• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Kondisi Perbankan Syariah Kedua Negara

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN KONDISI PERBANKAN

A. Perbandingan Kondisi Perbankan Syariah Kedua Negara

Bank Markazi Iran didirikan pada tahun 1960. Sebagaimana dinyatakan Undang-Undang Moneter dan Perbankan Iran, Bank Markazi Iran (BMI) bertanggung jawab atas desain dan pelaksanaan kebijakan moneter dan kredit dengan memperhatikan kebijakan umum ekonomi negara. Empat tujuan utama BMI sebagaimana tercantum dalam undang-undang adalah:1

a. Menjaga nilai mata uang nasional.

b. Menjaga keseimbangan neraca pembayaran.

1

60 c. Memfasilitasi transaksi yang terkait dengan perdagangan.

d. Meningkatkan potensi pertumbuhan negara.

Undang-undang tersebut juga menjelaskan tugas sistem perbankan secara keseluruhan termasuk fungsi konvensional seperti penerbitan uang kertas dan koin, regulasi, mengontrol dan menjaga peredaran uang dan kredit, menjalankan operasi perbankan secara keseluruhan dalam hal mata uang asing dan lokal, dan mengimplementasikan kebijakan moneter dan kredit.2 Disamping itu juga tentu saja melakukan pengawasan bank dan lembaga kredit, dan peraturan dalam transaksi emas.

Dalam sistem perbankan Islam, di mana bunga menjadi instrumen klasik yang harus dihapuskan, tujuan-tujuan yang ingin dicapai baik melalui instrumen kebijakan yang dikenal dalam perbankan konvensional, dan beberapa instrumen lain yang menerapkan kegiatan bagi hasil. Ada banyak modifikasi yang dilakukan oleh otoritas moneter Iran terhadap sistem perbankannya. Berikut adalah instrumen moneter yang digunakan otoritas moneter Iran:3

a. Reserve Requirement Ratio antara 10% sampai dengan 30%. Biasanya digunakan untuk menyerap kelebihan dana bank yang dianggurkan yang secara potensial dapat digunakan dalam peningkatan likuiditas.

2

Ramin Cooper Maysami, "Islamic Banking and the Conduct of Monetary Policy: Lessons from the Islamic Republic of Iran". Dalam Samuel L. Hayes, Proceedings of the Third Harvard University Forum on Islamic Finance, October 1, 1999 (HU: Center for Middle Eastern Studies, 2000), h. 42.

3

61 b. Adjusted Open Market Operations pada dasarnya tidak dapat efektif digunakan pada negara yang pasar keuangan dan finansialnya belum berkembang. Karena keharusan menghindari operasi yang memakai instrumen bunga, bank-bank tidak diperbolehkan membeli obligasi pemerintah kecuali dengan menggunakan sumber daya sendiri.

c. Karena adanya pelarangan terhadap riba, discount rates tidak digunakan seluas seperti pada sistem perbankan konvensional. Namun karena bank sentral tetap sebagai lender of the last resort dan juga ultimate source of liquidity, maka bank sentral seharusnya dapat menyediakan likuiditas saat bank-bank membutuhkan.

d. Credit ceiling digunakan untuk mengendalikan penciptaan uang, pertumbuhan likuiditas oleh otoritas moneter. Instrumen ini juga digunakan untuk mengalokasikan dana dan fasilitas kredit terhadap sektor tertentu dalam perekonomian.

e. Minimum Expected Profit Ratio of Bank dan Bank's Share of Profit in Various Contracts merupakan ketetapan bank sentral tentang suatu rasio minimum dari keuntungan yang diharapkan bank dalam kerja sama ventura dan mudarabah yang berbeda-beda di setiap sektornya.

