• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Singkong atau Ubi Kayu

Ubi kayu (Manihot utilissima), termasuk dalam kelurga Euphorbiaceae, batangnya berkayu, beruas dan berbuku, panjangnya kadang-kadang sampai 3 meter. Warna batangnya bermacam-macam yang ditentukan oleh warna kulit luar, kulit dalam, adanya penyusunan selaput gabus pada batang. Pada waktu masih muda warna batangnya biasanya hijau, setelah tua warnanya ada yang keputih-putihan, kelabu, hijau kelabu, dan ada yang coklat kelabu. Empulur batang warnanya putih, lunak, dan kenampakannya serupa gabus. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran. Daun ubi kayu mempunyai susunan berurat tangan terbagi dengan jumlah anak daun lima sampai sembilan, serta tangkai daun agak panjang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Di Indonesia, tanaman ubi kayu tumbuh dan berproduksi di dataran rendah sampai dataran tinggi, yakni antara 10 − 1.500 m dpl. Daerah yang paling ideal (baik) untuk mendapatkan produksi yang optimal adalah daerah dataran rendah yang berketinggian antara 10 − 700 m dpl. Makin tinggi daerah penanaman dari permukaan laut, akan makin lambat pertumbuhan tanaman ubi kayu sehingga umur panennya makin lama (panjang) (Rukmana, 1997:36).

Berdasarkan deskripsi varietas ubi kayu, maka penggolongan jenisnya dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :

1. Jenis ubi kayu manis, yaitu jenis ubi kayu yang dapat dikonsumsi langsung. Contoh varietasnya antara lain : gading, adira 1, mangi, betawi, mentega, randu, lanting, dan kaliki.

2. Jenis ubi kayu pahit, yaitu jenis ubi kayu untuk diolah atau prosesing. Contoh varietasnya antara lain : bogor, SPP, dan adira 2.

(Rukmana, 1997:35)

Hal penting yang harus diperhatikan dalam menghidangkan aneka macam makanan dari ubi kayu adalah memilih jenis atau varietas ubi kayu yang berkadar asam sianida (HCN) rendah. Aneka makanan yang dibuat dari ubi kayu, selain mensuplai energi (kalori) cukup tinggi, kandungan gizinya juga berguna bagi kesehatan tubuh. Ubi kayu mengandung gizi (nutrisi) cukup tinggi dan komposisinya lengkap. Adapun kandungan gizi ubi kayu dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut :

commit to user

Tabel 2. Kandungan Gizi dalam Tiap 100 Gram Ubi Kayu (Singkong)

No Kandungan Gizi Komposisi

1. Kalori 146 Kal 2. Air 62,50 g 3. Karbohidrat 34,70 g 4. Protein 1,20 g 5. Lemak 0,30 g 6. Kalsium 0,03 g 7. Zat Besi 0,90 g 8. Vitamin A/B/C 0,09 g 9. Niacin 0,70 mg 10. Thiamin 0,80 mg 11. Riboflavin 0,03 mg Sumber : Damardjati dkk (1994:16)

Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa dalam tiap 100 gram ubi kayu mengandung 146 kal Kalori, 62,50 g Air, 34,70 g Karbohidrat, 1,20 g Protein, 0,30 g Lemak, 0,03 g Kalsium, 0,90 g Zat Besi, 0,09 g Vitamin A/B/C, 0,70 mg Niacin, 0,80 mg Thiamin, 0,03 mg Riboflavin. Ubi kayu merupakan sumber karbohidrat pengganti beras karena memiliki kandungan gizi yang mendekati beras. Pola konsumsi ubi kayu di beberapa negara bervariasi, tergantung masing-masing daerah atau negara. Ada yang digunakan untuk konsumsi langsung dan ada juga yang digunakan untuk bahan baku industri pangan. Di Indonesia 55% dari total produksi ubi kayu nasional dikonsumsi sebagai bahan pangan dalam berbagai bentuk produk. Bahan pangan dari ubi kayu dalam bentuk segar memiliki kandungan kalori dan protein yang rendah.

Tanaman ubi kayu (Manihot utilissima) merupakan salah satu hasil komoditas pertanian di Indonesia yang biasanya dipakai sebagai bahan makanan. Seiring dengan perkembangan teknologi, maka ubi kayu ini bukan hanya dipakai sebagai bahan makanan saja tetapi juga dipakai sebagai bahan baku industri. Selain itu ubi kayu juga dapat dijadikan sebagai bahan makanan pengganti, misalnya saja rengginang singkong. Pembuatan rengginang singkong ini merupakan salah satu cara pengolahan ubi kayu untuk menghasilkan suatu produk yang relatif awet dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

2. Rengginang Singkong

Rengginang singkong merupakan makanan ringan yang menyerupai rengginang beras ketan yang terbuat dari ubi kayu yang berbentuk persegi panjang, warnanya putih, dan setelah digoreng rasanya gurih dan renyah. Adapun bahan-bahan yang diperlukan dan cara pembuatan rengginang singkong adalah sebagai berikut :

a. Bahan :

