• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tingkat Kesehatan PT. Bank BPD DIY Tahun 2014 Sampai Tahun 2016

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN Bab ini beisi kesimpulan dan saran terhadap masalah yang Bab ini beisi kesimpulan dan saran terhadap masalah yang

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

D. Budaya Kerja dan Perilaku Utama

1. Analisis Tingkat Kesehatan PT. Bank BPD DIY Tahun 2014 Sampai Tahun 2016

a. Capital ( Modal )

Tabel V.16

Nilai Rasio CAR Tahun 2014 s/d 2016

Rasio Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 CAR 16,60% 20,22% 21,61% Sumber: Hasil Olahan Data

Faktor permodalan hanya terdapat satu rasio untuk mengukur tingkat kesehatan bank, yaitu Capital Adequecy Ratio (CAR). Hasil CAR dikuantifikasikan dari dua komponen yaitu jumlah modal dan aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR). Rasio ini mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung resiko. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank yang berkategori sehat harus memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%. Dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 nilai rasio CAR tertinggi dicapai pada tahun 2016 sebesar 21,61% setelah adanya kenaikan dari dua tahun sebelumnya. Nilai rasio terendah terjadi pada tahun 2014 sebesar 16,60%. Kenaikan rasio CAR ini terjadi akibat adanya kenaikan modal dan kenaikan ATMR, namun kenaikan jumlah modal lebih besar daripada kenaikan ATMR. Untuk meningkatan nilai rasio CAR, hal yang dapat

dilakukan oleh bank adalah meningkatkan modal bank, baik modal sendiri maupun modal pinjaman.

b. Assets ( Kualitas Aktiva Produktif )

Faktor Asset dinilai dengan menggunakan dua komponen rasio, yaitu: 1) Kualitas Aktiva Produktif (KAP)

Tabel V.17

Nilai Rasio KAP Tahun 2014 s/d 2016

Rasio Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 KAP 0,91 % 1,04 % 2,36 % Sumber: Hasil Olahan Data

Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan ( APYD ) terdiri dari lima macam kolektabilitas beserta bobotnya, yaitu 0% dari aktiva produktif yang tergolong lancar, 25% dari aktiva produktif yang tergolong dalam perhatian khusus, 50 % dari aktiva produktif yang tergolong kurang lancar, 75% dari aktiva produktif yang tergolong diragukan, dan 100% aktiva produktif yang tergolong macet. Sepanjang tida tahun ini rasio terbaik dicapai pada tahun 2014 yaitu sebesar 0,91% dan rasio terburuk dicapai pada tahun 2016 yaitu sebesar 2,36%. Peningkatan rasio KAP ini menunjukan buruknya kinerja kualitas aktiva produktif ini disebabkan oleh terus meningkatnya APYD terutama pada aktiva yang tergolong macet sedangkan total aktiva produktif peningkatannya tidak sebanding dengan peningkatan APYD. Untuk memperbaiki hal ini, PT Bank BPD DIY dapat melakukan investigasi kepada calon debitur dan

melakukan pemantauan terhadap penggunaan kredit, serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajibannya agar kredit macet dapat diminimalisir.

2) Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) Tabel V.18

Nilai Rasio PPAP Tahun 2014 s/d 2016

Rasio Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 PPAP 106,48 % 96,58% 54,58% Sumber: Hasil Olahan Data

Perhitungan rasio ini untuk mengetahui seberapa besar kredit bermasalah yang dijamin oleh dana dari aktiva produktif yang telah disisihkan untuk menutup resiko terjadinya kredit macet. Selama tiga tahun ini rasio terbaik dicapai pada tahun 2014 yaitu sebesar 106,48% dan rasio terburuk dicapai pada tahun 2016 yaitu sebesar 54,58%. Untuk mengantipsipasi semakin merosotnya nilai rasio ini, ada baiknya bank lebih selektif dan lebih ketat dalam memberikan kredit kepada nasabah agar tidak terjadi adanya kredit macet. Karena dengan adanya kredit macet maka bank harus membentuk PPAP semakin besar pula. Memang PPAP yang dibentuk oleh bank semakin besar dapat meningkatkan nilai rasio ini namun dapat berakibat modal bank menjadi menurun. Modal bank menjadi menurun karena PPAP yang dibentuk oleh bank nilainya harus diambil dari modal bank.

c. Management

Tabel V.19

Nilai Rasio NPM Tahun 2014 s/d Tahun 2016

Rasio Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 NPM 19,86% 20,36% 21,78% Sumber: Hasil Olahan Data

Aspek ini biasanya dinilai dengan kuesioner yang ditujukan pada bank yang bersangkutan, akan tetapi karena keterbatasan maka pengisian tersebut sulit dilakukan karena terkait akan unsur kerahasiaan bank. Oleh karenanya dalam dalam aspek ini dapat diproyeksikan dengan rasio Net Profit Margin (NPM). Rasio NPM merupakan rasio profitabilitas, rasio ini dapat diketahui dengan cara membandingkan Laba Bersih dengan Pendapatan Operasional yang bertujuan untuk mengetahui laba bersih sesudah pajak yang dihasilkan bank. Nilai rasio NPM tertinggi dicapai pada tahun 2016 yaitu sebesar 21,78% dan yang terendah dicapai pada tahun 2014 sebesar 19,86%. Semakin besar rasio NPM yang dicapai berarti semakin besar profit yang didapat oleh bank melalui kinerja manajemen yang baik.

d. Earning ( Rentabilitas )

Penilaian faktor rentabilitas berdasarkan dua komponen rasio, yaitu : 1) Return Of Assets (ROA)

