• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis SWOT Perbankan Syariah Kedua Negara

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN KONDISI PERBANKAN

B. Analisis SWOT Perbankan Syariah Kedua Negara

Kegunaan analisis SWOT tidak hanya terbatas bagi organisasi yang ingin mencari profit. Analisis SWOT dapat digunakan dalam setiap situasi yang membutuhkan pengambilan keputusan, ketika hasil akhir (objektif) telah ditentukan. Misalnya, organisasi non-profit, unit pemerintahan, dan individu.13 Analisis SWOT juga dapat digunakan dalam perencanaan pra-krisis dan manajemen pencegahan krisis. Selain itu, analisis ini juga dapat digunakan dalam memberikan rekomendasi selama studi/survei. Analisis elemen internal dan eksternal digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi yang berkaitan dengan pengembangan di masa mendatang.

1. Elemen Kekuatan (Strengths)

Tabel Elemen Kekuatan (Strength)

No. Iran No. Indonesia

1. Islam menjadi keyakinan mayoritas warga Iran yang berjumlah lebih dari 76 juta, dengan persentase 98%.14

1. Dengan jumlah penduduk lebih dari 237 juta, dan jumlah muslim 85,2%, Indonesia menjadi negara dengan muslim terbesar di dunia.

2. Bank-bank sektor publik mendapat dukungan penuh dari pemerintah Iran.

2. Sudah memiliki perangkat hukum dasar perbankan syariah, yakni UU No. 21 Tahun 2008.

3. Iran memiliki cadangan minyak terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi, dan cadangan gas terbesar kedua di dunia setelah Rusia. Selain itu, Iran negara kaya dalam sumber alam lainnya memiliki sektor pertanian yang kuat.15

3. Indonesia juga memiliki sumber daya alam yang melimpah, seperti garis pantai terpanjang, hasil laut, hutan tropis penghasil kayu, batu bara, dan gas.

13

Wikipedia, "SWOT Analysis", artikel diakses pada tanggal 16 November 2010 dari

http://en.wikipedia.org/wiki/SWOT_analysis.

14

https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/ir.html, diakses pada

tanggal 10 November 2010.

15

69 Sumber daya manusia tetap menjadi salah satu modal utama dalam proses kemajuan perbankan nasional, khususnya perbankan syariah, karena Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar. Meskipun dalam teori dan praktik bank syariah tidak dikhususkan bagi umat muslim, namun jumlah umat muslim yang besar ini harus menjadi modal utama perbankan syariah dalam meningkatkan jaringannya.

Sedangkan di Iran, pemerintah mendukung penuh bagi pengembangan sektor perbankan yang berasaskan Islam. Hal ini jelas terjadi karena Iran merupakan negara yang berasaskan syariat Islam, sehingga segala praktik perbankan yang melibatkan bunga yang diharamkan, tidaklah diizinkan untuk beroperasi di Iran. Namun hal ini bukan hanya berarti pemerintah Iran yang memainkan peran utama dalam proses perubahan sistem perbankan menjadi islami (top-down), tetapi juga kehendak masyarakat yang menginginkan negara dijalankan dengan aturan Islam. Saat dilakukan referendum pada tahun 1979, sebanyak 98,2% rakyat Iran menginginkan "Republik Islam".16 Ini artinya juga terdapat apa yang disebut sebagai bottom-up system.

Selain itu, keberhasilan penerapan pembiayaan bagi-hasil di Iran disebabkan oleh adanya dua faktor yang tidak dimiliki negara lain. Pertama, struktur masyarakat yang paternalistis dengan peran sentral ulama dalam kehidupan masyarakat. Ketergantungan masyarakat kepada ulama sebagai tokoh sentral menyebabkan persoalan adverse selection dan moral hazard dapat ditekan seminimal mungkin.

16

70 Kedua, adanya wilayatul hisbah, yaitu semacam perangkat polisi ekonomi lengkap dengan pengadilan niaga yang segera menyelesaikan perselisihan bisnis.17

Sumber daya alam yang dimiliki oleh kedua negara tidak hanya dapat mengundang investor untuk menanamkan modalnya ke dalam negeri, tetapi juga dapat dimanfaatkan oleh dunia perbankan untuk mengelola sektor sumber daya alam yang kurang berkembang. Di Iran misalnya, terdapat bank khusus dalam bidang pertanian (Bank Keshavarzi) dan juga bank yang fokus dalam bidang industri dan pertambangan (Bank Industry and Mine, "Sanat va Madan Bank") yang membantu pertumbuhan ekonomi dengan memanfaatkan fasilitas yang ada seperti organisasi, proses, perangkat yang tepat dalam bidang industri, pertambangan, dan teknologi modern.18 Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris, menjadi potensi besar jika memiliki perbankan syariah khusus pertanian dengan menyediakan produk dan akad yang sesuai syariah seperti musaqat atau muzara'ah.

