• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tabel Silang

Dalam dokumen BAB III METODOLOGI PENELITIAN (Halaman 50-61)

Analisis tabel silang bertujuan untuk mengetahui hubungan yang dapat

diperoleh diantara variabel penelitian yang dapat menjelaskan lebih dalam

mengenai data yang sudah disajikan dalam bentuk tabel tunggal (Masril, 2014).

Berdasarkan hasil analisis terhadap seluruh tabel tunggal dalam penelitian ini,

peneliti melakukan analisa tabel silang (cross tabulation) yang menghasilkan

sebanyak 8 hasil analisis, yang diuraikan sebaggai berikut.

54% 46% 0% 0% 51% 49% 0% 0% 65% 35% 0% 0% Sangat berkomitmen

Berkomitmen Tidak berkomitmen Tidak pengaruh

Tabel 4.3.1

Data Silang: Jabatan dengan Intensitas penggunaan surat kabar

Intensitas membaca surat kabar

Total 1 - 3 hr 4 - 6 hr 7 hari (seminggu) Jabatan KPA 10 11 38 59 % Jabatan 16.9% 18.6% 64.4% 100.0% % Intensitas membaca surat kabar 66.7% 73.3% 82.6% 77.6% % Total 13.2% 14.5% 50.0% 77.6% Bendahara 5 4 8 17 % Jabatan 29.4% 23.5% 47.1% 100.0% % Intensitas membaca surat kabar 33.3% 26.7% 17.4% 22.4% % Total 6.6% 5.3% 10.5% 22.4% Total Jumlah 15 15 46 76 % Jabatan 19.7% 19.7% 60.5% 100.0% % Intensitas membaca surat kabar 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% % Total 19.7% 19.7% 60.5% 100.0%

Sumber: Hasil penelitian, diolah dengan bantuan SPSS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari total responden dengan jabatan

sebagai KPA sebanyak 59 orang, 64,4% diantaranya membaca surat kabar 7 hari

(seminggu), sementara untuk bendahara, dari total responden sebanyak 17 orang,

sebesar 47,1% menyatakan membaca surat kabar 7 hari dalam seminggu. Namun

untuk intensitas membaca surat kabar 4 s.d. 6 hari dan 1 s.d. 3 hari dalam

seminggu, persentase bendahara lebih besar dibandingkan KPA.

Hasil ini menggambarkan bahwa intensitas membaca surat kabar dengan

frekuensi 7 hari dalam seminggu, lebih tinggi pada KPA dibandingkan bendahara.

Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan menggunakan surat kabar

(setiap hari) pada KPA lebih tinggi dibandingkan pada bendahara di lingkungan

Sebagai salah satu jenis media massa, surat kabar merupakan medium utama

yang digunakan oleh banyak orang untuk mendapatkan informasi. Hal ini sejalan

dengan tesis Vivian (2008) yang menyatakan bahwa tidak ada sumber berita yang

dapat menyamai keluasan dan kedalaman liputan berita koran, yang sekaligus

memperkuat popularitas dan pengaruh yang dimiliki surat kabar.

Tabel 4.3.2

Data Silang: Jabatan dengan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Total SLTA Diploma S1 S2 S3/ Lainnya Jabatan KPA 0 1 14 42 2 59 % Jabatan .0% 1.7% 23.7% 71.2% 3.4% 100.0% % Tingkat Pendidikan .0% 33.3% 63.6% 93.3% 100.0% 77.6% % Total .0% 1.3% 18.4% 55.3% 2.6% 77.6% Bendahara 4 2 8 3 0 17 % Jabatan 23.5% 11.8% 47.1% 17.6% .0% 100.0% % Tingkat Pendidikan 100.0% 66.7% 36.4% 6.7% .0% 22.4% % Total 5.3% 2.6% 10.5% 3.9% .0% 22.4% Total Jumlah 4 3 22 45 2 76 % Jabatan 5.3% 3.9% 28.9% 59.2% 2.6% 100.0% % Tingkat Pendidikan 100.0% 100.0% 100.0% 100.0 % 100.0% 100.0% % Total 5.3% 3.9% 28.9% 59.2% 2.6% 100.0%

Sumber: Hasil penelitian, dengan bantuan SPSS

Tabel diatas menunjukkan hubungan antara jabatan dengan tingkat

pendidikan pegawai. Dari total responden KPA sebanyak 59 orang, 71,2%

memiliki latar belakang pendidikan S2 dan diikuti 23,7% berpendidikan S1.

