Analisis terhadap usaha budidaya ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor, dilakukan untuk mengetahui skala usaha yang efisien berdasarkan struktur biaya pada ketiga skala usaha yang berbeda. Berdasarkan struktur biaya, informasi skala
usaha yang paling efisien dapat dilihat dari biaya per unit yang paling rendah. Sesuai dengan yang telah dijelaskan sebelumnya, skala usaha yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan jumlah kepemilikan akuarium.
Berdasarkan analisis struktur biaya pada usaha budidaya ikan hias air tawar tersebut, dapat diketahui struktur dan besaran biaya produksi, serta nilai titik impas. Nilai besaran biaya dan nilai titik impas dapat menjadi acuan mengenai tingkat skala usaha budidaya ikan hias air tawar yang paling efisien berdasarkan tingkat biaya dan harga yang berlaku. Biaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keuntungan dari suatu usaha. Analisis struktur biaya dalam penelitian ini dilihat berdasarkan perilaku biaya tetap dan variabel yang terdapat pada masing-masing usaha. Komponen-komponen biaya tersebut selanjutnya diuraikan secara terpisah, kemudian dilihat menurut biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing komoditi ikan hias air tawar yang dikeluarkan per siklus produksi. Struktur biaya usaha budidaya ikan hias air tawar dilihat menurut biaya yang dikeluarkan per akuarium (Rp/A) per bulan dan biaya per ekor per bulan. Perhitungan biaya dalam penelitian ini adalah biaya rata-rata per bulan selama penelitian.
Biaya Tetap dan Biaya Variabel
Biaya tetap dan biaya variabel tetap perlu diketahui karena dapat memberikan gambaran terhadap alokasi biaya dan dapat membantu kontrol biaya yang akan dikeluarkan. Apabila diketahui terjadi pemborosan pada penggunaan salah satu atau beberapa komponen biaya variabel, maka perlu dilakukan pengurangan penggunaan komponen tersebut atau bahkan komponen tersebut tidak dipergunakan lagi. Begitu juga halnya pada biaya tetap, apabila komponen tersebut bisa dihilangkan atau dikurangi. Biaya tetap yang dikeluarkan terdiri dari Tenaga Kerja, Listrik, Biaya Perawatan mesin (Oli motor & genset), Pajak Kendaraan, PBB, pulsa, dan biaya penyusutan untuk hatchery peralatan budidaya ikan hias air tawar. Jumlah biaya tetap yang dikeluarkan tidak tergantung pada besar kecilnya volume produksi ikan hias air tawar yang diperoleh. Pembudidaya harus tetap membayarnya berapa pun jumlah produksi ikan hias air tawar yang dihasilkan usahanya.
Hatchery merupakan sebuah ruangan yang digunakan sebagai media untuk menaruh akuarium dan segala sarana penunjang kegiatan produksi budidaya ikan hias air tawar, sedangkan peralatan merupakan input produksi yang digunakan sebagai alat bantu dalam usaha budidaya ikan hias air tawar. Penyusutan hatchery
dan peralatan diperoleh dari pengurangan harga pembelian awal dengan nilai sisa, kemudian dibagi dengan umur ekonomis pada tiap komponen. Perhitungan biaya ini dilakukan atas pertimbangan bahwa produktivitas dari penggunaan hatchery
dan peralatan yang cenderung menurun setelah melewati umur ekonomisnya seiring dengan berjalannya waktu pada usaha tersebut. TYA FF memiliki nilai penyusutan per tahun sebesar Rp2 730 486, sedangkan untuk hatchery dua memiliki nilai penyusutan per tahun sebesar Rp869 561. AT FF memiliki nilai penyusutan per tahun sebesar Rp3 762 410, sedangkan untuk hatchery dua memiliki nilai penyusutan per tahun sebesar Rp2 026 563. Tirac FF memiliki nilai penyusutan per tahun sebesar Rp8 847 314. Penjelasan lebih lanjut tentang jenis
dan biaya penyusutan peralatan pada usaha budidaya ikan hias air tawar dapat dilihat pada Lampiran, sedangkan hasil perhitungan biaya tetap usaha budidaya ikan hias air tawar di tiga skala pengusahaan tertera pada Tabel 8, nominal Rp/tahun pada tiap usaha dinyatakan dalam satuan ribu (-000).
