• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA

A. Analisis Struktur

1. Struktur Penyajian Teks Asrāru `sh-Shalāt

Struktur penyajian Asrāru `sh-Shalāt terdiri dari tiga bagian. Ketiganya merupakan unsur-unsur yang membentuk satu struktur penyajian yang utuh. Struktur tersebut terdiri dari (a) Pendahuluan, (b) Isi, dan (c) Penutup. Tiga bagian tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Pendahuluan, terdiri dari A1 : Pembukaan

1) Doa dan seruan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Karya sastra berjenis sastra kitab diawali dengan doa dan seruan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal tersebut terdapat pada teks Asrāru `sh-Shalāt yang diuraikan sebagai berikut. a) Basmalah

Teks Asrāru `sh-Shalāt diawali dengan bacaan basmalah. “Bismi `l-Lāhi `r-Rahmāni `r-Rahīm” (Asrāru `sh-Shalāt, hlm. 1).

b) Hamdalah

Bacaan hamdalah merupakan bentuk puji-pujian kepada Allah Swt.

commit to user

“Al-hamdu li `Lāhi / hadanā [illā] syirātha `l-mustaqīm. Bermula segala puji-puji <puji>an/ tertentu bagi Allah Tuhan yang menujuki kami jalan yang betul.( Asrāru `sh -Shalāt, hlm. 1).

2) Ajaran Takwa bagi pembaca.

“Kumulai risalah ini dengan nama Allah yang amat murah / pada si pemberi rezeki akan hamba-Nya yang mukmin dan kafir / dalam dunia ini lagi yang amat mengasihani akan segala hamba- / Nya yang mukmin dalam negeri akhirat itu.” (Asrāru `sh-Shalāt, hlm. 1).

3) Salawat kepada Nabi Muhammad shallā `l-Lahu „alaihi wa sallam, keluarganya, dan para sahabatnya.

/--- Dan mengucap / salawat kami atas penghulu kami segala nabi yaitu Muhammad / yang (wa) pilihan. Wa „alā ālihī wa shahbihī// wa shall«ā» „alā sayyidi `l-anbiyāi Muhammaddi `l-musthofā<`l muh> / `l-muhtāj. Dan mengucap salawat kami atas / penghulu kami segala nabi yaitu Muhammad yang pilihan. Wa „alā/ ālihā wa shahbihī `l-muhājirina [wa] `l-anshār. Dan <a> / atas segala keluarganya dan segala sahabatnya yang [muha]jirdan / (adan) anshār. (Asrāru `sh-Shalāt, hlm. 1–2).

B1 : Kata “wa ba‟du” yang diterjemahkan “Dan adapun kemudian dari itu” tidak ditemukan dalam teks Asrāru `sh-Shalāt.

C1 : Kepengarangan

Nama pengarang dan judul teks tidak terdapat dalam awal teks. Hal-hal yang berkaitan dengan kepengarangan hanya ditulis pada kolofon.

b. Isi, terdiri dari

A2 : 1) Uraian mengenai sembahyang dalam bentuk tanya-jawab, yang diuraikan menjadi seperti berikut.

commit to user

a) Penjelasan sembahyang sebagai ketentuan yang berasal dari Allah Swt., dilanjutkan dengan makna dan kedudukan sembahyang sebagai tiang agama.

b) Penjelasan mengenai siapa yang mengerjakan sembahyang. c) Penjelasan jumlah rakaat sembahyang subuh, zuhur, asar,

magrib, dan isya.

d) Penjelasan mengenai tiga belas rukun sembahyang, dilanjutkan dengan penjelasan mengenai niat sembahyang. e) Penjelasan tentang ditetapkannya waktu-waktu salat subuh,

zuhur, asar, magrib, dan isya.

2) Uraian mengenai ma‟rifatu`l-Lāh disajikan dengan bentuk tanya-jawab, seperti berikut.

a) Faedah Islam, iman, tauhid yang dilanjutkan dengan faedah syariat, tarekat, dan hakikat.

b) Penjelasan tentang kenyataan tubuh, hati, ruh, dan sirr. c) Penjelasan sebab Allah menjadikan insan.

d) Persoalan makanan tubuh, hati, ruh, dan sirr.

e) Persoalan mengenai pengetahuan akan zat, sifat, asma, dan

af‟al Allah.

c. Penutup, terdiri dari

commit to user

“Inna `l-Lāha yan fa„unna bibakartihi fidunya wa `l-ahirati. (Asrāru `sh-Shalāt, hlm. 36).

