Mengikuti berita-berita terkini terkait kasus TPK
Berkaitan dengan pertanyaan tentang intensitas mengikuti berita-berita
kasus TPK yang terbaru (terkini), sebagian besar responden yaitu 79% atau 60
orang menyatakan mengikuti, 16% atau 12 orang menyatakan selalu mengikuti,
5% atau 4 orang menyatakan jarang dan tidak ada yang memilih jawaban tidak
pernah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa baik KPA maupun bendahara
memberikan perhatian terhadap berita-berita terkini tentang kasus TPK yang
ditunjukkan dengan mayoritas mengikuti dan bahkan selalu mengikuti berita
tersebut.
Kondisi yang sama dengan data diatas, juga ditunjukkan baik pada tingkatan
KPA maupun bendahara. Mayoritas responden dengan persentase masing-masing
sebesar 81% dan 71% menyatakan mengikuti berita terkini kasus TPK, diikuti
16%
79% 5% 0%
Intensitas mengikuti berita terkini kasus TPK
Selalu mengikuti Mengikuti Jarang Tidak pernah
21%
68% 8% 3%
Harapan memperoleh berita kasus TPK secara mutakhir
Sangat berharap Berharap Kurang berharap Tidak berharap
pilihan „selalu mengikuti‟ dengan persentase masing-masing sebesar 15% dan 18%, jarang mengikuti sebesar 3% dan 12% dan tidak ada responden yang
memberikan jawaban tidak pernah. Perbandingan tanggapan responden pada
tingkatan KPA dan bendahara ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Gambar 4.2.2.2
Perbandingan Tanggapan Responden – Berita Kasus TPK Terkini
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor kekinian dari suatu berita
atau berkaitan dengan ketepatan waktu menjadi pendorong bagi responden untuk
mengikuti berita kasus TPK.
Gambar 4.2.2.3
Harapan memperoleh berita kasus TPK secara mutakhir (up to date)
Sebagian besar responden yaitu
68% atau 52 orang menyatakan
berharap untuk mendapatkan berita
kasus TPK secara mutakhir (up to
date), 21% atau sebanyak 16 orang bahkan menyatakan sangat
berharap, 8% atau 6 orang responden menyatakan kurang berharap dan hanya 3%
atau 2 orang responden yang menyatakan tidak berharap.
15% 81% 3% 0% 18% 71% 12% 0% 0% 20% 40% 60% 80% 100%
Selalu mengikuti Mengikuti Jarang Tidak pernah
Pada tingkatan KPA maupun bendahara, responden juga menunjukkan hal
yang sama, dimana sebagian besar yaitu masing-masing sebesar 71% dan 59%
menyatakan berharap memperoleh berita kasus TPK secara mutakhir, disusul 19%
dan 29% menyatakan sangat berharap, 7% dan 12% menyatakan kurang berharap,
dan hanya 3% responden KPA yang menyatakan tidak berharap, sementara
responden bendahara tidak ada yang menyatakan tidak berharap. Perbandingan
tanggapan responden ditunjukkan bahwa gambar berikut ini.
Gambar 4.2.2.4
Perbandingan Tanggapan Responden – Memperoleh Berita Kasus TPK secara Mutakhir
Dari kondisi diatas dapat disimpulkan bahwa berita kasus TPK dapat
dikategorikan sebagai berita yang menarik perhatian khalayak, dimana mayoritas
responden memiliki harapan untuk memperoleh beritanya secara mutakhir. Hal ini
sejalan dengan tesis dari Bond (1961, dalam Suhandang, 2004) yang menyatakan
bahwa semakin dekat waktu suatu peristiwa dengan saat ketika audiens membaca
suatu berita, maka berita itu semakin memersuasi audiens.
19% 29% 71% 59% 7% 3% 12% 0% 0% 20% 40% 60% 80% KPA Bendahara
21%
68% 11%
0%
Berita kasus TPK terbaru lebih menarik dibanding yang lama
Sangat menarik Menarik Kurang menarik Tidak menarik
Gambar 4.2.2.5
Berita kasus TPK terbaru lebih menarik perhatian dibanding yang lama
Secara umum, responden KPA dan
bendahara berpendapat bahwa berita
kasus TPK yang terbaru lebih
menarik perhatian dibanding yang
telah lama. Hal tersebut tercermin
dari sebanyak 68% responden atau
52 orang menyakan demikian. Diikuti 21% atau 16 orang menyatakan sangat
menarik, 11% atau 8 orang menyatakan kurang menarik dan tidak terdapat
responden yang menyatakan tidak menarik.
