• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Analisis Biaya

Biaya dalam penelitian ini adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk proses pembuatan rengginang singkong, baik biaya yang dikeluarkan atau tidak dikeluarkan. Biaya tersebut terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.

a. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh banyaknya kapasitas produksi. Biaya tetap dalam usaha industri

commit to user

rengginang singkong meliputi biaya penyusutan peralatan, bunga modal investasi dan biaya tenaga kerja. Biaya penyusutan peralatan dan biaya bunga investasi sebenarnya tidak benar-benar dikeluarkan oleh produsen rengginang singkong, tetapi karena dalam penelitian ini menggunakan konsep keuntungan, maka biaya ini harus diperhitungkan. Rata-rata biaya tetap usaha industri rengginang singkong di Kabupaten Sragen dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 20. Rata - Rata Biaya Tetap Usaha Industri Rengginang

Singkong Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sragen Bulan Juni 2010

No Jenis Biaya Tetap Rata-rata/bln Persentase

(%)

1. Penyusutan peralatan 596.303,80 61,14 2. Biaya tenaga kerja 375.000,00 38,45 3. Bunga modal investasi 3.983,70 0,41

Jumlah 975.287,50 100,00 Sumber : Analisis Data Primer, 2010 (lampiran 10)

Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa sumber biaya tetap rata-rata usaha industri rengginang singkong terbesar berasal dari biaya penyusutan peralatan yaitu sebesar Rp 596.303,80 atau 61,14% selama satu bulan. Perbedaan jumlah biaya tetap tiap produsen dipengaruhi oleh perbedaan jumlah produksi yang menyebabkan perbedaan jumlah peralatan yang dimiliki. Produsen menggunakan peralatan dalam kegiatan proses pembuatan rengginang singkong. Usaha industri rengginang singkong juga menggunakan peralatan mekanik (mesin parut).

Biaya tenaga kerja berada pada urutan kedua, yaitu sebesar Rp 375.000,00 atau 38,45% selama satu bulan. Upah tenaga kerja sebesar Rp 15.000,00 per orang selama satu hari dan tenaga kerja yang digunakan adalah anggota keluarga. Tenaga kerja keluarga dalam kenyataannya tidak diberi upah, namun karena konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah keuntungan maka biaya tenaga kerja tetap dihitung.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Rata-rata biaya bunga modal investasi berada pada urutan ketiga, yaitu sebesar Rp 3.983,70 atau 0,41% (lampiran 6). Untuk menghitung bunga modal investasi menggunakan rumus :

Bunga modal investasi = suku bunga kredit riil pada bulan penelitian x investasi awal

= 0,52% x Rp 22.982.900,00 = Rp 119.511,08

Suku bunga nominal pada bulan penelitian − laju inflasi pada bulan penelitian

Bunga riil =

1 + laju inflasi pada bulan penelitian

2% −0,97% = ( 1 + 0,97)% 1,03% = 1,97% = 0,52%

Nilai suku bunga kredit riil diperoleh dari data Bank Rakyat Indonesia sebesar 0,52% pada bulan Juni 2010.

Ketiga biaya tetap dalam penelitian ini sebenarnya tidak dikeluarkan secara riil oleh produsen, tetapi karena dalam penelitian ini menggunakan konsep keuntungan, maka biaya ini harus diperhitungkan. Besarnya biaya tetap berkisar antara Rp 398.163,00 sampai Rp 1.548.103,00 dengan rata-rata biaya tetap per produsen setiap bulannya sebesar Rp 975.287,50. Perbedaan tersebut terjadi karena disebabkan adanya variasi penggunaan tenaga kerja, serta jumlah dan harga beli peralatan produksi yang digunakan dalam usaha ini.

b. Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang besarnya berubah secara proporsional terhadap kuantitas output yang dihasilkan. Biaya variabel yang digunakan dalam usaha industri rengginang singkong meliputi : biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya kemasan, dan biaya

commit to user

label. Rata-rata biaya variabel usaha industri rengginang singkong di Kabupaten Sragen dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 21. Rata-rata Biaya Variabel Usaha Industri Rengginang Singkong Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sragen Bulan Juni 2010 T a b e l

