• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Perbedaan (Komparasi)

Dalam dokumen BAB III METODOLOGI PENELITIAN (Halaman 62-75)

Uji perbedaan (komparasi) merupakan pengujian yang dilakukan untuk

menganalisis perbedaan diantara dua kelompok atau lebih (Kriyantono,

2008:183). Melalui pengujian ini, peneliti ingin mengetahui apakah terdapat

perbedaan antara sikap KPA dan bendahara akibat terpaan pemberitaan kasus

Sesuai dengan jenis data dan skala yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu skala ordinal dan responden tidak berpasangan (independen), maka jenis uji

statistik yang digunakan adalah Mann-Witney U Test (Siregar, 2012:177). Adapun

hipotesis untuk uji perbedaan ini adalah:

H0: Tidak terdapat perbedaan hubungan antara pemberitaan kasus TPK dengan

sikap KPA dan Bendahara dalam pengelolaan keuangan daerah di

lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

H1: Terdapat perbedaan hubungan antara pemberitaan kasus TPK dengan sikap

KPA dan Bendahara dalam pengelolaan keuangan daerah di lingkungan

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Perhitungan uji perbedaan dengan rumus Mann Witney U Test dilakukan

dengan bantuan aplikasi SPSS versi 19.0. Hasil perhitungan ditunjukkan pada

tabel berikut ini:

Tabel 4.4.2

Hasil uji beda antara Pemberitaan Kasus Tindak Pidana Korupsi di Media Massa terhadap Sikap KPA dan Bendahara dalam pengelolaan keuangan

daerah

Mann-Whitney Test

Ranks

Jabatan N Mean Rank Sum of Ranks

Total skor KPA 59 37.50 2212.50 Bendahara 17 41.97 713.50 Total 76 Test Statisticsa Total skor Mann-Whitney U 442.500 Wilcoxon W 2212.500 Z -.738

Asymp. Sig. (2-tailed) .461 a. Grouping Variable: Jabatan

Hasil perhitungan uji beda tersebut menunjukkan bahwa Sig Z hitung adalah

sebesar 0.461. Nilai tersebut lebih besar (>) dari 0,05, dengan demikian H0

diterima dan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan antar hubungan

pemberitaan kasus TPK di media massa terhadap sikap KPA maupun bendahara.

Dengan kata lain, baik KPA maupun bendahara memiliki sikap yang identik

dalam pengelolaan keuangan daerah berkaitan dengan pemberitaan kasus TPK di

media massa.

Untuk memberikan perspektif lain mengenai hubungan pemberitaan kasus

TPK dengan sikap KPA dan bendahara, peneliti juga membandingkan nilai

koefisien korelasi (rho) dari masing-masing kelompok responden. Perhitungan

koefisien korelasi (rho) antara pemberitaan kasus TPK di media massa terhadap

sikap KPA maupun bendahara, disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.4.3

Hasil uji korelasi antara pemberitaan kasus tindak pidana korupsi di media massa terhadap sikap KPA dalam pengelolaan keuangan daerah

Correlations

Pemberitaan kasus TPK di media massa

Sikap KPA

Spearman's rho Variabel X Correlation Coefficient 1.000 .591** Sig. (2-tailed) . .000

N 59 59

Variabel Y Correlation Coefficient .591** 1.000 Sig. (2-tailed) .000 .

N 59 59

Tabel 4.4.4

Hasil uji korelasi antara pemberitaan kasus tindak pidana korupsi di media massa terhadap sikap Bendahara dalam pengelolaan keuangan daerah

Correlations Pemberitaan kasus TPK di media massa Sikap Bendahara

Spearman's rho Variabel X Correlation Coefficient 1.000 .282

Sig. (2-tailed) . .272

N 17 17

Variabel Y Correlation Coefficient .282 1.000

Sig. (2-tailed) .272 .

