9 12,9 48 – 56 17 24,2 Jumlah 70 100

Sumber : Diolah dari data primer (2012)

3. Responden berdasarkan status pernikahan

Status perkawinan menunjukkan PNS di Diskominfomas DKI Jakarta bermacam-macam. Ada yang sudah menikah, ada yang belum. Adapun identitas responden berdasarkan status perkawinan disajikan dalam Tabel 5 di bawah ini. Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden telah menikah sebesar 54 orang (77,1%) dan belum menikah sebesar 16 orang (22,9%).

Berdasarkan hasil dari karakteristik responden pada usia PNS, maka dengan dominasi kelompok usia 24 - 31 tahun merupakan kelompok usia yang sudah siap untuk menikah. Hal ini juga menunjukkan PNS di Diskominfomas DKI Jakarta pada umumnya telah memiliki tanggungan keluarga yang harus mereka nafkahi. Tabel 5 Responden Diskominfomas DKI Jakarta berdasarkan status pernikahan

Status Pernikahan Jumlah Responden

(orang) Persentase (%)

Menikah 54 77,1

Belum Menikah 16 22,9

Jumlah 70 100

Sumber : Diolah dari data primer (2012)

4. Responden berdasarkan masa kerja

Masa kerja seseorang dalam suatu organisasi dapat menjadi tolak ukur loyalitas pegawai dalam bekerja serta menunjukan masa baktinya. Semakin lama masa kerja seseorang dapat diasumsikan bahwa orang tersebut lebih berpengalaman dan lebih senior. Pada Tabel 6 terlihat bahwa kelompok PNS yang dominan adalah pegawai pada kelompok masa kerja 2 – 9 tahun sebanyak 40 orang (57,1%), sedangkan yang paling kecil jumlahnya adalah kelompok masa kerja 27 – 34 tahun sebanyak 4 orang (5,7%). Hal ini dikaitkan dengan penerimaan CPNS Diskominfomas DKI Jakarta yang diadakan pada tahun 2006 dan 2009, sehingga kelompok masa kerja yang dominan adalah yang termasuk baru bekerja 2 – 9 tahun.

Tabel 6 Responden Diskominfomas DKI Jakarta berdasarkan masa kerja Masa Kerja (tahun) Jumlah Responden (orang) Persentase (%) 2 – 9 40 57,1 10 – 17 11 15,7 18 – 26 15 21,5 27 – 34 4 5,7 Jumlah 70 100

Sumber : Diolah dari data primer (2012)

5. Responden berdasarkan pendidikan terakhir

Pendidikan merupakan suatu bekal yang harus dimiliki seseorang dalam bekerja dimana dengan pendidikan seseorang dapat mempunyai suatu keterampilan, pengetahuan, serta kemampuan. Dengan besarnya tuntutan jaman dan tuntutan otonomi daerah maka pendidikan saat ini dirasakan sebagai suatu kebutuhan yang paling mendasar bagi setiap manusia. Responden dengan tingkat pendidikan yang tinggi mampu bekerja dengan tingkat kesulitan dan tanggung jawab yang lebih tinggi (Robbins, 2003). Pada Tabel 7 terlihat bahwa kelompok responden berdasarkan pendidikan paling banyak adalah PNS pada kelompok

pendidikan S1 sebanyak 45 orang (64,3%) dan yang terendah adalah SMU/Sederajat sebanyak 6 orang (8,6%).

Pada penerimaan CPNS tahun 2006, Diskominfomas DKI Jakarta menerima pegawai dengan pendidikan terakhir teknik informatika S1, sedangkan pada tahun 2009 penerimaan di buka untuk lulusan S1 komunikasi. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai secara umum memiliki kesesuaian dengan jenis pekerjaan yang diterimanya, sehingga akan memudahkan individu untuk meningkatkan kinerja karena dengan pendidikan yang tinggi akan semakin cepat menerapkan cara kerja yang efektif dan efisien.

Tabel 7 Responden Diskominfomas DKI Jakarta berdasarkan pendidikan terakhir Pendidikan Terakhir Jumlah Responden

(orang) Persentase (%) SMU / Sederajat 6 8,6 S0 (D1, D2, D3) 10 14,3 S1 45 64,3 S2 9 12,8 Jumlah 70 100

Sumber : Diolah dari data primer (2012)

6. Responden berdasarkan jenjang kepangkatan

Proses karir kepangkatan di Diskominfomas DKI Jakarta berjalan dengan lancar sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Dengan

Dokumen terkait