B3 : Kata “tamat”

Keterangan tersebut dapat dilihat pada kuitpan berikut. Inna `l-Lāha yan fa„unna bibakartihi fidunya

wa `l-ahirati. Tamat risalah / ini yang dinamai/

akan dia Asra[r] `sh-Shalat waktu duha pada hari sabat / amin ya rabba „alamin.

(Asrāru `sh-Shalāt, hlm. 36).

Tempat penyajian teks teks Asrāru `sh-Shalāt terdiri dari 36 halaman, yakni 2 halaman (halaman 1–2) sebagai pendahuluan, 35 halaman (halaman 2–36) sebagai isi, dan 1 halaman (halaman 36) sebagai penutup. Berdasarkan uraian tersebut, selanjutnya struktur penyajian teksnya dapat disusun dalam bentuk skema seperti berikut.

I II

A1 (a – b – c) A2 (a – b) III

A3– B3

2. Gaya Penyajian Asrāru `sh-Shalāt

Gaya penyajian merupakan gaya pengisahan pengarang dalam menyampaikan cerita, pikiran atau pendapatnya. Gaya pengisahan teks Asrāru `sh-Shalāt menggunakan bentuk interlinier. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

commit to user

Teks Asrāru `sh-Shalāt diawali dengan pembukaan berupa bacaan basmalah, dilanjutkan dengan puji-pujian kepada Allah Swt., salawat kepada Nabi Muhammad saw., keluarganya dan para sahabatnya. Keseluruhannya itu ditulis dalam bahasa Arab, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu. Struktur ini terus digunakan oleh pengarang sampai akhir karangan, seperti pada penulisan firman Allah Swt. dan hadis Nabi Muhammad saw., yang dapat dilihat pada penggalan teks berikut.

“Syahdan / barang [sia]pa sembahyang diketahui ilmu yang zhahir, maka sahlah pada / jua tiada sempurna pada hakikatnya seperti sabda nabi shallā / `l-Lāhu „alaihi wa sallam:

“Wa man «„abbada `l-isma» dūnu `l-ma‟nā / faqad kafar”. Dan barang siapa sembahyang tatkala takbira / tu `l-ihrām dikatanya Allahu Akbar dan tiada dalam hatinya // suatu jua pun adalah seolah-olah menyemah nama / maka yaitu kufur tiada sah sembahyang. “Wa man «„abbada»/ `l-ma‟nādūnu `l-asma fahuwa munafīq”. Dan / barang siapa menyemah ma‟nā tiada dengan nama maka / yaitu munafik. Yakni barang siapa sembahyang tatka[la] / takbiratu `l-ihrām dikatanya Allahu Akbar pada hatinya / jua tiada pada mulutnya maka yaitu munafik tiada / sah sembahyang.” (Asrāru `sh-Shalāt, hlm. 2).

Pada bagian isi, pengarang menyampaikan dua pembahasan, yakni pembahasan mengenai sembahyang dan ma‟rifatu `l-Lāh. Pada pembahasan sembahyang, pengarang menguraikan sempurnanya sembahyang dengan mengetahui ilmu yang zhahir dan yang bāthin. Hal pertama yang diterangkan adalah soal sembahyang sebagai ketentuan yang berasal dari Allah Swt., dilanjutkan dengan makna dan kedudukan sembahyang sebagai tiang agama. Setelah itu pembahasan mengenai sembahyang disajikan dalam bentuk tanya jawab. Pada permulaan pembahasan, selalu diawali dengan kalimat tanya yang diteruskan dengan jawaban. Contohnya sebagai berikut.

commit to user

“Soal sembahyang <se> / sehari semalam lima waktu itu siapa asal yang / mengerjakan dia?

Jawab: adapun sembahyang subuh dua rakaat / Nabi Allah Adam „alaihi sallam. Kedua sembahyang waktu / zuhur empat rakaat awal mengerjakan dia Nabi Ibrahim [„alaihi sallam].” (Asrāru `sh-Shalāt, hlm. 8).