Bank Markazi Iran sebagai lembaga ekonomi-perbankan dengan misi yang jelas dalam memimpin, mengawasi, dan mengarahkan aktivitas keuangan. Meningkatnya titik-temu ekonomi global dan terkait dengan persyaratan internasional telah membawa negara Iran ke tingkat yang lebih tinggi dalam

62 partisipasi dan interaksi dengan negara dunia dibandingkan masa sebelumnya. Saat ini, Iran merupakan anggota tiga lembaga keuangan utama, IMF, Bank Dunia, dan IDB, dan juga berpartisipasi aktif dalam pertemuan tahunan BIS, IFSB, dan Asian Clearing Union.4

Sementara Bank Indonesia, sebagai bank sentral yang hanya memiliki direktorat sebagai regulator industri perbankan syariah memiliki fungsi yang sama dengan bank sentral pada umumnya. Karena itulah Bank Indonesia masih menetapkan tingkat suku bunga dan untuk tingkat margin yang diterapkan perbankan syariah masih mengacu kepada tingkat suku bunga sebagai benchmark

dalam mengurangi pengaruh inflasi.

2. Legalitas

Kerangka hukum bagi berfungsinya sistem perbankan syariah di Iran diatur oleh Undang-Undang Perbankan Bebas Riba tahun 1983 yang diratifikasi oleh Majelis Syura Islam dan disetujui oleh Dewan Garda.5 Undang-Undang ini terdari dari 5 (lima) bab dan 27 pasal, yakni tujuan dan tugas sistem perbankan syariah di Republik Islam Iran, mobilisasi sumber keuangan, fasilitas perbankan, Bank Markazi Iran dan kebijakan moneter, serta hal terkait lainnya. Dengan undang-undang ini, Iran berusaha untuk mengurangi tingkat bunga hingga mencapai nol. Para nasabah diminta untuk menempatkan uang mereka dalam

4

"Central Banking in Iran", diakses pada tanggal 12 November 2010 dari

http://www.cbi.ir/page/4252.aspx.

5

Ausaf Ahmad, Instruments of Regulation & Control of Islamic Banks by the Central Bank, (Jeddah: IDB, 2000), h. 32.

63 rekening qardulhasan yang tidak menghasilkan keuntungan. Kondisi jelas yang hanya dilakukan oleh rakyat Iran yang sangat berpikiran religius.6 Konsekuensinya, bank-bank menghadapi keterbatasan penawaran dan ketakterbatasan permintaan atau nasabah bisa mendapatkan untung dalam deposito berjangka.7

Bank syariah pertama di Indonesia yang beroperasi pada tahun 1992 baru memiliki undang-undang yang mengaturnya 16 tahun kemudian. Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah terdiri dari 13 bab dan 70 pasal, beberapa di antaranya mengatur mengenai asas, tujuan dan fungsi, perizinan, bentuk badan hukum, jenis kegiatan usaha, komisaris, dan sebagainya. Meski kemunculan undang-undang terlihat lambat, namun hal positifnya bisa terlihat dalam beberapa pasal, misalnya Pasal 5 Ayat (7) menyebutkan bahwa bank umum syariah tidak dapat dikonversi menjadi bank umum konvensional, begitu juga dengan izin pendirian unit usaha syariah. Di samping usaha komersial, bank syariah dapat pula menjalankan fungsi sosial, seperti menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi penelola zakat, sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Ayat (2).

6 "Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik (qardanhasanan),

maka Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak." (QS. Hadîd [57]: 11). Lihat juga QS. at-Taghâbûn [64]: 17, al-Baqarah [2]: 245.

7

64

3. Produk

Dalam Undang-Undang Perbankan Bebas-Riba, disebutkan beberapa jenis akad dasar yang digunakan dalam sistem perbankan syariah di Iran, baik untuk proses penghimpunan maupun proses penyaluran. Dalam Pasal 3 disebutkan bahwa bank dibolehkan menerima simpanan dalam bentuk: simpanan

qardulhasan dan simpanan investasi berjangka. Simpanan investasi berjangka, bagi pemanfaatan di mana bank memiliki kekuatan untuk memeriksa, harus digunakan dalam joint venture, mudarabah, sewa-beli, transaksi cicilan,

mozaraah, mosaqat, investasi langsung, transaksi forward, dan joaalah. Selain akad-akad di atas, UU No. 21 Tahun 2008 lebih banyak memfasilitasi produk dengan akad salam, istishna, dan jasa dengan akad hawalah dan kafalah.