2. Elemen Kelemahan (Weaknesses)

Tabel Elemen Kelemahan (Weakness)

No. Iran No. Indonesia

1. Sanksi internasional yang terjadi sampai saat ini, bersamaan dengan undang-undang yang mensyaratkan bank-bank menjadi bank umum milik-pemerintah, yang berarti sektor ini kurang berkembang dan kurang kompetitif.

1. Proses yang relatif lama dalam menghasilkan sebuah produk hukum bagi keuangan syariah.

2. Secara teoritis, bank-bank Iran adalah lembaga islami. Dalam praktiknya,

3. Kemunculan perbankan syariah di Indonesia yang tergolong baru

17

Adiwarman Karim, Ekonomi Islam, h. 84.

18

71

tingkat pendapatan dan metrik lainnya didikte oleh pemerintah, dan belum tentu sesuai dengan kebutuhan komersial. Bank-bank Iran umumnya tidak dianggap sebagai lembaga islami oleh seluruh dunia Islam.19

membuat negara menerapkan dual-banking system yang cenderung memiliki kelemahan seperti imitation products.

3. Kebijakan fiskal pemerintah tidak kondusif bagi perkembangan perbankan komersial (umum).

Program pemerintahan dalam bidang pengembangan nuklir berdampak pula bagi perbankan dan keuangan di Iran. Pada pertengahan tahun 2010, Uni Eropa memberlakukan sanksi bagi seluruh lembaga keuangan yang terkait dengan Iran menyusul kecerugiaan terhadap program nuklir. Bank-bank Iran dilarang membuka cabang baru atau anak perusahaan di 27-blok negara.20 Begitu pula larangan menyediakan asuransi dan reasuransi "kepada pemerintah Iran, atau entitas yang didirikan di Iran atau yang tunduk pada yurisdiksi Iran." Untuk mencegah meluasnya dampak sanksi, Bank Markazi Iran meminta beberapa bank melepas saham agar menjadi milik pemerintah, sehingga produk dan tingkat keuntungan yang diberikan kurang kompetitif.

Sementara dalam dunia ekonomi secara umum, kebijakan pembiayaan defisit, bersamaan dengan penurunan nilai riil yang dihasilkan utang inflasi, menghambat pembiayaan dan peminjaman. Setelah upaya bersama mengurangi utang publik

19

Business Monitor International, Iranian Commercial Banking Report Q2 2010, h. 7.

20

http://www.islamtimes.org/vdcaeine.49n6e18hk4.html, diakses pada tanggal 10 November

72 (public debt) dalam beberapa tahun terakhir, ada tanda-tanda bahwa hal itu akan meningkat lagi.21

Hambatan yang dihadapi perbankan syariah di Indonesia adalah terkait dengan proses menghasilkan perangkat hukum yang relatif lama. Misalkan saja, UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah membutuhkan waktu enam tahun sebelum akhirnya disahkan pada 17 Juni 2008. Begitu pula dengan masalah pajak ganda yang sempat merugikan perbankan syariah Indonesia, sampai akhirnya disahkan pada 1 April 2010 melalui revisi Undang-Undang No. 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPN dan PPnBM). Sedangkan, dalam hal penerapan dual-banking system memiliki kelemahan di antaranya adalah adanya kecenderungan untuk meniru praktik perbankan konvensional, seperti strategi usaha yang dijalankan, imitasi produk konvensional, hingga pengacuan terhadap suku bunga sebagai benchmarking dalam penentuan margin. Masalah lain yang menghambat efisiensi bank syariah adalah kesulitan menaruh uangnya ketika kelebihan likuiditas, sebab bank syariah tidak boleh menyimpan di bank konvensional yang berbunga. Lain halnya di Iran yang telah menerapkan sistem syariah secara nasional.22

21

Business Monitor International, Iranian Commercial Banking Report Q2 2010, h. 9.

22

Muhammad (edt.)., Bank Syariah: Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman, (Yogyakarta: Ekonisia, 2006), h. 82.

73

3. Elemen Peluang (Opportunities)

Tabel Elemen Peluang (Opportunity)

No. Iran No. Indonesia

1. Setiap normalisasi hubungan antara Iran dengan Amerika Serikat dan sekutunya dapat memberikan

dorongan bagi reformasi besar sektor perbankan.23

1. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang pada triwulan pertama 2010 tumbuh sebesar 5,7 persen.24

2. Sektor gas masih kurang berkembang dan ada ruang cukup untuk

memaksimalkan sumber pendapatan.