1. 500 gr singkong, parut, peras dan buang airnya 100 ml. 2. 3/4 sdt garam 3. 1/4 sdt penyedap rasa 4. 50 gr tepung sagu 5. 100 ml air 6. Minyak goreng Bumbu halus :

1. 5 butir bawang merah 2. 3 siung bawang putih 3. 2 sdt ketumbar 4. 2 ½ sdt terasi goreng b. Cara Membuat :

1. Singkong dikupas dan dicuci bersih.

2. Singkong diparut, kemudian parutan singkong dicuci bersih. 3. Ampas parutan singkong dihancurkan, ditambahkan bumbu

(campur singkong, garam, penyedap rasa, tepung sagu dan

air), aduk rata, kemudian dibuat butiran-butiran kemudian dicetak. 4. Dikukus selama 10 menit hingga matang, kemudian didinginkan

dan dijemur hingga kering.

5. Rengginang singkong kering dan dikemas. (Anonim, 2009:1).

Gambar 1. Proses pembuatan rengginang singkong 3. Industri Rumah Tangga

Menurut BPS (1998:196), usaha industri adalah suatu unit usaha yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu dan mempunyai catatan administrasi mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seseorang atau lebih yang bertanggung jawab atas usaha tersebut. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi, atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya atau sifatnya menjadi lebih dekat kepada pemakai akhir. Dalam industri pengolahan terdapat tiga kegiatan utama yaitu : 1) kegiatan pengadaan bahan baku, 2) kegiatan pengolahan produk primer dan 3) kegiatan pemasaran. Pembahasan mengenai industri tidak terlepas dari ketiga di atas karena kegiatan

Ubi kayu

Dikupas, dicuci bersih

Diparut, diperas

Ampas dihancurkan, dicampur bumbu

Dikukus, didinginkan, dan dijemur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

tersebut merupakan suatu sistem yang apabila terjadi kegagalan di satu bidang kegiatan maka akan mempengaruhi seluruh kegiatan lainnya.

Menurut Aristanto (1996:82), sektor industri di Indonesia dibagi menjadi empat kelompok yaitu :

a. Industri besar yaitu industri yang proses produksinya secara keseluruhan sudah menggunakan mesin dengan tenaga kerja lebih dari 100 orang.

b. Industri sedang yaitu industri yang proses produksinya menggunakan mesin sebagian dan tenaga kerja yang digunakan berkisar 20-99 orang. c. Industri kecil yaitu industri yang umumnya memakai sistem pekerja

upahan dengan jumlah tenaga kerja 5-19 orang.

d. Industri rumah tangga yaitu industri yang mempunyai tenaga kerja kurang dari 5 orang dan terdapat di pedesaan.

Perkembangan industri tentunya tidak saja ditujukan kepada industri-industri besar dan sedang, tetapi perhatian yang sepadan harus pula diarahkan kepada industri-industri kecil dan rumah tangga. Sebab pada kenyataannnya, industri jenis ini masih sangat diperlukan sampai waktu tidak tertentu untuk memberikan kesempatan kerja sekaligus pemerataan pendapatan (Todaro, 1994:71).

Menurut Suratiyah (1991:58), industri kecil dan rumah tangga mempunyai peranan penting dalam meningkatkan ekonomi, yaitu :

1. Menciptakan peluang kerja dan pembiayaan yang relatif murah. 2. Mengambil peranan dalam peningkatan mobilitas tabungan domestik. 3. Mempunyai kedudukan komplementer terhadap industri besar dan

sedang karena dapat menghasilkan barang murah dan sederhana. 4. Dapat menyebabkan barang-barang sampai ke tangan konsumen

dengan harga murah karena letak industri kecil dan rumah tangga menyebar dan dekat dengan konsumen.

Kegiatan industri kecil lebih-lebih rumah tangga yang jumlahnya sangat banyak di Indonesia memiliki kaitan yang dekat dengan mata pencaharian pertanian di daerah pedesaan, serta tersebar di seluruh tanah

commit to user

air. Kegiatan ini umunya merupakan pekerjaan sekunder para petani dan penduduk desa yang memiliki arti sebagai sumber penghasil tambahan dan musiman (Rahardjo, 1986:44).

4. Biaya

Biaya adalah nilai dari semua masukan ekonomik yang diperlukan, yang dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan sesuatu produk (Prasetya, 1995:7). Biaya dalam proses produksi berdasarkan jangka waktunya dapat dibedakan menjadi dua yaitu biaya jangka pendek dan jangka panjang. Biaya jangka pendek berkaitan dengan penggunaan faktor produksi tidak lama, jumlah masukan (input) faktor produksi tidak sama, dapat berubah-ubah. Namun demikian biaya produksi jangka pendek masih dapat dibedakan adanya biaya tetap dan biaya variabel, sedangkan dalam jangka panjang semua faktor produksi adalah biaya variabel (Lipsey et al., 1990:110).