Tabel 7 Komponen biaya tetap usaha budidaya ikan hias air tawar pada tiga skala Usaha Per tahun
No Uraian
TYA FF (81 Akuarium) AT FF (158 Akuarium) Tirac FF (306 Akuarium)
Rp / Tahun Rp / Akuarium % Rp/Tahun Rp / Akuarium % Rp / Tahun Rp / Akuarium % 1 Tenaga kerja 9 000 111 111 52.33 12 000 75 949 49.85 27 000 88 235 61.98 2 Listrik 2 400 29 630 13.95 4 200 26 582 17.45 5 400 17 647 12.40 3 Perawatan mesin 1 200 14 815 6.98 600 3 797 2.49 1 200 3 922 2.75 4 kendaraan Pajak 256 3 160 1.49 147 930 0.69 180 588 0.41 5 PBB 300 1 777 0.84 360 759 0.50 384 314 0.22 6 Pulsa 600 7 407 3.49 1 200 7 595 4.98 840 2 745 1.93 7 Penyusutan Hatchery dan peralatan 3 072 44 445 20.93 5 788 36 639 24.05 8 847 28 913 20.31
Total biaya tetap 16 553 212 345 100 23 132 152 252 100 41 151 142 364 100
Biaya tetap / ekor 436 391 335
Keterangan :
Tirta Yuhana Afif Fish Farm (TYA FF) : Skala usaha kecil (81 Akuarium) Asep Tetra fish farm (AT FF) : Skala usaha menengah (158 Akuarium) Tukang Ikan Racing Fish Farm (Tirac FF) : Skala usaha besar (306 Akuarium)
Berdasarkan Tabel 8, biaya tenaga kerja per akuarium ikan hias air tawar (Rp/A) per tahun untuk masing-masing pembudidaya adalah: TYA FF Rp111 111, AT FF Rp75 949 dan Tirac FF Rp88 235, biaya tenaga kerja per akuarium yang efisien dapat dilihat dari biaya yang paling rendah dari tiap pembudidaya. Pembudidaya AT FF memiliki satu orang tenaga kerja memiliki nilai yang paling rendah diantara para pembudidaya lain, hal ini dikarenakan dalam usaha budidayanya mampu mengoptimalkan penggunaan satu orang tenaga kerja untuk mengelola akuarium budidaya sebanyak 158 unit dengan kapasitas produksi 76 600 ekor benih ikan hias air tawar. Jika dilihat dari persentasi biaya penggunaan untuk tenaga kerja terhadap total biaya tetap memiliki nilai yang sangat besar, pada masing-masing pembudidaya memiliki nilai sebesar 52.33 persen, 49.85 persen, dan 61.98 persen. Hal tersebut menunjukkan tenaga kerja adalah komponen yang sangat penting keberadaannya pada sebuah usaha budidaya ikan hias air tawar.