N 17 17

Dari kedua perhitungan koefisien korelasi (rho) diatas dapat diketahui

beberapa hal, sebagai berikut:

a. Koefisien korelasi sikap KPA adalah sebesar 0.591 dan sikap bendahara

sebesar 0.282. Kedua koefisien tersebut sama-sama memiliki nilai positif (+),

artinya variabel X yaitu pemberitaan kasus TPK di media massa memiliki

hubungan yang searah dengan variabel Y yaitu sikap dalam KPA maupun

bendahara.

b. Kekuatan hubungan antara pemberitaan kasus TPK di media massa terhadap

sikap KPA dalam pengelolaan keuangan daerah sebesar 0.591 berada pada

taraf “cukup”. Sementara terhadap sikap bendahara sebesar 0.282 pada taraf yang lebih rendah yaitu “lemah”.

c. Nilai Sig (p) pada sikap KPA adalah sebesar 0.000 < 0,01 berarti hubungan

variabel sangat signifikan, sementara nilai Sig (p) pada sikap bendahara

sebesar 0.272 > 0,05 berarti hubungan variabel tidak signifikan.

Hasil uji tabel tunggal, tabel silang, korelasi maupun uji perbedaan dalam

penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pemberitaan kasus

TPK terhadap sikap Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan bendahara dalam

pengelolaan keuangan daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara,

dimana taraf kekuatan hubungannya adalah ‘cukup’.

Hasil uji hipotesis dalam penelitian ini sejalan dengan model SOR yang

yang menyatakan bahwa efek merupakan reaksi terhadap situasi tertentu. Dalam

penelitian ini, efek adalah hubungan ataupun pengaruh yang timbul atau dirasakan

oleh responden, sementara situasi tertentu adalah kondisi dimana responden

menerima terpaan pemberitaan kasus TPK dari media massa. Sejalan dengan

model tersebut, penelitian ini menunjukkan adanya hubungan (pengaruh) yang

dirasakan oleh responden yaitu sikap dalam pengelolaan keuangan daerah sebagai

reaksi terhadap pemberitaan kasus TPK.

Model SOR mengasumsikan bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku

tergantung kepada kualitas rangsangan (stimulus) yang berkomunikasi dengan

organisme. Asumsi ini memiliki makna, apabila suatu stimulus bertambah atau

berkurang kualitasnya, maka akan diikuti dengan pertambahan atau pengurangan

perubahan perilaku pada komunikan. Pernyataan ini sejalan dengan hasil uji tabel

silang yang menunjukkan bahwa dari total 76 orang responden, 71,6%

diantaranya menyatakan dengan mengetahui banyak kasus TPK lewat media

Berkaitan dengan penggunaan media massa oleh responden, mengacu pada

delapan jenis media massa menurut Biagi (2010), melalui penelitian ini ditemukan

bahwa televisi merupakan media massa yang paling rutin digunakan oleh

responden dengan rata-rata penggunaan setiap hari dalam seminggu dengan

persentase sebesar 68%, diikuti oleh surat kabar = 61%, internet = 50%, radio =

24%, buku = 12%, majalah = 9%, film = 7% dan terakhir rekaman sebesar 4%.

Jenis media massa setelah televisi yang paling sering digunakan oleh

responden atau rata-rata digunakan 4 – 6 hari dalam seminggu adalah internet

sebesar 21%, disusul surat kabar = 20%, buku = 13%, radio = 8%, majalah = 7%,

rekaman = 4% dan terakhir film = 3%. Sementara media massa yang rata-rata

jarang atau bahkan tidak pernah digunakan dalam seminggu adalah rekaman =

84%, diikuti film = 55%, radio = 30%, majalah 29%, dan buku = 20%.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan responden

penelitian terhadap media massa sangat tinggi, dimana media massa telah menjadi

kebutuhan dan salah satu kegiatan rutin dari aktivitas keseharian responden. Hasil

ini sejalan dengan sebuah penelitian di Amerika Serikat (Biagi, 2010) yang

menemukan bahwa dalam sehari setiap orang dewasa menghabiskan waktu lebih

banyak dengan media daripada tanpa media.

