• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDANGAN IMAM MAZHAB TENTANG DAGING HALAL

DITERAPKAN DI JEPANG

C. Tatacara Penyembelihan Daging Halal yang Memungkinkan Diterapkan di JepangJepang

1. Analisis Terhadap Pendapat Para Imam Madzhab

Setelah penulis melihat masalah apa yang menyebabkan sulitnya didapatkan daging halal di Jepang, serta diambil dari pemaparan yang penulis telah jelaskan didepan, menurut penulis penyembelihan yang cocok akan diterapkan di Jepang adalah penyembelihan yang tidak menyulitkan bagi konsumen sendiri dan distributor baik dari perorangan maupun sampai perusahaan. Penulis berlandaskan kepada ka’idah fiqih sebagai berikut:

17

َاْﻟ

َﻤ

َﺸﱠﻘ

ُﺔ

َﺗ

ْﺠِﻠ

ُﺐ

ﱠﺘ ﻟ ا

Ó

ﯿ

ِﺴ

َﺮ

Artinya : “Kesulitan itu bisa mendatangkan kemudahan.”18

Sesunggunya syariat ini tidak menuntut seseorang untuk melakukan sesuatu diluar kemampuannya, dan untuk melakukan sesuatu yang menjatuhkannya kepada kesulitan, atau sesuatu yang tidak sesuai dengan karakter dan hati nuraninya.

Dalil-dalil yang menjadi penopang qa’idah ini:

ÔÕ ÖÕ

×



ØÙÚ Û ÖÜÝÞ



ßàáâ ÔÕ ÖÕ ØÙÚ áãäåÞ



æçèéê

)

ﻟ ا

ة ﺮ ﻘ ﺒ

/

2

:

185

(

Artinya: “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki

kesukaran bagimu”(QS. Al-Baqarah: 185)

ÔÕ ÖÕ ×



ëìí î



ïñò





Û ó

….

)

ﻟ ا

ء ﺎ ﺴ ﻨ

/

4

:

28

(

Artinya: “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu” (QS.

an-Nisa’[4]: 28)

Syarat-syarat penyembelihan yang telah disepakati oleh para ulama, yaitu sebagai berikut:

a. Orang yang memotong

Menurut penulis setelah memperhatikan pendapat para ulama, dalam siapa yang boleh melakukan penyembelihan adalah ulama sepakat bahwa orang yang menyembelih itu haruslah orang muslim, dan boleh Ahli Kitab. Berhubungan degan Ahli Kitab sebagian ulama berpendapat bahwa

18

Abdul Mujib, Kaidah-kaidah Ilmu Fiqh (al-Qowa’idul Fiqhiyyah), (Jakarta: Kamal Mulia,

Ahli Kitab boleh menyembelih dengan syarat menyembelihnya sesuai dengan Islam.

b. Alat untuk menyembelih

Menurut kesepakatan para ulama bahwa menyembelih haruslah menggunakan alat yang tajam, sehingga dapat mempercepat keluarnya nyawa hewan tersebut. Maka dari itu menurut penulis berdasarkan kesepakatan para ulama, alat yang harus digunakan haruslah yang tajam. c. Bagian yang di sembelih

Dari beberapa pendapat mengenai bagian tubuh yang di sembelih, dapat penulis simpulkan bahwa para ulama tidak berbeda pendapat, yaitu leher bagian atas dan leher dekat dada.

d. Teknis menyembelih

Apabila kita memperhatikan hal yang disepakati ulama, maka teknis menyembelih hewan adalah dilakukan minimal dengan memutuskan tenggorokan atau kerongkongan, atau sempurnanya dengan memutuskan semua urat leher yang empat.

e. Membaca basmalah

Menurut madzhab Zhahiri, Ibnu Umar, Syafi’i, dan Ibnu Sirin,

wajib secara mutlak. Menurut Malik, Abu Hanifah, dan Tsauri, wajib

pengikutnya atas dasar riwayat dari Ibnu Abbas dan Abu Hanifah, sunat muakkad.19

Penulis menyimpulkan dari beberapa pendapat ulama mengenai membaca basmalah pada waktu menyembelih. Menurut penulis, membaca basmalah itu sunnah, apabila tidak membaca basmalah, baik karena lupa maupun sengaja maka sembelihannya halal. Pendapat ini diambil dari

pendapat Imam Syafi’i.