Biaya listrik per akuarium (Rp/A) per tahun untuk masing-masing pembudidaya: TYA FF adalah Rp29 630, AT FF Rp26 582, dan Tirac FF Rp17 647. Selain itu dapat juga dilihat persentasi biaya listrik terhadap total biaya tetap pada masing-masing pembudidaya adalah sebsesar 13.95 persen, 17.45 persen, dan 12.40 persen. Dari data tersebut memperlihatkan bahwa biaya listrik yang efisien dapat dilihat dari biaya listrik per akuarium paling rendah dan juga nilai persentasi terhadap total biaya tetap yang terjadi pada pembudidaya Tirac FF. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan produksinya pembudidaya tersebut hanya menggunakan tiga lampu neon sebagai penerangan yang diletakkan di rangka atap. Selain itu, faktor yang menyebabkan Tirac FF lebih sedikit mengeluarkan biaya untuk listrik adalah penggunaan listrik hanya untuk keperluan hatchery
untuk menunjang penggunaan 2 unit blower, dan penggunaan 1 unit pompa air untuk memenuhi kebutuhan air pada kegiatan budidaya ikan hias air tawar yang diperoleh dari sumur. Hal serupa juga dilakukan oleh pembudidaya TYA FF, lampu penerangan hanya di letakkan satu unit pada tiap hatchery dan pengambilan air sumur untuk kegiatan budidaya ikan hias air tawar menggunakan satu unit pompa air. Berbeda halnya dengan pembudidaya AT FF, pemborosan biaya listrik disebabkan karena penggunaan lampu yang lebih banyak. Pada
hatchery satu terdapat dua unit lampu neon yang di letakkan pada dua sudut ruangan, selain itu pada hatchery dua terdapat empat unit lampu neon, dua unit diletakkan pada rangka atap dan satu unit terdapat pada satu sisi ruangan gudang dan sumur serta satu unit terdapat pada ruangan teras. Penggunaan air yang berasal dari sumur juga menggunakan tenaga listrik yang dibantu dengan alat pompa air, selain itu penggunaan listrik untuk keperluan hatchery dua menyatu dengan keperluan rumah tangga.
Biaya perawatan mesin per akuarium (Rp/A) per tahun pada masing-masing pembudidaya adalah TYA FF Rp14 815, AT FF Rp3 797. Tirac FF Rp3 922. Selain itu dapat juga dilihat nilai persentasi biaya perawatan mesin terhadap total biaya tetap pada masing-masing pembudidaya adalah sebesar 6.98 persen, 2.49 persen, dan 2.71 persen. Komponen yang termasuk kedalam biaya perawatan mesin adalah biaya untuk servis dan ganti oli rutin untuk kendaraan operasional berupa sepeda motor, dan juga biaya perawatan untuk genset bagi pembudidaya yang memilikinya. Untuk biaya perawatan mesin, pembudidaya AT FF memiliki nilai yang paling efisien diantara kedua pembudidaya lainnya, sedangkan untuk nilai biaya perawatan mesin yang paling besar terdapat pada pembudidaya TYA FF. Hal tersebut dikarenakan hanya pembudidaya TYA FF yang memiliki genset dalam usaha nya, oleh karena itu biaya perawatan mesin per akuariumnya memiliki nilai yang paling besar dibanding kedua pembudidaya lainnya.
Biaya pajak kendaraan per akuarium (Rp/A) per tahun pada masing-masing pembudidaya adalah TYA FF Rp3 160, AT FF Rp930. Tirac FF Rp588, sedangkan nilai persentasi biaya pajak kendaraan terhadap total biaya tetap pada masing-masing pembudidaya adalah sebesar 1.49 persen, 0.69 persen, dan 0.41 persen. Besarnya biaya pajak kendaraan operasional untuk sepeda motor tergantung dari merk, jenis, tahun, dan kapasitas mesin. Tiap pembudidaya menggunakan motor jenis bebek, dengan tahun dan kapasitas mesin masing- masing tahun 2006 dan 100cc, tahun 2004 dan 110cc, serta tahun 2009 dan 110cc. Jika dilihat dari nilai-nilai tersebut, pembudidaya Tirac FF merupakan pembudidaya yang memiliki biaya pajak kendaraan paling efisien.
Biaya PBB per akuarium (Rp/A) per tahun pada masing-masing pembudidaya adalah TYA FF Rp1 777, AT FF Rp759. Tirac FF Rp314, sedangkan nilai persentasi biaya PBB terhadap total biaya tetap pada masing- masing pembudidaya adalah sebesar 0.84 persen, 0.50 persen, dan 0.41 persen. Komponen biaya PBB dipengaruhi oleh harga yang berlaku pada daerah masing- masing terkait pajak untuk tanah dan pajak untuk bangunan. Pada Tirac FF memiliki nilai paling rendah, hal tersebut dikarenakan nilai pajak untuk tanah dan bangunan di lokasi budidaya masih tergolong lebih murah dibandingkan dengan kedua pembudidaya lainnya.