Hasil lain dalam penelitian ini adalah pendapat responden mengenai tiga

jenis media massa yang paling sering digunakan sebagai sumber informasi

berkaitan dengan berita kasus TPK. Pada urutan pertama responden memilih

televisi dengan persentase sebesar 46%, disusul surat kabar = 41% dan internet =

8%. Pada urutan kedua, responden lebih banyak memilih surat kabar dengan

urutan ketiga, responden memilih internet dengan persentase sebesar 43%, disusul

televisi sebesar 20% dan radio sebesar 18%. Preferensi penggunaan media sebagai

sumber berita kasus TPK tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 5.1

Preferensi penggunaan media massa sumber berita kasus TPK

Berkaitan dengan pertanyaan tentang intensitas mengikuti berita-berita

kasus TPK yang terbaru (terkini), sebagian besar responden yaitu 79%

menyatakan mengikuti, 16% menyatakan selalu mengikuti, 5% menyatakan

jarang dan tidak terdapat responden yang memilih jawaban tidak pernah. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa baik KPA maupun bendahara memberikan

perhatian terhadap berita-berita terkini tentang kasus TPK yang ditunjukkan

dengan mayoritas mengikuti dan bahkan selalu mengikuti berita tersebut.

Berkaitan dengan pertanyaan tentang harapan memperoleh berita kasus

TPK secara mutakhir (up to date), sebagian besar responden yaitu 68%

menyatakan berharap, 21% bahkan menyatakan sangat berharap, 8% menyatakan

kurang berharap dan hanya 3% yang menyatakan tidak berharap.

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% Urutan 1 Urutan 2 urutan 3

Kedua hasil tersebut menunjukkan bahwa faktor kekinian dari suatu berita

atau berkaitan dengan ketepatan waktu (timeline) menjadi pendorong bagi

responden untuk mengikuti berita kasus TPK. Hasil ini sejalan dengan tesis dari

Bond (dalam Suhandang, 2004) yang menyatakan bahwa salah satu faktor utama

sebuah berita dinyatakan bernilai tinggi dan dapat merangsang bangkitnya

perhatian orang banyak adalah unsur ketepatan waktu (timeline).

Penelitian ini menganalisis tanggapan responden mengikuti berita kasus

TPK yang terjadi dekat dengan tempat kerja. Hasilnya menunjukkan bahwa

sebagian besar responden berpendapat bahwa berita kasus TPK yang terjadi dekat

dengan tempat kerja menarik perhatian mereka. Hal tersebut tercermin dari

mayoritas responden yaitu 68% menyatakan berita seperti itu menarik perhatian

mereka, 19% bahkan menyatakan sangat menarik, 13% menyatakan kurang

menarik dan tidak terdapat responden yang menyatakan tidak menarik.

Penelitian ini juga melihat bagaimana tanggapan responden mengenai berita

kasus TPK yang terjadi di lingkungan Pemda. Sebagai hasilnya diketahui

mayoritas reponden yaitu sebesar 71% menyatakan berpengaruh dan sangat

berpengaruh. Sisanya, masing-masing sebesar 20% dan 9% menyatakan kurang

dan tidak berpengaruh.

Menurut Bond (dalam Suhandang, 2004), kedekatan tempat kejadian

(proximity) juga merupakan faktor utama dari sebuah berita yang bernilai tinggi

dan dapat merangsang bangkitnya perhatian orang banyak. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa berita kasus TPK yang terjadi dekat dengan tempat

Salah satu fungsi dari media massa adalah memberikan informasi bagi

khalayak luas (to inform). Fungsi ini menurut ahli komunikasi Harold D. Lasswell

dikenal dengan fungsi pengawasan instrumental/instrumental surveillance

(Nurudin, 2013). Responden dalam penelitian ini berpendapat bahwa mereka

mengetahui atau mendapatkan informasi terkait berita kasus TPK juga melalui

media massa. Hal itu tercermin dari mayoritas responden yaitu sebesar 93%

menyatakan mengetahui berita kasus TPK melalui media massa dan hanya

sebagian kecil responden yaitu 7% yang menyatakan kurang mengetahui.