“Soal apa sebab sembahyang subuh dua rakaat dan sembahyang / zuhur empat rakaat dan sembahyang asar empat rakaat / dan sembahyang magrib tiga rakaat dan sembahyang isya / empat rakaat dan sembahyang subuh dua rakaat dan / sembahyang witir serakaat? Jawab: bahwasanya sabda / Rasulullah shallā `l-Lāhu „alaihi wa sallam, ia kepada sahabatnya / Abu Bakar, dan Umar, dan Ustman, dan Ali mereka itu bertanya.” (Asrāru `sh-Shalāt, hlm. 9).

Demikian seterusnya sampai pada akhir teks, termasuk dalam pembahasan mengenai ajaran ma‟rifatu `l-Lāh, yakni jalan yang ditempuh seorang sufi untuk mengenal Allah. Contohnya sebagai berikut.

“Syahdan pada menyatakan syahadat dan taharah dan / sembahyang dan puasa dan zakat dan naik / haji dan sekayanya wajib ketahui supaya sempurna / jalan tiga perkara itu, yakni jalan syariat, / dan jalan tarekat, dan hakikat.” (Asrāru `sh-Shalāt, hlm. 26).

“Soal apa / faedah Islam dan iman dan tauhid <dan> / dan makrifat? Jawab: Adapun faedah Islam (dan) / itu akan memasukkan ke dalam syarikat. Dan faedah iman / itu akan rukyatu `l-Lah Taala. Dan tauhid itu muntahī / yang „inabah Allah. Dan faedah makrifat itu akan mengenal / antara qadim dan muhadist-nya tiadalah ia jadi bertukar-tukar / dan bersamaan antara keduanya itu.” (Asrāru `sh-Shalāt, hlm. 31).

“Soal apa sebab Allah Taala menjadikan insan? /

Jawab: Karena Allah hendak menyatakan qadim dan / muhadist-nya, dan lagi Allah Taala hendak menyempurnakan / sifat rahman dan sifat rahim-Nya kepada insan.” (Asrāru `sh-Shalāt, hlm. 32).

Bagian akhir, teks Asrāru `sh-Shalāt diakhiri dengan doa kepada Allah Swt. dalam bahasa Arab dan ditutup dengan kata “tamat”, seperti berikut.

commit to user

“Inna `l-Lāha yan fa„unna bibakartihi fidunya wa `l-ahirati. Tamat risalah /ini yang dinamai/ akan dia Asrā[ru] `sh-Shalāt...” (Asrāru `sh -Shalāt, hlm. 36).

3. Pusat Penyajian Asrāru `sh-Shalāt

Pusat penyajian merupakan pembahasan yang disampaikan oleh pengarang. Dalam teks Asrāru `sh-Shalāt pengarang memberikan penjelasan mengenai permasalahan sembahyang serta ajaran-ajaran yang perlu dilakukan sesorang untuk mengenal Allah. Semua pengisahan teks adalah pengarang itu sendiri. Pengarang sebagai orang yang menyampaikan cerita atau ajaran tersebut menjadi pusat atau titik pandang cerita yang menyampaikan cerita atau ajaran kepada orang lain (Siti Chamamah Soeratno, et.al. 1982:172).

Teks Asrāru `sh-Shalāt merupakan salah satu jenis teks yang berupa monolog, meskipun penulisannya disampaikan dalam bentuk dialog (tanya-jawab). Dalam teks ini, pengarang berperan sebagai guru kepada pembacanya, yakni kaum Islam yang ingin mengenal Allah dengan jalan sufi. Ajarannya lebih difokuskan pada pengenalan sembahyang yang disertai uraian ma‟rifatu l-Lāh.

Pengarang memiliki peran yang sangat besar, meskipun posisi pengarang bersembunyi di balik tokoh-tokohnya. Melalui tokoh-tokoh tersebut pengarang berusaha memberikan berbagai gambaran kepada pembaca dengan mencontohkan dalam bentuk dialog perihal ajaran-ajaran atau cara ibadah yang dilakukan oleh seorang sufi. Pengarang berharap dengan cara demikian pembaca kan lebih mudah memahaminya. Dengan kata lain, metode penyajian yang digunakan cenderung kepada metode orang ketiga objektif. Perhatikan pengalan teks berikut.

commit to user

“Soal apa sebab sembahyang subuh dua rakaat dan sembahyang / zuhur empat rakaat dan sembahyang asar empat rakaat / dan sembahyang magrib tiga rakaat dan sembahyang isya / empat rakaat dan sembahyang subuh dua rakaat dan / sembahyang witir serakaat? Jawab: bahwasanya sabda / Rasulullah shallā `l-Lāhu „alaihi wa sallam, ia kepada sahabatnya / Abu Bakar, dan Umar, dan Ustman, dan Ali mereka itu bertanya.” (Asrāru `sh-Shalāt, hlm. 9).