Kondisi yang sama juga ditemukan pada tingkatan KPA dan bendahara.
Terdapat masing-masing sebanyak 68% dan 71% yang menyatakan berita terbaru
lebih menarik perhatian, 19% dan 29% menyatakan sangat menarik perhatian dan
hanya 14% responden KPA yang menyatakan kurang menarik. Sementara untuk
bendahara tidak terdapat responden yang menyatakan tidak menarik perhatian.
Merujuk pada tesis dari Blayer (dalam Suhandang, 2004) yang menyatakan
bahwa berita yang terbaik ialah berita yang paling menarik perhatian bagi jumlah
pembaca yang paling besar, maka dapat disimpulkan bahwa berita kasus TPK
yang terbaru lebih menarik perhatian dan minat responden dibanding yang sudah
19%
68% 13% 0%
Berita kasus TPK yang terjadi dekat tempat kerja Sangat menarik Menarik Kurang menarik Tidak menarik Gambar 4.2.2.6
Berita kasus TPK yang dekat dengan tempat kerja menarik perhatian
Sebagian besar responden
berpendapat bahwa berita
kasus TPK yang terjadi dekat
dengan tempat kerja menarik
perhatian mereka. Hal tersebut
tercermin dari mayoritas responden yaitu 68% atau 52 orang menyatakan berita
seperti itu menarik perhatian mereka, 19% atau 14 orang bahkan menyatakan
sangat menarik, 13% atau 10 orang menyatakan kurang menarik dan tidak
terdapat responden yang menyatakan tidak menarik.
Kondisi yang sama juga ditunjukkan baik pada tingkatan KPA dan
bendahara. Pada tingkatan KPA masing-masing 64% dan 82% menyataan
menarik, 20% dan 12% menyatakan sangat menarik, diikuti 15% dan 6% yang
menyatakan kurang menarik. Tidak ada seorangpun responden, baik KPA maupun
bendahara yang menyatakan berita kasus TPK yang terjadi dekat dengan tempat
kerja mereka tidak menarik perhatian.
Merujuk pada tesis dari Bond (1961, dalam Suhandang 2004) yang
menyatakan bahwa kedekatan tempat kejadian (proximity) merupakan faktor
utama dari sebuah berita yang bernilai tinggi dan dapat merangsang bangkitnya
perhatian orang banyak, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berita kasus TPK
yang dekat dengan tempat kerja responden dipersepsikan sebagai berita yang
15%
71%
13% 1%
Berita kasus TPK yang terjadi dekat tempat tinggal atau kampung
halaman Sangat perhatian Perhatian Kurang perhatian Tidak perhatian Gambar 4.2.2.7
Perhatian terhadap berita kasus TPK yang terjadi dekat tempat tinggal atau kampung halaman
Mayoritas responden yaitu sebanyak
70% atau 54 orang menyatakan
memberi perhatian khusus terhadap
berita kasus TPK yang terjadi dekat
tempat tinggal atau kampung
halaman. Diikuti 15% atau 11 orang yang menyatakan sangat perhatian, 14% atau
10 orang kurang perhatian dan hanya 1% responden atau 1 orang yang
menyatakan tidak memberikan perhatian khusus.
Kondisi yang sama juga ditemukan pada tingkatan KPA dan bendahara.
Mayoritas responden yaitu masing-masing sebesar 68% dan 82% menyatakan
memberi perhatian khusus. Pada tingkatan KPA, sebanyak 17% responden
menyatakan sangat perhatian, diikuti 16% menyatakan kurang perhatian dan tidak
terdapat responden yang menyatakan tidak memberikan perhatian khusus.
