• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

E. ANALISIS TAMBAHAN

Analisis tambahan dilakukan untuk membuktikan adanya perbedaan ketidakpuasan tubuh pada anak perempuan usia 8 hingga 11 tahun, seperti yang telah dikemukakan oleh teori. Oleh karena itu peneliti melakukan beberapa pengujian.

1. One-way ANOVA (Perbedaan ketidakpuasna tubuh anak berdasarkan kategori Berat Badan)

Latan (2014) mengatakan analisis varian digunakan untuk membandingkan dua atau lebih variabel.One-WayAnova digunakan untuk menguji satu variabel independen berbentuk kategorial / non metrik dan satu variabel berbentuk continuous-interval / metrik. Dengan kata lain, one-way ANOVA digunakan untuk membandingkan rata-rata dari sebuah variabel untuk populasi yang dihasilkan dari sebuah klasifikasi dari satu variabel lain yang disebut faktor. Jika nilai signifikansi >0.05 menunjukkan bahwa varian antar grup sampel adalah sama dan sebaliknya jika berbeda didapat

signifikansi <0.05 dan disebut dengan heterokedastisitas. Variabel yang diukur dalam perhitungan ini adalah variabel ketidakpuasan tubuh dan kategori Berat badan. Kategori berat badan diukur berdasarkan perhitungan IMT (Indeks massa tubuh) yaitu, sebuah ukuran berat terhadap tinggi badan yang telah disetujui oleh WHO. Menggunakan perhitungan ini, kisaran berat badan menjadi lebih realistis. IMT telah dihitung secara manual dan dikategorisasikan sesuai dengan Pengukuran standar status gizi Nasional, yang dibagi menjadi lima kategori yaitu pada table berikut

Tabel 14. Tabel kategorisasi IMT

Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 Kekurangan berat badan tingkat

ringan

17,0 – 18,4

Normal 18,5 – 25,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0 Adapun rumus menghitung IMT adalah sebagai berikut:

Berdasarkan hasil pengelompokkan anak berdasarkan kategori berat badan (IMT) diketahui hasil sebagai berikut:

Tabel 15. Hasil pengkategorisasian berdasarkan berat badan (IMT) N

Kurang berat badan ringan 20

Normal 36

Kelebihan berat badan berat 3 Kelebihan berat badan ringan 10

Total 127

Untuk analisis ANOVA one-way diuji dengan menggunakan program SPSS for mac versi 21.0. berdasarkan hasil perhitungan di peroleh hasil sebagai berikut:

Tabel 16. Hasil Uji One-Way ANOVA kategori ketidakpuasan tubuh – berat badan

Sig. Between Groups Combined

Unweighted

Linear Term Weighted Deviation Deviation

0.041 0.242 0.295 0.031

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, diperoleh bahwa nilai signifikansi (p) sebesar 0.041 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara variabel ketidakpuasan tubuh dengan kategori berat badan.

Gambar. 1. Diagram hasil uji ANOVA one-way kategori ketidakpuasan tubuh – berat badan

Berdasarkan hasil uji tersebut, anak dengan kelebihan berat badan tingkat berat berada pada taraf 78%, anak dengan kelebihan berat badan tingkat ringan berada pada level terendah yaitu sebesar 63%, anak dengan berat badan normal memiliki presentasi cukup tinggi yaitu berada pada taraf 68% dan anak dengan kurang berat badan tingkat berat dan tingkat ringan terletak pada taraf sejajar yaitu sebesar 64%. Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa kecenderungan ketidakpuasan tubuh pada rata-rata subjek penelitian tidak terlalu tinggi, walaupun secara garis besar terlihat perbadaan yang cukup signifikan. Perbedaan yang terlihat jika diperhatikan secara detil adalah pada subjek dengan kategori kelebihan berat badan tingkat berat dan kategori berat badan normal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa rata-rata subjek penelitian memiliki kecenderungan ketidakpuasan tubuh yang rendah,

kecenderungan ketidakpuasan tubuh yang tinggi terletak pada subjek dengan kelebihan berat badan tingkat berat dan berat badan normal. 2. One-way ANOVA (Perbedaan ketidakpuasan tubuh anak

berdasarkan kategori usia)

