• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

Dalam hal penguatan dalam negeri, perlu ditingkatkan tekanan dan dorongan terhadap pemerintah—khususnya lembaga legislatif—untuk mempermudah dan mempercepat pengaturan serta regulasi bagi lembaga ekonomi syariah, termasuk perbankan syariah. Sehingga sosialisasi mengenai perbankan syariaht tidak hanya ditargetkan kepada masyarakat sebagai calon nasabah tetapi juga kepada pemerintah sebagai pengambil kebijakan. Sementara dalam hal penguatan luar negeri, perlu ditingkatkan hubungan bilateral kedua negara dalam bidang ekonomi, tidak hanya dalam bidang ekspor dan impor, tapi juga studi banding terhadap praktik lembaga keuangan syariah, khususnya perbankan, di kedua negara sebagai alternatif praktik dan pemikiran perbankan syariah global.

81

DAFTAR PUSTAKA

"Bank", Ensiklopedia Indonesia. Bandung: W. Van Hoeve, tt. h. 168.

Ahmad, Ausaf, Instruments of Regulation & Control of Islamic Banks by the Central Bank. Jeddah: IDB, 2000.

Amin, A. Riawan. Menata Perbankan Syariah di Indonesia. Jakarta: UIN Press. 2009 Amuzegar, Jahangir. Iran's Economy Under the Islamic Republic. London: I.B.

Touris & Co. Ltd, 1997.

Anderson, Spencer. "Slowed but Not Deterred". The Banker. Agustus 2010, h. 72. Ansari-pour, M. A., "Interest in International Transactions under Shiite

Jurisprudence", Arab Law Quarterly, vol. 9, no. 2. Brill, 1994. h. 170.

Antonio, Muhammad Syafii, Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press, 2001.

Anwar, Mohammad, "Islamic Economic Methodology", dalam F.R. Faridi, ed., Essay in Islamic Economic Analysis. New Delhi: Institute of Objective Studies, 1991. h. 14.

Arifin, Zainul. Memahami Bank Syariah. Jakarta: AlvaBet, 2000.

Badan Pusat Statistik, Berita Resmi Statistik, No. 31/05/Th. XIII, 10 Mei 2010.

Bashir, Hassan dan Sayid Ghahreman Safavi, ed., Demi Kaum Tertindas. Jakarta: Citra, 2008.

Business Monitor International, Iranian Commercial Banking Report Q2 2010, (London: Business Monitor Ltd., 2010), h. 34.

Central Bank of Iran. Artikel diakses pada tanggal 8 November 2010 dari http://www.cbi.ir/Page/GeneralInformation.aspx,

______________. Artikel diakses pada tanggal 12 November 2010 dari http://www.cbi.ir/page/4252.aspx.

CIA Factboook. https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/ ir.html, diakses pada tanggal 10 November 2010.

82 Detta, Mei Pheng Lee dan Ivan Jeron. Islamic Banking & Finance Law. Kuala

Lumpur: Pearson Malaysia. 2007.

Dewan Syariah Nasional, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI. DSN-MUI: Jakarta, 2006.

Egtesad Novin Bank. http://english.en-bank.com/Site.aspx?ParTree=12111A1311, diakses pada tanggal 10 November 2010.

Gafoor, Abdul. Interest-Free Commercial Banking. Kuala Lumpur: A.S. Noordeen, 1996.

Haiwad, Abdullah. "Islamic Banking System", artikel diakses pada tanggal 10 Mei 2010 dari http://ssrn.com/abstract=1283093.

Hanef, Mohamed Aslam. Contemporary Islamic Economic Thought. Kuala Lumpur: Ikraq, 1995. h. 94.

Haque, Mohammad Moinul, "Islamization of Knowledge", makalah yang dipresentasikan pada seminar Islamic Epistemology & Curriculum Reform, 2-3 Mei 2008 di Islamic University Kustia.

Hasanudin, "Sejarah Mata Uang". Dalam Adiwarman Karim. Ekonomi Makro Islami. Jakarta: RajaGrafindo Press. 2007. h. 309.