Sumber : Analisis Data Primer, 2010

Tabel 21 menunjukkan bahwa kontribusi biaya variabel terbesar dalam usaha industri rengginang singkong berasal dari biaya bahan baku yaitu sebesar Rp 720.000,00 dengan jumlah fisik sebanyak 142 kg dan harga Rp 500,00 per kg. Kemudian biaya lainnya adalah biaya pembelian kemasan sebesar Rp 100.000,00. Urutan ketiga yaitu biaya pembelian bawang putih sebesar Rp 68.666,67. Hal ini dikarenakan fluktuasi harga bawang putih yang tidak stabil. Sedangkan biaya yang paling rendah yaitu pada biaya pembelian minyak goring karena dalam penggunaannya hanya diperlukan sedikit sehingga sekali pembelian dapat digunakan lebih dari satu kali produksi.

Rata-rata besarnya biaya variabel yang dikeluarkan dalam usaha industri rengginang singkong sebesar Rp 912.341,67. Besarnya biaya variabel per bulan dalam usaha industri rengginang singkong berkisar antara Rp 762.000,00 sampai Rp 1.622.250,00. Perbedaan ini terutama dikarenakan adanya variasi dalam hal jumlah penggunaan bahan baku, bahan penolong, kemasan, dan label.

No Jenis Biaya Fisik Harga/satuan

(Rp) Jumlah (Rp)

1. Biaya Bahan Baku (kg) 1440 500,00 720.000,00

2. Biaya Bahan Penolong

a. Garam (batang) 27,17 400,00 10.866,67

b. Bawang putih (kg) 3,43 2.000,00 68.666,67

c. Penyedap (kg) 0,26 24.000,00 6.200,00

d. Kayu bakar (ikat) 12 5.000,00 60.000,00

e. Minyak goreng (kg) 0,36 9.000,00 3.225,00

3.

f. Pewarna makanan (bungkus) Biaya Kemasan (pack)

27 12 150,00 3.000,00 4.050,00 36.000,00

4. Biaya Label (lembar) 2000 50,00 100.000,00

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

c. Biaya Total

Biaya total merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan selama proses produksi yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 22. Rata-rata Biaya Total Usaha Industri Rengginang Singkong Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sragen Bulan Juni 2010

No Uraian Rata-rata/ bln Persentase (%)

1. Biaya tetap 975.287,50 51,67 2. Biaya variabel 912.341,67 48,33

Jumlah 1.887.629,17 100,00

Sumber : Analisis Data Primer, 2010 (lampiran 11)

Tabel 22 di atas menunjukkan bahwa rata-rata biaya total yang dikeluarkan produsen rengginang singkong di Kabupaten Sragen selama satu bulan yaitu sebesar Rp 1.887.629,17. Biaya terbesar yang dikeluarkan dalam usaha industri rengginang singkong berasal dari biaya tetap yaitu sebesar Rp 975.287,50 atau 51,67%, sedangkan biaya variabel yang dikeluarkan sebesar Rp 912.341,67 atau 48,33%. Hal ini disebabkan proporsi biaya tetap lebih banyak dibandingkan dengan proporsi biaya variabel sehingga biaya tetap yang dikeluarkan lebih besar.

2. Penerimaan

Penerimaan produsen rengginang singkong merupakan perkalian antara total produk (rengginang singkong) yang diproduksi dengan harga per satuan produk (rengginang singkong). Penerimaan produsen rengginang singkong ini meliputi penerimaan dari hasil utama yaitu rengginang singkong mentah. Besarnya produksi dan penerimaan rata-rata dari usaha industri rengginang singkong di Kabupaten Sragen dapat dilihat pada tabel berikut :

commit to user

Tabel 23. Rata-Rata Produksi dan Penerimaan Usaha Industri Rengginang Singkong Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sragen Bulan Juni 2010 No Uraian Rata-rata harga/bungkus (Rp) Rata-rata fisik(bks) Nilai Total (Rp) 1. Kemasan kecil 700,00 1440 1.008.000,00 2. Kemasan besar 1500,00 840 1.260.000,00 Penerimaan rata-rata 2.268.000,00