Informasi mengenai berbagai kasus TPK yang diterima oleh responden

menjadi sumber pengetahuan antara lain mengenai kasus yang sedang terjadi,

pelaku yang terlibat, modus yang digunakan, nilai kerugian yang timbul, dan lain

sebagainya. Informasi-informasi tersebut menjadi sebuah pengetahuan atau

wawasan bagi responden yang merupakan bagian dari unsur kognitif yang

dimiliki responden. Menurut Liliweri (2011), unsur kognitif adalah salah satu

komponen dari pembentuk sikap manusia, dalam hal ini responden, termasuk

dalam rangka pengelolaan keuangan daerah.

Selain unsur kognitif, masih terdapat dua unsur lainnya pembentuk sikap

manusia yaitu unsur afektif dan konatif (Liliweri, 2011). Unsur afektif berkenaan

dengan perasaan, respek atau perhatian manusia terhadap objek tertentu seperti

ketakutan, kesukaan, atau kemarahan. Unsur ini berisi apa yang kita rasakan

mengenai suatu objek tertentu. Sementara unsur konatif berisi predisposisi

seseorang untuk bertindak terhadap suatu objek yaitu kecenderungan untuk

bertindak terhadap objek, atau mengimplementasikan perilaku sebagai tujuan

Hasil penelitian mengenai unsur afektif yang dimiliki responden berkaitan

dengan pengetahuan terhadap berbagai berita kasus TPK ditunjukkan pada

gambar berikut ini.

Gambar 5.2

Tanggapan responden terhadap maraknya berita kasus TPK di Indonesia

Hasil tersebut menunjukkan bahwa hampir seluruh responden (99%)

menyatakan prihatin terhadap maraknya berita kasus TPK yang terjadi di

Indonesia. Dari jumlah tersebut sebesar 52% diantaranya bahkan menyatakan

sangat prihatin. Unsur afektif yaitu perasaan prihatin yang dimiliki oleh

responden, merujuk pada tesis dari Liliweri (2011), akan menjadi pembentuk

sikap dari responden. Termasuk didalamnya dalam melaksanakan tugas, baik

sebagai KPA maupun bendahara di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera

Utara.

Hasil penelitian yang berhubungan dengan unsur konatif tercermin dari

tanggapan yang diberikan responden terhadap pertanyaan mengenai tindakan yang

diambil dalam menjalankan tugas setelah mengetahui berbagai berikut kasus TPK.

Seluruh responden (100%) menyatakan akan berhati-hati dan bahkan 54%

diantaranya menyatakan sangat berhati-hati. Hasil ini menunjukkan bahwa

responden, baik KPA dan bendahara di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera

52% 47%

1% 0%

Tanggapan melihat maraknya berita kasus TPK di Indonesia

Sangat prihatin Prihatin Kurang prihatin Tidak pengaruh

Utara memiliki konasi atau kecenderungan sikap untuk berhati-hati dalam

menjalankan tugas.

Berkaitan dengan tipologi efek media sebagaimana dianjurkan oleh Golding

(McQuail, 2011), yang merupakan perpaduan antara efek yang

diinginkan/direncanakan dengan jangka waktu, hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa terpaan pemberitaan kasus TPK di media massa menimbulkan dua

implikasi efek, yaitu efek yang direncanakan dan bersifat jangka pendek berupa

respon individual. Respon individual yang tampak melalui penelitian ini adalah

terpaan berita kasus TPK di media massa yang memengaruhi baik, pengetahuan,

perasaan (afeksi) dan perilaku KPA dan bendahara.

Efek lainnya adalah efek yang tidak direncanakan dan juga bersifat jangka

pendek. Efek ini berupa reaksi individu. Menurut Golding (McQuail, 2011), efek

ini merupakan tipe efek yang berkaitan dengan respons kuat emosional,

kebangkitan hasral seksual, dan reaksi terhadap ketakutan dan kekuatiran. Jika

dihubungkan dengan penelitian ini, efek ini terlihat dari timbulnya rasa takut

dalam diri KPA dan bendahara dalam menjalankan tugas setelah mengetahui

berbagai berita kasus TPK di media massa.