Latan (2014) mengatakan analisis varian digunakan untuk membandingkan dua atau lebih variabel.One-WayAnova digunakan untuk menguji satu variabel independen berbentuk kategorial / non metrik dan satu variabel berbentuk continuous-interval / metrik. Dengan kata lain, one way ANOVA digunakan untuk membandingkan rata-rata dari sebuah variabel untuk populasi yang dihasilkan dari sebuah klasifikasi dari satu variabel lain yang disebut faktor. Jika nilai signifikansi >0.05 menunjukkan bahwa varian antar group sampel adalah sama dan sebaliknya jika berbeda didapat signifikansi <0.05 dan disebut dengan heterokedastisitas. Variabel yang diukur dalam perhitungan ini adalah variabel ketidakpuasan tubuh yang dan kategori usia. Anak dikategorikan berdasarkan usia yang dapat dilihat pada table berikut ini :

Tabel. 17. Hasil pengkategorian berdasarkan Usia

Usia N

8 tahun 14 orang 9 tahun 24 orang 10 tahun 36 orang 11 tahun 53 orang

Total 127 orang

Untuk analisis ANOVA one-way diuji dengan menggunakan program SPSS for mac versi 21.0. berdasarkan hasil perhitungan di peroleh hasil sebagai berikut:

Tabel 18. Hasil Uji One-Way ANOVA kategori Ketidakpuasan tubuh-Usia Between Groups Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1134.599 3 378.200 3.683 .014

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, diperoleh bahwa nilai signifikansi (p) sebesar 0.014 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara variabel Ketidakpuasan tubuh dengan kategori usia.

Gambar. 2 Diagrma hasil Uji ANOVA one- way kategori Ketidakpuasan tubuh-Usia

Hasil analisis tersebut menujukkan bahwa anak yang berusia 8 tahun lebih memiliki kecenderungan ketidakpuasan tubuh lebih tinggi yaitu sebesar 71%, sedangkan kecenderungan ketidakpuasan tubuh terendah terlihat pada anak usia 10 tahun dengan presentase sebesar 62%, sedangkan anak yang berusia 9 tahun juga memiliki tingkat kecenderungan ketidakpuasan tubuh yang cukup tinggi yaitu sebesar 68% dan anak yang berusia 11 tahun memiliki kecedenrungan ketidakpuasan tubuh yang sedang yaitu sebesar 63%.

F. PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara social comparisondan ketidakpuasan tubuh pada anak perempuan usia 8 – 11 tahun. Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson Product Moment dengan program SPSS for mac versi 21.0, diketahui bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara social comparison dan ketidakpuasan tubuh, yaitu nilai koefisien korelasi ( r ) sebesar 0.296 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0.000. Hasil dari analisis tersebut menjukkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima, yaitu ada hubungan positif antara social comparison dan ketidakpuasan tubuh anak perempuan usia 8 hingga 11 tahun. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi social comparison, maka semakin tinggi kecenderungan ketidakpuasan tubuh. begitu juga sebaliknya, semakin rendah social comparison, maka semakin rendah kecenderungan ketidakpuasan tubuh yang dialami.

Hasil tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jones (2001) yang mengungkap bahwa anak laki-laki dan perempuan usia 7 hingga 10 tahun melakukan perbandingan sosial dengan selebriti untuk atribut fisik dan perbandingan atribut pribadi dan sosial kepada teman-teman. Perbandingan kedua atribut pada anak laki-laki dan perempuan berkorelasi kepada ketidakpuasan tubuh. Jones (2001) juga melaporkan bahwa bentuk perbandingan yang dilakukan oleh anak perempuan adalah perbandingan wajah. Martin dan Kennedy (2006) menjelaskan bahwa anak perempuan usia pra-remaja dan remaja memiliki kecenderungan untuk membandingkan diri seiring perkembangan usia mereka, selain itu anak yang cenderung memiliki perilaku ini adalah anak yang memiliki harga diri dan konsep diri yang rendah. Penelitian Blowers dkk (2003) menjelaskan ada hubungan antara tekanan sosial terhadap tubuh langsing dan ketidakpuasan tubuh sebagian dipengaruhi oleh adanya social comparison. Martin dan Kennedy (2006) menjelaskan dari hasil penelitiannya bahwa gambar iklan kecantikan pada anak perempuan usia menjelang remaja dan remaja, menimbulkan adanya perilaku perbandingan dalam hal daya tarik fisik. Perilaku perbandingan itu menurut Field dkk (1996) disebabkan oleh perilaku orang tua dan media yang mempengaruhi perkembangan dari kekhawatiran terhadap berat badan dan kontrol terhadap berat badan yang dilakukan anak usia menjelang remaja dan anak remaja, karena anak perempuan cenderung akan terdorong untuk membandingkan tubuh mereka dengan orang-orang yang digambarkan media yang