“Maka sembah // Sayyidinā Ali, ya Rasulullah apa sebab sembahyang / zuhur empat rakaat?” (Asrāru `sh-Shalāt, hlm. 10).

4. Gaya Bahasa Asrāru `sh-Shalāt

a. Kosa Kata

Teks Asrāru `sh-Shalāt merupakan sastra kitab yang banyak menggunakan kosa kata Arab. Berikut ini kosa kata Arab yang terdapat dalam teks tersebut.

1) Kosa kata Arab dalam teks Asrāru `sh-Shalāt yang sudah diserap dalam bahasa Indonesia.

1. „abd : abdi 2. „arif : arif 3. „ashr : asar 4. af`āl : af'al 5. akbar : akbar 6. amr :amar 7. arwāh : arwah 8. ashl : asal 9. asmā' : asma 10.asrār : asrar 11.awliyā' :aulia 12.awwal : awal 13.bāthin : batin 14.bayān : bayan 15.dha`īf : daif 16.dunyā : dunia 17.fāidah : faedah 18.faqr : fakir 19.fana‟ : fana 20.fardlu : fardu 21.ghaib : gaib 22.hādlir : hadir

commit to user 23.hājāt : hajat 24.haqiqa : hakikat 25.hāram : haram 26.haul : haul 27.hayawān : hewan 28.hidāyah : hidayah 29.„ibada : ibadah 30.ikhlas : ikhlas 31.ikhwānī : ihwani 32.„ilmun : ilmu 33.insan : insan 34.iradat : iradat 35.istighfar : istigfar 36.jawāb : jawab 37.jima‟ : jimak 38.khianat : khianat 39.qudrat : kodrat 40.ma‟rifat : makrifat 41.ma‟nā : makna 42.mu‟min : mukmin 43.munafiq : munafik 44.murād : murad 45.nahi : nahi 46.qalb : kalbu 47.rizq : rezeki 48.sabab : sebab 49.shalah : salat 50.shifat : sifat 51.sirr : sir 52.suāl : soal 53.syari‟at : syariat 54.thaharah : taharah 55.tahlil : tahlil 56.ta‟zim : takzim 57.thama‟a : tamak 58.tamma : tamat 59.tariqa : tarekat 60.tasbih : tasbih 61.tauhid : tauhid 62.tawadhu‟ : tawadhu 63.wadī : wadi 64.wājib : wajib 65.waqt : waktu 66.wāshil : wasil 67.wujūd : wujud 68.ya`nī : yakni 69.yaqīn : yakin 70.zakat : zakat

commit to user

71.zhahir : lahir 72.zhikir : zikir

2) Kosa kata Arab dalam teks Asrāru `sh-Shalāt yang belum diserap dalam bahasa Indonesia.

1. „inabah 2. ahadiyyah 3. asghar 4. Iththāha 5. ma„ānī 6. ma‟nawiyah 7. mu„ayanah 8. mu„ayanah 9. mubtadi 10.mubtadi 11.muhīth 12.muhtaj 13.muqābalah 14.muqāranah 15.murāqabah 16.mushali 17.musyāhadah 18.mutawasith 19.qashad 20.qaulī 21.qu„ud 22.salbiyah 23.ta„ayyun 24.ta‟radl 25.tabdil 26.taqarubi 27.tashawwur 28.wahidiyyah

commit to user

b. Ungkapan

Ungkapan merupakan ungkapan-ungkapan khusus dalam bahasa Arab yang menjadi ciri khas karya-karya dalam jenis sastra kitab. Ungkapan-ungkapan khusus tersebut juga terdapat dalam teks Asrāru `sh -Shalāt, seperti berikut.

1) Taala

Ungkapan Taala senantiasa mengiringi kata Allah. Ungkapan

Allah Taala yang berarti “Allah Maha Tinggi”. Ungkapan ini

menunjukkan kekuasaan Allah yang tidak ada tandingannya.