2. Keterbukaan masyarakat dalam menerima lembaga keuangan berbasis unit syariah.

Meksipun para bankir di Iran tidak menafikan dampak sanksi internasional terhadap dunia perbankan di Iran seperti pengurangan karyawan,25 namun perbaikan hubungan terhadap dunia internasional patut dipertimbangkan demi mencegah dampak yang lebih buruk. Dengan normalisasi hubungan, perbankan Iran mampu memperluas kantor cabang dan jaringan kerjanya ke berbagai negara termasuk negara Eropa. Namun itu semua bergantung dari kebijakan yang diambil pemerintah terkait program nuklir yang oleh presiden Iran dinyatakan sebagai pengganti energi alternatif dan tujuan aman. Peluang lain yang dimiliki Iran adalah masih terbuka lebarnya sumber-sumber alam yang belum dikelola atau yang belum dioptimalkan karena rusak akibat Perang Iran-Irak tahun 1980.

Pertumbuhan tinggi ekonomi Indonesia terjadi pada sektor jasa, keuangan, perumahan, komunikasi, dan yang tertinggi adalah pertanian. Sektor-sektor tersebut harus menjadi fokus utama dunia perbankan dalam menyalurkan pembiayaan, selain

23

Business Monitor International, Iranian Commercial Banking Report Q2 2010, h. 7.

24

Badan Pusat Statistik, Berita Resmi Statistik, No. 31/05/Th. XIII, 10 Mei 2010, h. 1.

25

74 akan menghasilkan profit return yang lebih tinggi. Pertumbuhan yang terus positif ini juga menjadi peluang bagi masuknya bank asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Salah satu contohnya adalah bank asing milik Malaysia, MayBank Syariah, yang resmi beroperasi pada Oktober 2010 dan menjadi salah satu Bank Umum Syariah (BUS).

Dari aspek sosial-budaya, keterbukaan masyarakat dalam menerima lembaga unit bisnis yang berbasis syariah Islam cukup meluas sebagai indikator meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap syariat Islam.26 Melalui sejarah yang sudah dijelaskan sebelumnya, kemunculan lembaga keuangan syariah di Indonesia dapat dikatakan berawal dari keinginan masyarakat (bottom-up).

4. Elemen Ancaman (Threats)

Tabel Elemen Ancaman (Threat)

No. Iran No. Indonesia

1. Mandat pemerintah untuk

memberikan pinjaman kepada rakyat Iran yang lebih miskin dengan tingkat pengembalian rendah menimbulkan kekhawatiran terhadap jumlah aset perbankan.27

1. Pemahaman masyarakat yang masih sangat rendah terhadap bentuk operasi bank syariah.

2. Kemunduran dalam hubungan Iran dengan komunitas internasional terkait program nuklirnya dapat mengakibatkan pengenaan (sanksi) lebih jauh dalam ukuran ekonomi oleh Dewan Keamanan atau Amerika Serikat.28

2. Keberadaan bank konvesional itu sendiri yang lebih dahulu hadir di Indonesia.

26

Suci Wulandari, "Fatwa MUI Penting Tapi Tidak Cukup", Prospek Bank Syariah Pasca Fatwa MUI, (Jakarta: Suara Muhammadiyah, 2005), h. 70.

27

Business Monitor International, Iranian Commercial Banking Report Q2 2010, h. 7.

28

75 Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Perbankan Bebas-Bunga mengenai tujuan sistem perbankan islami adalah memberikan fasilitas bagi masyarakat dengan skema qardhul hasan. Artinya hal ini sudah menjadi ketentuan dari pemerintah dan bank sentral terhadap bank yang beroperasi di Iran. Berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Syah Iran sebelum revolusi yang hanya mengejar peningkatan GNP sehingga menimbulkan jurang sosial yang tinggi.29 Namun jika penilaian kelayakan penerimaan pembiayaan tanpa bunga ini tidak berjalan dengan baik, maka akan menimbulkan kredit macet sehingga menggerus aset perbankan.

Meskipun resolusi PBB bertujuan menekan aktivitas pemerintahan, namun sangat menyulitkan kegiatan perbankan. Misalnya, negara-negara diminta tidak mengizinkan bank-bank Iran untuk membuka cabang di wilayah mereka atau melakukan kesepakatan jika terdapat kecurigaan bahwa bank tersebut terlibat kegiatan program nuklir.30 Hal ini muncul karena tekanan Eropa dan Amerika Serikat diberikan begitu kuat meskipun bukti mengenai program nuklir sudah diperiksa oleh Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).

Sedangkan kehadiran perbankan syariah di Indonesia yang relatif baru jika dibandingkan dengan negara-negara mayoritas muslim lain, memiliki tantangan yang sangat mendasar. Pemahaman masyarakat yang masih rendah terhadap operasional bank syariah, seperti tidak ada bunga, memunculkan anggapan bahwa bank syariah

29

Riza Sihbudi, Dinamika Revolusi Islam Iran, (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1989), h.33.

30

76 tidak memberikan keuntungan.31 Selama ini masyarakt sudah terbiasa dengan bank yang hadir jauh lebih dahulu—bank konvensional—yang memberikan keuntungan jelas.

C. Strategi Pengembangan Bank Syariah ke Depan

Dokumen terkait