Sumber : Analisis Data Primer, 2010 (lampiran 12)

Berdasarkan Tabel 23 dapat diketahui bahwa rata-rata harga per bungkusnya untuk kemasan kecil Rp 700,00 dengan rata-rata fisik yaitu 1440 bungkus rengginang singkong dan nilai total yaitu Rp 1.008.000,00, untuk kemasan besar Rp 1.500,00 dengan rata-rata fisik per bungkus sebanyak 840 bungkus rengginang singkong dan nilai total yaitu Rp 1.260.000,00, sehingga diperoleh penerimaan rata-rata sebesar Rp 2.268.000,00 per bulan. Penerimaan yang diperoleh oleh produsen berkisar antara Rp 1.740.000,00 − Rp 4.380.000,00. Perbedaan penerimaan ini dikarenakan perbedaan jumlah bahan baku yang digunakan dan besarnya produksi rengginang singkong yang dihasilkan.

3. Keuntungan

Keuntungan yang diperoleh produsen rengginang singkong merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya total. Keuntungan usaha industri rengginang singkong di Kabupaten Sragen dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 24. Rata-rata Keuntungan Usaha Industri Rengginang Singkong Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sragen Bulan Juni 2010

No Uraian Rata-rata per produsen (Rp)

1. Penerimaan 2.268.000,00

2. Biaya total 1.887.629,17

Keuntungan 380.370,83

Sumber : Analisis Data Primer, 2010 (lampiran 12)

Tabel 24 di atas menunjukkan bahwa penerimaan rata-rata per produsen rengginang singkong yaitu sebesar Rp 2.268.000,00 dengan biaya total yang dikeluarkan rata-rata sebesar Rp 1.887.629,17. Dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

demikian, keuntungan rata-rata yang diperoleh setiap produsen rengginang

singkong selama satu bulan yaitu bulan Juni 2010 adalah sebesar Rp 380.370,83. Keuntungan yang diperoleh produsen rengginang singkong

berkisar pada Rp 203.751,00 − Rp 1.560.306,00. Perbedaan keuntungan yang diperoleh masing-masing produsen dipengaruhi oleh besarnya penerimaan total dan besarnya biaya total yang dikeluarkan oleh masing-masing produsen rengginang singkong.

Terlihat dalam usaha industri rengginang singkong di Kabupaten Sragen terdapat keuntungan yang minim, di bawah Rp 1.000.000,00. Keuntungan yang minimum bukan berarti usaha yang dijalankan akan mengalami bangkrut atau tutup, akan tetapi usaha ini tetap bertahan. Mengingat dalam penelitian ini konsep yang digunakan adalah keuntungan, sehingga yang dikeluarkan atau tidak dikeluarkan (opportunity cost) tetap diperhitungkan. Biaya tersebut antara lain biaya tenaga kerja keluarga, biaya penyusutan peralatan, dan bunga modal investasi. Padahal dalam kenyataannya tidak dikeluarkan. Biaya tersebut hanya sebagai kompensasi atas penggunaan input (curahan waktu kerja, peralatan dan modal). Hal inilah yang menyebabkan nilai keuntungan usaha industri rengginang singkong minimum.

4. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan hasil bagi antara keuntungan usaha dengan penerimaan total yang dinyatakan dalam persen. Untuk mengetahui besarnya profitabilitas dari usaha industri rengginang singkong di Kabupaten Sragen dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 25. Rata-rata Profitabilitas Usaha Industri Rengginang Singkong Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sragen Bulan Juni 2010

No Uraian Rata-rata per produsen (Rp)

1. Keuntungan usaha 380.370,83

2. Penerimaan total 2.268.000,00

Profitabilitas 16,77%

commit to user

Berdasarkan Tabel 25 dapat diketahui bahwa profitabilitas atau tingkat keuntungan dari usaha industri rengginang singkong di Kabupaten Sragen sebesar 16,77%. Hal ini berarti setiap penerimaan sebesar Rp 100,00 akan diperoleh keuntungan Rp 16,77. Industri rengginang singkong ini termasuk dalam kriteria menguntungkan, karena memiliki nilai profitabilitas lebih dari nol.