...maqām tabdil artinya tawakal kepada Allah / Taala serta menafilah insan, hanyalah wujud Allah / Taala...” (Asrāru `sh -Shalāt, hlm. 13).

2) Shallā `l-Lāhu „alaihi wa sallam

Ungkapan ini ditujukan kepada Nabi Muhammad, yang berarti

“semoga salawat dan salam tercurah kepadanya”. Ungkapan tersebut diucapkan setelah mengucap nama “Nabi Muhammad”, kata “nabi” atau “nabi Allah”, seperti berikut.

“...berfirman Allah Taala akan / Nur Muhammad shallā `l-Lāhu / „alaihi wa sallam tatkala belum lagi ada / kenyataan segala suatu yang lain...” (Asrāru `sh-Shalāt, hlm. 8).

“Dan waktu asar itu dan magrib keluar daripada / dada nabi Allah shallā `l-Lāhu „alaihi wa sallam. Dan / waktu isya itu keluar daripada «a»nggota nabi Allah / shallā `l-Lāhu „alaihi wa sallam. Dan waktu subuh itu / keluar daripada ubun-ubun nabi shallā `l-Lāhu „alaihi wa sallam.” (Asrāru `sh-Shalāt, hlm. 26).

commit to user

3) „alaihi sallam

Ungkapan ini ditujukan kepada nabi-nabi Allah, yang berarti

“damai padanya”, seperti berikut.

“...adapun sembahyang subuh dua rakaat / Nabi Allah Adam „alaihi sallam. Kedua sembahyang waktu / zuhur empat rakaat awal mengerjakan dia Nabi Ibrahim [„alaihi sallam]. // Ketiga sembahyang waktu asar empat rakaat itu / mengerjakan dia Nabi Allah Yunus „alaihi sallam. / Keempat sembahyang waktu magrib tiga rakaat awal yang / mengerjakan dia Nabi Allah Isa „alaihi sallam. Kelima / sembahyang waktu isya empat rakaat awal menger<jaka> / jakan dia Nabi Allah Musa „alaihi sallam.”

(Asrāru `sh-Shalāt, hlm. 7–8).

4) Sayyidinā

Ungkapan ini dalam bahasa Arab berarti “tuan kami”.

Ungkapan tersebut digunakan untuk menghormati nama sahabat nabi.

“Maka sembah Sayyidinā Ali, ya Rasul / Allah apa sebab (semyaham) sembahyang isya empat / perkara?” (Asrāru `sh -Shalāt, hlm. 10).

“Maka sembah Sayyidi // Ali, ya Rasulallah apa sebab sembahyang asar empat / rakaat?” (Asrāru `sh-Shalāt, hlm. 11).

“Maka sembah <Sa>/ Sayyidinā Ali ya Rasulallah apa [sebab] sembahyang magrib itu / tiga rakaat?” (Asrāru `sh-Shalāt, hlm. 11).

“Maka sembah Sayyidinā Ali, ya Rasul / Allah apa sebab (semyaham) sembahyang isya empat / perkara?” (Asrāru `sh -Shalāt, hlm. 12).

commit to user

5) Radli `l-Lāhu „anhu

Ungkapan ini dijutukan kepada Imam Ghazali sebagai umat yang berbakti pada tuntunan nabi. Ungkapan tersebut berarti “semoga Allah Taala meridhainya”

“...itulah keadaan diri kita karena apabila nyatalah diri / kita, maka nyata-nyata Tuhan, kata Imam Ghazali radli `l-Lāhu / „anhu.”

(Asrāru `sh-Shalāt, hlm. 24).

6) Wa `l-Lāhu a‟lam

Ungkapan Wa `l-Lāhu a‟lamberarti“hanya Allah yang Tahu”.

Ungkapan ini digunakan untuk menunjukkan kekuasaan Allah yang amat besar.

“...Dan “ra” itu maqām maliki, isyarat // akan sifat ma‟nawiyah. Wa `l-Lāhu a‟lam.” (Asrāru `sh-Shalāt, hlm. 23).

c. Sintaksis

Karya sastra khususnya sastra kitab banyak ditulis dengan cara diterjemahkan langsung secara harfiah. Teks sastra kitab banyak dipengaruhi oleh struktur sintaksis Arab. Hal tersebut seperti dikemukakan oleh John (dalam Siti Chamamah Soeratno, et. al. 1982:183) bahwa pada umumnya para penulis sastra keagamaan berpikir dalam bahasa Arab. Hal tersebut dikarenakan Alquran dan hadis sebagai sumber utama agama Islam dan ditulis dalam bahasa Arab.

