• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAHAPAN DAN HASIL PROSES PERUMUSAN STRATEGI NASIONAL REDD+

TIM PENULIS PROSES PENYUSUNAN STRANAS

3. Tahap Konsultasi Publik

3.1. Tahap Konsultasi Regional 1. Tahap Pra Konsultasi

3.1.4. Analisis Terhadap Proses Konsultasi Regional

3.1.4.1. Aspek Persiapan Peserta dan Dukungan Informasi

Konsultasi regional merupakan proses yang menarik perhatian banyak pihak. Sebagian peserta memang mengakui bahwa proses ini telah menandai munculnya kesediaan para pihak untuk bertemu dan membahas strategi secara bersama. Dibandingkan dengan konsultasi publik lainnya, beberapa peserta mengakui proses pembahasan rumusan REDD+ makin membuka harapan baru untuk pendekatan multi pihak.

Dari sisi penyiapan peserta, konsultasi regional dinilai bisa menghadirkan para pelaku kebijakan maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan, termasuk kelompok yang posisinya rentan, yaitu masyarakat adat; masyarakat yang ada di hutan maupun di sekitar hutan dan kelompok perempuan. Upaya ke arah ini memang telah dilakukan sejak dini oleh Bappenas dan UN-REDD. Di tiga wilayah regional yaitu Papua, Kalimantan dan Sumatera II, sudah dilakukan pertemuan pra konsultasi untuk membahas kebutuhan penyiapan peserta, termasuk penyediaan informasi untuk membantu para pihak yang memiliki keterbatasan pemahaman mengenai isu-isu REDD+.

Namun harus diakui bahwa upaya yang sangat baik ini menjadi tidak banyak membantu karena jarak waktu antara proses pemilihan peserta dengan pelaksanaan konsultasi regional terlalu singkat. Beberapa tahapan penting tentang hal ini terpaksa dilewati. Hal ini secara langsung maupun tidak langsung telah mengurangi makna pelaksanaan keempat prinsip dasar pengembangan Stranas REDD+.

Kekurangan lainnya adalah tidak tersedianya informasi dasar yang bisa membantu peserta untuk memahami isu-isu REDD+ yang sarat dengan istilah-istilah ilmu pengetahuan (sains) yang kompleks dan tidak dengan mudah dimengerti oleh beberapa pihak. Berdasarkan hasil interview dengan beberapa peserta konsultasi regional, banyak peserta yang mengaku tidak memahami sisi teknis REDD+, dan oleh karena itu mereka tidak bisa mengikuti perdebatan dengan baik. Beberapa peserta perempuan banyak yang memilih diam karena malu atau enggan bertanya. Situasi seperti ini tentu saja dapat memarjinalkan pihak-pihak tertentu dalam proses diskusi dan konsultasi publik.

Dalam hubungannya dengan implementasi prinsip transparansi, hal ini menunjukkan bahwa kualitas akses dini peserta konsultasi terhadap draf Stranas REDD+ sangat rendah. Draf stranas REDD+ baru dibagikan ketika pelaksanaan konsultasi sehingga makin mengurangi kemampuan sebagian peserta dalam mengikuti konsultasi.

Kelemahan ini kemudian diperbaiki oleh Tim Penyelenggara dengan memberikan kesempatan kepada peserta konsultasi untuk memberi masukan secara tertulis melalui email kepada Bappenas atau Tim Penulis. Pihak UN-REDD sendiri kemudian berinisiatif memperkuat implementasi prinsip transparansi dengan meng-up-date setiap perkembangan proses penyusunan Stranas REDD+ dalam website mereka.

Tema lain yang penting dibahas paska pelaksanaan konsultasi adalah mekanisme feedback terhadap seluruh masukan yang diperoleh dari proses konsultasi regional maupun masukan tertulis dari lembaga-lembaga CSO dan sektor-sektor pemerintahan. Dalam pertemuan konsultasi di tujuh wilayah regional telah disampaikan bahwa seluruh hasil masukan lisan maupun tertulis akan diolah lebih lanjut dan hasilnya disampaikan kembali kepada semua pihak.