Hassan, Kabir, "Cost, Profit and X-Efficiency of Islamic Banks in Pakistan, Iran and Sudan." Dalam Proceeding International Conference on Islamic Banking: Risk Management, Regulation, and Supervision, 30 September-2 Oktober 2003. (Jakarta: Bank Indonesia, 2003), h. 351.

Hidayat, Purkon, "Wajah Perbankan Syariah Iran: Dari Nasionalisasi Menuju Syar'i".

Artikel diakses pada tanggal 7 Agustus 2010 dari

http://purkonhidayat.wordpress.com/2008/12/23/wajah-perbankan-syariah-iran-dari-nasionalisasi-menuju-syari/.

______________. "Pembangunan dalam Perspektif Imam Khomeini". Jurnal Alhuda

No. 13. (Juni 2007): h. 137.

Ibrahim Aji, "Perbankan Syariah: Belajar dari Sudan, Pakistan, dan Iran", Sharing, edisi 29 Thn III Mei 2009.

83 IRIB. "Di Bawah Sanksi Ekspor, Iran Melebihi Target". Berita diakses pada tanggal 10 November 2010 dari http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_ content&view=article&id=26662:di-bawah-sanksi-ekspor-iran-melebihi-target&catid=17:berita3&Itemid=18.

______________. "Pandangan Visioner Imam Khomeini". Berita diakses pada pada tanggal 25 Agustus 2010 dari http://indonesian.irib.ir/index.php/ agama/islamologi/22324-pandangan-visioner-imam-khomeini-ra.html.

Islam Times. http://www.islamtimes.org/vdcaeine.49n6e18hk4.html, diakses pada tanggal 10 November 2010.

Ismail, EH. "Regulasi Syariah Setengah Hati", Republika, 16 November 2010, h. 15. Kara, Muslimin H. Bank Syariah di Indonesia. Yogyakarta: UII Press, 2005.

Karafarin Bank. http://www.karafarinbank.com/Static/English/History.asp, diakses pada tanggal 10 November 2010.

Karim, Adiwarman. Ekonomi Islam, Suatu Kajian Kontemporer. Jakarta: Gema Insani Press, 2001.

______________. Ekonomi Makro Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007. Lahem al Nasser, "Islamic Banking in Egypt". Artikel diakses pada 9 Mei 2010 dari

http://www.asharq-e.com/news.asp?section=6&id=13844.

Lewis, Mervyn K. dan Latifa M. Algaoud. Perbankan Syariah, Penerjemah Burhan Subrata. Jakarta: Serambi. 2007.

Maysami, Ramin Cooper, "Islamic Banking and the Conduct of Monetary Policy: Lessons from the Islamic Republic of Iran". Dalam Samuel L. Hayes,

Proceedings of the Third Harvard University Forum on Islamic Finance, October 1, 1999 (HU: Center for Middle Eastern Studies, 2000), h. 42.

Mufti, Aries dan Muhammad Syakir Sula. Amanah Bagi Bangsa. Jakarta: Masyarakat Ekonomi Syariah, 2007.

Muslehuddin, Muhammad. Sistem Perbankan dalam Islam. Jakarta: Rineka Cipta. 1994.

Parsian Bank. http://www.parsian-bank.com/historyofbank_en.html, diakses pada tanggal 10 November 2010.

84 Pasar Muslim. http://www.pasarmuslim.com/ekonomi.php?bid=1214, diakses pada

tanggal 12 Agustus 2010.

Press TV. http://www.presstv.ir/detail/148995.html, diakses pada tanggal 10 November 2010.

Radio Free Europe/RadioLiberty. "Iranian President Removed As Central Bank Board Chairman". Berita diakses pada tanggal 22 November 2010 dari http://www.rferl.org/content/Iranian_President_Removed_As_Central_Bank_ Board_Chairman/2222076.html.

Rangkuti, Freddy. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006.

Republika, 10 November 2009.

Roy, Delwin A. "Islamic Banking", Middle East Studies, Vol. 27 No. 3. Taylor & Francais, Ltd., Juli 1991. h. 428.

Saeed, Abdullah. Menyoal Bank Syariah. Jakarta: Paramadina, 2004.