menginsprirasi mereka untuk terlihat seperti model realistis yang dibicarakan lingkungan sekitarnya.

Individu yang melakukansocial comparisonakan mengalami evaluasi diri yang mempengaruhi persepsi, reaksi afektif, motivasi dan perilaku individu. Seseorang yang sering melakukan perbandingan sosial akan merasakan tidak bahagia dengan hidupnya (Lyubomirsky, Rose dalam White, 2006). Kebahagiaan ini menurut White (2006) tergantung dari tipe perbandingan yang dilakukannya, jika seseorang melakukan perbandingan Downwardmaka dia akan merasa mendapatkan respon positif, tetapi ketidakmampuan mencapai standar pada perbandingan Upward akan membuat individu merasa kecewa karena mendapat respon negatif.Downward comparison tidak selalu memberikan hasil yang membahagiakan, tipe perbandingan dapat menimbulkan kekhawatiran anak menjadi target pembandingnya yang dapat menimbulkan kecemasan (Bunk, dkk 2010). Sehingga, kedua jenis tipe perbandingan akan membawa dampak postif dan negatif tergantung kepada tujuan perbandingannya.

Anak perempuan usia 8 hingga 11 tahun melakukan perbandingan sosial atau social comparison sebagai landasan evaluasi diri pada anak, dimana perbandingan sosial digunakan untuk mengukur kemampuan intelektual disekolah (Dweek dkk, dalam Aboud 1985), kemampuan fisik dan penampilan fisik (Smolak, dalam Cash 2011). Festinger (dalam Chardon, 2012) mengatakan bahwa aspek-aspek yang dievaluasi dalam perbandingan sosial adalah atribut yang terdiri dari atribut fisik (bentuk tubuh dan wajah) dan

atribut abstrak (kecerdasan dan perilaku sosial). Atribut fisik, kemampuan fisik dan penampilan fisik terkait dengan body image pada anak Smolak, (dalam Cash 2011). Perbandingan sosial terhadap tubuh akan membuat individu memahami makna dari sebuah penampilan yang mengharuskan mereka berpenampilan, perilaku membandingkan penampilan bertujuan untuk menyamai dirinya dengan lingkungan. Perbandingan penampilan fisik dan kemampuan fisik berkaitan dengan perbandingan bentuk dan fungsi tubuh. Sehingga, terlalu sering melakukan perbandingan sosial terhadap tubuh akan berdampak kepada evaluasi diri yang negatif yang memiliki kecenderungan kearah ketidakpuasan tubuh Jones (dalam Berg, 2007). Menurut J.C Rosen (dalam Thompson dkk) mengatakan bahwa perbandingan sosial merupakan salah satu dari 19 kategori gejala ketidakpuasan tubuh yang dialami oleh individu.