Tabel V.20

Nilai Rasio ROA Tahun 2014 s/d Tahun 2016

Rasio Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 ROA 2,69% 2,89% 2,93% Sumber: Hasil Olahan Data

Rasio ini mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar nilai rasio ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut. Dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 kondisi paling baik dicapai pada tahun 2016 sebesar 2,93% dan nilai rasio terendah dicapai pada tahun 2014 sebesar 2,69%. Kenaikan yang tidak terlalu signifikan ini disebabkan oleh adanya kenaikan pada biaya operasional terutama biaya bunga atas pinjaman yang diterima dari bank – bank lain yang di ikuti dengan kenaikan biaya operasional. Kenaikan yang tidak signifikan ini menjadi pertanda bahwa bank harus berhati hati dalam menggunakan aktiva produktif. Untuk mencegah menurunnya rasio ROA ada baiknya bank menekan pengeluaran atau melakukan penghematan biaya operasional yang kurang perlu seperti yang ada pada pos biaya lainnya. Selain itu juga berkaitan dengan pemberian kredit, ada baiknya bank melakukan invesitigasi kepada calon debitur dan

melakukan pemantauan terhadap penggunaan kredit, serta kemampuan dam kepatuhan debitur, dalam memenuhi kewajibannya, seperti yang dilakukan untuk meminimalisir kenaikan nilai pada rasio KAP.

2) Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional Tabel V.21

Nilai Rasio BOPO Tahun 2014 s/d 2016

Rasio Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 BOPO 72,64% 71,89% 70,15% Sumber: Hasil Olahan Data

Rasio ini mengukur tingkat efiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016, karena semakin menurun rasio ini berarti bank semakin efisien dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Hal ini terjadi karena kenaikan jumlah pendapatan operasionalnya lebih besar dibandingkan biaya operasionalnya. Untuk mengantisipasi penurunan nilai rasio BOPO bank sebaiknya menekan biaya operasional sekecil mungkin dengan mengurangi biaya operasional yang tidak perlu seperti pos biaya lainnya yang kurang jelas penggunaannya.

e. Liquidity (Likuiditas)

Penilaian faktor likuiditas dinilai dengan dua rasio, yaitu : 1) Net Call Money to Current Assets (NCM – CA )

Tabel V.22

Nilai Rasio NCM – CA Tahun 2014 s/d Tahun 2016 Rasio Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 NCM – CA 5,13 7,43 13,73 Sumber: Hasil Olahan Data

Rasio aktiva lancar terhadap kewajiban lancar mengukur kemampuan bank dalam mengembalikan simpanan nasabah (deposan) pada saat ditarik dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki bank. Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi pula kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 rasio terbaik dicapai pada tahun 2016 sebesar 13,73% sedangkan rasio terendah dicapai pada tahun 2014 dengan nilai rasio sebesar 5,13%. Peningkatan nilai rasio ini terjadi karena adanya peningkatan nilai aktiva lancar yang dimiliki bank.

2) Loan Deposit Ratio (LDR)

Tabel V.23

Nilai Rasio LDR Tahun 2014 s/d 2016

Rasio Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 LDR 81,57% 81,75% 81,15% Sumber: Hasil Olahan Data

Rasio ini mengukur kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi nilai rasio ini memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Nilai rasio terbaik dicapai pada tahun 2016 dengan nilai sebesar 81,15% dan rasio terendah dicapai pada tahun 2015 sebesar 81,75%. Untuk mengantisipasi agar rasio LDR tidak semakin memburuk bank dapat meningkatkan sumber likuiditasnya dengan cara menambah modal inti dengan menjual saham atau menambah modal pinjaman. Dengan begitu diharapkan bank dapat membayar kembali penarikan yang dilakukan oleh deposan.

Setiap nilai rasio memiliki keterkaitan dengan nilai rasio lainnya. Rasio CAR yang menilai kesehatan faktor permodalan bank memiliki keterkaitan dengan rasio KAP dan PPAP yang menilai kesehatan faktor asset dan juga faktor NCM – CA dan LDR yang menilai kesehatan faktor likuiditas bank. Jika pada hasil perhitungan faktor KAP banyak ditemukan kredit yang bermasalah, berarti bank harus menyisihkan dana untuk menghapus nilai aktiva produktif yang bermasalah yang dapat di kalkulasikan pada rasio PPAP. Karena dengan adanya kredit

macet yang besar maka bank harus membentuk PPAP semakin besar pula. Memang PPAP yang dibentuk oleh bank semakin besar dapat meningkatkan nilai rasio ini namun dapat berakibat modal bank menjadi menurun. Modal bank menjadi menurun karena PPAP yang dibentuk oleh bank nilainya harus diambil dari modal bank. Jika faktor asset yang dihitung dengan rasio KAP dan PPAP semakin tidak sehat akan berdampak negatif kepada faktor likuiditas yang dihitung dengan rasio NCM – CA dan LDR, karena salah satu sumber likuiditas bank terdapat pada nilai aktiva lancar yang berasal dari kredit yang diberikan. Jika bank semakin tidak likuid, antisipasi yang harus dilakukan adalah dengan mengambil nilai dari faktor Modal. Kemudian faktor Earning yang di kalkulasikan dengan rasio ROA dan BOPO dapat membantu faktor modal untuk terus menjaga dan menambahkan nilai ketersediaan modal yang ada. Kemudian rasio NPM sebagai rasio profitabilitas dapat memproyeksikan bagaimana kinerja manajemen bank dalam memanfaatkan Modal, Beban Operasional, Aktiva Produktif, untuk menghasilkan pendapatan untuk bank.

2. Perhitungan nilai bersih masing – masing rasio adalah sebagai

Dokumen terkait