Sihbudi, Riza. Dinamika Revolusi Islam Iran. Jakarta: Pustaka Hidayah, 1989.

Statistik Perbankan Indonesia Agustus 2010, diakses pada tanggal 11 November 2010 dari http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/178351D5-B33E-49F1-9D43-5401FDC2533F/21180/BISPIAgustus2010.pdf.

Stiansen, Endre, "Interest Politics: Islamic Finance in the Sudan, 1977-2001". Dalam Clement M. Henry dan Rodney Wilson, ed., The Politics of Islamic Finance. Edinburgh: Edinburgh University Press, 2004. h. 156.

Strauss, Anselm dan Juliet Corbin. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2006.

Sulaiman, Abdul Hamid Abu, ed., Islamization of Knowledge Series (1). Virginia: International Institute of Islamic Thought. 1997. h. 3.

Suma, Muhammad Amin. Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan. Ciputat: Kholam Publishing, 2008.

Tejarat Bank. http://www.tejaratbank.ir/portal/default.aspx?tabid=1128, diakses pada tanggal 8 November 2010.

85 Thaba, Abdul Aziz. Islam dan Negara dalam Politik Orde Baru. Jakarta: Gema

Insani Press. 1996.

The Banker. http://www.thebanker.com/cp/22/p22tableislamic.jpg, diakses pada tanggal 6 November 2009.

Wikipedia. "Abbas Mirakhor". Artikel diakses pada tanggal 2 November 2010 http://en.wikipedia.org/wiki/Abbas_Mirakhor.

______________. "Iranian Revolution". Artikel diakses pada tanggal 10 November 2010 dari http://en.wikipedia.org/wiki/Iranian_Revolution.

______________. "Islamization of Knowledge". Artikel diakses pada tanggal 5 Mei 2010 dari http://en.wikipedia.org/wiki/Islamization_of_knowledge.

______________. "Mahmoud Taleghani". Artikel di askses pada tanggal 25 Agustus 2010 dari http://en.wikipedia.org/wiki/Mahmoud_Taleghani.

______________. "Sarekat Islam". Artikel diakses pada tanggal 28 September 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Sarekat_Islam.

______________. "US Sanctions Against Iran". Artikel diakses pada tanggal 12 Agustus 2010 http://en.wikipedia.org/wiki/U.S._sanctions_against_Iran. Wulandari, Suci. "Fatwa MUI Penting Tapi Tidak Cukup", dalam Prospek Bank

Syariah Pasca Fatwa MUI. (Jakarta: Suara Muhammadiyah, 2005), h. 70. Zarqa, Muhammad Anas, "Islamization of Economics: The Concepts and

86

Lampiran 1

Cuplikan transkrip wawancara dengan Ayatullah Dr. Hasan Zamani dari Jamiatul Mustafa Iran pada tanggal 3 September 2010, yang diterjemahkan oleh Imam Ghozali (Penerjemah Atase Kebudayaan Kedutaan Iran di Jakarta).

(Masalah pada audio)

Penulis: Sistem perbankan di Indonesia secara umum adalah dual banking system

dengan porsi (market) paling besar adalah perbankan konvensional, sedangkan perbankan syariah dari sisi sejarah baru ada sejak tahun 1992. Sampai saat ini pertumbuhannya tinggi meskipun jika dibandingkan perbankan konvensional baru 2,5% perbandingannya.

Narasumber: Adapun perbankan Islam ini apakah didukung, diciptakan pemerintah atau organisasi/yayasan Islam lainnya?

Penulis: Awalnya memang berawal dari keinginan masyarakat, diaspirasikan ke MUI, kemudian barulah MUI mempelopori Bank Muamalat. Sampai sekitar tahun 2008, barulah ada undang-undang perbankan syariah. Jadi pemerintah agak terlambat…

Narasumber: Apakah yang disahkan oleh undang-undang itu sistem perbankan atau misalnya bahwa seluruh 2,5% itu punya bank Islam? Dari jenis yang mana?