Hasil uji korelasi dalam penelitian ini adalah sebesar 0.529 dan nilai Sig

sebesar 0.000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

pemberitaan kasus TPK di media massa terhadap sikap KPA dan bendahara dalam

pengelolaan keungan daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Angka keofisien korelasi sebesar 0.529 (positif) berarti bahwa hubungan antara

sikap KPA dan bendahara dalam pengelolaan keuangan daerah adalah searah.

Taraf kekuatan hubungan berada pada kategori cukup.

Berkaitan dengan perbandingan antara sikap KPA dan bendahara

sehubungan dengan pemberitaan berita kasus TPK di media massa diketahui tidak

terdapat perbedaan antara hubungan pemberitaan kasus TPK di media massa

terhadap sikap KPA maupun bendahara. Terpaan pemberitaan kasus TPK di

media massa mendorong timbulnya upaya dan komitmen yang sama, baik dari

KPA maupun bendahara yaitu untuk meningkatkan keahlian/kompetensi dan

bekerja secara jujur dalam pengelolaan keuangan daerah. Dengan kata lain, baik

KPA maupun bendahara memiliki sikap yang identik dalam pengelolaan

keuangan daerah.

Sikap yang dimiliki oleh KPA dan bendahara, menurut Liliweri (2011)

terdiri dari unsur kognitif yakni pengetahuan dan pemahaman akan berbagai hal

yang berkaitan dengan kasus TPK, seperti: kasus yang terjadi, modus operandi,

pelaku dan siapa yang terlibat, nilai kerugian negara/daerah yang timbul, dll.

Unsur afektif berupa perasaan prihatin melihat maraknya berbagai kasus TPK

yang terjadi di Indonesia dan perasaan takut dalam menjalankan tugas baik

sebagai KPA maupun sebagai bendahara. Terakhir, unsur konatif yaitu timbulnya

komitmen untuk meningkatkan keahlian dan kompetensi serta komitmen untuk

bekerja secara jujur.

Dibandingkan dengan empat penelitian sejenis terdahulu yang menjadi

referensi dalam penelitian ini, hasil penelitian ini sejalan dengan hasil dari tiga

a. Penelitian oleh Ria Wuri Andary (2015). Hasil dari penelitian tersebut

menyimpulkan bahwa penggunaan smartphone terhadap perilaku pelajar

SMA Negeri I Medan memiliki hubungan yang tinggi dan kuat, dengan

koefisien korelasi sebesar 0,883.

b. Penelitian oleh Yovita Sabarina Sitepu dan Emilia Ramadhani (2012). Hasil

dari penelitian tersebut menemukan bahwa terdapat hubungan antara High

Fear Message dengan sikap pelajar SMU Immanuel dan SMU Harapan Medan dengan kategori sedang.

c. Dina Aktrissita Santoso (2010). Hasil dari penelitian tersebut menemukan

bahwa terpaan pemberitaan ledakan gas elpiji di televisi dengan sikap

khalayak memiliki hubungan yang positif, dimana hubungan yang terjadi

antara terpaan pemberitaan ledakan gas elpiji di televisi dengan sikap

khalayak sebesar 0,288.

Satu penelitian lainnya dengan hasil yang tidak sejalan dengan penelitian ini

adalah penelitian oleh Lydia Elton (2007). Hasil dari penelitian tersebut

menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel berita

surat kabar mengenai kasus kecelakaan pesawat Adam Air terhadap persepsi

masyarakat pengguna jasa tranportasi udara di Surabaya. Hasil analisis korelasi

menunjukkan adanya korelasi negatif sebesar 0,021.

BAB VI

Dalam dokumen BAB III METODOLOGI PENELITIAN (Halaman 62-75)

Dokumen terkait