Biaya pulsa per akuarium (Rp/A) per tahun pada masing-masing pembudidaya adalah TYA FF Rp7 407, AT FF Rp7 595. Tirac FF Rp2 745,
sedangkan nilai persentasi biaya pulsa terhadap total biaya tetap pada masing- masing pembudidaya adalah sebesar 3.49 persen, 4.98 persen, dan 1.93 persen. Biaya pulsa tergantung dari penggunaan suatu provider dan intensitas komunikasi yang dilakukan melalui telepon genggam pada masing-masing pembudidaya, komunikasi yang dilakukan oleh para pembudidaya adalah saling kirim pesan singkat dan melakukan atau menerima panggilan. Jika dilihat dari nilai biaya pulsa per akuarium (Rp/A) dan nilai persentasi biaya pulsa terhadap total biaya tetap pembudidaya Tirac FF memiliki nilai yang paling efisien, hal tersebut dikarenakan pembudidaya tersebut lebih sering berkomunikasi dengan cara saling kirim pesan singkat, selain itu pembudidaya Tirac FF juga hanya memiliki satu saluran pemasaran untuk tiap produk yang akan dijual. Sedangkan untuk pembudidaya TYA FF memiliki nilai biaya pulsa terbesar kedua diantara pembudidaya lainnya dikarenakan, selain sering berkirim pesan singkat, pembudidaya tersebut juga sering melakukan panggilan untuk melakukan kegiatan pemasaran produknya. Sebagian besar konsumen pembudidaya yang berada diluar kota mengakibatkan pembudidaya tersebut mengeluarkan lebih banyak biaya untuk menjaga komunikasi pada jaringan usahanya. AT FF memiliki nilai biaya pulsa yang paling besar diantara kedua pembudidaya lainnya, hal tersebut dikarenakan pembudidaya AT FF lebih sering melakukan panggilan kepada para konsumennya, dengan alasan merasa lebih nyaman jika berkomunikasi lewat panggilan telepon dan bisa lebih banyak memberi atau menerima informasi jika dibandingkan dengan melakukan pengiriman pesan singkat.
Biaya penyusutan hatchery dan peralatan per akuarium (Rp/A) per tahun pada masing-masing pembudidaya adalah TYA FF Rp44 445, AT FF Rp36 639 dan Tirac FF Rp28 913, sedangkan untuk nilai perssentase biaya penyusutan
hatchery dan peralatan terhadap total biaya tetap pada masing-masing pembudidaya adalah sebesar 20.93 persen, 24.05 persen, dan 20.31 persen. Sarana yang digunakan didalam hatchery juga ikut berpengaruh terhadap alokasi biaya penyusutan pada tiap pembudidaya, sarana yang dimaksud adalah blower, rak beserta akuarium, dan juga desain serta konstruksi bangunan itu sendiri. Dari data tersebut memperlihatkan bahwa biaya penyusutan hatchery terendah yakni pada pembudidaya Tirac FF. Rendahnya biaya penyusutan yang dikeluarkan oleh pembudidaya tersebut disebabkan biaya pembuatan hatchery yang lebih rendah.
Hatchery dibangun dengan desain dan konstruksi cukup sederhana (semi permanen) dengan menggunakan bahan yang tidak terlalu mahal yakni atap terbuat dari asbes dan kerangka dari kayu, selain itu rak akuarium yang digunakan pun menggunakan bahan dasar kayu. Pembudidaya AT FF memiliki nilai biaya penyusutan hatchery dan peralatan yang paling besar diantara kedua pembudidaya lainnya, hal tersebut dikarenakan kepemilikan dua unit hatchery. Desain dan konstruksi pada hatchery pertama berupa bangunan semi permanen dengan penggunaan bahan bangunan berupa batu bata, bambu, terpal dan asbes,
sedangkan untuk hatchery kedua berupa bangunan permanen dengan penggunaan
bahan bangunan berupa batu bata, rangka atap kayu besar, dan juga genteng. Selain itu pada tiap hatchery pembudidaya AT FF memiliki rak akuarium menggunakan bahan dasar besi.