Penulis: Jadi, 2,5% itu aset perbankan syariah dan sisanya adalah perbankan konvensional. Dua-duanya diatur (disahkan) dalam undang-undangnya masing-masing. Jadi, memang Indonesia menggunakan dual banking system. Hal ini sama seperti yang digunakan di Malaysia, yakni dengan dua sistem perbankan.

87

Narasumber: Apakah 97,5% itu nantinya juga akan memungkinkan bahwa berubah menjadi bank syariah?

Penulis: Kalau dilihat dari pertumbuhan aset, memang perbankan syariah lebih tinggi dibandingkan perbankan konvensional. Tapi apakah akan berubah 100 persen, itu bergantung kepada keinginan pemerintah juga (political will). Jika mengandalkan pertumbuhan tinggi akan membutuhkan waktu lama.

(Masalah pada audio)

Narasumber: Menabung uangnya misalnya 10 juta. Dari 10 juta ini nantinya bank akan meminjamkan—dengan aturan yang disepakati kedua belah pihak—untuk modal pembangunan dalam bidang properti, misalnya. Dari situ misalkan bagi hasil dua, jadi dengan 50 persen untuk peminjam dan 50 persen untuk bank. Dari 50 persen yang didapat bank ini, untung berapapun nantinya tidak peduli, sebagai biaya operasional bank 10 persen misalnya, dan 40 persen dikembalikan kepada nasabah. Jadi ini mungkin jenis kedua selain qardulhasan tadi.

Tentunya tadi itu dengan menggunakan sistem mudarabah, sehingga tidak ada hal-hal yang mengandung riba. Kedua sistem ini hampir mirip. Dalam sistem riba, ketika kita meminjamkan uang kepada seseorang dan dari pertama kita sudah menyepakati bahwa dari 10 juta itu setiap bulan kita memperoleh 10% keuntungan dari 10 juta itu. Jadi orang pemilik modal tersebut mendapat keuntungan dan ketika lunas, selain modalnya balik juga keuntungan ia dapatkan. Dalam sistem mudarabah juga tampaknya seperti ini. Kita memberikan uang 10 juta kepada seseorang untuk digunakan sebagai modal, bisnis, atau pembangunan rumah sebagainya. Kita juga menyepakati dengan bagi hasil berapapun hasilnya kita bagi menjadi dua, 50:50.

88 Sehingga nanti setelah waktu yang disepakati, disamping modalnya juga balik dia juga pasti mendapat keuntungan.

Jadi, dalam mudarabah juga suma. Ia mendapat keuntungan dan juga modalnya kembali. Adapun menurut Anda sendiri perbedaannya ada di mana? Jadi yang menyebabkan satunya haram dan yang kedua menjadi halal.

Penulis: Sepanjang pengetahuan saya, riba atau bunga menjadi haram, selain berasal dari ayat-ayat Quran juga bersifat tidak adil. Karena 10 persen pertama tadi bersifat pasti. Seberapapun hasil yang diperoleh, entah itu untung atau rugi, 10 persen harus tetap dikembalikan kepada pemilik modal. Sehingga kalau rugi harus tetap mengembalikan. Sedangkan mudarabah bergantung kepada hasil yang diperoleh; dari 10 juta itu berapa hasil yang diperoleh, itulah yang dibagikan. Sedangkan kalau rugi tidak akan mendapatkan apapun.

Narasumber: Bagus sekali, saya merasa senang dengan jawaban Anda. Perbedaan kedua dalam sistem riba misalnya soal kepastian tadi itu, kita dituntut mengembalikan pinjaman modal dan bunga. Apabila terjadi sesuatu di luar ikhtiar peminjam, ketika buka usaha toko misalnya ternyata tanpa kesalahan dia terjadi kebakaran maka dalam sistem riba modal dan bunga harus kembali apapun yang terjadi. Dalam sistem mudarabah sang peminjam dianggap sebagai seorang amin, orang yang dipercaya untuk mengelola atau menjalankan modal tersebut sehingga nantinya dalam hukum Islam apabila terjadi kesalahan yang bukan dari ikhtiarnya, kebakaran tanpa sengaja misalnya, maka tidak dituntut untuk dikembalikan. Sebenarnya, mudarabah ini adalah sebuah sistem yang membantu dan membela orang-orang yang ingin mengembangkan usahanya. Keduanya sebenarnya ingin membantu dan juga membela orang yang tidak mampu sementara ingin bekerja atau berusaha.