Sementara untuk tingkatan bendahara, responden memberikan pendapat yang
sama yaitu masing-masing 6% untuk pilihan jawaban sangat menarik perhatian,
kurang menarik perhatian dan tidak menarik perhatian.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan tesis Bond (1961, Suhandang 2004)
yang menyatakan bahwa kedekatan tempat terjadinya suatu berita merupakan
14%
57% 20% 9%
Berita kasus TPK di lingkungan Pemda mempengaruhi responden Sangat berpengaruh Berpengaruh Kurang berpengaruh Tidak berpengaruh Gambar 4.2.2.8
Pengaruh Berita kasus TPK yang terjadi di lingkungan Pemda kepada responden
Menjawab pertanyaan, apakah
kasus TPK yang terjadi di
lingkungan Pemda mempengaruhi
responden atau tidak, lebih dari
setengah responden yaitu 57% atau
43 orang menyatakan mempengaruhi mereka. Sebesar 20% atau 15 orang
menyatakan bahwa hal tersebut kurang berpengaruh. Sisanya sebesar 14% dan 9%
menyatakan sangat berpengaruh dan tidak berpengaruh. Kondisi ini menunjukkan
bahwa jarak terjadinya suatu berita dipersepsikan oleh khalayak pembacanya lebih
memiliki pengaruh dan hal ini menguatkan tesis dari Bond (1961, dalam
Suhandang 2004) tentang karakteristik kedekatan (proximity) dari sebuah berita.
Kondisi yang sama juga ditemukan baik pada tingkatan KPA maupun
bendahara, dimana mayoritas responden yaitu sebesar 56% dan 59% menyatakan
berpengaruh bagi mereka. Namun, pada tingkatan KPA posisi berikutnya diikuti
oleh pendapat kurang berpengaruh sebesar 22%, diikuti pendapat sangat
berpengaruh sebesar 14% dan sisanya 8% menyatakan tidak berpengaruh.
Sementara pada tingkatan bendahara, setelah berpengaruh, diikuti dengan
pendapat sangat pengaruh sebesar 18%, diikuti pendapat kurang berpengaruh dan
13%
83%
4% 0%
Berita kasus TPK dengan nilai kerugian negara/daerah besar
Sangat menarik Menarik Kurang menarik Tidak menarik Gambar 4.2.2.9
Pendapat terhadap berita kasus TPK dengan nilai kerugian negara/daerah yang besar
Menjawab pertanyaan tentang
pendapat terhadap berita kasus TPK
dengan nilai kerugian negara/daerah
yang besar, mayoritas responden yaitu
sebesar 83% atau 63 orang
menyatakan berita tersebut sangat menarik bagi mereka. Sebesar 13% menyatakan
sangat menarik dan hanya 4% yang kurang tertarik dengan berita kasus TPK
dengan nilai kerugian negara/daerah yang besar.
Kondisi yang sama juga ditemukan pada tingkatan KPA dan bendahara.
Bahkan pada tingkatan bendahara, responden hanya memberikan pilihan pada
alternatif jawaban menarik dan sangat menarik masing-masing sebesar 88% dan
12%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempersepsikan
sebuah berita sebagai berita yang menarik berdasarkan ukuran ataupun dampak
yang ditimbulkan oleh berita tersebut. Hasil ini juga sejalan dengan tesis Bond
(1961, dalam Suhandang 2004) yang menyatakan bahwa ukuran suatu berita
14%
74%
12% 0%
Berita kasus TPK berskala nasional Selalu mengikuti Mengikuti Kurang mengikuti Tidak mengikuti Gambar 4.2.2.10
Respon terhadap berita kasus TPK berskala nasional
Mayoritas responden yaitu sebesar
74% atau 55 orang menyatakan
mengikuti berita-berita kasus TPK
berskala nasional. Sebesar 14% atau
10 orang bahkan selalu mengikuti,
sisanya sebesar 12% atau 9 orang menyatakan kurang mengikuti.
Kondisi yang sama juga ditemukan pada tingkatan KPA maupun bendahara.
Bedanya, pada tingkatan bendahara setelah pendapat „mengikuti‟ adalah kurang
mengikuti sebesar 24%, disusul sangat mengikuti sebesar 18%. Perbandingan
sebaran pendapat responden pada kedua tingkatan tersebut dapat dilihat pada
diagram berikut.
