• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

7. Analisis Usahatan

Kegiatan usahatani merupakan kegiatan produksi (input) untuk menghasilkan suatu produk (output) dimana kegiatan usahatani tidak terlepas dari penggunaan faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk yang kemudian dijual (ditawarkan) kepasaran untuk mendapatkan keuntungan dari kegiatan usahatani tersebut. Dalam suatu kegiatan usahatani, petani maupun peternak sebagai pelaku usahatani mengharapkan produksi yang lebih besar agar mendapatkan pendapatan yang besar pula. Untuk itu, petani atau peternak menggunakan modal, tenaga dan sarana produksinya sebagai alat untuk mendapatkan produksi yang diharapkan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan usahatani meliputi faktor intern dan faktor ekstern diantaranya adalah: faktor-faktor pada usahatani itu sendiri (intern) seperti; petani pengelola, tanah usahatani, tenaga kerja, modal,

tingkat teknologi, kemampuan petani mengalokasikan penerimaan keluarga dan jumlah keluarga, faktor-faktor diluar usahatani (ekstern) antara lain: tersedianya sarana transportasi dan komunikasi, aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan bahan usahatani (harga hasil, harga saprodi dan lain-lain) serta sarana penyuluhan bagi petani.

Menurut Suratiyah (2006), keberhasilan suatu usahatani dapat terjadi apabila kegiatan usahatani tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar bunga modal, alat-alat yang digunkan, membayar tenaga kerja luar keuarga serta sarana produksi yang lain termasuk kewajiban terhadap pihak ketiga dan dapat menjaga keberlangsungan usahanya. Oleh karena itu, keberhasilan suatu usahatani sangat ditentukan oleh bagaimana manajemen yang dijalankan dalam usaha tersebut. Bagaimana pengelolaan sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan modal yang dimiliki menjadi efektif dan efisien. Salah satu ukuran keberhasilan suatu kegiatan ushatani adalah tingkat pendapatan yang diterima oleh petani maupun peternak. Berikut komponen pendapatan petani yang meliputi penerimaan dan biaya yang dikeluarkan.

1. Penerimaan

Penerimaan usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu. Penerimaan ini mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani untuk bibit, dan yang digunakan sebagai pembayaran yang disimpan. Penilaian ini berdasarkan perkalian antara total produksi dengan harga pasar yang berlaku. Menurut Soekartawi et al. (1986), penerimaan total usahatani (farm receipt) didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan pokok usahatani. Sedangkan menurut Hernanto (1988), menyatakan bahwa penerimaan usahatani adalah penerimaan dari semua usahatani meliputi jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil, dan nilai yang dikonsumsi. Penerimaan usahatani juga dapat diartikan sebagai total penerimaan atau imbalan balas jasa yang diterima oleh petani maupun keluarganya dari kegiatan usahataninya yang diterima pada akhir proses produksi. Penerimaan ushatani dinilai berdasarkan perkalian antara total produksi dengan harga pasar yang berlaku.

Penerimaan usahatani dapat dibedakan menjadi 2, yaitu penerimaan bersih usahatani dan penerimaan kotor usahatani (gross income). Penerimaan bersih usahatani merupakan selisih antara penerimaan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani. Pengeluaran total usahatani adalah nilai semua masukan yang habis terpakai dalam proses produksi, tidak termasuk tenaga kerja dalam keluarga petani. Sedangkan penerimaan kotor usahatani adalah nilai total produksi usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun tidak dijual (Soekartawi et al. 1986). Pendapatan kotor usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam usahatani. Dalam menaksir pendapatan kotor, semua komponen produk yang tidak dijual harus dinilai berdasarkan harga pasar.

2. Biaya atau Pengeluaran

Biaya adalah nilai korbanan yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil. Menurut kerangka waktu, biaya dapat dibedakan menjadi biaya jangka pendek dan biaya jangka panjang. Biaya jangka pendek terdiri dari biaya tetap (fixed cost)

dan biaya variabel (variable cost), sedangkan dalam jangka panjang semua biaya dianggap atau diperhitungkan sebagai biaya variabel (Hernanto, 1988). Biaya usahatani akan dipengaruhi oleh jumlah pemakaian input, harga dari input, tenaga kerja, upah tenaga kerja dan intensitas pengelolaan usahatani.

a) Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami perubahan, walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan. Artinya biaya yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya kuantitas produksi yang dihasilkan. Biaya tetap dalam usahatani meliputi gaji yang dibayar tetap, sewa tanah, pajak tanah, alat dan mesin, bangunan ataupun bunga uang serta biaya tetap lainnya. b) Biaya Variabel (Variable Cost)

Biaya variabel merupakan biaya yang secara total berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi atau penjualan. Artinya biaya variabel berubah menurut tinggi rendahnya ouput yang dihasilkan, atau tergantung kepada skala produksi yang dilakukan. Biaya variabel dalam usahatani meliputi biaya bibit, biaya pupuk, biaya obat-obatan, serta termasuk ongkos tenaga kerja yang dibayar berdasarkan penghitungan volume produksi.

