• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Kasus dan Fatwa Tentang Daging Halal dan Haram 1. Sejarah Terbentuknya LP POM MUI

PANDANGAN IMAM MAZHAB TENTANG DAGING HALAL

A. Sejarah Kasus dan Fatwa Tentang Daging Halal dan Haram 1. Sejarah Terbentuknya LP POM MUI

Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetik Majelis Ulama Indonesia atau lebih dikenal sebagai LP POM MUI, dibentuk oleh

MUI supaya isu “lemak babi” yang terjadi tahun 1989tidak terulang kembali.

Pada waktu itu banyak makanan tidak laku karena diisukan mengandung lemak babi. Isu itu demikian hebatnya sehingga jika berlanjut terus diduga dapat mengganggu ekonomi negara. Untuk mengantisipasi keadaan serupa dikemudian hari, didirikanlah LP POM MUI.1

Kini LP POM MUI yang didirikan 6 Januari 1989 itu telah berumur belasan tahun. Dalam selang waktu itulah telah banyak yang dikerjakan. Pada tahun pertama kelahirannya sesuai dengan amanah MUI, lembaga ini mencoba membenahi berbagai masalah dalam makanan sehubungan dengan kehalalannya sehingga dapat menentramkan ummat Islam Indonesia yang mengkonsumsinya. Karena itu pada tahun-tahun pertama, LP POM MUI berulang kali mengadakan seminar, diskusi-diskusi dengan para pakar,

termasuk pakar ilmu Syari’ah, dan kunjungan-kunjungan yang bersifat studi

1

Aisjah Girindra, Dari Sertifikasi Menuju Labelisasi Halal, (Jakarta: Pustaka Jurnal Halal,

perbandingan serta muzarakah. Semua dikerjakan dengan tujuan mempersiapkan diri untuk dapat menentukan suatu makanan halal atau tidak, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kaidah agama. Pada permulaan tahun 1994 dengan restu Menteri Agama, barulah LP POM MUI mengeluarkan sertifikat halal.2

2. Isu Lemak Babi 1988

Didalam buletin canopy (Januari 1988), yang diterbitkan oleh Senat Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang dimuat tulisan Prof. Dr. Ir. Tri Susanto, M.Sc mengenai beberapa jenis makanan dan minuman yang mengandung lemak babi. Kehebohan mulai merebak ketika hasil penelitian itu dibahas oleh kelompok Cendekiawan Muslim Al Falah, Surabaya. Akibatnya masyarakatpun Panik. Produsen juga tidak kalah paniknya. Masyarakat mulai ketakutan membeli produk-produk yang dicurigai menyebabkan tingkat penjualan turun drastis hingga 80%.3

Kaum Muslimin di Republik ini tercengang. Kesadaran mengenai barang-barang haram bangkit secara sepontan, bersama dengan kecurigaan. Permen Sugus, Kecap ABC, Sabun Camay, pasta gigi Colgate, menjadi barang yang dihindari karena dicurigai memakai gelatin dan shortening.4

2

Aisjah Girindra,Dari Sertifikasi Menuju Labelisasi Halal, h. 27.

3

Aisjah Girindra,Dari Sertifikasi Menuju Labelisasi Halal, h. 28.

4

Omset penjualannya anjlok, PT. Sanmaru Food Manufacture, produsen Indomie, mengaku penjualan produknya turun 20-30% dari omset 40 juta bungkus perbulannya. Penjualan Kecap Bango merosot rata-rata 75%. Penjualan Kecap ABC melorot hingga 20%. Produsen Biskuit Siong Hoe terpaksa mengurangi produksinya menjadi sepertiga dari produksi sebelumnya, yang 5 ton perhari. Penjualan es krim Campina, yang ikut

tersikut isu “lemak babi” turun hingga 40%.5

Untuk mendongkrak penjualan susu Dancow, produsennya PT. Food Specialties Indonesia (FSI), mengeluarkan dana iklan Rp. 340 juta. Bahkan karena paniknya, Presiden Direktur FSI Anthony F. Walker, sempat mengatakan tidak akan mengambil susu dari Boyolali, artinya mata pencaharian sekitar 71 ribu peternak sapi didaerah itu juga terancam. Anthony lega ketika Dirjen POM Depkes menyatakan bahwa lesitin yang menjadi bahan susu Dancow yang dicurigai berasal dari lemak babi, sesungguhnya dari lemak nabati.6

Inilah tragedi nasional lemak babi yang menggoncang ketenangan bathin umat, mengharu-birukan dunia industri pangan, menggangu stabilitas ekonomi dan politik nasional itulah yang menjadi momentum didiriknnya LP POM MUI.

