• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL ANALISIS STRUKTURALISME-GENETIK

7.1 Implikasi Metodologis

Bila dirumuskan secara metodologis, objek formal penelitian strukturalisme-genetik adalah struktur karya sastra. Adapun struktur karya sastra itu sendiri dipahami sebagai semesta imajiner yang terbangun dari citra tokoh-tokoh beserta lingkungan alamiah, kultural, social, dan ideologis beserta hubungannya satu sama lain. Kalau Riffaterre menempatkan matriks dan/atau hipogram sebagai pusat pembentuk struktur tersebut, Lucien Goldmann menampatkan pandangan dunia dalam posisi yang demikian. Karena pandangan dunia merupakan sebuah cara pandang mengenai kehidupan yang berstruktur, karya sastra yang mengekspresikannya mengikuti kecenderungan yang demikian. Karena pandangan dunia itu sendiri merupakan produk dari usaha manusia dalam membangun keseimbangan antara dirinya dengan lingkungan sosialnya yang juga berstruktur, karya sastra yang mengekspresikan pandangan dunia itu pun menjadi bagian integral dari struktur social yang dalam kerangka teori ini dipahami sebagai berbasis kelas. Dengan kata lain, bagi strukturalisme-genetik objek formal penelitian sastra di atas tidak akan dapat diketahui dengan benar jika dilepaskan dari pandangan dunia yang diekspresikannya dan dari struktur social yang membentuk dan mengandungnya. Struktur karya sastra, dalam teori ini, dianggap sebagai fungsi dari struktur sosial.

Maka, pertanyaan penelitian dengan kerangka teoretik strukturalisme-genetik dapat dirumuskan sebagai berikut.

• Bagaimana struktur karya sastra yang diteliti? • Pandangan dunia apa yang diekspresikannya?

• Dalam konteks struktur social yang bagaimana struktur karya sastra dan pandangan dunia itu dimungkinkan?

Hipotesisnya adalah “karya sastra yang diteliti mempunyai struktur yang mengekspresikan pandangan dunia dari kelas social tertentu yang pembentukannya dipengaruhi oleh struktur social tempat kelas social itu hidup”. Dari hipotesis tersebut dapat ditentukan tiga variable penelitian, yaitu variable struktur karya sastra, pandangan dunia, dan variable struktur social. Relasi antarvariabel itu cenderung bertingkat. Struktur social merupakan variable bebas terhadap

pandangan dunia, sedangkan pandangan dunia sendiri merupakan variable bebas terhadap struktur karya sastra. Sumber data struktur karya sastra adalah teks karya sastra yang diteliti, sumber data pandangan dunia adalah teks filosofis atau ideologis, sedangkan sumber data struktur social lapangan interaksi social yang secara tidak langsung dapat berupa teks-teks hasil penelitian social.

Karena dalam kenyataannya ketiga variable di atas tidak bisa dipisahkan satu sama lain, metode penelitiannya pun demikian. Goldmann menyebut metode penelitian strukturalisme-genetik itu sebagai metode dialektik yang bersumber pada metode lingkaran-hermeneutik yang ada dalam hermeneutika. Lingkaran hermeneutic itu dapat diterapkan dalam konteks teks karya sastra yang diteliti dengan gerakan dialektik antara bagian teks itu dengan keseluruhannya, bisa pada level keseluruhan struktur social dengan gerakan dialektik dari karya sastra dan pandangan dunia sebagai bagian dari keseluruhan struktur social. Validitas hasil penelitian dengan metode yang demikian ditentukan atas dasar derajat atau tingkat koherensi maksimal yang dapat dicapai baik dalam hubungan antara bagian dengan keseluruhan teks, maupun antara teks dengan struktur social sebagai keseluruhan yang di dalamnya teks itu menjadi bagiannya.

Karena antara bagian dengan keseluruhan saling tergantung, peneliti, menurut Lucien Goldmann, dapat memulai penelitiannya dari posisi apa pun, bisa dari bagian ke keseluruhan atau dari keseluruhan ke bagian-bagiannya. Hasil penelitian pertama, entah dari teks, pandangan dunia, ataupun struktur social dipakai sebagai bahan untuk membangun kerangka hipotetis mengenai struktur entitas yang diteliti kemudian. Kerangka hipotetis itu dapat diubah apabila pengujiannya ke dalam entitas berikutnya itu tidak menghasilkan koherensi yang maksimal. Artinya, penelitian dengan metode dialektik ini terus-menerus bergerak secara bolak-balik sampai koherensi maksimal itu tercapai.