Dari pemaparan tata cara penyembelihan daging halal maka dalam hal ini penulis menyimpulkan bahwa standar syariah penyembelihan untuk mencapai hukum halal secara Internasional adalah mengalirkan darah hewan yang dikuasai, yang dagingnya halal dimakan, masih dalam keadaan hidup, minimal dengan cara memutuskan tenggorokannya atau kerongkongannya dan salah satu dari dua urat lehernya atau sempurnnya dengan memutuskan empat urat leher semuanya dengan menggunakan alat yang tajam, yang dilakukan oleh seorang muslim atau Ahli Kitab dengan syarat-syaratnya. Dalam hal ini penulis mengemukakan bahwa penyembelihan untuk mencapai hukum halal yang dapat diterapkan di Jepang adalah pendapat Hanafi.

Adapun mengenai penyembelihan Ahli Kitab, penulis menganalisa bahwa pendapat yang kuat tentang istilah Ahli Kitab adalah pendapat yang mengatakan bahwa Ahli Kitab terbatas pada kalangan bani israil saja,

19

Ibnu Rusyd., Bidayatu’l Mujtahid., Penerjemah: M.A. Abdurrahman dan A. Haris

sedangkan kaum Nashrani Arab, Nashrani non Arab dan Nashrani non Bani Israil lainnya tidak dapat dikategorikan Ahli Kitab.

Jika demikian, apakah sembelihan Ahli Kitab disyaratkan harus sesuai dengan tata cara syariat Islami seperti halnya sembelihan kaum muslimin?

Seandainya seorang muslim menyembelih hewan dengan cara yang tidak sesuai dengan syariat Islam, sembelihannya tidak halal, sementara sembelihan Ahli Kitab dihalalkan, padahal ia menyembelih tidak sesuai dengan syariat islam? Ini berarti adanya sikap ketat terhadap sembelihan orang muslim, sementara terhadap sembelihan Ahli Kitab bersikap longgar, padahal orang muslim lebih tinggi kemuliannya dari pada orang kafir. Oleh karena itu, sembelihan ahli kitab disyaratkan harus sesuai dengan tata cara syariat islam. Apabila mereka menyembelih dengan cara yang tidak sesuai dengan syariah islam, maka sembelihan tersebut haram dikonsumsi oleh kaum muslimin.

Hal ini sesuai dengan realita sekarang ini, lembaga-lembaga sertifikasi halal diberbagai negara tidak mengeluarkan sertifikasi halal kecuali penyembelihnya adalah seorang muslim. Tidak ada satu pun lembaga sertifikasi halal yang memperkerjakan seorang Nashrani atau Yahudi untuk memotong hewan-hewan yang dagingnya akan diekspor ke negara-negara muslim. Jika ada lembaga di sebuah negara yang memperkerjakan Nashrani

atau Yahudi dalam pemotongan hewan, maka tidak mustahil, pemerintah negara-negara muslim akan melarang inpor daging dari negara tersebut.

Kemudian bagaimana dengan penduduk muslim jepang untuk konsumsi daging di negara jepang yang mayoritas penduduknya adalah non muslim dan kemungkinan besar penyembelihan hewan dilakukan oleh orang non muslim?

Dalam masalah ini penulis mengemukakan bahwa masyarakat muslim jepang tidak akan terlepas dari mengkonsumsi daging maupun makanan yang mengandung daging. Oleh karena itu, penulis menganalisa bahwa ada 3 (tiga) hal yang dapat dijadikan dasar hukum masyarakat muslim jepang untuk mengkonsumsi daging, yaitu :