Komponen biaya tetap kedua tertinggi secara berurutan seragam pada tiap pembudidaya yaitu komponen tenaga kerja serta penyusutan hatchery dan
peralatan. Pada tiap pembudidaya melakukan sistem pembayaran tenaga kerja rutin pada tiap bulan, hal tersebut yang menjadikan komponen biaya tenaga kerja menjadi yang paling penting pada komponen biaya tetap pada tiap pembudidaya. Alokasi biaya untuk penyusutan menjadi kedua yang paling penting pada komponen biaya tetap pada tiap pembudidaya, hal tersebut dikarenakan keberadaan alokasi biaya tersebut akan sangat dibutuhkan ketika para pembudidaya membutuhkan biaya untuk melakukan investasi kembali jika sarana dan prasarana sebelumnya dirasa sudah tidak menunjang lagi untuk kegiatan usaha budidaya ikan hias air tawar.
Untuk mengetahui efisiensi dari biaya tetap dapat dilihat dari total biaya tetap rata-rata per ekor yang dikeluarkan, Berdasarkan sifat biaya yang tetap dibayarkan setiap bulannya maka semakin meningkatnya jumlah akuarium yang diiringi dengan meningkatnya jumlah ikan yang dipelihara maka nilai total biaya tetap rata-rata per ekor akan semakin menurun. Total biaya tetap per ekor yang dikeluarkan oleh masing-masing pembudidaya adalah TYA FF sebesar Rp496, AT FF sebesar Rp391, dan Tirac FF sebesar Rp356, dilihat dari nilai tersebut total biaya tetap per ekor yang paling efisien adalah pada pembudidaya Tirac FF.
Biaya variabel yang dikeluarkan terdiri dari biaya Benih ikan, pakan, pupuk kandang, kebutuhan untuk pengemasan, bbm, dan obat ikan. Jumlah biaya variabel yang dikeluarkan sangat tergantung besar kecilnya jumlah ikan hias air tawar yang diproduksi. Komponen biaya varibel pada masing-masing skala tidak jauh berbeda, yang membedakan hanyalah jumlah yang digunakan pada tiap pembudidaya. Semakin banyak ikan hias air tawar yang diproduksi maka persentsase biaya variabel terhadap biaya total semakin meningkat. Perhitungan biaya variabel terdiri dari biaya variabel tunai, komponen biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 9, nominal Rp/tahun pada tiap usaha dinyatakan dalam satuan ribu (-000).
Tabel 8 Komponen biaya variabel usaha budidaya ikan hias air tawar pada tiga skala usaha per tahun
No Uraian
TYA FF (81 Akuarium) AT FF (158 Akuarium) Tirac FF (306 Akuarium)
Rp / Tahun Rp / Akuarium % Rp / Tahun Rp / Akuarium % Rp / Tahun Rp / Akuarium % 1 Benih 56 016 2 256 000 74.31 74 320 1 280 000 77.17 134 640 440 000 90.91 2 Pakan 16 040 662 745 21.28 18 960 240 000 19.69 8 060 26 340 5.44 3 Pengemasan 2 560 124 925 3.40 1 968 70 078 1.28 1 848 6 039 1.25 4 Bbm 1 092 31 812 0.83 1 144 27 009 1.08 2 184 7 137 1.47 5 Obat ikan 143 5 256 0.18 13 628 0.01 1 365 4 461 0.92
Total biaya var 75 851 3 080 738 100 192 811 1 617 714 100 148 097 483 978 100
Biaya var / ekor 1 911 1 562 1 139
Keterangan :
Tirta Yuhana Afif Fish Farm (TYA FF) : Skala usaha kecil (81 Akuarium) Asep Tetra fish farm (AT FF) : Skala usaha menengah (158 Akuarium) Tukang Ikan Racing Fish Farm (Tirac FF) : Skala usaha besar (306 Akuarium)
Biaya pembelian benih ikan hias air tawar pada pembudidaya TYA FF terdiri dari biaya pembelian benih ikan hias air tawar jenis Neon tetra, Red nose, dan Platydoras. Jumlah benih yang dibeli berbeda pada tiap jenis komoditi, untuk Neon tetra membutuhkan benih ukuran S sebanyak 35 700 ekor, dibeli dengan harga Rp110 per ekor, untuk Red nose membutuhkan benih ukluran S sebanyak 7
500 ekor, dibeli dengan harga Rp110 per ekor, untuk Platydoras membutuhkan benih ukuran ½ inch sebanyak 9 000 ekor, dibeli dengan harga Rp250 per ekor.