7.2 “Robohnya Surau Kami” karya A.A. Navis: Sebuah Simulasi

Cerpen ini termasuk cerpen yang monumental. Hingga sekarang cerpen ini masih hidup, masih diingat oleh masyarakat sastra Indonesia, bahkan masyarakat Indonesia yang pernah membacanya. Berikut akan disampaikan simulasi penelitian terhadap cerpen ini dengan dasar teori strukturalisme-genetik sebagaimana yang sudah dikemukakan.

7.2.1 Rumusan Masalah

• Bagaimanakah struktur cerpen Robohnya Surau Kami? • Pandangan dunia apa yang diekspresikannya?

• Kelas social apa pemilik pandangan dunia itu?

• Struktur social yang bagaimana yang membuat kelas social itu memiliki pandangan dunia yang demikian?

7.2.2 Hipotesis

Cerpen Robohnya Surau Kami terbangun dari citra-citra mengenai manusia, lingkungan alamiah, kultural, dan social beserta relasinya satu sama lain, yang secara keseluruhan membangun struktur yang merupakan ekspresi dari pandangan dunia kelas social yang di dalamnya A.A. Navis termasuk, sebagai usaha dari kelas social itu untuk membangun keseimbangan yang lebih baik dalam hubungannya dengan struktur social yang ada pada sekitar waktu cerpen itu diciptakan.

7.2.3 Variabel-variabel

Atas dasar hipotesis dan kerangka teori yang mendasarinya, variable-variabel yang terlibat dalam masalah penelitian ini adalah sebagai berikut.

• Struktur cerpen Robohnya Surau Kami • Pandangan dunia kelas social A.A. Navis • Struktur Sosial

7.2.4 Kerangka Teori

Kerangka teori yang digunakan adalah strukturalisme-genetik Lucien Goldmann sebagaimana yang sudah dikemukakan di dalam subbab sebelumnya.

7.2.5 Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Untuk pengumpulan data variable pertama, penelitian ini menggunakan metode “simak”, yaitu dengan menyimak satuan-satuan linguistic yang signifikan yang ada di dalam teks karya sastra yang menjadi sumbernya atas dasar konsep-konsep teoretik yang digunakan. Data-data yang diperoleh dengan metode ini akan bisa ditambah atau dikurangi atau bahkan dibuang sama sekali setelah dibandingkan dengan temuan mengenai variable yang lain. Data-data di dalam penelitian ini akan dihubungkan satu sama lain dengan menggunakan metode dialektik yang berlaku pada level karya sastra, yaitu dengan menyelaraskan bagian dengan keseluruhan sampai terbentuk sebuah struktur dengan koherensi maksimal, khususnya struktur yang berpola oposisi biner.

Untuk variable kedua, penelitian ini menggunakan metode pengumpulan dan analisis data yang sama, yaitu metode dialektik. Hanya saja, teks yang menjadi sumber datanya bukanlah teks karya sastra yang diteliti, melainkan teks-teks filosofis ataupun kultural yang dianggap relevan dalam hubungan dengan variable pertama maupun kedua. Pengumpulan dan analisis data variable ketiga menggunakan metode-metode dalam ilmu social, khususnya yang berparadigma konflik atau berperspektif Marxis. Hanya saja, jika yang digunakan adalah data sekunder, yaitu hasil-hasil kajian ilmu ekonomi, politik, dan social, metode yang digunakan serupa dengan metode pertama dan kedua, yaitu metode dialektik. Metode dialektik juga digunakan untuk analisis mengenai hubungan antarvariabel dengan menempatkannya di dalam keseluruhan struktur social yang terkait.

7.2.6 Hasil Penelitian

Dengan kerangka teori dan metodologi yang digunakan di atas, penelitian ini menghasilkan jawaban terhadap pertanyaan penelitian sebagai berikut.

7.2.6.1 Struktur Karya Sastra

Manusia-manusia yang ada di dalam cerpen yang diteliti meliputi: Narator (Aku), Tuan, Kakek Garin, Ajo Sidi. Lingkungan alamnya adalah “alam yang kaya raya”. Lingkungan sosialnya. Lingkungan kulturalnya: jalan, kampong, surau, kolam ikan, pisau, batu asah, kain kapan, dongeng, (sejarah) penjajahan, agama Islam, perdagangan. Lingkungan social: rakyat yang miskin, orang kampong, para perempuan, anak-anak. Relasi oposisional yang terbentuk dari semesta imajiner di atas adalah sebagai berikut.