Gambar 4.2.2.11
Perbandingan respon KPA dan Bendahara terhadap berita kasus TPK berskala nasional
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor lingkup atau ukuran dari
berita kasus TPK memengaruhi minat dan keiginan responden untuk
mengikutinya. Temuan ini juga sejalan dengan tesis Bond (1962, dalam
Suhandang 2004) bahwa ukuran dari sebuah berita menjadi faktor yang
mendorong minat dan ketertarikan khalayak.
0% 20% 40% 60% 80% 100% Selalu mengikuti Mengikuti Kurang mengikuti Tidak mengikuti KPA Bendahara
4% 43% 53%
0%
Respon mencermati kasus korupsi besar tanah air
Sangat rutin Rutin Tidak rutin Tidak mencermati 13% 82% 5% 0%
Respon terhadap berita kasus TPK melibatkan tokoh atau pejabat
penting di Indonesia Sangat menarik Menarik Kurang menarik Tidak menarik Gambar 4.2.2.12
Respon terhadap kasus korupsi besar di tanah air
Terhadap pertanyaan mengenai
respon terhadap kasus korupsi besar
di tanah air, lebih dari separuh
responden yaitu sebesar 53% atau 40
orang menyatakan tidak rutin
mencermati berbagai kasus besar korupsi yang terjadi di Indonesia. Sisanya
sebesar 43% atau 33 orang menyatakan rutin mengikuti dan hanya 4% atau 3
orang yang sangat rutin.
Berdasarkan informasi yang peneliti dapatkan ketika melakukan tatap muka
dengan para responden diketahui bahwa para responden tidak terlalu memberi
perhatian terhadap kasus-kasus korupsi besar di tanah air. Salah satu penyebabnya
yaitu karena begitu banyak dan silih bergantinya kasus korupsi yang terjadi,
sehingga responden hanya memberian perhatian sekadar saja. Kondisi yang sama
juga terjadi baik pada tingkatan KPA maupun bendahara.
Gambar 4.2.2.13
Respon terhadap berita kasus TPK yang melibatkan tokoh atau pejabat penting di Indonesia
Mayoritas respon yaitu sebesar 82%
atau 62 orang berpendapat bahwa
berita kasus TPK yang melibatkan
tokoh atau pejabat penting di Indonesia
18%
65%
17% 0%
Respon terhadap berita kasus TPK yang melibatkan pejabat tinggi di
lingkungan Pemda
Sangat mengikuti Mengikuti Kurang mengikuti Tidak mengikuti
perhatian mereka. Sebesar 13% atau 10 orang bahkan menyatakan sebagai berita
yang sangat menarik dan hanya sebagian kecil yaitu 5% atau 4 orang yang kurang
tertarik dengan berita tersebut.
Kondisi yang sama juga ditemukan baik pada tingkatan KPA maupun
bendahara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaku ataupun orang yang
terlibat dengan sebuah kasus TPK sangat menentukan terhadap persepsi yang
diberikan responden. Apabila pelaku ataupun orang yang terlibat dalam sebuah
kasus TPK merupakan tokoh atau pejabat penting, hal tersebut cenderung lebih
menarik perhatian responden.
Gambar 4.2.2.14
Respon terhadap berita kasus TPK yang melibatkan pejabat tinggi di lingkungan Pemda
Terhadap pertanyaan mengenai
respon terhadap berita kasus TPK
yang melibatkan pejabat tinggi di
lingkungan Pemda, mayoritas
responden yaitu sebesar 65% atau 49
orang menyatakan mengikuti, disusul 18% atau 14 orang menyatakan sangat
mengikuti, sisanya sebesar 17% atau 13 orang menyatakan kurang mengikuti.
Hasil ini menunjukkan kondisi yang sama dengan pertanyaan terdahulu mengenai
respon yang diberikan responden terhadap berita kasus TPK yang melibatkan
tokoh atau pejabat penting di tanah air.