Sementara untuk bendahara, dari total responden sebanyak 17 orang, sebagian

besar yaitu 47,1% memiliki labar belakang pendidikan S1, diikuti berpendidikan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan untuk

pengawai yang memiliki jabatan sebagai KPA lebih tinggi dibandingkan

bendahara. Kondisi ini juga menggambarkan bahwa pegawai yang berkaitan

dengan tugas pengelolaan keuangan di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera

Utara telah didukung dengan latar belakang pendidikan yang memadai.

Tabel 4.3.3

Data Silang: Jabatan dengan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Total Laki-Laki Perempuan Jabatan KPA 45 14 59 % Jabatan 76.3% 23.7% 100.0% % Jenis Kelamin 81.8% 66.7% 77.6% % Total 59.2% 18.4% 77.6% Bendahara 10 7 17 % Jabatan 58.8% 41.2% 100.0% % Jenis Kelamin 18.2% 33.3% 22.4% % Total 13.2% 9.2% 22.4% Total Jumlah 55 21 76 % Jabatan 72.4% 27.6% 100.0% % Jenis Kelamin 100.0% 100.0% 100.0% % Total 72.4% 27.6% 100.0%

Sumber: Hasil penelitian, dengan bantuan SPSS

Tabel diatas menunjukkan karakteristik responden berdasarkan jenis

kelamin. Dari total responden sebanyak 76 orang, 72,4% atau sebanyak 55 orang

berjenis kelamin laki-laki dan 27,6% atau sebanyak 21 orang berjenis kelamin

perempuan. Dari tabel diatas juga diketahui perbandingan jumlah pegawai

berdasarkan jenis kelamin pada tingkatan KPA dan bendahara. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa, baik pada tingkatan KPA maupun bendahara jumlah

pegawai laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Hal yang membedakan

sebesar 52,6% (76,3% - 23,7%), sementara pada tingkatan bendahara selisihnya

hanya sebesar 17,6% (58,8% - 41,2%).

Kondisi diatas menggambarkan bahwa pegawai yang bertugas dalam

pengelolaan keuangan daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara,

baik sebagai KPA maupun sebagai bendahara didominasi oleh pegawai berjenis

kelamin laki-laki.

Tabel 4.3.4

Data Silang: Usia dengan Mengikuti berita terkini kasus TPK Mengikuti berita terkini kasus TPK

Total Jarang Mengikuti Selalu

mengikuti

Usia < 30 thn 1 0 1 2

% Usia 50.0% .0% 50.0% 100.0% % Mengikuti berita terkini kasus

TPK

25.0% .0% 8.3% 2.6%

% Total 1.3% .0% 1.3% 2.6%

30 – 40 thn 0 4 0 4

% Usia .0% 100.0% .0% 100.0% % Mengikuti berita terkini kasus

TPK

.0% 6.7% .0% 5.3%

% Total .0% 5.3% .0% 5.3%

41 – 50 thn 2 20 1 23

% Usia 8.7% 87.0% 4.3% 100.0% % Mengikuti berita terkini kasus

TPK

50.0% 33.3% 8.3% 30.3%

% Total 2.6% 26.3% 1.3% 30.3%

> 50 thn 1 36 10 47

% Usia 2.1% 76.6% 21.3% 100.0% % Mengikuti berita terkini kasus

TPK

25.0% 60.0% 83.3% 61.8%

% Total 1.3% 47.4% 13.2% 61.8%

Total Jumlah 4 60 12 76

% Usia 5.3% 78.9% 15.8% 100.0% % Mengikuti berita terkini kasus

TPK

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% Total 5.3% 78.9% 15.8% 100.0%

Tabel 4.3.4 diatas menunjukkan hubungan antara usia responden terhadap

aktivitas mengikuti berita terkini (terbaru) kasus TPK. Dari total responden

sebanyak 76 orang, sebagian besar yaitu 47,4% adalah pegawai berusia 50 tahun

keatas dan menyatakan mengikuti berita-berita terkini berkaitan dengan kasus

TPK. Disusul sebesar 26,3% pegawai berusia 41 – 50 tahun dan juga menyatakan

mengikuti berita terkini kasus TPK.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berita terkini terkait kasus TPK

tidak hanya diminati dan diikuti oleh pegawai dengan usia yang relatif muda (41 –

50 tahun), bahkan lebih diminati oleh pegawai dengan usia relatif tua (diatas 50

tahun). Kondisi ini menunjukkan bahwa berita dengan topik yang berkaitan

dengan kasus TPK memiliki daya tarik bagi khalayak dan tidak dibatasi oleh

Tabel 4.3.5

Data Silang: Usia dengan Intensitas penggunaan internet Intensitas menggunakan internet