3. Pendapatan

Pendapatan usahatani adalah total pendapatan bersih yang diperoleh dari seluruh aktivitas usahatani yang merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Menurut Soekartawi et al. (1986) membagi pendapatan menjadi 2, pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor (gross farm income) merupakan nilai produk total usahatani baik yang (1) dijual, (2) dikonsumsi oleh rumah tangga petani, (3) digunakan dalam usahatani untuk bibit atau makanan ternak, (4) digunakan untuk pembayaran, (5) disimpan atau ada digudang pada akhir tahun.

Sedangkan pendapatan bersih usahatani merupakan selisih antara pendapatan kotor dan pengeluaran total usahatani. Pendapatan bersih usahatani dapat digunakan untuk mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani. Oleh karena itu, pendapatan bersih usahatani merupakan ukuran keuntungan usahatani yang dapat dipakai untuk dapat membandingkan penampilan beberapa usahatani.

Kerangka Pemikiran Operasional

Saat ini, perkembangan usaha peternakan ayam broiler di Jawa Barat mengalami peningkatan salah satunya di Kota Bogor. Peningkatan usaha peternakan ayam broiler di Kota Bogor dilakukan untuk memenuhi permintaan ayam broiler yang terus meningkat. Namun usaha peternakan ayam broiler mandiri tidak terlepas dari beberapa kendala yang dihadapi. Kondisi peternakan mandiri dihadapkan pada permasalahan permodalan yang terbatas, teknologi budidaya sederhana, dan manejemen sumberdaya yang masih kurang. Selain itu, kendala yang dihadapi oleh peternak kecil adalah tingginya tingkat risiko yang dihadapi. Risiko yang dihadapi dalam usaha ternak ayam broiler ini adalah risiko harga, seperti tingginya harga-harga input seperti DOC, pakan dan obat-obatan,

maupun ketidakjelasan informasi pasar yaitu harga jual output berupa ayam hidup dan daging. Risiko lain yang dihadapi dalam usaha ternak ayam broiler adalah risiko produksi yang disebabkan oleh cuaca dan iklim serta penyakit. Kendala tersebut merupakan hambatan yang cukup kompleks dalam mengusahakan peternakan ayam broiler secara mandiri. Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama yang saling menguntungkan antara peternak mandiri dan perusahaan inti dalam bentuk kemitraan.

Kualitas, kuantitas dan kontinuitas menjadi faktor yang sangat penting dalam melaksanakan program kemitraan ini. Hasil yang diharapkan dari program kemitraan ini bagi petani adalah produksi lebih meningkat, resiko relatif lebih kecil dan terjaminnya pasar ayam broiler yang diproduksi oleh peternak serta dapat meningkatkan pendapatan antara kedua belah pihak. Dengan adanya program kemitraan ini juga diharapkan mampu memecahkan masalah-masalah atau kendala-kendala yang timbul sehingga program kemitraan ini dapat dilanjutkan. Dalam evaluasi pelaksanaan kemitraan antara peternak mitra dengan CV. Barokah ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana manfaat yang diperoleh kedua belah pihak yang bermitra. Selain itu juga untuk mengetahui tingkat pendapatan peternak selama mengikuti program kemitraan. Kemitraan yang dikaji pada CV. Barokah pada intinya ditujukan untuk mengetahui perbedaan mengenai pendapatan para peternak mitra dan peternak mandiri, sehingga dapat diketahui secara lebih signifikan peranan kemitraan bagi kesejahteraan peternak.

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis deskriptif, analisis pendapatan usahatani dan R/C rasio, serta analisis uji-t. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan pelaksanaan kemitraan yang dijalankan oleh CV. Barokah dengan peternak mitra. Selain itu, analisis deskriptif juga digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik peternak mitra dan peternak mandiri yang ada di sekitar wilayah Kabupaten Bogor. Analisis pendapatan usahatani digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan peternak mitra yang bermitra dengan CV. Barokah dan peternak mandiri. Sedangkan analisisis uji-t digunakan untuk mengukur seberapa besar peran kemitraan dalam peningkatan pendapatan peternak mitra dengan membandingkan pendapatan peternak mandiri. Adapun bagan kerangka operasional dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 7. Kerangka pemikiran operasional Kendala peternak dalam menjalankan usaha yang meliputi keterbatasan modal, teknologi, manajemen, dan informasi pasar

terbatas.

Peternak Mandiri Peternak Mitra

• Modal tidak terbatas • Teknologi modern

• Manajemen sumberdaya baik • Kepastian informasi pasar bagi

peternak.

• Analisis usahatani • R/C Rasio Tunai • Uji -t

Perbandingan pendapatan dan pengaruh kemitraan terhadap pendapatan peternak mitra.

• Modal terbatas • Teknologi sederhana

• Manajemen sumberdaya kurang • Ketidakpastian informasi pasar

bagi peternak. Konsep i Pendapatan k Analisis k i if • Analisis usahatani • R/C Rasio Tunai • Uji -t Pendapatan k

Menjadi bahan pertimbangan peternak mandiri untuk melakukan kemitraan dan perbaikan kinerja serta pelaksanaan

METODE PENELITIAN

Dokumen terkait