Kedua hasil ini mengkonfirmasi bahwa kepentingan (importance) suatu
berita bagi khalayak yang antara lain digambarkan oleh orang-orang yang terlibat
50% 49%
0% 1%
Berita kasus TPK yang melibatkan aparat penegak hukum
Sangat prihatin Prihatin Kurang prihatin Tidak pengaruh
keinginan mengikuti suatu berita bagi khalayak. Hal ini juga sejalan dengan tesis
Bond (1961) tentang faktor utama sebuah berita yang menarik minat pembacanya
dimana salah satunya adalah tingkat kepentingan (importance).
Gambar 4.2.2.15
Perbandingan respon pada tingkatan KPA dan bendahara
Hasil yang sedikit berbeda ditunjukkan pada tingkatan KPA dan bendahara.
Pada tingkatan bendahara, setelah pilihan jawaban „mengikuti‟ sebesar 53%,
disusul jawaban „kurang mengikuti‟ sebesar 29% dan terakhir jawaban „sangat mengikuti‟ sebesar 18%. Perbandingan respon pada kedua tingkatan ini dapat dilihat pada diagram diatas.
Gambar 4.2.2.16
Tanggapan terhadap berita kasus TPK yang melibatkan penegak hukum di Indonesia
Menjawab pertanyaan mengenai
tanggapan terhadap berita kasus
TPK yang melibatkan penegak
hukum di Indonesia, setengah dari
jumlah responden yaitu 50% atau 38
orang menyatakan sangat prihatin terhadap berita kasus TPK yang melibatkan
aparat penegak hukum di Indonesia. Sebesar 49% atau 37 orang menyatakan
0% 20% 40% 60% 80% Sangat mengikuti Mengikuti Kurang mengikuti Tidak mengikuti KPA Bendahara
prihatin dan hanya 1% atau 1 orang yang menyatakan kurang prihatin. Hal ini
menunjukkan hampir seluruh responden yaitu 99% memberikan tanggapan yang
sama yaitu prihatin dengan berita kasus TPK yang melibatkan aparat penegak
hukum.
Berdasarkan informasi yang peneliti peroleh pada saat bertatap muka
dengan para responden, diketahui rasa prihatin timbul dalam diri responden
mengingat aparat penegak hukum yang seharusnya menjadi teladan dalam proses
penegakan hukum, terlibat dalam kasus korupsi dengan cara menyalahgunakan
kewenangan yang dimiliki untuk kepentingan pribadi.
Gambar 4.2.2.17
Perbandingan tanggapan responden pada tingkatan KPA dan bendahara
Diagram diatas menunjukkan bahwa pada tingkatan KPA, sebesar 98%
responden menyatakan prihatin dengan berita kasus TPK yang melibatkan aparat
penegak hukum, dimana masing-masing 47% dan 51% menyatakan „sangat
prihatin‟ dan „prihatin‟ dan hanya 2% yang menyatakan tidak berpengaruh. Sementara pada tingkatan bendahara, seluruh responden atau 100% menyatakan
prihatin yang terdiri dari 59% „sangat prihatin‟ dan sisanya 41% „prihatin‟.
47% 51% 0% 2% 59% 41% 0% 0% 0% 20% 40% 60% 80%
Sangat prihatin Prihatin Kurang prihatin Tidak pengaruh KPA Bendahara
8%
85%
7% 0%
Mengetahui berita kasus TPK lewat media massa
Sangat mengetahui Mengetahui Kurang mengetahui Tidak mengetahui 4.2.3 Variabel Y (komponen sikap)
Gambar 4.2.3.1
Mengetahui berita kasus TPK melalui media massa
Terhadap pertanyaan apakah
responden mengetahui berita
kasus TPK melalui media
massa, mayoritas responden
yaitu 85% atau 65 orang
menyatakan mengetahui berbagai berita kasus TPK melalui media massa. Sebesar
8% atau 6 orang bahkan menyatakan sangat mengetahui, 7% atau 5 orang
menyatakan kurang dan tidak terdapat responden yang menyatakan tidak
mengetahui.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir seluruh responden yaitu
sebesar 93% menyatakan bahwa media massa merupakan sumber untuk
mendapatkan informasi, khususnya yang berkaitan dengan berita kasus TPK.