1. Islam mengajarkan adanya lima prinsip dasar yaitu menjaga agama, menjaga kelstarian jiwa, menjaga akal, menjaga kehormatan, dan menjaga harta. Dalam hal mengkonsumsi daging bagi masyarakat Jepang adalah untuk menjaga kelestarian jiwa dan akal. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Syauqi Al Fanjari menyatakan bahwa agar manusia dapat hidup dengan kehidupan yang sehat dan sejahtera maka ia semestinya makan daging dan tumbuh-tumbuhan secara simultan, tidak mungkin untuk memilih salah satu diantara keduanya dengan meninggalkan yang lain. Kiranya perlu mendapat perhatian bahwa bangsa yang menggantungkan dirinya kepada makanan jenis tumbuh-tumbuhan saja, maka akan lahir putra-putra bangsa yang kering dan lemah, sedang kuantitas anak yang

lahir pada suatu bangsa seperti ini tidak lebih dari 2 kg, sedang pada bangsa yang lain biasanya tidak lebih dari 3 kg. Oleh karena itu, disamping makan makanan jenis nabati, maka makanan jenis hewani juga perlu mendapatkan perhatian, seperti susu dan telur, jika tidak maka akan mengakibatkan kekurusan dan kekurangan darah.

2. Unsur masyaqat (Darurah). Setelah penulis melihat dari kondisi masyarakat Jepang sekarang ini yang disana sangat sulit untuk mendapatkan daging halal, dengan demikian masyarakat muslim Jepang dapat mengkonsumsi daging untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan dasar darurah. Artinya sebelum ada kejelasan tentang daging halal di Jepang, maka boleh orang muslim di Jepang mengkonsumsi daging yang berasal dari sembelihan daging oleh non muslim. Dengan catatan bahwa daging hewan yang dikonsumsi merupakan daging hewan yang dihalalkan menurut ketentuan syariat Islam. Hal ini didasarkan pada pendapat Ibnu Arabi yang pernah ditanya tentang seorang Nashrani yang memelintir ayam kemudian memasaknya. Apakah orang muslim boleh memakan daging ayam tersebut? Ibnu Arabi pun menjawab, ayam itu boleh dimakan meskipun sembelihannya tidak dilakukan berdasarkan syariat Islam. Dengan alasan bahwa Allah SWT telah menghalalkan makanan secara mutlak. Maka sesuatu yang dipandang halal menurut agama adalah halal dan Allah telah mengharamkan sesuatu secara jelas dalam al-Qur’an.

3. Solusi untuk konsumsi daging bagi masyarakat Jepang adalah membaca basmalah sebelum mengkonsumsinya. Hal ini sebagaimana hadits Nabi yang berbunyi:

ُ

ﷲ ا َﻲ ِﺿ َر َﺔ َﺸ ِﺋ ﺎ َﻋ ْﻦ َﻋ

ôûõ

ﻨَﻋ

:

َﻢﱠﻠَﺳَو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ِﷲا ﻰﱠﻠَﺻ ِﷲا َلْﻮُﺳَر َﻞﺌَﺳ ﺎًﻣْﻮَﻗ ﱠنأ

,

ُﮫَﻟ َﻞْﯿِﻘَﻓ

:

ِﷲا َلْﻮُﺳَر ﺎَﯾ

,

ِنﺎَﻤْﺤَﻠِﺑ ﺎَﻨَﻧْﻮُﺗْﺄَﯾ ِﺔَﯾِدﺎَﺒﻟا ِﻞْھأ ْﻦِﻣ َسﺎﱠﻨﻟا ﱠنِا

,

ي ِر ْﺪ َﻧ َﻻ َو

َﻻ ْمَا ِﮫْﯿَﻠَﻋ َﷲااﻮﱡﻤَﺳ ْﻞَھ

.

ﱠﻠ َﺻ ِﷲ ا ُل ْﻮ ُﺳ َر َل َﺎ ﻘ َﻓ

َﻢﱠﻠَﺳَو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ِﷲا ﻰ

:

َﷲ ا ا ﻮ ﱡﻤ َﺳ

اْﻮُﻠُﻛ ﱠﻢُﺛ ﺎَﮭْﯿَﻠَﻋ

.

ي ر ﺎ ﺨ ﺒ ﻟ ا ه ا و ر

Dokumen terkait