5. Efisiensi Usaha

Efisiensi usaha dapat dihitung dengan menggunakan R/C rasio, yaitu perbandingan antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan. Efisiensi usaha industri rengginang singkong di Kabupaten Sragen dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 26. Efisiensi Usaha Industri Rengginang Singkong Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sragen Bulan Juni 2010

No Uraian Rata-rata per produsen (Rp)

1. Penerimaan 2.268.000,00

2. Biaya total 1.887.629,17

Efisiensi Usaha 1,20

Sumber: Analisis Data Primer, 2010 (lampiran 12)

Tabel 26 menunjukkan bahwa efisiensi industri rengginang singkong di Kabupaten Sragen pada bulan Juni 2010 sebesar 1,20. Hal ini berarti bahwa industri rengginang singkong yang telah dijalankan efisien yang ditunjukkan dengan nilai R/C rasio lebih dari satu.

Nilai R/C rasio 1,20 berarti bahwa setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan dalam suatu awal kegiatan usaha memberikan penerimaan sebesar 1,20 kali dari biaya yang telah dikeluarkan. Misalnya saja, dalam awal kegiatan produsen rengginang singkong mengeluarkan biaya Rp 100.000,00 maka produsen akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 120.000,00. Semakin besar R/C rasio maka akan semakin besar pula penerimaan yang akan diperoleh produsen.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

6. Risiko Usaha Serta Hubungan Antara Besarnya Risiko dengan Keuntungan

Hubungan antara risiko dan keuntungan dapat diukur dengan koefisien variasi (CV) dan batas bawah keuntungan (L). Koefisien variasi merupakan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung dengan jumlah keuntungan yang akan diperoleh sebagai hasil dan sejumlah modal yang ditanamkan dalam proses produksi. Semakin besar nilai koefisien variasi menunjukkan bahwa risiko yang harus ditanggung semakin besar disbanding dengan keuntungannya. Sedangkan batas bawah keuntungan (L) menunjukkan nilai nominal keuntungan terendah yang mungkin diterima oleh pengusaha (Hernanto, 1993:15). Untuk mengetahui besarnya risiko usaha dan hubungan antara besarnya risiko dengan keuntungan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 27. Risiko Usaha dan Batas Bawah Keuntungan Usaha Industri Rengginang Singkong Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sragen Bulan Juni 2010

No Uraian Rata-rata per produsen

1. Keuntungan (Rp) 380.370,83

2. Simpangan Baku (Rp) 407.886,00 3. Koefisien Variasi 1,07 4. Batas bawah Keuntungan (Rp) (435.401,00) Sumber: Analisis Data Primer, 2010 (lampiran 13)

Tabel 27 menunjukkan bahwa keuntungan rata-rata yang diterima produsen rengginang singkong selama satu bulan adalah sebesar Rp 380.370,83. Dari perhitungan keuntungan tersebut, maka dapat diketahui besarnya simpangan baku industri rengginang singkong, yaitu sebesar Rp 407.886,00. Simpangan baku merupakan besarnya fluktuasi keuntungan yang diperoleh, sehingga dapat dikatakan bahwa fluktuasi keuntungan usaha industri rengginang singkong berkisar Rp 407.886,00. Koefisien variasi dapat dihitung dengan cara membandingkan antara besarnya simpangan baku terhadap keuntungan rata-rata yang diperoleh. Koefisien variasi dari industri rengginang singkong sebesar 1,07. Hal ini menunjukkan bahwa industri rengginang singkong tesebut berisiko, karena

commit to user

nilai koefisien variasi yang diperoleh lebih besar dari standar koefisien variasi 0,5. Batas bawah keuntungan usaha ini sebesar minus Rp 435.401,00 lebih kecil dari nol. Angka ini menunjukkan bahwa produsen rengginang singkong di Kabupaten Sragen kemungkinan menanggung kerugian sebesar Rp 435.401,00.

G. Permasalahan Usaha Industri Rengginang Singkong di Kabupaten

Dokumen terkait