Kecenderungan ketidakpuasan tubuh pada anak berkaitan erat terhadap proses perkembangan anak. Anak melakukan evaluasi diri berbentuk perbandingan sosial pada usia 8 hingga 11 tahun, sebagaimana dijelaskan anak usia 8 hingga 11 tahun dikategorikan memasuki tahap preadolescence atau usia menjelang remaja. Usia ini adalah usia dimana anak akan menghabiskan waktu berada diluar rumah dan lingkungan sosialnya yang lebih luas mencakup medisa sosial. Hurlock (1978) menjelaskan bahwa usia menjelang remaja karakteristik utama perkembangan anak usia sekolah dasar adalah berkelompok, pada usia ini penerimaan dan penghargaan dari teman bermaian menjadi hal yang penting, sehingga anak akan mengupayakan dirinya agar

mendapatkan banyak teman dan mendapatkan penghargaan tertinggi dari teman-temannya (Hurlock, 1978). Untuk mendapatkan teman dan penghargaan yang tinggi dari lingkungan sosialnya anak akan melakukan perbandingan sosial. Perbandingan sosial yang dilakukan anak berkaitan dengan perubahan dan peningkatan kapasitas kognitif anak pada usia ini, yang kemungkinan juga dapat mempengaruhi isu ketidakpuasan tubuh. Perkembangan kognitif pada anak usia ini menjelaskan bahwa dalam menilai dan memahami diri anak akan lebih memiliki kesadaran yang tinggi, anak mampu fokus kepada lebih dari satu dimensi pada dirinya, anak akan lebih realistis, seimbang, dan komprehensif untuk melihat apakah dirinya unggul atau tidak pada suatu kemampuan tertentu. Pada usia ini anak menjadi mampu untuk membedakan real self dan ideal self diberbagai aspek kehidupannya, sehingga anak akan mengukur standar sosial dengan melakukan perbandingan dengan temannya, hal ini akan berkonstribusi pada self esteem nya (Papalia, 2006).

Perkembangan dan perubahan mental pada anak menjelang remaja berkaitan dengan isu ketidakpuasan tubuh. Ricciardelli dan McCabe (dalam Holmqvist dkk 2014) mengatakan bahwa isubody image semakin jelas ketika anak berada dalam transisi menuju remaja. McDermott dan Jaffa (2006) mengatakan dengan adanya perubahan fisik anak pada usia ini, perubahan fisik juga berkaitan dengan pubertas, juga mendukung adanya isu ketidakpuasan tubuh pada anak. Pubertas dapat mempengaruhi citra tubuh anak perempuan dan anak laki-laki, pubertas pada anak perempuan membuat

tubuh mereka jauh dari kata ideal karena penambahan volume lemak tubuh sehingga memungkinkan terjadinya kecenderungan citra tubuh negatif pada anak perempuan.

Timbulnya kepentingan romatis juga memperkuat fungsi penampilan fisik dan mempengaruhi isu ketidakpuasan tubuh pada anak usia menjelang remaja (Holmqvist dkk, 2014). Grogan (2010) mengatakan bahwa anak perempuan dan laki-laki menjadi kritis mengenai tubuhnya ketika masa menjelang remaja. Anak perempuan cenderung sering membicarakan tentang tubuh ideal seperti perempuan dewasa, yang mengakibatkan munculnya keinginan untuk menjadi langsing. Chernin (dalam Grogan, 2008) melaporkan bahwa anak perempuan menjelang remaja, sudah mengekspresikan ketidakpuasan tubuhnya dan memiliki kekhawatiran berlebihan pada berat badan. Mulai adanya kekhawatiran yang berlebihan terhadap tubuh, dijelaskan oleh Grogan (2008), ia mengungkap bahwa ada perasaan tertekan dari lingkungan sosial anak untuk menjadi langsing pada usia ini. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa anak melakukan perbandingan dirinya dengan orang-orang yang berada di lingkungan sekitar, lalu membentuk sebuah gambaran atau kesimpulan yang akan di jadikan sebagai dasar untuk mengevaluasi dirinya agar mendapatkan tempat dan penghargaan dari lingkungannya, sehingga penjabaran tersebut mendukung hasil penelitian ini dimana social comparisonmemiliki hubungan yang signifikan dengan ketidakpuasan tubuh.