89

Penulis: Apa saja kendala dan kekuatan yang dihadapi?

Narasumber: Positif dan kekuatannya adalah bahwa kita berhasil menyelamatkan penduduk Iran dari hal-hal yang bersifat haram; makanan dan pengasilan haram ini sangat berpengaruh negatif dalam kehidupan individu ataupun masyarakat. Tentunya dalam sebuah sistem, apalagi sistem itu adalah sistem yang baru, sangat wajar bila untuk kemajuan dan perkembangannya memperoleh hambatan dan problem yang menghadangnya. Akan tetapi, dengan berlalunya waktu, para pemikir dan ulama di Iran serta ahli ekonomi, semuanya mencurahkan tenaganya untuk melihat dan mempelajari kesulitan apa yang dihadapi sehingga nantinya dapat diselesaikan dan menjadi pengelaman di masa depan.

Kesulitan yang pertama yang dihadapi, misalnya dalam sistem mudarabah atau

qardulhasan, ketika tidak menyebutkan keuntungan atau laba pasti. Dalam mudarabah misalnya, apabila seseorang menaruh uangnya di bank kemudian digunakan modal akan tetapi usaha tersebut mengalami kerugian di luar ikhtiar, karena tidak dituntut menggantinya, karena itu mungkin ini menjadi satu hal yang menghantui penduduk disitu, karena uang ini harus selalu dikembangkan. Kalau kita menabung di sana, maka nanti tidak memperoleh apa-apa. Bukan saja tidak kembali tapi bisa saja malah hilang. Salah satu kendala ini sangat dikhawatirkan terutama bagi mereka yang memiliki jumlah uang besar. Menurut Anda sendiri bagaimana menyelesaikan hal ini?

Penulis: Memang kalau dilihat dari sisi penabung, sangat "merugikan" (tidak menguntungkan) jika dibandingkan dengan bank konvensional. Meskipun awalnya bank sebagai tempat titipan, tapi orang menabung ingin mendapatkan keuntungan. Dengan qardulhasan memang orang enggan memilih akad seperti itu, sehingga di Indonesia sangat kecil jumlahnya. Tadi disebutkan bahwa iman berpengaruh… sehingga perlu sosialisasi lebih lanjut bahwa riba itu haram dan sebagainya.

90

Narasumber: Benar bahwa iman berpengaruh, namun tingkatan iman dalam sebuah masyarakat sangat berbeda-beda dan kita tidak bisa membiarkan begitu saja "Sudah memperkuat iman saja". Tidak mungkin dan itu bukan penyelesaian yang tepat. Iran, alhamdulillah, memberikan penyelesaian dari sisi materi. Misalnya, bank menjamin keamanan modal utama yang dititipkan oleh nasabah dan nantinya memberikan keuntungan lain. Dalam perjanjian disebutkan bahwa bank menjamin keamanan modal nasabah dan apabila bank meminjamkan modal kepada seseorang dan ternyata tidak menghasilkan keuntungan, bank akan berjanji mengembalikan modal dan memberikan ganti rugi sebagai ganti keuntungan yang biasanya diberikan peminjam. Bank dari mana memberanikan diri menjamin hal tersebut?

(Terputus)

Sesuai dengan pengalaman, bank tidak sembarangan memberikan pinjaman dan mensurvei sehingga pinjaman ini untuk usaha apa, sehingga si fulan ingin bekerja ini dan kemungkinan ruginya sangat kecil. Jadi dengan demikian, bank tidak hanya memberikan pinjamannya kepada sembarangan orang dan ini salah satu pengalaman perbankan di Iran. Terima kasih.

(Masalah pada audio)

Penulis: Bagaimana nasib aset dana bank asing setelah Revolusi yang milik keluarga Syah?