Biaya pembelian benih ikan hias air tawar pada pembudidaya AT FF terdiri dari biaya pembelian benih ikan hias air tawar jenis Neon tetra, dan Cynodonthis. Jumlah benih yang dibeli berbeda tiap komoditi, untuk Neon tetra membutuhkan benih ukuran S sebanyak 73 000 ekor, dibeli dengan harga Rp110 per ekor, untuk Cynodonthis membutuhkan benih ukuran ¾ inch sebanyak 3 600 ekor, dibeli dengan harga Rp350 per ekor. Sedangkan untuk pembudidaya Tirac FF, biaya pembelian benih ikan hias air tawar hanya untuk jenis Neon tetra saja. Jumlah benih ukuran S yang dibeli untuk Neon tetra sebanyak 153 000 ekor, dibeli dengan harga Rp110 per ekor.
Berdasarkan tabel 11, dapat dilihat biaya benih per akuarium pada tiap pembudidaya masing-masing sebesar Rp2 256 000, Rp1 280 000, dan Rp440 000, sedangkan nilai persentasi biaya pembelian benih terhadap total biaya variabel pada masing-masing pembudidaya adalah sebesar 74.31 persen, 77.17 persen, dan 90.91 persen. Hal tersebut menandakan komponen biaya pembelian benih merupakan yang paling besar bagiannya dan sangat penting dalam biaya variabel, karena benih merupakan komponen utama yang harus tersedia untuk keberlangsungan usaha budidaya ikan hias air tawar. Pada pembudidaya TYA FF memiliki nilai persentasi yang paling rendah pada biaya pembelian benih jika dibandingkan dengan kedua pembudidaya lainnya, hal tersebut menandakan semakin banyak komoditi ikan hias yang dibudidayakan akan menjadi semakin efisien alokasi biaya untuk pembelian benih ikan hias air tawar.
Biaya pakan pembudidaya TYA FF terdiri dari biaya pembelian cacing sutera, dan Daphnia. Jumlah pemberian pakan pada tiap komoditi berbeda jumlahnya, untuk komoditi ikan hias air tawar jenis Neon tetra membutuhkan pakan cacing sutera sebanyak 72 takar per siklus produksi, untuk satu takar mengandung 750 ml berat bersih cacing sutera, selain itu membutuhkan pakan daphnia sebanyak 72 takar per siklus produksi, untuk satu takar mengandung 250 ml berat bersih daphnia. Komoditi ikan hias air tawar jenis Red nose membutuhkan pakan cacing sutera sebanyak 15 takar per siklus, dan pakan daphnia sebanyak 15 takar per siklus. Sedangkan untuk komoditi Platydoras hanya membutuhkan pakan cacing sutera sebanyak 70 takar per siklus. Pada pembudidaya TYA FF pemenuhan kebutuhan pakan untuk kegiatan budidaya ikan hias air tawar didapat dengan cara membeli kepada pemasok cacing sutera dan toko ikan hias yang juga menjual Daphnia, untuk harga beli pakan cacing sutera seharga Rp10 000 per takar, dan Daphnia Rp5 000 per takar.