Total TP/ Jarang 1 - 3 hr 4 - 7 hr 7 hr (seminggu) Usia < 30 thn 0 2 0 0 2 % Usia .0% 100.0% .0% .0% 100.0% % Intensitas menggunakan internet .0% 18.2% .0% .0% 2.6%

% Total .0% 2.6% .0% .0% 2.6%

30 – 40 thn 0 0 2 2 4

% Usia .0% .0% 50.0% 50.0% 100.0% % Intensitas menggunakan internet .0% .0% 12.5% 5.3% 5.3% % Total .0% .0% 2.6% 2.6% 5.3%

41 – 50 thn 4 2 6 11 23

% Usia 17.4% 8.7% 26.1% 47.8% 100.0% % Intensitas menggunakan internet 36.4% 18.2% 37.5% 28.9% 30.3% % Total 5.3% 2.6% 7.9% 14.5% 30.3%

> 50 thn 7 7 8 25 47

% Usia 14.9% 14.9% 17.0% 53.2% 100.0% % Intensitas menggunakan internet 63.6% 63.6% 50.0% 65.8% 61.8% % Total 9.2% 9.2% 10.5% 32.9% 61.8%

Total Jumlah 11 11 16 38 76

% Usia 14.5% 14.5% 21.1% 50.0% 100.0% % Intensitas menggunakan internet 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% % Total 14.5% 14.5% 21.1% 50.0% 100.0%

Sumber: Hasil penelitian, dengan bantuan SPSS

Tabel diatas menunjukkan hubungan antara usia dengan intensitas

pengunaan internet oleh pegawai. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa dari

total responden sebanyak 76 orang, pegawai yang paling rutin menggunakan

internet (7 hari dalam seminggu) adalah pegawai pada kisaran usia 50 tahun

keatas sebesar 32,9%. Disusul oleh pegawai pada kisaran usia 41 – 50 tahun

14,5%.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa di lingkungan Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara, sebesar 50% (32,9% + 14,5% + 2,6%) pegawai yang bertugas

frekuensi yang sangat aktif yaitu 7 hari dalam seminggu. Dengan kata lain, untuk

posisi KPA dan bendahara, istilah orang tua (senior) sebagai orang yang „gagap

teknologi‟ tidak berlaku sepenuhnya.

Melalui penggunaan internet sebagai salah satu jenis media massa,

responden memperoleh berbagai jenis informasi yang akan digunakan sesuai

dengan keinginan dan kebutuhannya. Hal ini merupakan perwujudan media massa

sebagai sumber informasi kepada khalayak (to inform).

Tabel 4.3.6

Data Silang: Jabatan dengan Pengaruh berita kasus TPK di lingkungan Pemda

Berita kasus TPK di lingkungan Pemda

Total Tidak pengaruh Kurang pengaruh Berpengaruh Sangat pengaruh Jabatan KPA 5 13 33 8 59 % Jabatan 8.5% 22.0% 55.9% 13.6% 100.0% % Berita kasus TPK di lingkungan Pemda 71.4% 86.7% 76.7% 72.7% 77.6% % Total 6.6% 17.1% 43.4% 10.5% 77.6% Bendahara 2 2 10 3 17 % Jabatan 11.8% 11.8% 58.8% 17.6% 100.0% % Berita kasus TPK di lingkungan Pemda 28.6% 13.3% 23.3% 27.3% 22.4% % Total 2.6% 2.6% 13.2% 3.9% 22.4% Total Jumlah 7 15 43 11 76 % Jabatan 9.2% 19.7% 56.6% 14.5% 100.0% % Berita kasus TPK di lingkungan Pemda 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% % Total 9.2% 19.7% 56.6% 14.5% 100.0%

Sumber: Hasil penelitian, dengan bantuan SPSS

Tabel diatas menunjukkan hubungan antara jabatan dengan pengaruh berita

kasus tindak pidana korupsi yang terjadi di lingkungan Pemerindah Daerah

(Pemda). Berdasarkan penelitian diketahui lebih dari setengah responden, baik

mereka, yaitu 55,9% untuk KPA dan 58,8% untuk bendahara. Hanya sebagian

kecil responden yaitu masing-masing 8,5% dan 11,8% yang menyatakan bahwa

berita tersebut tidak berpengaruh terhadap mereka.

Kondisi ini sejalan dengan model SOR yang menyatakan bahwa setiap

rangsangan (stimulus) pasti akan menghasilkan respon tertentu. Dalam hal ini,

stimulus (rangsangan) adalah berita kasus TPK yang terjadi di lingkungan Pemda

dan respon yang muncul akibatnya adalah pernyataan KPA maupun bendahara

bahwa hal itu berpengaruh pada mereka.