Dilihat dari segi sifat biaya dalam hubungannya dengan tingkat output, maka biaya produksi dibagi menjadi :

a. Biaya tetap total (TFC) adalah jumlah biaya-biaya yang tetap dibayar produsen berapapun tingkat outputnya. Jumlah biaya tetap total adalah tetap untuk setiap output. Misalnya : penyusutan alat dan sewa gedung. b. Biaya variabel total adalah jumlah biaya-biaya yang berubah menurut tinggi rendahnya output yang diproduksi. Misalnya : biaya bahan mentah, upah, dan biaya angkutan.

c. Biaya total adalah penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. Secara matematis bisa dituliskan sebagai berikut :

TC = TFC + TVC (Boediono, 2002:81) 5. Penerimaan

Menurut Boediono (1985:34), yang dimaksud dengan penerimaan adalah penerimaan produksi dari hasil penjualan outputnya. Untuk mengetahui penerimaan total diperoleh dari output atau hasil produksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 14 TR = Q x P Keterangan : TR = penerimaan total (Rp)

Q = jumlah output/produk yang dihasilkan (Unit) P = harga jual (Rp)

6. Keuntungan

Keuntungan adalah tujuan utama dalam pembukuan usaha. Semakin besar keuntungan yang diterima, maka semakin layak pembukuan usaha. Didasarkan pada perkiraan dan perencanaan produksi, dapat diketahui pada jumlah berapa perusahaan mendapat kerugian. Informasi ini dapat digunakan sebagai indikator dalam pengendalian produksi (Soetrisno, 2003:9).

Menurut Suparmoko (1992:171), keuntungan adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya produksi sesuai dengan tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi pada penggunaannya yang terbaik. Secara matematis dapat dirumuskan :

p = TR – TC Keterangan : p = keuntungan (Rp) TR = penerimaan total (Rp) TC = biaya total (Rp) 7. Profitabilitas

Menurut Riyanto (2001:37), profitabilitas dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan penerimaan. Profitabilitas merupakan salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya kinerja usaha. Dengan kata lain, profitabilitas merupakan perbandingan antara keuntungan dari penjualan dengan penerimaan total yang dinyatakan dengan prosentase. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

commit to user Profitabilitas = x100% TR p Keterangan :

p

= keuntungan (Rp) TR = penerimaan total (Rp) 8. Efisiensi

Pendapatan yang tinggi tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi, karena kemungkinan penerimaan yang besar tersebut diperoleh dari investasi yang besar. Efisiensi mempunyai tujuan memperkecil biaya produksi persatuan produk yang dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan yang optimal. Cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut adalah memperkecil biaya keseluruhan dengan mempertahankan produksi yang telah dicapai untuk memperbesar produksi tanpa meningkatkan biaya keseluruhan (Rahardi, 1999:60).

Efisiensi usaha dapat dihitung dari perbandingan antara besarnya penerimaan dan biaya yang digunakan untuk berproduksi yaitu dengan menggunakan R/C Rasio. R/C Rasio adalah singkatan Return Cost Ratio atau dikenal dengan perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Secara metematis sebagai berikut:

Efisiensi usaha = C R Keterangan : R = penerimaan C = biaya total

Kriteria yang digunakan dalam penentuan efisiensi usaha adalah:

R/C > 1 berarti usaha rengginang singkong yang dijalankan sudah efisien R/C = 1 berarti usaha rengginang singkong belum efisien atau usaha

mencapai titik impas

R/C < 1 berarti usaha rengginang singkong yang dijalankan tidak efisien (Soekartawi, 1995:14).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

9. Risiko

Terdapat dua macam risiko yang dikenal dalam perusahaan pertanian seperti halnya dalam perusahaan-perusahaan lainya yaitu risiko perusahaan dan risiko keuangan. Risiko perusahaan berhubungan dengan macam-macam tingkat keuntungan yang diterima akibat dari bermacam-macam kegiatan usaha yang dijalankan oleh suatu perusahaan agrobisnis. Risiko keuangan adalah risiko menderita kerugian yang lebih besar akibat bertambahnya pemakaian modal pinjaman atau karena bertambah besarnya rasio pemakaian modal pinjaman dan modal milik pribadi. Risiko perusahaan disebabkan oleh sekurang-kurangnya lima sebab utama yaitu : a. Ketidakpastian produksi

b. Tingkat harga

c. Perkembangan teknologi

d. Tindakan-tindakan perusahaan dan organisasi atau pihak lain e. Sakit, kecelakaan dan kematian

(Kadarsan, 1992:154).

Untuk menghitung besarnya risiko usaha adalah dengan menggunakan perhitungan koefisien variasi dan batas bawah keuntungan. Koefisien variasi merupakan perbandingan antara simpangan baku usaha tersebut dengan jumlah keuntungan yang akan diperoleh. Batas bawah keuntungan (L) menunjukkan nilai nominal terendah yang mungkin diterima oleh pengusaha. Apabila L ≥ 0 maka pengusaha tidak akan mengalami kerugian, sebaliknya jika nilai L ≤ 0 maka dapat disimpulkan bahwa dalam proses produksi terdapat peluang kerugian yang akan diterima oleh pengusaha (Hernanto, 1993:15).

Dokumen terkait