5

Aisjah Girindra,Dari Sertifikasi Menuju Labelisasi Halal, h. 28

6

3. Suatu Kaidah Ushul Fiqih

Ketika akibat isu lemak babi itu mencapai puncaknya, dalam arti hampir tidak terkendali, Sekretaris Jendral Departemen Agama yang pada waktu itu dijabat oleh Dr. H. Tarmizi Taher diutus menemui Ketua Umum MUI, Kiai Haji Hasan Basri. Menurut cerita beliau, ketika disampaikan apa

yang telah terjadi akibat “isu lemak babi” itu, maka dengan tenang Bapak

Hasan Basri, mengucapkan suatu kaidah“Ushul Fiqih” yaitu7:

َد

ْرُء

ْﻟ ا

َﻤ

َﺎ ﻔ

ِﺳِﺪ

ْو أ

َﻟ

ِﻣ ﻰ

ْﻦ

َﺟْﻠ

ِﺐ

ْﻟ ا

َﻤ

َﺼِﻟﺎ

ِﺢ

8 8

Artinya : “Mencegah kerusakan lebih baik didahulukan untuk menjaga kemaslahatan orang banyak”

Ada dua hal tindakan yang diambil oleh MUI pada waktu itu. Pertama bagaimana memperbaiki keadaan yang sedang berlangsung, yang sudah menjurus terganggunya stabilitas ekonomi dan yang kedua bagaimana supaya hal ini tidak terjadi lagi dikemudian hari. Karena itu MUI segera mengadakan rapat Paripurna terbatas pada tanggal 1 Desember 1988. Rapat ini dihadiri oleh anggota MUI, Menteri Agama dan Menteri Kesehatan. Hasil rapat ini kemudian ditindak-lanjuti dengan memberikan himbauan kepada para produsen makanan, termasuk yang dihidangkan di hotel dan restoran, agar memproduksi, memperdagangkan dan menghidangkan makanan dan minuman yang sungguh-sungguh bersih dari bahan-bahan haram. Semua ini

7

Aisjah Girindra,Dari Sertifikasi Menuju Labelisasi Halal, h. 28

8

Syekh Achmad bin Syekh Muhammad Al-Zarqa,Syarh al-Qaa’id al-Fiqhiyyah,(Damaskus:

harus ditunjukkan secara jelas dengan menggunakan label, papan nama dan sebagainya yang bertuliskan makanan halal.

Untuk memperbaiki ini, MUI membentuk suatu Tim, yang bertugas untuk meninjau beberapa pabrik yang dicurigai. Lalu terlihat di layar TV, koran-koran dan majalah, gambar para ulama meminum susu dan memakan mie. Konon menurut cerita, yang diminum adalah susu segar Sapi Gratis tapi umat menganggap itu adalah susu segar Dancow.9

Semua itu merupakan upaya-upaya yang dilakukan oleh MUI untuk memperbaiki keadaan pada waktu isu lemak babi memanas.

4. Visi dan Misi LP POM MUI

Visi dari LP POM MUI adalah menjadi lembaga sertifikasi halal terpercaya di Indonesia dan dunia untuk memberikan ketentraman bagi umat. Islam serta menjadi pusat halal dunia yang memberikan informasi, solusi dan standar halal yang diakui secara nasional dan internasional.10

Ulama berwenang menetapkan hukum kehalalan pangan yang disebabkan modifikasi teknologi atau perubahan lainnya tidak memenuhi dasar pasti. Namun demikian ada banyak faktor yang mempengaruhi dapat dipercayanya suatu lembaga, diantaranya profesionalisme, keterbukaan, kejujuran, kemandirian, dan sebagainya, dan semua ini dalam konteks misi lembaga. Tetapi pada akhirnya kepercayaan kepada suatu lembaga, termasuk

9

Aisjah Girindra,Dari Sertifikasi Menuju Labelisasi Halal,h. 30.

10

lembaga ini, akan ditentukan oleh masyarakat pengguna. Namun kini pada

kenyataanya “kepercayaan” umat kepada LP POM MUI telah dapat dibina.

Karena itu muncul Visi kedua yang lebih mendunia, yaitu:“Membudidayakan umat Islam untuk mengkonsumsi produk halal dan mengajarkan seluruh pelaku usaha untuk berproduksi halal”11

Sedangkan misi dari LP POM MUI adalah:

a. Membuat dan mengembangkan standar sistem pemeriksaan halal.

b. Melakukan sertifikasi halal untuk produk-produk halal yang beredar dan dikonsumsi masyarakat.

c. Mendidik dan menyadarkan masyarakat untuk senantiasa mengkonsumsi produk halal.

d. Memberikan informasi yang lengkap dan akurat mengenai kehalalan produk dari berbagai aspek.12

Dilihat dari visi dan misi LP POM MUI, sangatlah jelas bahwa lembaga ini merupakan lembaga yang khusus dalam menangani kehalalan keseluruhan makanan, obat serta kosmetik di Indonesia.

11

Aisjah Girindra,Dari Sertifikasi Menuju Labelisasi Halal, h. 114.

12

B. Sejarah Kasus dan Penetapan Fatwa Tentang Daging Halal dan Haram