Narasumber: Rekening-rekening tersebut sebenarnya bukan milik pribadi, meskipun menggunakan nama pribadi, karena penghasilannya adalah penghasilan negara. Setelah Revolusi Islam Iran, Iran yang meyakini itu sebagai harta negara ingin

91 mengambil. Akan tetapi Amerika dan juga beberapa negara Eropa tidak memberikannya dan dibekukan. Rekening tersebut masih dinikmati keluarga Syah.

Penulis: Bagaimana dengan bunga dari rekening tersebut?

Narasumber: Sebenarnya milik Iran. Namun modalnya saja tidak dikembalikan bagaimana dengan bunganya?

Penulis: Bagaimana dampak Perang Teluk di awal-awal Revolusi?

Narasumber: Berkenaan dengan sistem perbankan, tidak ada pengaruhnya sama sekali. Namun karena berkenaan dengan perekonomian negara tersebut mau tidak mau punya pengaruh. Mereka juga ingin menghentikan (Revolusi) dari segi perekonomian. Iran juga sudah mengajukan tuntutannya atas ganti rugi akibat perang yang dipaksaan oleh Irak, akan tetapi tidak serial pun mendapat ganti ruginya.

Penulis: Bagaimana hubungan antara perbankan Iran dengan perbankan internasional di masa pemerintahan Ahmadinejad yang mengalami krisis (politik)?

Narasumber: Tentu saja ada pengaruhnya dan ini tidak dimulai dari terpilihnya Ahmadinejad sebagai presiden karena sebelum-sebelumnya juga sudah diembargo. Hal itu juga berpengaruh pada perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di Iran, yang tujuannya ingin memukul Iran dari sisi ini (ekonomi). Tetapi 30 tahun (pasca Revolusi) dijadikan pengalaman yang berharga untuk kemajuan dan perkembangan segala bidang, terutama ekonomi di Iran.

Penulis: Satu hal yang ada di luar tema ini, tapi juga bermanfaat bagi keilmuan terkait. Di Indonesia, praktik perbankan merujuk pada fatwa MUI. Di setiap bank ada Dewan Pengawas Syariah bertugas mengawasi operasional dan bertanggung jawab

92 kepada MUI. Di Iran sendiri, karena seluruhnya syariah apakah ada semacam DPS, selain dari dewan yang lima orang tadi?

Narasumber: Ya, kami juga punya Dewan Syura Ekonomi Islam yang mana dewan ini terdiri dari para ulama dan juga pakar ekonomi. Gabungan dari dua ilmuwan ini bergabung dan duduk bersama mengawasi bagaimana sistem dan undang-undang yang ada sesuai dengan hukum Islam atau tidak, secara pelaksanaan.

Penulis: Semua orang ketika ingat Revolusi Iran, akan ingat dengan Imam Khomeini sebagai "pendiri". Beliau dikenal sebagai ahli fikih, ahli politik, sufi. Bagaimana dengan pemikiran beliau dalam bidang ekonomi?

Narasumber: Beliau, karena sebagai seorang fakih, juga memiliki kitab tentang fikih ekonomi dan kitab tersebut menyangkut transaksi jual-beli secara umum sekitar 4-5 jilid. Nama kitabnya al-Bai'. Kitab ini ditulis di Najaf, Irak.

93

94

Lampiran 3

BIODATA PENULIS

Nama Lengkap : Ali Reza

TTL : Jakarta, 25 September 1988

Alamat : Cakrawijaya IV Blok L 14, Komplek Diskum AD,

Cipinang Muara, Jatinegara, Jakarta, 13420

Homepage : http://about.me/ejajufri

Public Email : ejajufri@bismillah.com

Pendidikan : SD Negeri 05 PWI – 2000

: SMP Negeri 52 Jakarta – 2003 : SMA Negeri 54 Jakarta – 2006 : S1 UIN Syarif Hidayatullah – 2010

Lain-Lain : Kuliah Informal Ekonomi Islam FE UI – Maret s.d. Mei 2007 : Karim Business Consulting – Juli s.d. Agustus 2008

: Lingkar Studi Ekonomi Islam, Bidang Media – 2009

Dokumen terkait