Dari hasil peneleitian-penelitian yang telah dilakukan dan dijabarkan, dapat dilihat bahwa perbandingan sosial memberikan pengaruh yang cukup

kuat terhadap kecenderungan ketidakpuasan tubuh, perbandingan sosial merupakan sarana mengevaluasi diri anak untuk menjadikan dirinya dapat diterima lingkungan sosialnya. Perbandingan sosial terhadap tubuh yang dilakukan oleh anak tidak terlepas dari respon dan standar tentang tubuh yang ada disekitar lingkungan anak. Anak mempelajari standar tentang tubuh ideal, dan kecantikan berdasarkan perbandingan sosial, sehingga semakin tinggi standar ideal yang di jadikan dasar perbandingan dan tidak dapat dicapai oleh anak maka semakin besar kecenderungan ketidakpuasan tubuh anak.

Kecenderungan anak dengan berat badan berlebih untuk mengalami ketidakpuasan tubuh didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh J.C Rosen (dalam Thompson, Heinberg, Altabe & Tantleff-Duff , 2000) yang menemukan bahwa untuk memprediksi gejala dari ketidakpuasan bentuk tubuh jika individu mengalami sebagian besar dari 19 kategori ini. Salah satu kategori yang mendukung adalah ukuran dan berat badan, sehingga anak yang memiliki berat badan dan ukuran badan yang lebih besar cenderung mengalami ketidakpuasan tubuh. Ketidakpuasan tubuh yang dialami dikarenakan distorsi persepsi terhadap bentuk tubuh sendiri, meyakini bahwa orang lain lebih menarik, merasa ukuran tubuh dan bentuk tubuh adalah penyebab kegagalan personal, merasa malu, cemas terhadap tubuh, serta merasa tidak nyaman dan aneh dengan tubuh yang dimiliki (Sunartio dkk, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh McDermott dan Jaffa (2006) juga mendukung hasil temuan ini yang mengatakan bahwa ketidakpuasan tubuh

umumnya terjadi pada anak-anak yang mengalami obseitas. Masa tubuh merupakan karakteristik biologis yang paling berhubungan dengan ketidakpuasan tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa individu dengan masa tubuh yang lebih besar menyatakan tingginya ketidakpuasan tubuh (Jones, 2004). Seseorang yang memiliki kelebihan berat badan sering mengalami pengalaman yang negatif pada interaksi sosialnya, seperti komentar yang menyakitkan atau ejekan yang sengaja diarahkan kepada invididu tersebut dan juga penghindaran sosial (Thompson, Heinberg, Altabe dan Stacey, 1999).

Sedangkan untuk anak dengan berat badan normal juga memiliki kecenderungan ketidakpuasan tubuh, hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa ketidakpuasan bentuk tubuh merupakan gangguan penilaian ukuran tubuh, yaitu persepsi bahwa tubuhnya lebih besar dari ukuran sebenarnya. Ketidakpuasan bentuk tubuh muncul ketika individu menginternalisasikan bentuk tubuh ideal dalam suatu budaya, kemudian melakukan perbandingan dengan bentuk tubuh mereka sebenarnya. Dimana Ogden dalam Adlard (dalam Gannis, 2010) mengatakan hasilnya adalah sebuah respon negatif terhadap tubuh, yaitu perasaan dan pemikiran negatif terhadap tubuh. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Asri dan Setasih (2004) yang mengatakan bahwa ketidakpuasan bentuk tubuh disebabkan adanya kesenjangan antara bentuk tubuh ideal yang didasarkan budaya atau bentuk tubuh aktual dengan tubuh yang dimiliki. Teori Self Discrepancy juga mendukung hasil temuan ini, teori tersebut menjelaskan bahwa individu

memiliki kecenderungan untuk membandingkan persepsi mengenai penampilan mereka sendiri dengan bayangan ideal atau juga orang lain yang dianggap memiliki penampilan ideal (Thompson, 1996). Diskrepansi antara persepsi mengenai diri dan diri yang dianggap ideal dan bisa menghasilkan sebuah ketidakpuasan dikarenakan proses perbandingan tadi. Semakin besar diskrepansi antara persepsi seseorag dan persepsi ideal, maka semakin besar ketidakpuasan yang dialami (Thompson, 1996).