Pengaruh sintaksis bahasa Arab dapat dilihat dari ciri penulisan yang tampak seperti diterjemahkan langsung, yang berupa interlinier dari kalimat-kalimat Arab. Perhatikan contoh berikut.

commit to user

“Al-hamdu li `Lāhi / hadanā [illā] syirātha `l-mustaqīm. Bermula segala puji-puji <puji>an / tertentu bagi Allah Tuhan yang menujuki kami jalan yang betul.” (Asrāru `sh-Shalāt, hlm. 1).

“Wa „alā ālihī wa shahbihī // wa shallī „alā sabbidi `l-anbiyāi Muhammaddi `l-musthofā<`l muh>/ `l-muhtāj. Dan mengucap salawat kami atas / penghulu kami segala nabi yaitu Muhammad yang pilihan.(Asrāru `sh-Shalāt, hlm. 1–2).

Dalam bahasa Arab terdapat penggunaan kata wa ( ) yang berarti

“dan”, li ( ) yang bermakna “bagi”, dan fa ( ) yang artinya “maka”.

Penggunaan ketiga kata tersebut juga terdapat dalam teks Asrāru `sh -Shalāt yang dapat dijelaskan sebagai berikut.

1) Dan

Kata “dan” dalam struktur sintaksis bahasa Arab biasa

digunakan untuk mengawali kalimat, sedangkan dalam bahasa Melayu

kata “dan” sendiri tidak pernah dipakai untuk membuka kalimat.

Namun, pada teks Asrāru `sh-Shalāt, “dan” digunakan sebagai kata tumpuan. Misalnya :

“...Adapun tempat mani itu dalam / tulang dan sendi. Setelah keluarlah ia daripada tempat / itu dalam nikmat, maka jatuh ke dalam rahim perempuan / atau barang sebagainya dan yang dinamai itu yaitu (nar) / nur Allah. Dan Nur Muhammad pun namanya. Dan keluarnya / itu daripada sebab syahwat yang zhahir atau syahwat / yang terbua«t». Dan adalah syahwat itu daripada mazhahir / sifat jalalla dan m.ng.n.k.m itu yaitu semata-mata l.n / ialah m.ng.n.k.m namanya lagi lengkap segala masail ilmu / dalamnya.” (Asrāru `sh-Shalāt, hlm. 12).

Pemakaian kata “dan” tidak hanya sebagai kata tumpuan, namun juga sebagai kata penghubung. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.

commit to user

“Dan jikalau ada ia / daripada orang yang mutawasith, takbirnya Allah, takbirnya / akbar “Allahu Akbar” hadir, dan hadir di sini nyatalah / fana-Nya, af„al kepada af„al Allah, dan sifat-Nya / kepada sifat Allah, zat-Nya kepada zat Allah.” (Asrāru `sh-Shalāt, hlm. 19).

“Syahdan pada menyatakan syahadat dan taharah dan / sembahyang dan puasa dan zakat dan naik / haji dan sekayanya wajib ketahui supaya sempurna / jalan tiga perkara itu, yakni jalan syariat, / dan jalan tarekat, dan hakikat.” (Asrār `sh-Shalāt, hlm. 26).

2) Bagi

Ronkel (dalam Siti Chamamah Soeratno, et. al. 1982:184) berpendapat bahwa kata “bagi” dipakai sebagai penunjuk kepunyaan

yang berarti milik. Kata tersebut juga ditemukan dalam teks Asrāru `sh-Shalāt seperti berikut.

“Adapun shalat maqām kala bagi segala abdi dan jati bagi / segala salik dan memuji bagi segala arif seperti / sabda nabi shallā `l-Lahu „alaihi wa sallam “La tuqbalu `l-a‟ma [la illā] `sh-shallah”. Tiada terima Allah Taala akan segala amal / yang lain melainkan dengan sembahyang itu.” (Asrāru `sh-Shalāt, hlm. 4).

3) Maka

Pemakaian kata “maka” dalam bahasa Melayu juga berfungsi

sebagai kata tumpuan. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.