• Oposisi kultural: aliran ukhrawi dengan duniawi, dongeng dengan kenyataan, kerja (mengolah dan memanfaatkan alam, menjadi subjek yang bermartabat) dengan kepasrahan (menerima pemberian alam, menjadi objek yang pasif), penjajahan dengan martabat, kota dengan kampong, naik bus dan jalan kaki, yang kesemuanya dibingkai oleh pasangan oposisional yang lebih besar, yaitu modernism dan tradisionalisme. Di antara kedua kutub oposisional itu terdapat posisi-antara, yaitu: dongeng yang nyata, bus yang menjembatani desa dengan kota, kain kapan, pisau dan batu asah.

• Oposisi “alamiah”: alam sebagai objek dan alam sebagai subjek bagi manusia.

• Oposisi Sosial: Orang kampong dan pejabat korup, Kakek Garin dan keluarganya, yang dijembatani oleh Ajo Sidi.

• Oposisi manusia: Kakek Garin dengan Ajo Sidi, Perempuan dan Anak-anak dengan Kakek Garin. Yang berada di antara kedua kutub itu adalah Narator dan Istri.

7.2.6.2 Pandangan Dunia

Struktur karya sastra di atas mengekspresikan pandangan dunia “nasionalis-humanis” dan “humanism-religius” yang terangkum di dalam sebuah ideology besar, yaitu Pancasila. Ideologi ini di satu pihak masih mengakui adanya Tuhan, tetapi Tuhan lebih berpihak kepada kebebasan manusia, kemerdekaan manusia, kemampuan manusia untuk menentukan nasibnya sendiri, tetapi bukan hanya untuk kepentingan pribadinya, melainkan juga untuk kepentingan sesame. Terdapat banyak teks social maupun filosofis yang dapat menjadi sumber data dari pandangan dunia yang demikian. Pandangan yang demikian merupakan pandangan yang khas dari kelas social borjuis kecil dan bangsawan kecil (priyayi) yang menjadi jembatan di antara kelas hamba/buruh dengan kelas bangsawan dan borjuis. Dari dan dalam lingkungan kelas social inilah A.A. Navis berasal, lahir dan berkembang.

7.2.6.3 Struktur Sosial

Pada masa sekitar karya itu diciptakan struktur social masyarakat Indonesia sedang dalam proses semakin dominannya massa petani dan buruh sebagai konsekuensi dari penerapan system politik liberal. Partai-partai yang berbasis massa seperti partai komunis dan partai Islam menjadi kekuatan yang besar yang pada gilirannya menekan perkembangan kehidupan material masyarakat yang justru dijanjikan oleh tata kultural masyarakat modern yang kapitalistik. Dalam situasi seperti

itu, kelas social pengarang berada dalam posisi yang mendua: di satu pihak menolak kenyataan, tetapi, di lain pihak, tidak berani menyatakan aspirasi mereka secara terbuka. Kenyataan inilah yang membuat cerpen di atas menjadi sebuah “dongeng yang nyata”: dongeng, tetapi nyata, nyata, tetapi dongeng.

7.2.6.4 Kesimpulan

Dengan metode dialektik dapat ditemukan kenyataan bahwa cerpen di atas mengekspresikan dengan tingkat koherensi yang tinggi pandangan dunia yang diyakini oleh lingkungan kelas social borjuis-kecil yang hidup dalam masyarakat dengan struktur social yang semakin didominasi oleh kelas hamba yang komunal dan kelas buruh yang komunis, yang menyebabkan terhambatnya perkembangan kehidupan material masyarakat sesuai dengan standard masyarakat modern yang kapitalistik.

7.3 Aktivitas, Tugas dan Latihan, serta Rangkuman 7.3.1 Aktivitas

• 2—3 mahasiswa diminta mengemukakan pemahamannya mengenai konsep-konsep di atas dengan antara lain menerapkannya pada contoh-contoh yang konkret.

• Mahasiswa mendiskusikan hasil pemahaman masing-masing dengan mengajukan argumentasinya sendiri-sendiri.

• Dosen memberikan penjelasan lebih jauh mengenai pengertian itu dan memberikan pengayaan melalui penerapannya ke dalam kasus-kasus yang beraneka..

• Tanya-Jawab .

7.3.2 Tugas dan/atau latihan

Mahasiswa diberi tugas mencari sumber-sumber lain untuk memperoleh pemahaman yang lebih meyakinkan mengenai konsep-konsep di atas, baik melalui buku-buku, artikel-artikel di jurnal atau surat kabar, maupun berbagai informasi terkait yang tersedia di internet.