Dalam pertemuan konsinyasi Tim Penulis pada paska konsultasi regional, telah disepakati bahwa seluruh masukan akan dikelompokkan dan diberi tanggapan secara professional dan tanggapan tersebut akan dikonsultasikan kepada para ahli ditingkat nasional pada pertemuan di Bali yang melibatkan ahli-ahli REDD+ di Indonesia. Status masukan tersebut maupun hasil konsultasi dengan para ahli akan disampaikan kembali kepada para pihak.

Namun demikian, adanya proses perubahan mendasar mengenai outline maupun susunan substansi dokumen stranas REDD+ yang sangat dinamis dari waktu ke waktu, mengakibatkan proses atau mekanisme feedback hingga saat ini tidak dilakukan. Selain itu, belum jelas pula siapa yang harus menindak-lanjuti proses feedback tersebut, apakah Bappenas atau UN-REDD atau Tim Penulis Stranas REDD+.

stranas maupun dalam substansi yang mengatur kelembagaan REDD+ ke depan. Salah satu kerumitan yang ditemui dalam proses ini adalah kuatnya perbedaan pendapat di lingkungan elit birokrasi dalam menentukan seperti apa proses pelembagaan REDD+ ke depan.

3.1.4.2. Persepsi Peserta terhadap Isi dan Proses Konsultasi

Pelaksanaan konsultasi regional merupakan salah satu mekanisme pelibatan para pihak dilevel sub-nasional dalam proses-proses perumusan kebijakan mengenai REDD+ di Indonesia. Selain itu, proses konsultasi regional juga merupakan mekanisme untuk meningkatkan pengetahuan para pihak mengenai REDD+.

Dari pelaksanaan 7 konsultasi regional, 6 regional yang dilakukan jajak pendapat oleh UN-REDD rata-rata 90% peserta konsultasi mengaku bahwa pemahaman mereka mengenai REDD+ mengalami peningkatan setelah mengikuti konsultasi publik tentang REDD (Tabel 4). Hal ini menunjukkan bahwa proses konsultasi regional telah berhasil meningkatkan pemahaman para pihak mengenai REDD+.

Tabel 4

Pendapat Peserta Konsultasi Regional Mengenai Perubahan Pengetahuan setelah Mengikuti Konsultasi Penyusunan Stranas REDD+

Sebagai proses konsultasi publik yang membahas berbagai masalah dan menentukan keputusan, hasil jajak pendapat menunjukkan sebagian peserta di tujuh wilayah regional menilai bahwa hasilnya sudah sudah cukup baik. Meskipun demikian, banyak juga peserta yang memiliki pendapat beragam beragam, mulai dari sangat baik hingga sangat kurang baik (lihat Grafi k 17).

Region Mengalami Peningkatan Tidak Mengalami Peningkatan

Jawa 98% 2%

Bali, Nusa & Maluku 96% 4% Sumatera Bagian Barat 97% 3%

Sulawesi 98% 2%

Kalimantan 84% 16%

Papua 71% 29%

Sumatera Bagian Timur

Grafi k 17

Pendapat Peserta Konsultasi Regional

Mengenai Efektivitas Proses Konsultasi Regional Penyusunan Strategi Nasional REDD+

Salah satu aspek penting yang dibahas dalam pelaksanaan konsultasi regional adalah pembahasan mengenai strategi pelaksanaan REDD+ dan relevansinya dengan kebutuhan di wilayah provinsi masing-masing. Sebagai besar peserta berpendapat, sebuah draf strategi, dokumen Stranas REDD+ sangat relevan dengan kebutuhan mereka di daerah masing-masing. Hanya sedikit yang mengatakan kurang baik atau sangat tidak baik (Grafi k 18). Pendapat ini pada umumnya disampaikan oleh kalangan NGO. Hal ini merupakan perkembangan yang sangat baik dan menunjukkan bahwa Stranas REDD+ telah dibangun berdasarkan konteks persoalan yang terjadi di berbagai wilayah.

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%

Jawa Bali, Nusa & Maluku Sulawesi Sumatera Bagian Timur Kalimantan Papua Sangat Baik Baik Biasa Saja Kurang Baik Sangat Kurang Baik

Grafi k 18

Pendapat Peserta Konsultasi Regional Mengenai

Relevansi Isi Draft 1 Strategi Nasional REDD+ dengan Kondisi dan Kebutuhan Dearah

Dokumen terkait