Kondisi ini juga merupakan perwujudan dari fungsi media massa sebagai pemberi
informasi (to inform) bagi khalayak, yang oleh ahli komunikasi Harold D. Laswell
disebut sebagai fungsi pengawasan instrumental/instrumental surveillance
47% 53%
0% 0%
Praktek korupsi bertentangan dengan hukum Sangat setuju Setuju Kurang setuju Tidak Setuju Gambar 4.2.3.2
Perbandingan tanggapan responden KPA dan Bendahara mengetahui berita kasus TPK melalui media massa
Diagram diatas menunjukkan bahwa pada tingkatan KPA, 95% responden
menyatakan mengetahui berita kasus TPK melalui media massa dimana jumlah itu
terdiri dari 7% sangat mengetahui dan 88% mengetahui, dan hanya 5% yang
menyatakan kurang mengetahui. Kondisi yang tidak terlalu berbeda terjadi pada
tingkatan bendahara, dimana 88% menyatakan mengetahui yang terdiri dari 12%
sangat mengetahui dan 76% mengetahui, dan sisanya 12% mengatakan kurang
mengetahui.
Gambar 4.2.3.3
Pendapat Responden bahwa kasus TPK bertentangan dengan hukum
Terhadap pertanyaan mengenai
pendapat responden bahwa kasus
TPK bertentangan dengan hukum,
seluruh responden (100%)
menyatakan setuju bahwa kasus
korupsi merupakan praktek yang bertentangan dengan hukum yang berlaku yang
terdiri dari 53% berpendapat „sangat setuju‟ dan 47% „setuju‟.
0% 20% 40% 60% 80% 100% Sangat mengetahui Mengetahui Kurang mengetahui Tidak mengetahui KPA Bendahara
26%
70% 4%
0%
Kasus TPK merugikan keuangan negara/daerah
Sangat memahami Memahami Kurang memahami Tidak memahami
Hal yang sama juga ditemukan, baik pada tingkatan KPA maupun
bendahara. Perbandingan tanggapan responden baik secara keseluruhan, pada
tingkatan KPA maupun bendahara dapat dilihat pada diagram berikut ini.
Gambar 4.2.3.4
Perbandingan tanggapan responden “kasus korupsi bertentangan dengan hukum yang berlaku”
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh responden, baik KPA
maupun bendahara memiliki satu pemahaman bahwa kasus TPK merupakan
praktek yang salah dan bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia.
Pemahaman ini merupakan bagian dari kognisi yang dimiliki oleh responden,
yang merupakan salah satu unsur pembentuk sikap, termasuk dalam rangka
pengelolaan keuangan daerah.
Gambar 4.2.3.5
Responden memahami kasus TPK merugikan keuangan negara/daerah
Hampir seluruh responden yaitu
sebesar 96% berpendapat
bahwa melalui berita di media
massa mereka mendapatkan
pemahaman bahwa kasus TPK
merugikan keuangan negara/daerah. Pilihan jawaban tersebut terdiri dari 26%
menyatakan „sangat memahami‟ dan 70% „memahami‟. Hanya sebagian kecil
0% 20% 40% 60% 80%
Sangat setuju Setuju Kurang setuju Tidak Setuju
Keseluruhan KPA
50% 49%
1% 0%
Tanggapan melihat maraknya berita kasus TPK di Indonesia
Sangat prihatin Prihatin Kurang prihatin Tidak pengaruh
responden yaitu 4% yang menyatakan bahwa mereka kurang mendapatkan
pemahaman.
Kondisi yang hampir sama juga terjadi, baik pada tingkatan KPA maupun
bendahara. Perbandingan pendapat responden secara keseluruhan, pada tingkatan
KPA maupun bendahara dapat dilihat pada diagram berikut ini.
Gambar 4.2.3.6
Perbandingan pendapat responden “kasus TPK merugikan keuangan negara/daerah”
Pemahaman yang diperoleh responden melalui berbagai berita di media
massa bahwa kasus TPK mengakibatkan kerugian pada keuangan negara maupun
daerah merupakan bagian dari kognisi responden yang juga merupakan komponen
pembentuk sikap, secara khusus dalam pengelolaan keuangan daerah. Hal ini
merujuk pada tersis dari Liliweri (2011) yang menyatakan bahwa kognisi
merupakan salah satu komponen pembentuk sikap manusia.