7.3.3 Rangkuman

Teori strukturalisme-genetik mengimplikasi perlunya metode dialektik dalam pemahaman dan penjelasan karya sastra, yaitu dialektika antara bagian karya sastra dengan struktur karya sastra secara keseluruhan, struktur karya sastra dengan struktur masyarakat secara keseluruhan. Hubungan antara struktur karya sastra dengan masyarakat bersifat homolog sehingga diperlukan perbandingan antara keduanya.

7.4 Penutup 7.4.1 Penilaian

• Kuliah ini dikatakan berhasil jika mahasiswa berhasil jika ia memahami konsep-konsep dalam metode penelitian sastra dan mampu menerapkannya di dalam penelitian sastra. • Aspek-aspek yang dinilai adalah pemahaman dan ketrampilan.

7.4.2 Tindak lanjut

• Jika mahasiswa masih kurang memahami atau kurang mampu menerapkan konsep-konsep metode penelitian dalam ilmu sastra, ia akan diminta mengulang kuliah pada tahun ajaran berikutnya atau dianjurkan untuk banyak melakukan latihan pemahaman dan penelitian. • Jika mahasiswa sudah mampu memahami dan menerapkan konsep-konsep dalam metode

penelitian sastra, ia akan direkomendasikan untuk memperoleh dana penelitian dan didorong untuk segera menyusun proposal penelitian untuk skripsinya.

7.5 Evaluasi Yang Direncanakan

Indikator keberhasilan Butir kemampuan

Butir penilaian Poin maks. Pemahaman

Kesesuaian teori dengan metode Menyusun metode

penelitian mengenai karya sastra tertentu

Operasionalisasi konsep 100 7.6 Matrix Penilaian Ranah Kognitif No. Materi/isi C1 C2 C3 C4 C5 C6 Ranah Afektif Ranah Psikomo torik Metode Penilaia n Tujuan Khusus Pembelaj aran 1. Dasar ontologis dan epistemologis ilmu sastra 1 1 X A 2. Kesesuaian teori dengan metode 1 1 X A/I/P Tugas, mid semeste r D1

3. Langkah-langkah penelitian sastra 1 1 1 X A/I/P Mid Semest er D1 Keterangan:

Pengetahuan = keputusan pikiran mengenai objek

Pengetahuan yang benar = pengetahuan yang sesuai dengan abjeknya

Pengetahuan ilmiah = pengetahuan yang dicapai melalui prosedur yang sesuai dengan objek pengetahuan ilmiah

Ontologi = filsafat yang mengkaji kodrat atau hakikat dari keberadaan objek Epistemologi = filsafat yang mengkaji cara-cara perolehan pengetahuan yang sesuai

dengan objeknya

Konsep = Pengertian yang mengacu kepada benda-benda dan proses-proses dalam kenyataan

Teori = Serangkaian konsep yang terjalin dalam hubungan satu sama lain, baik hubungan kausal maupun simbolik

Hipotesis = Dugaan yang didasarkan pada teori dan yang harus dibuktikan kebenarannya mengenai kemungkinan hasil penelitian

Analisis = Kegiatan mengklasifikasikan dan mencari hubungan antara data atau kelompok data yang satu dengan yang lain.

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS ILMU BUDAYA JURUSAN SASTRA INDONESIA

Jl. Sosiohumaniora, Bulaksumur, Yogyakarta 55281

Buku 2: RKPM

(Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) Modul Pembelajaran Pertemuan ke 11-12

METODE PENELITIAN SASTRA

Semester Ganjil/3SKS/BDI 2446

oleh

Prof. Dr. Faruk, SU

Didanai dengan dana BOPTN P3-UGM Tahun Anggaran 2012

Media Ajar Pertemuan ke Tujuan Ajar/ Keluaran/ Indikator Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) T ek s P resen tas i G am b ar A u di o /Vid eo S oa l-T ugas Metode Evaluasi dan Penilaian Metode Ajar Aktivitas Mahasiswa Aktivitas Dosen/ Nama Pengajar Sumber Ajar 11 Memahami model-model analisis pasca-struktural Model-model analisis pasca-struktural 9 Tanya-jawab Daya simak Diskusi Penjelasan Menyimak, bertanya, menjawab Menjelas-kan, bertanya, menjawab Introduct ory Guide.. 12 Melakukan analisis pascastruktural Seminar analisis pasca-struktural 9 Aktivitas Akurasi Presentasi Diskusi Presentasi, bertanya, menjawab Memandu, bertanya, menjawab

BAB VIII

Dokumen terkait