Biaya pakan pembudidaya AT FF terdiri dari biaya pembelian cacing sutera, Daphnia dan Pelet PF 800. Jumlah pemberian pakan pada tiap komoditi berbeda jumlahnya, untuk komoditi ikan hias air tawar jenis Neon tetra membutuhkan pakan cacing sutera sebanyak 146 takar per siklus produksi, untuk satu takar mengandung 750 ml berat bersih cacing sutera, selain itu membutuhkan pakan daphnia sebanyak 146 takar per siklus produksi. Sedangkan untuk komoditi Cynodonthis hanya membutuhkan pakan Pelet PF 800 sebanyak 15 Kg per siklus. Pada pembudidaya AT FF pemenuhan kebutuhan pakan untuk kegiatan budidaya ikan hias air tawar didapat dengan cara membeli kepada pemasok cacing sutera dan toko ikan hias yang juga menjual Daphnia, serta membeli pelet PF 800 di
toko yang menjual pakan ikan jenis Pelet, untuk harga beli pakan Pelet PF 800 seharga Rp12 000 per Kg.
Biaya pakan pembudidaya Tirac FF terdiri dari biaya pembelian cacing sutera, dan pembelian pupuk kandang yang digunakan untuk kultur Daphnia. Jumlah pemberian pakan untuk komoditi ikan hias air tawar jenis Neon tetra membutuhkan pakan cacing sutera sebanyak 100 takar per siklus produksi. Untuk kegiatan kultur Daphnia dilakukan dengan cara penyiapan kolam tanah seluas 6m x 8m x 1m, tinggi air yang digunakan hanya 80 cm dr dasar perairan. Jenis pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk burung puyuh, pupuk tersebut didapat dengan cara membeli kepada peternak burung puyuh yang berada didekat lokasi budidaya dengan harga Rp5 000 per karung. Dosis pemberian pupuk kandang yang digunakan adalah 1.5 Kg per m3 volume air yang berada di wadah kultur. Daphnia akan tumbuh selang waktu satu minggu kemudian, dapat dipanen menggunakan seser halus khusus untuk menyaring daphnia, kegiatan panen daphnia dilakukan pada pagi hari sekitar jam 6-9 saat populasi sedang banyak dipermukaan air. Setiap tiga hari berikutnya dilakukan pemupukan kembali dengan penggunaan dosis pupuk setengah dari pemberian awal, hal tersebut dilakukan guna mempertahankan populasi Daphnia yang selalu tersedia.
Berdasarkan Tabel 11, biaya pakan per akuarium (Rp/A) per tahun untuk masing-masing pembudidaya adalah Rp662 745, Rp240 000 dan Rp26 340, sedangkan Nilai persentasi terhadap total biaya pada tiap pembudidaya masing- masing adalah 21.28 persen, 19.69 persen, dan 5.44 persen. Dilihat dari persentasi nilai biaya pakan ikan hias air tawar pada tiap pembudidaya menunjukkan semakin besar skala usaha maka persentsase biaya pembelian pakan terhadap total biaya variabel semakin menurun. Dari uraian tersebut memperlihatkan bahwa biaya pakan yang paling efisien terjadi pada pembudidaya Tirac FF, hal ini dikarenakan dalam usaha budidayanya menggunakan pakan cacing sutera dan daphnia, pakan cacing sutera diperoleh dengan cara membeli kepada pemasok cacing, sedangkan untuk daphnia pembudidaya tersebut melakukan kultur dengan pemanfaatan kolam tanah yang diberi pupuk kandang, sehingga alokasi biaya untuk pakan pada Tirac FF dapat ditekan.
Biaya kebutuhan untuk pengemasan tiap pembudidaya terdiri dari biaya pembelian plastik PE ukuran 60cm x 40cm, karet gelang, saringan, dan oksigen. Nilai biaya alat kemas per akuarium pada tiap pembudidaya masing-masing adalah sebesar; Rp124 925, Rp70 078, dan Rp6 039, dari data tersebut