Maka tatkala itu sujudlah ia akan mengesakan Tuhannya / kira-kira lima ratus tahun lamanya. Maka itulah difardukan atasnya / segala umatnya mengerjakan sembahyang lima waktu pada sehari

semalam.” (Asrāru `sh-Shalāt, hlm. 9).

Maka sabdanya karena tajalli Tu / han itu dengan empat perkara.

Pertama wujud. Kedua / ilmu. Ketiga nur. Keempat syuhud. Maka yang wujud / itu isbat pada menyata[kan] ta„ayyun zat karena jika tiada / wujud, zat pun tiada nyata. Maka [yang] ilmu itu isyarat / pada menyatakan ta„ayyun sifat karena jika tiada ilmu,

commit to user

sifat/ pun tiada. Maka yang nur itu isyarat pada menyatakan / ta„ayyun asma karena jika tiada nur, asma pun tiada / nyata. Maka

yang syuhud itu pada menyatakan ta„ayyun af„al / karena jika tiada syahwat, fi„il pun tiada nyata.” (Asrāru `sh-Shalāt, hlm. 10).

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa sastra kitab banyak tepengaruh struktur sintaksis bahasa Arab.

d. Sarana Retorika

Retorika merupakan suatu istilah yang secara tradisional diberikan pada suatu teknik pemakaian bahasa sebagai seni, yang didasarkan pada suatu pengetahuan yang tersusun baik (Gorys Keraf, 2007:1). Sarana retorika merupakan salah satu cara yang digunakan oleh pengarang untuk menyampaikan idenya melalui gaya bahasa. Sarana retorika yang dipakai dalam teks Asrāru `sh-Shalāt sebagai berikut.

1) Gaya Penguraian

Gaya penguraian merupakan gaya bahasa yang dipakai untuk mendeskripsikan isi pikiran pengarang, yakni menguraikan gagasan secara terperinci. Gaya bahasa penguraian dalam teks Asrāru `sh -Shalāt digunakan untuk menjelaskan suatu perkara yang diawali dengan menggunakan kata “adapun”, “bermula”, dan “syahdan”

seperti pada kutipan berikut.

Adapun shalat maqām kala bagi segala abdi dan jati bagi / segala

salik dan memuji bagi segala arif seperti / sabda nabi shallā `l-Lāhu „alaihi wa sallam “La tuqbalu `l-a‟ma [la illā] `sh-shallah”. Tiada terima Allah Taala akan segala amal / yang lain melainkan dengan sembahyang itu.” (Asrāru `sh-Shalāt, hlm. 4).

commit to user

Kutipan tersebut menguraikan kedudukan sembahyang (salat) sebagai hukum atau ketentuan yang berasal dari Allah Swt. dan diperuntukkan kepada segala umat.

“Bermula makna / sembahyang itu yaitu sembah maka murād

daripada sembah / itu yaitu memuliakan dan memesarkan dan mengangkatkan / dan berbuat [a]kan yang disuruh akan Allah Taala dan Nabi shallā `l-Lāhu „alaihi wa sallam dan menjauhi segala larangan.” (Asrāru `sh-Shalāt, hlm. 4).

Kutipan tersebut menguraikan tentang makna sembahyang dan maksud sembahyang.

Syahdan ushali itu menyatakan(wa) / qashad itu yaitu tiada ia

mati, maka dinamai akan dia / niat. Maka itu sebenar-benar diri kita. Dan fardlu / itu menyatakan ta„radl itu menyatakan berhenti segala / rukun tiga belas. Maka niat itu antara ruh / dan badan manusia. Dan zhuhri itu akan ta„yyin / itulah keadaan diri kita karena apabila nyatalah diri / kita, maka nyata-nyata Tuhan, kata Imam Ghazali radli `l-Lāh/ „anhu.” (Asrāru `sh-Shalāt, hlm. 24).

Kutipan tersebut menguraikan tentang niat sembahyang

ushalifardluzhuhri”.

Adapun (tara) / taharah itu tiga perkara. Pertama taharah syariat.

Kedua taharah tarekat. Ketiga taharah hakikat. / Dan sembahyang pun demikian dan puasa [pun] demikian // dan zakat pun demikian dan haji pun demikian / jua.

Adapun taharah syariat itu yaitu menyucikan / najis dan hadas asghar dan hadas akbar itu / dengan air atau dengan tanah. Dan taharah tarekat / menyucikan batinnya daripada «dendam»lah dan

Dokumen terkait