4. Pengawas Syariah

Secara umum, Iran juga memiliki Dewan Syura Perekonomian Islam yang terdiri dari para ulama dan para ahli ekonomi. Mereka bergabung dan duduk bersama untuk mengawasi apakah sistem dan undang-undang yang berlaku sesuai dengan hukum Islam atau tidak.8 Dewan ini berada di bawah Majelis Syura Islami yang mengesahkan undang-undang, termasuk Undang-Undang Perbankan Bebas Riba. Namun secara institusional, bank yang beroperasi di Iran bertanggung jawab langsung kepada Majelis Umum Bank Markazi Iran yang beranggotakan Menteri Urusan Ekonomi dan Keuangan, Menteri Perdagangan, Kepala Organisasi Manajemen dan Perencanaan, dan satu

8

65 lagi menteri yang dipilih oleh Dewan Kementerian. Pada tanggal 14 November 2010, parlemen Iran meloloskan peraturan yang mengeluarkan presiden sebagai anggota Majelis Umum dan nantinya beranggotakan tujuh ekonom9 dengan tujuan independensi bank sentral dari pemerintahan.

Sementara di Indonesia, melihat semakin berkembangnya lembaga keuangan syariah dan adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS) pada setiap lembaga,10 Majelis Ulama Indonesia (MUI) memandang perlu untuk mendirikan Dewan Syariah Nasional (DSN) sebagai tempat menampung berbagai masalah/kasus yang memerlukan fatwa. DSN beranggotakan para ulama, praktisi, dan pakar dalam bidang yang terkait dengan muamalah syariah. DPS pada setiap lembaga keuangan syariah (LKS) mempunyai tugas memberikan nasihat dan saran kepada LKS, melakukan pengawasan, dan mediator antara LKS dengan DSN dalam mengkomunikasikan usul dan saran pengembangan produk dan jasa.11

Sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No. 6/24/PBI/2004 tentang Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip

9

"Iranian President Removed As Central Bank Board Chairman", diakses pada tanggal 22 November 2010 dari http://www.rferl.org/content/Iranian_President_Removed_As_Central_Bank_

Board_Chairman/2222076.html.

10

Dewan Syariah Nasional, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, (DSN-MUI: Jakarta, 2006), h. 425.

11

66 Syariah,12 DPS juga mempunyai kewajiban untuk menyampaikan laporan hasil pengawasan sekurang-kurangnya setiap 6 (enam) bulan kepada Direksi LKS, DSN, dan Bank Indonesia. Fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional kemudian dijadikan hukum positif dalam bentuk Peraturan Bank Indonesia agar dapat ditaati oleh institusi perbankan.

12

67

Matriks Perbandingan Perbankan Syariah Iran-Indonesia

Iran Indonesia

Bank Sentral Independen dan bebas dari campur tangan pemerintah

Instrumen kebijakan

moneter: operasi pasar terbuka, GWM antara 10-30%, lender of the last resort, minimum expected profit ratio of bank.

Memiliki penetapan

minimal dan maksimal

profit return.

Independen dan bebas dari campur tangan pemerintah

Instrumen kebijakan

moneter: operasi pasar terbuka, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum (bank syariah sebesar 8%),

lender of the last resort,

pengaturan kredit atau pembiayaan Legalitas Undang-Undang Perbankan Bebas-Riba tahun 1983 • Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Diperkuat dengan Peraturan

Bank Indonesia yang sesuai dengan Fatwa MUI.

Produk Dalam undang-undang

mengatur dua produk tabungan utama, yakni

qardulhasan dan deposito berjangka.

Dalam undang-undang,

akad-akad lain yang digunakan untuk pembiayaan seperti

murabahah, musaqat, dan

ju'alah.

Dalam UU mengatur dua

produk utama

penghimpunan dana, yakni

wadi'ah dan mudarabah atau akad lain yang tidak bertentangan.

Penyaluran pembiayaan

dengan menggunakan akad mudarabah, musyarakah,

salam, istishna, IMBT,

Pengawas

Syariah

Undang-undang dan peraturan yang berlaku disahkan oleh Majelis Syura Islam melalui persetujuan Dewan Garda.

Perbankan bertanggung

jawab langsung kepada Majelis Umum bank sentral.

Di setiap lembaga keuangan

terdapat DPS, yang bertanggung jawab memberikan laporan kepada DSN dan Bank Indonesia

68

Dokumen terkait