Penelitian lain yang sesuai dengan hasil penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Tiggemann & Pennington (dalam Grogan, 1999) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa anak perempuan usia 9 tahun sudah menunjukkan ketidakpuasan pada tubuhnya. Penelitian lain yang mendukung hasil temuan penelitian ini adalah penelitian longitudinal oleh Krahnstoever, Markey, Brich (2008) mereka menemukan bahwa anak perempuan mulai cenderung memiliki masalah berat badan dan ketidakpuasan pada usia 5 sampai 9 tahun. Penelitian ini juga menemukan korelasi positif antara perubahan fisik dengan kekhawatiran berat badan dan ketidakpuasan tubuh dengan berat badan yang terjadi pada usia 7 sampai 9 tahun.

Ketidakpuasan tubuh dapat terbentuk dari adanya faktor sosiokultural (Thompson, 1996). Menurut Thompson (1996) masyarakat mengihlami suatu pernyataan terkait keindahan adalah sebuah kebaikan, dimana sinonim dari keindahan adalah kecantikan. Hal ini terbukti bahwa masyarakat lebih menghargai menjadi kurus dan menghindari menjadi gemuk (Thompson, 1996). Ketidakpuasan tubuh juga dipengaruhi faktor sosial masyarakat atau di

konstruksikan oleh masyarakat. Matz , Foster , Faith & Wadden, (2002) mengatakan bahwa kesadaran dan internalisasi dari standar kelompok berkontribusi terhadap ketidakpuasan tubuh. Grogan (2008) menjelaskan masyarakat menetapkan standar bentuk tubuh ideal bagi masing-masing jenis kelamin, karena terdapat stigma terkait bentuk tubuh ideal, yang selalu mencerminkan kebahagiaan, kesuksesan, awet muda dan penerimaan sosial yang baik.

Selain itu media masa, memiliki peranan yang penting dalam mengkomunikasikan standar berat badan kurus pada wanita (Thompson, 1996). Morisson dan Hopkins dalam Maggie (2010) mengatakan bahwa media merupakan faktor kunci dalam pembentukan gambaran ketidakpuasan bentuk tubuh, karena media mengkonsepkan sebuah tampilan yang sempurna. Lakof dan Scherr (dalam Kusumah, 2007) mengatakan bahwa televisi dan majalah memiliki efek negatif karena model dalam media ini dilihat sebagai perwakilan realistis dari orang yang sebenarnya, bukan sebagai gambar yang sudah dimanipulasi dan dikembangkan secara hati-hati dan artifisial. Hampir semua perempuan gagal untuk bisa melihat bahwa model dan perawatan rambut untuk sesi pemotretan juga melalu proses editing secara ketat, dan wanita selalu melihat tersebut sebagai suatu perbandingan yang realistis dan pantas untuk dijadikan perbandingan (Thompson, 1996). Perubahan dan perkembangan mental ini didukung oleh media yang sering anak gunakan, selain televisi media lainnya adalah mainannya. Salah satu contohnya Barbie, anak perempuan lebih perduli dengan penampilan dibandingkan anak laki-laki

karena mainan mereka, sehingga mereka memiliki keinginan untuk menyamai. Selain itu, anak perempuan memiliki banyak role model seperti ibu, kakak, mainan, dan karakter idola di televisi, hal ini juga dikarenakan media memiliki peran yang besar dalam mengkomunikasikan harapan dari masyarakat (Thompson, 1996).

Ketidakpuasan tubuh anak juga bisa terbentuk karena pengaruh teman, Bagi anak-anak dan remaja, teman merupakan agen sosial yang penting. Melalui percakapan, bermaian, dan perbandingan sosial serta peilaku imitasi menjadi hal penting dalam pembentukan identitas (Holmqvist dkk, 2014). Standar tentang penampilan, bentuk tubuh dan standar kecantikan ditularkan melalui perakapan, komentar tentang penampilan yang menarik, dan perbandingan sosial (Holmqvist dkk, 2014).

Dengan demikian penjabaran yang telah dijelaskan diatas, dapat dilihat bagaiamana proses ketidakpuasan tubuh pada anak dapat terjadi, sehingga dapat disimpulkan bahwa ketidakpuasan tubuh anak dapat terjadi dikarenakan banyak faktor-faktor, oleh karena itu butuh penelitian lebih dalam lagi.

96 BAB V

Dokumen terkait