Gambar 4.2.3.7
Tanggapan terhadap maraknya berita kasus TPK di Indonesia
Terhadap pertanyaan tanggapan
terhadap maraknya berita kasus TPK
di Indonesia, hampir seluruh
responden yaitu 99% menyatakan
26% 70% 4% 0% 31% 66% 3% 0% 12% 82% 6% 0%
Sangat memahami Memahami Kurang memahami Tidak memahami
prihatin melihat maraknya berita kasus TPK yang terjadi di Indonesia. Pendapat
tersebut terdiri dari pilihan jawaban sangat prihatin sebesar 50% dan prihatin
49%. Sisanya, 1% memilih jawaban kurang prihatin.
Kondisi yang hampir sama juga terjadi, baik pada tingkatan KPA maupun
bendahara. Perbedaannya, pada tingkatan KPA pilihan jawaban „prihatin‟ yaitu
53% lebih besar dibanding responden yang memilih jawaban „sangat prihatin‟
sebesar 46%, dan sisanya sebesar 2% memberikan jawaban „kurang prihatin‟.
Sementara pada tingkatan bendahara, seluruh responden (100%) menyatakan
prihatin, yang terdiri dari sebesar 65% „sangat prihatin‟ dan 35% „prihatin‟. Perbandingan jawaban responden dapat dilihat pada diagram berikut ini.
Berdasarkan informasi yang peneliti peroleh pada saat bertatap muka
dengan para responden diketahui bahwa rasa prihatin timbul dalam diri responden
mengingat sangat marak dan silih bergantinya kasus TPK yang terjadi di
Indonesia. Sejak reformasi bergulir di Indonesia dan kepemimpinan negara telah
silih berganti juga, tetapi bangsa Indonesia tetap berkutat pada masalah korupsi.
Kasus korupsi hanya menguntungkan segelintir orang yang melakukan, namun
sangat merugikan bagi perekonomian Indonesia serta menghambat proses
pembangunan yang sedang berjalan.
Gambar 4.2.3.8
Perbandingan pendapat responden “prihatin dengan maraknya kasus korupsi di Indonesia” 50% 49% 1% 0% 46% 53% 2% 0% 65% 35% 0% 0%
Sangat prihatin Prihatin Kurang prihatin Tidak pengaruh
26%
55% 4% 15%
Perasaan yang timbul mengetahui banyak kasus TPK
Sangat takut Takut Kurang takut Tidak pengaruh
Pendapat hampir seluruh responden yang menyatakan bahwa mereka
prihatin dengan maraknya berita kasus TPK yang terjadi di Indonesia merupakan
bagian dari unsur afektif yang dimiliki responden yang mencakup perasaan,
perhatian, maupun emosi. Menurut Liliweri (2011), unsur afektif ini merupakan
salah satu dari komponen utama pembentuk sikap manusia. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa responden memiliki keprihatinan terhadap kondisi korupsi di
Indonesia dan hal tersebut merupakan unsur pembentuk sikap mereka dalam
pengelolaan keuangan daerah.
Gambar 4.2.3.9
Respon mengetahui banyak kasus TPK
Lebih dari setengah responden yaitu
55% atau 42 orang menyatakan
memiliki perasaan takut dalam
pelaksanaan tugas setelah mengetahui
banyak kasus TPK. Sebesar 26% atau
20 orang bahkan menyatakan sangat takut, 15% menyatakan tidak berpengaruh
dan 4% menyatakan kurang takut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa afeksi
yang timbul dalam diri responden setelah mengetahui berbagai kasus TPK adalah
perasaan takut (81%). Namun demikian masih terdapat responden menyatakan
bahwa hal tersebut tidak mempengaruhi meraka dalam menjalankan tugas (15%).
Kondisi yang hampir sama juga ditunjukkan pada tingkatan KPA maupun
53%
47% 0% 0%
Tindakan dalam menjalankan tugas Sangat berhati-hati Berhati-hati Kurang berhati-hati Tidak pengaruh Gambar 4.2.3.10
Perbandingan perasaan responden mengetahui banyak kasus TPK
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum, afeksi yang muncul