Tabel 4.3.7

Data Silang: Jabatan dengan Pendapat terhadap berita kasus TPK dengan nilai kerugian besar

Berita kasus TPK dengan nilai kerugian yang besar

Total Kurang menarik Menarik Sangat menarik Jabatan KPA 3 48 8 59 % Jabatan 5.1% 81.4% 13.6% 100.0% % Berita kasus TPK dengan nilai

kerugian yang besar

100.0% 76.2% 80.0% 77.6%

% Total 3.9% 63.2% 10.5% 77.6%

Bendahara 0 15 2 17

% Jabatan .0% 88.2% 11.8% 100.0% % Berita kasus TPK dengan nilai

kerugian yang besar

.0% 23.8% 20.0% 22.4%

% Total .0% 19.7% 2.6% 22.4%

Total Jumlah 3 63 10 76

% Jabatan 3.9% 82.9% 13.2% 100.0%

% Berita kasus TPK dengan nilai kerugian yang besar

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% Total 3.9% 82.9% 13.2% 100.0%

Sumber: Hasil penelitian, dengan bantuan SPSS

Tabel diatas menunjukkan hubungan antara jabatan pegawai dengan

pendapat terhadap berita kasus TPK dengan nilai kerugian besar. Hasil penelitian

yaitu 95,0% berpendapat berita kasus TPK dengan kerugian yang besar menarik

bagi mereka (13,6% sangat menarik), hanya 5,1% yang menyatakan berita

tersebut kurang menarik. Sementara untuk bendahara, dari total responden

sebanyak 17 orang, seluruhnya atau 100% menyatakan berita tersebut menarik

bagi mereka (11,8% sangat menarik).

Aspek nilai kerugian negara/daerah yang besar dapat dikategorikan sebagai

faktor ukuran (size) dari sebuah berita. Menurut Bond (Suhandang, 2004), faktor

besar atau ukuran dari sebuah berita merupakan salah satu hal utama dari sebuah

berita yang bernilai tinggi dan merangsang bangkitnya perhatian khalayak.

Melalui penelitian ini dapat disimpulkan bahwa berita kasus TPK dengan nilai

kerugian yang besar dapat dikategorikan sebagai berita yang menarik perhatian

Tabel 4.3.8

Data Silang: Mengetahui banyak kasus TPK dengan Perasaan yang timbul Perasaan yang timbul

Total Tidak pengaruh Kurang takut Takut Sangat takut Kurang mengetahui Jumlah 3 0 2 0 5

% Mengetahui banyak kasus TPK lewat media massa

60.0% .0% 40.0% .0% 100.0%

% Perasaan yang timbul 27.3% .0% 4.8% .0% 6.6% % Total 3.9% .0% 2.6% .0% 6.6%

Mengetahui Jumlah 7 3 37 18 65

% Mengetahui banyak kasus TPK lewat media massa

10.8% 4.6% 56.9% 27.7% 100.0%

% Perasaan yang timbul 63.6% 100.0% 88.1% 90.0% 85.5% % Total 9.2% 3.9% 48.7% 23.7% 85.5% Sangat

mengetahui

Jumlah 1 0 3 2 6

% Mengetahui banyak kasus TPK lewat media massa

16.7% .0% 50.0% 33.3% 100.0%

% Perasaan yang timbul 9.1% .0% 7.1% 10.0% 7.9% % Total 1.3% .0% 3.9% 2.6% 7.9%

Total Jumlah 11 3 42 20 76

% Mengetahui banyak kasus TPK lewat media massa

14.5% 3.9% 55.3% 26.3% 100.0%

% Perasaan yang timbul 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% % Total 14.5% 3.9% 55.3% 26.3% 100.0%

Sumber: Hasil penelitian, dengan bantuan SPSS

Tabel diatas menunjukkan hubungan antara mengetahui banyak kasus TPK

dengan perasaan yang timbul dalam diri responden berkaitan dengan pelaksanaan

tugas. Hasil penelitian menunjukkan dari total responden sebanyak 76 orang,

mayoritas responden yaitu sebesar 72,4% (48,7% takut dan 23,7% sangat takut)

menyatakan mengetahui banyak kasus TPK lewat media massa dan timbul

perasaan takut dalam melaksanakan tugas.

Kondisi ini menunjukkan bahwa berbagai berita kasus TPK yang diperoleh

oleh KPA dan bendahara mengakibatkan timbulnya efek berupa rasa takut bagi

terpaan berita yang diterima responden sebagai stimulus mendorong timbulnya

respon dari KPA dan bendahara berupa rasa takut dalam menjalankan tugas.

Dalam dokumen BAB III METODOLOGI PENELITIAN (Halaman 50-61)

Dokumen terkait